Anda di halaman 1dari 44

Program KB

Tanzhim al-Nasl (pengaturan Keluarga)


Istilah International : Family Planning Tindakan perencanaan pasangan suami-istri untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya serta situasi kondisi masyarakat dan negara

Tidak sama dengan tahdid al-Nasl (birth control) yg berkonotasi pembatasan kelahiran = aborsi, sterilisasi
Pembatasan kehamilan = azl / coitus interuptus

Program KB di Indonesia
Kebijakan untuk mengatasi penduduk di Indonesia, terutama di pulau Jawa sudah dilakukan sejak pemerintahan Hindia-Belanda dengan transmigrasi dan pencegahan kehamilan
Program KB nasional 1970 = BKKN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana) 3 metode KB yg digunakan = tanpa alat bantu, dg alat bantu, sterilisasi

Pencegahan Kehamilan Menurut Ulama Klasik


Ulama yang menghalalkan azl

- - - . -
Kami dahulu melakukan azl di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan sampai ke telinga beliau, namun beliau tidak melarangnya (HR. Muslim no. 1440).

Ulama Klasik
Ibnu Hibban
Haram. Karena memutuskan keturunan, pembunuhan tersembunyi, bertentangan dg syara berketurunan

Ulama fikih Madinah


Makruh (kepentingan umat) = Penyedikitan keturunan Mubah = kerelaanpihak suami-istri Ulama madzhab Hanafi Mubah = syarat ada kerelaan istri Jumhur ulama sunni, syiah Mubah = tdk ada dalil/ qiyas yg jelas dalam penolakan azl

Pandangan Ulama Kontemporer


Peningkatan kesejahteraan ibu dan anak
KB yang dimaksudkan sebagai pengaturan / penjarangan kelahiran, atau usaha pencegahan kehamilan Bukan sebagai usaha pembatasan anak dalam jumlah tertentu

Kelompok yang Menolak KB


KB sama dengan pembunuhan bayi Merupakan tindakan tidak wajar (non-alamiah) dan bertentangan dengan fitrah Mengindikasikan pada ketidakyakinan akan perintah dan ketentuan tuhan Berarti mengabaikan doa Nabi agar umat Ism]lam memperbanyak jumlahnya

KB hukumnya Boleh
Alasan utama = tidak ada nash yg shahih secara eksplisit melarang/ memerintahkan ber-KB Sudut pandang ekonomi dan kesehatan : untuk memberikan kesempatan bagi wanita beristirahat diantara 2 kehamilan

Jika pasangan memiliki penyakit menular


Untuk melindungi kesehatan ibu Jika keuangan suami tidak mencukupi Menjaga kecantikan ibu

Metode ber KB
3 metode : -Tanpa alat bantu -Dengan alat bantu 2 kategori : -Sementara -Permanen

-Sterilisasi

KB dengan Alat Kontrasepsi

Kondom & Diafragma

Penutup Serviks (Cervical Cap) & Spermisida

Implan/susuk KB

Suntikan medroksiprogesteron

Pil KB & Tisu KB

IUD (Intra Uterine Device/spiral)

Pil Anti Konseptis (lyndiol)

PANDANGAN ULAMA INDONESIA TENTANG KB


BAHTSUL MASAIL -Fatwa pertama dikalangan ulama Indonesia tentang mencegah kehamilan -Menetapkan hukum asal ber-KB meliputi 3 metode

1.
2. 3.

Tanpa alat kontrasepsi hukumnya MAKRUH


Dengan alat kontrasepsi hukumnya MAKRUH Sterilisasi hukumnya HARAM Jika darurat hukumnya MUBAH

KELOMPOK YANG BERBEDA PENDAPAT TENTANG


HUKUM azl(mengeluarkan air mani di luar rahim)

1.

BAHTSUL MASAIL pada Konbes Syariah 1 (1960) Kalau dengan azl atau dengan alat yang mencegah kehamilan seperti kondom hukumnya MAKRUH

Namun, pada muktamar XXIII (Yogyakarta, 1989) mengalami perubahan hukumnya BOLEH

2. MAJLIS TARJIH Berpendapat kebolehan ber-KB tergantung pada illat & niatnya

3. DEWAN HISBAH Berpendapat jika tujuannya untuk mengatur jumlah kelahiran, bukan membatasi maka hukumnya HALAL Melakukan azl & menggunakan alat-alat yang fungsinya sama dengan itu termasuk diperkenankan

KRITERIA KEADAAN DARURAT YANG MEMBOLEHKAN KB menurut MAJLIS TARJIH, meliputi 3 hal, yaitu: 1. Mengkhawatirkan keselamatan jiwa 2. Mengkhawatirkan keselamatan agama 3. Mengkhawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran terlalu rapat

INTI ALASAN YANG DIGARISKAN OLEH MAJLIS TARJIH sebagaimana dikutip oleh ABUL FADL MOHSIN EBRAHIM yang membolehkan ber-KB DENGAN ALASAN :
1. Untuk memberikan kesempatan bagi wanita
beristirahat antara 2 kehamilan. 2. Jika salah satu atau kedua pasangan memiliki penyakit yang dapat menularkan ke anak 3.Untuk melindungi kesehatan ibu 4. Jika keuangan suami tidak mencukupi untuk membiayai lebih banyak anak

Hasil MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA ke-25 pada tahun 1971 di Surabaya ditetapkan tentang pengertian KB & batasan boleh serta tidaknya ber-KB secara lengkap & jelas, yaitu :
1. KB harus diartikan sebagai pengaturan kehamilan untuk kesejahteraan & bukan pencegahan kehamilan untuk pembatasan keluarga. KB harus didasarkan atas kepentingan kesejahteraan ibu & anak dan bukan karena ketakutan akan kemiskinan, kelaparan, dsb. KB tidak boleh dilakukan dengan pengguguran.

2.

3.

4. Tidak diperbolehkan merusak & menghilangkan bagian tubuh suami maupun isteri yang bersangkutan.

5. KB merupakan masalah perorangan dan mukan merupakan gerakan massal dengan ketetapan yang dipaksakan.

6. KB harus mendapatkan persetujuan suami & isteri yang bersangkutan.

7. KB harus tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama & kesusilaan.


8. Supaya dijaga benar jangan sampai disalahgunakan untuk kepentingan maksiat atau tindakan amoral dan lainlain.

Fatwa dari MUI di Jakarta, tahun 1983 tentang hukum ber-KB. Berikut ini penggalan petikan butir keputusan MUI yang berkaitan dengan KB :
1. Ajaran Islam membenarkan KB untuk menjaga kesehatan ibu & anak, pendidikan anak agar menjadi anak yang sehat, cerdas, dan shalih. Pelaksanaan KB termasuk pelaksanaan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Pelaksanaan KB hendaknya menggunakan cara kontrasepsi yang tidak dipaksakan, tidak bertentangan dengan hukum syariat Islam & disepakati oleh suami isteri.

2. 3.

a dari DEWAN HISBAH dalam sidang ke-8 di

Bandung tahun 1993 berikut ini penggalan


kutipannya :
KB dalam pengertian pengaturan jarak kelahiran hukumnya IBAHAH (tidak dilarang). KB dalam pengertian pembatasan jumlah kelahiran hukumnya HARAM. Mengikuti program KB karena takut kelaparan, hukumnya HARAM. Cara-cara KB yang sangat ditempuh adalah azal, pantang berkala, dsb.

KB dinilai bertentangan dengan ajaran Islam, namun dalam keputusan Majlis Tarjih ada peluang dibolehkan karena alasan darurat

Isi keputusan Majlis Tarjih tersebut adalah sebagai berikut:


1.Mencegah kehamilan adalah berlawanan dgn ajaran Islam. Demikian pula KB yang dilaksanakan dgn pencegahan kehamilan 2.Dalam keadaan darurat dibolehkan sekedar perlu dgn syarat persetujuan suami-isteri dan tidak mendatangkan mudharat jasmani & rohani

KONTROVERSIAL HUKUM PENGGUNAAN


IUD (Intra Uterine Device/spiral)
1. Larangan pertama dari 11 ulama Indonesia terkemuka pada tahun 1971 Setelah itu, 7 ulama pd thn 1972 di Jakarta, alasannya karena dalam pemasangannya harus melihat aurat besar (kelamin) perempuan, kecuali dalam keadaan sangat terpaksa (darurat).

2. Fatwa bolehnya menggunakan IUD disampaikan oleh MUI pada tahun 1983 alasannya, sebagai upaya pencegahan, menutup jalan terjadinya kemaksiatan. 3. Menurut Dewan Hisbah difatwakan bahwa menggunakan IUD hukumnya SYUBHAT.

4. Menurut ulama-ulama NU menggunakan spiral (IUD) hukumnya BOLEH, tetapi karena cara memasangnya harus melihat aurat vital maka hukumnya HARAM.

Tubektomi
Tubektomi adalah pemotongan saluran indung telur (tuba falopii) sehingga sel telur tidak bisa memasuki rahim untuk dibuahi. Tubektomi bersifat permanen. Walaupun bisa disambungkan kembali, namun tingkat fertilitasnya tidak akan kembali seperti sedia kala.

Vasektomi
Vasektomi yaitu tindakan operatif pada kaum adam alias pria dengan cara mengikat dan memutuskan saluran sperma baik kanan maupun kiri sehingga saat ejakulasi cairan mani yang keluar tidak dapat lagi menghamili wanita pasangannya.

Pengebirian
Dalam bahasa indonesia pengebirian ini dirumuskan sebagai tindakan menghilangkan kelenjar testis agar tidak memproduksi mani (LK) atau memotong ovarium (PR), menjadikannya mandul. Dalam bahasa arab tindakan ini disebut al-ikhsha.
Para ulama menyatakan, semua bentuk penggunaan metode KB yang bersifat permanen dianggap sebagai tindakan pengebirian yang dihramkan dalam islam.

Fatwa Ulama Indonesia tentang Sterilisasi


MPKS dalam fatwanya No.23, tahung 1981 menetapkan hukum vasektomi dan tubektomi sbb:
Vasektomi dan tubektomi dapat digolongkan kepada usaha merubah ciptaan Allah SWT dan termasuk pula perbuatan pengebirian/sterilisasi.

Vasektomi dan tubektomi juga dapat dimasukkan dalam perbuatan memutuskan jalan keturunan. Merubah ciptaan Allah SWT dan memutuskan jalan keturunan adalah perbuatan yang dilarang oleh agama islam Vasektomi dan tubektomi karena itu adalah termasuk perbuatan yang dilarang oleh agama islam

Rehabilitasi Vasektomi
Banyak ahli meyakini bahwa vasektomi seharusnya digolongkan sebagai prosedur tak permanen, karena terbukti banyak dokter yang telah mengkhususkan diri dalam penggabungan kembali ujung-ujung pembuluh yang putus sehingga dapat mengembalikan kesuburan

Penolakan Vasektomi dan Tubektomi dalam Metode KB


Pandangan dari MUI DKI tahun 1981 menyatakan bahwa penyambungan kembali saluran air mani atau saluran telur yang dipotong, membutuhkan biaya yang sangat mahal dan tidak mudah tercapai oleh rakyat umum sehingga pemandulan dengan vasektomi itu adalah pemandulan abadi

Pendapat Ulama Kontemporer tentan Sterilisasi


Lembaga-lembaga fatwa di Indonesia sepakat mengharamkan sterilisasi atau kontrasepsi tetap, berbeda dengan ulama di Bangladesh, Pakistan, dan Tunisia dapat menerima dan membenarkan sterilisasi. Konfrensi di Rabat 9Maroko) pd tahun 1971, meski menurut mereka tidak ada nash Al-Quran dan hadis yang melarangnya secara tegas namun mereka menetapkan sterilisasi dilarang

Kesimpulan
- Secara umum KB dapat diterima dalam ajaran Islam, sejauh yang dimaksudkan adalah pengaturan keluarga dan bukan pembatasan keluarga. - Secara global ulama berbeda pendapat mengamalkan KB, sebagian mereka membolehkannya dan sebagian yang lain mengharamkannya dengan alasan dan dalil tertentu. - Alat kontrasepsi yang dapat diterima menurut penilaian para ulama yang membenarkan KB adalah yang siftanya menghalangi bertemunya sperma dan ovum, bukan yang bersifat membunuh abortif - Boleh : jika disepakati oleh suami istri - Tidak boleh : jika tidak ada kesepakatan

Anda mungkin juga menyukai