OLEH :
20650230
2020
TINJAUAN KASUS
3.4 Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, didapatkan hasil TD : 130/80 mmHg ; N : 75x/i ; S : 36oC ; P : 20x/i.
Klien memiliki tinggi badan 160 cm dan berat badan 66 Kg.
3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram
Ket :
:Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
3.5.4 Spritual
1. Penampilan
Penampilan pasien rapi seperti berpakaian biasa pada umumnya.
2. Pembicaraan
pasien tampak tegang saat berbicara, mata
3. Aktivitas Motorik
Klien tampak kadang tremor pada jari-jari dan kaki klien, kadang merasa
ketakutan
4. Alam Perasaan
Klien merasa suntuk dan bosan berada di RSJ Solo
5. Afek
Ekpresi klien labil Pasien kadang tampak diam dan tiba-tiba
menjerit dengan mata melotot
6. Interaksi selama wawancara
Perawat melihat pasien sering menyendiri, melihat ke satu arah, melamun dan
kadang-kadang bicara sendiri.
7. Proses pikir
Ketika menjawab pertanyaan perawat pasien terlihat berbelit-belit
8. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien baik, klien dapat mengingat tempat,
waktu dan tanggal dia masuk rumah sakit jiwa dan klien sadar
bahwa dirinya sedang dirawat di RSJ Solo
9. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mampu menjawab pertayaan hitungan sederhana
10. Daya tilik diri
Klien sadar akan penyakitnya dan tahu bahwa klien sedang
dirawat di RSJ
Therapy Medik :
DO :
- Cara bicara klien keras dan dengan nada
tinggi, mata melotot
- Klien lebih sering melamun berbicara
sendiri
2 DS :
- Pasien mengungkapkan bahwa dirinya Resiko Perilaku Kekerasan
berbicara dengan perempuan yang
menyuruh dia untuk melukai ayahnya
DO :
- Cara bicara klien keras dan dengan nada
tinggi, mata melotot
3 DS : Isolasi Sosial
DO :
- Perawat melihat pasien sering
menyendiri, melihat ke satu arah,
melamun
Daftar Masalah
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Isolasi Sosial
3.7 Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Intervensi :
(1) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah ,
menyibukkan diri, dll ).
(2) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien.
(3) Diskusikan cara baru untuk memutuskan / mengontrol timbulnya halusinasinya :
(a) Katakan : “saya tidak mau dengar kamu” ( pada saat halusinasinya terjadi )
(b) Menemui orang lain ( perawat / teman / anggota keluarga) untuk bercakap-cakap atau
mengatakan halusinasi yang di dengar.
(c) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
(d) Meminta keluarga / teman / perawat, menyapa jika tampak bicara sendiri.
(4) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
(5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.