Anda di halaman 1dari 11

A.

Latar Belakang Masalah

Definisi sehat oleh World Health Organization (WHO)(Videbeck, 2008),

“kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata

keadaan tanpa penyakit atau kelemahan”. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan, pemerintah Indonesia mencantumkan bahwa setiap orang

mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal,

oleh karena itu pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengadakan dan

mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).

Menurut Winardi dalam Rahman (2013:77), karakteristik individu mencakup

sifat-sifat berupa kemampuan dan keterampilan; latar belakang keluarga, sosial,

dan pengalaman, umur, bangsa, jenis kelamin dan lainnya yang mencerminkan

sifat demografis tertentu; serta karakteristik psikologis yang terdiri dari persepsi,

sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.

B. RumusanMasalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. H dengan Gangguan Persepsi

Sensori : Halusinasi Pendengaran di Ruang Sibayak Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.

M. Ildrem.

C. Pengertian
Halusinasi adalah kondisi dimana individu mengalami perubahan dalam

jumlah atau pola dari stimuli yang datang dikaitkan dengan penurunan,

berlebihan, distorsi atau kerusakan respon terhadap stimulasi. (Nurjannah, 2005)

D. Etiologi
Faktor predisposisi-presipitasi Menurut Yosep (2009) yaitu :

a. Predisposisi
Yaitu faktor : perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis,

genetik dan pola asuh.

b. Faktor presipitasi

1) Perilaku

E. Pengkajian Teori
1. Identitas

2. Alasan masuk rumahsakit

3. Pemeriksaanfisik

4. Psikososial

5. Spiritual: nilai dan keyakinan dan kegiatanibadah

6. Status mental :Penampilan,Pembicaraan, Aktivitas motorik, Alam

perasaan, Afek, Persepsi, Proses pikir, Isi pikir, Tingkat kesadaran,

Memori, Tingkat konsentrasi, Kemampuan menilai dan Dayatilik

7. Kebutuhan persiapanpulang

8. Mekanis mekoping

9. Pengetahuan

10. Aspekmedik

F. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan halusinasipendengaran.

b. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan

menarikdiri.

G. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2021 dengan data diperoleh

dari pasien perawat lain dan Rekam medis

Identitas
a. IdentitasKlien

Nama : Tn. H

Umur : 36 Tahun

JenisKelamin : Laki-laki

Suku : Batak

Agama : Katolik

Status perkawinan : Sudah

menikah

Pendidikan :

Alamat : Jl. Lupus 1 No. 120 B

No. RM : 04.56.64

TanggalMasuk : 17 Oktober 2021

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. R

Umur : tahun

Alamat : Jl. Lupus 1 No. 120 B

Hubungan dengan klien : Ibu Kandung

H. RiwayatKesehatan
a. Alasan Masuk RumahSakit

Sebelum masuk rumah sakit ± 10 hari klien bingung, menyendiri, gelisah,

sering bicara sendiri, sulit tidur, dan memukul orang tua. Klien dulu

pernah di rawat di Rumah Sakit Jiwa. Klien sekarang sering mendengar

suara laki-laki yang diduga mengancam ingin membunuhnya. Klien

merasa ada sesuatu yang berbeda, tidak mau bergaul dengan teman,

pendiam, dan sering menyendiri.

b. Faktor Predisposisi

Klien pernah mengalami gangguan jiwa kurang lebih saru tahun yang lalu
tetapi kurang berhasil dikarenakan setelah sembuh klien tidak mau kontrol

dan minum obat. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik dan aniaya

seksual. Klien juga tidak pernah mengalami kekerasan dalam rumah

tangga baik sebagai korban, pelaku atau saksi. Keluarga tidak ada yang

mempunyai riwayat gangguan jiwa.

c. Faktor Presipitasi

Klien dibawa oleh keluarga ke rumah sakit jiwa Prof. Dr. M

Ildrem karena klien sering bicara sendiri, bicara kacau , mendengar suara

yang sebenarnya tidak ada, marah-marah.

d. Psikososial

a.Genogram

Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan seperti yang pasien alami.

b. Konsep Diri

1) Gambaran diri

Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak di

sukai, klien juga tidak memiliki cacat tubuh.Klien menerima

semua anggota tubuhnya.

2) Identitas

Pasien menyadari dia seorang laki-laki, berusia 36 tahun

sudah pernah menikah. Dan dikaruniai seorang anak.

3) Peran Diri

Pasien adalah seorang PNS. Sebelum sakit pasien masih

bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Selama sakit pasien

hanya melakukan kegiatan yang ada di rumah sakit sebagai

pasien.

c. Status Mental

1) Alam perasaan : Pasien merasa sedih .


2) Persepsi : Pasien mengatakan mendengar adanya suara bisikan

3) Proses Pikir : Pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

4) Isi Pikir: Wahan tidak dijumpai

e. PemeriksaaanFisik
a.Tanda-tanda vital

TekananDarah : 120/70mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36ºC
Respirasi : 20 x/menit

b.Ukur

TB : 165 CM
BB : 61 Kg
f. PemeriksanPenunjang
Terapi Medis :

Risperidone =2×1
Clozapine =1x1
a. Pemeriksaan Penunjang

Tabel3.1

Nama Hasil Angka Normal Satuan


pemeriksaan
KIMIA
KLINIK
Gula Darah < 200 Mg / dl
Sewaktu
SGOT 27.7 < 50 U/L
SGPT 30.2 < 40 U/L

g. Data Fokus

Data Subyektif :
a. Keluarga mengatakan px marah-marah

b. Klien mengatakan setiap sendirian mendengar suara bisikan

c. Klien mengatakan lebih suka sendiri dan jarang mengobrol.


d. Klien mengatakan tidak suka berkomunikasi dengan teman

Data Obyektif :

a. Klien tampak bingung dan gelisah.

b. Klien tampak bicara sendiri dan lama-lama pembicaraan menjadi kacau.

c. Klien bersikap seperti mendengar sesuatu.

d. Klien sering duduk sendiri dan sering melamun.


h. DiagnosaKeperawatan
a. Resiko perilaku kekerasa (mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunan

berhubungan dengan halusinasi pendengaran.

b. Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan

menarik diri.

i. Intervensi-Implementasi

Rencana asuhan Keperawatan


Tujuan Umum
Pasien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tujuan Khusus

TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria Hasil

Setelah 1 X interaksi, pasien mampu membina hubungan


saling percaya dengan perawat dengan kriteria: ekspresi
wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, da kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
dududk berdampingan dengan perawat, mau
mengungkapkanperasaannya
Intervensi
 Bina hubungna saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
 Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
 Perkenakan nama, nama panggilan dan tujuan perawat
berkenalan
 Tanyakan nama lengkap dan panggilan yang disukai pasien
 Buat kontrak yang jelas
 Tunjukkan sikap jujur dan menunjukkan sikap empati serta
menerima apaadanya
 Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
kebutuhan dasarpasien
 Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan
perasaannya
 Dengarkan ungkapan pasien dengan penuh perhatian ada
ekspresi perasaanpasien.
TUK 2 : pasien dapat mengenalhalusinasinya

KriteriaHasil

Setelah 2 X interaksi, pasien dapat menyebutkan:

Isi

Waktu

Frekuensi

Situasi dan kondisi yang menimbulkanhalusinasi

Intervensi

 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

 Observasi tingkah laku yang terkait dengan


halusinasi ( verbal dan nonoverbal)
 Bantu mengenalhalusinasi

 Jika pasien tidak sedang berhalusinasi klarivikasi


tentang adanya pengalaman halusinasi,diskusikan
dengan pasien isi, waktu, dn frekuensi halusinasi pagi,
siang , sore, malam atau sering, jarang)
 Diskusikan tentang apa yang dirasakaan saat terjadi
hausinasi
 Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi
halusinasi
 Diskusikan tentang dampak yang akan dialami jika
pasien menikmatihalusinasinya.
TUK 3 : pasien dapat mengontrol halusinasinya

Kriteria Hasil:

Setelah 2 X interaksi pasien menyebutkan tindakan yang


biasanya diakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
Intervensi

 Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi


halusinasi
 Diskusikan manfaat cara yang digunakan paisen

 Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol


halusinasi
 Bantu pasien memiih cara yang sudah dianjurkan dan
latih untuk mencobanya
 Pantau pelaksanaan tindakan yang telah dipiih dan
dilatih, jika berhasi beri pujian
TUK 4 : pasien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
hausinasi
KriteriaHasil:

Setelah 2 X interaksi keluarga menyatakan setuju untuk


mengikuti pertemuan dengan perawat
Intervensi

 Buat kontak pertemuan dengan keluarga (waktu,


topik,tempat)

 Diskusikan dengan keluarga : pemgertian halusianasi,


tanda gejala, proses terjadi, cara yang bisa diakukan
oleh pasien dan keluarga untuk memutus halusinasi,
obat-obat halusinasi, caramerawat pasien halusinasi
dirumah, beri informasi waktu follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan.
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

TUK 5 : pasien dapat menggunakan obat dengan benar

KriteriaHasil

Setelah 2 X interaksi pasien mendemonstrasikan


penggunaan obat dengan benar
Intervensi

 Diskusikan tentang manfaat dan kerugian tidak minum


obat, dosis, nama, frekuensi, efek samping minum
obat
 Pantau saat pasien minum obat

 Anjurkan pasien minta sendiri obatnya padaperawat

 Beri reinforcemen jika pasien menggunakan obat


denganbenar
 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dengandokter
 Anjurkan pasien berkonsultasi dengan dokter/perawat
jika terjadi hal-ha yang tidak diinginkan.
(Prabowo,2014)
4) Hasil Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada hari akhir, dan didapat 1 masalah keperawatan

yang dapat teratasi dari 2 masalah keperawatan yang muncul. Yang dapat

teratasi yaitu Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

berhubungan dengan halusinasi pendengaran.

5) Simpulan dan Saran

A. Simpulan

Saat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan

halusinasi pendengaran, pasien sangat membutuhkan peran serta keluarga

sebagai sistem pendukung kesembuhan pasien yang mengerti keadaan dan

permasalahan dirinya. Selain itu perawat /petugas kesehatan juga

membutuhkan kehadiran untuk memberikan data dan membina kerja sama

dalam memberikan perawatan pada pasien, dalam hal ini penulis

menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting

dalam proses penyembuhanklien.

B. Saran
1. Untuk Perawat

Perawat hendaknya mampu membina hubungan saling percaya kepada

klien dengan menggunakan komunikasi terapeutik.

2. Untuk Klien

Klien hendaknya sering berlatih dan melaksanakan interaksi sosial

secara bertahap.

3. Untuk Keluarga

Keluarga hendaknya dapat dapat bekerjasama dengan perawat

sehingga mendukung kesembuhan klien..

4. Untuk Rumah Sakit

Pihak rumah sakit melibatkan keluarga dalam proses perawatan klien

dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.


DAFTAR PUSTAKA

Fitria , Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Iyus, Yosep. 2011. Keperawatan Jiwa. Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama.

Kelliat, Budi Anna. Akemat. Novy Helena. Heni Nurhaeni. 2011.

Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:EGC.

Kurniadi, Rizki. 2012. Asuhan Keperawatan Aplikasi NANDA. Diakses : 6 Juni


2013. http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/makalah-
asuhan-keperawatan-jiwa.html

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika.

Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga.

Nurjannah, Intansari. 2005. Aplikasi Proses Keperawatan. Yogyakarta : Moc

Medika.

Saleh, Ahmad. 2009. Masalah Jiwa. Diakses : 7 Juni 2013.


http://ahmadsalehyahya.blogspot.com/2009/12/masalahjiwa-di-
indonesia.html.

Stuart, Gail Wiscard. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC

Surya, Ade Herman. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Widodo, Arif. 2004. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Surakarta : UMS

Widodo, Arif. 2012. Standar Operasional Prosedur Asuhan Keperawatan Jiwa.


Surakarta : FIK UMS.

Anda mungkin juga menyukai