Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Aborsi Dan Keluarga Berencana (KB)”

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Agama

Disusun oleh Kelompok 8 (Delapan) :


1. AFENTRI PORNOMO
2. DWIJAYNTI INDRAGIRI
3. YETA MARYANI
4. SUNARTI
5. BEALI WIDIAWATI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
 Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas Nabi
besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan sekalian umatnya
yangbertakwa. Atas berkat rahmat serta hidayah Allah jugalah penulis telah dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul :

“ABORSI DAN KELUARGA BERENCANA (KB)”.

Adapun penyusunan makalah iniadalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Agama.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak menutupkemungkinan
apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan.Dengan lapangdada penulis menerima saran
dan kritiknya demi untuk menambahwawasan.Semoga Makalah ini mendatangkan manfaat bagi
penulis khususnyadan bagi rekan-rekan semua pada umumnya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penyusun,

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I  PENDAHULUAN........................................................................................1
I.I   Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah  ...........................................................................................1
1.3 Tujuan  .............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
2.1 Pengertian Aborsi dan Keluarga berencana......................................................2
2.2 Aborsi dan Keluarga Berencana menurut Al-Quran dan Hadist......................3
2.3 Hukum Aborsi dan Keluarga Berencana Dalam Islam.....................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................11
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................11
3.2  Saran ................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................iii

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Saat ini banyak masyarakat yang masih bingung mengenai hukum pandangan Agama
Islam terhadap Aborsi dan Keluarga Berencana (KB).Aborsi dalam bahasa Arab disebut
“ijhadh”, yang memiliki beberapa sinonim yakni isqath (menjatuhkan), ilqa‟ (membuang),
tharah (melempar) dan imlash (menyingkirkan).Para ulama (para fuqaha) sepakat bahwa
pengguguran janin sesudah ditiupkan ruh adalah haram.Namun, dalam hal janin yang belum
ditiupkan ruh mengenai penggugurannya, para fuqaha berbeda pendapat, ada yang
membolehkan, ada berpendapat mubah dan ada yang mengharamkan.

Sedangkan Keluarga Berencana (KB) adalah program nasional yang dijalankan pemerintah
untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan populasi penduduk
tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa. Dalam pengertian ini, KB didasarkan pada
teori populasi menurut Thomas Robert Malthus. KB juga dapat dipahami sebagai aktivitas
individu untuk mencegah kehamilan.Akan tetapi, sebagian umat muslim ada yang berpendapat
bahwa program KB ini adalah haram,karena sama saja menolak anak yang dianugerahkan
kepada kita.

Namun Menurut kesehatan jika tidak mengatur jarak kelahiran antara anak yang satu
dengan anak yang lainya maka dapat menyebabkan banyak kerugian baik fisik maupun
psikologi.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Aborsi dan Keluarga Berencana?
2. Bagaimana Aborsi dan Keluarga Berencana menurut Al-Quran dan Hadist?
3. Bagaimana hukum Aborsi dan keluarga berencana dalam Islam?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mendeskripsikan pengertian Aborsi dan Keluarga Berencana
2. Untuk mendeskripsikan Aborsi dan Keluarga berencana menurut Al-Quran dan
Hadist
3. Untuk mendeskripsikan hukum Aborsi dan Keluarga Berencana dalam Islam

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aborsi dan Keluarga berencana

1) Pengertian Aborsi

Suatu tindakan yang bertujuan untuk mengakhiri masa kehamilan atau


pengguguran kandungan dengan cara mengeluarkan janin (embrio) sebelum memiliki
kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim. Aborsi dalam bahasa Arab disebut
“ijhadh”, yang memiliki beberapa sinonim yakni isqath (menjatuhkan), ilqa‟
(membuang), tharah (melempar) dan imlash (menyingkirkan).

Di kalangan ahli kedokteran dikenal dua macam abortus atau aborsi


(keguguran kandungan) yakni abortus spontan dan abortus buatan.Abortus spontan
adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses
kehamilan sebelum berumur 28 minggu. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit
yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan
dengan kelainan pada sistem reproduksi.Lain halnya dengan abortus buatan, abortus
dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang disengaja untuk menghentikan proses
kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang
dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar dengan cara operasi
mengeluarkan janin dari Rahim maupun dengan cara lainnya.

2) Pengertian Keluarga berencana

Istilah Keluarga Berencana (KB), merupakan terjemahan dari Bahasa


Inggris “Family Planning” yang dalam pelaksanaannya di Negara Barat mencakup
dua macam metode (cara), yaitu:

a) Planning Parenthood

Yaitu suatu perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anak-anaknya


diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa gembira dan
syukur. Adapun dalam istilah Bahasa Arab yaitu

‫تَ ْن ِظ ُم النَّس ِْل‬ (mengatur keturunan) 

2
b) Birth Control 
Penerapan metode ini menekankan jumlah anak, atau menjarangkan kelahiran,
sesuai dengan situasi dan kondisi suami istri. Hal ini lebih mirip dengan istilah
Bahasa Arab : 

‫( تَحْ ِد ْي ُد النَّ ْس ِل‬Membatasi keturunan) 

2.2 Aborsi dan Keluarga Berencana menurut Al-Quran dan Hadist

1) Pandangan Al-Quran tentang Aborsi


Dalam al-Quran banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu
dilaksanakan dalam kaitanya dengan Aborsi salah satunya adalah ayat berikut :

Surah al-Isra’ ayat 31-33

‫تَ ْق َربُوا‬ ‫) َواَل‬۳۱( ‫ق نَ ْحنُ نَ ْر ُزقُ ُه ْم وَِإيَّا ُك ْم ِإنَّ قَ ْتلَ ُه ْم َكانَ ِخ ْطًئا َكبِي ًرا‬ ْ ‫َواَل تَ ْقتُلُوا َأ ْواَل َد ُك ْم َخ‬
ٍ ‫شيَةَ ِإ ْماَل‬
‫قُتِ َل‬ ْ‫ق َو َمن‬ َ ‫) َواَل تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬۳۲( ‫سبِياًل‬
ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ ِإاَّل بِا ْل َح‬ َ ‫سا َء‬ َ ‫شةً َو‬َ ‫ال ِّزنَا ِإنَّهُ َكانَ فَا ِح‬
ُ ‫س ِرفْ ِفي ا ْلقَ ْت ِل ِإنَّهُ َكانَ َم ْن‬
: ‫) ﴿ سورة اإلسراء‬۳۳( ‫صو ًرا‬ ُ ‫َم ْظلُو ًما فَقَ ْد َج َع ْلنَا لِ َولِيِّ ِه‬
ْ ُ‫س ْلطَانًا فَاَل ي‬
۳۳ – ۳۱ ﴾

Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.


Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. Dan janganlah
kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah, melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara
zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya,
tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia
adalah orang yang mendapat pertolongan”. (Q.S. al-Isra’ : 31-33)

3
2) Pandangan Hadist tentang Aborsi

a) Madzhab Imam Hanafi:


Hukumnya adalah "Mubah;boleh" yaitu diperbolehkan menggugurkan
kandungan (tanpa sebab ada 'udzur) selagi belum ada tanda-tanda kehidupan,
dan belum mencapai usia kandungan setelah berumur 120 hari, sebab janin
yang belum mencapai usia ini belum dikatakan manusia, karena belum adanya
ruh pada janin. Ada pendapat sebahagian ulama Madzhab ini hukumnya adalah
"Makruh" jika menggugurkannya tanpa sebab ada 'udzur. Namun jika dalam
penggugurannya tanpa sebab 'udzur malah mendatangkan mudorat maka
hukumnya adalah berdosa.
Sebab-sebab 'udzur diantaranya, dikhawatirkan karena mengancam kesehatan
ibu sebab penyakit yang ganas, atau dapat menyebabkan janin cacat, dan
sebagainya. Sebagian ulama ini pula menyatakan mutlak hukumnya adalah
"Mubah ; boleh" jika menggugurkan kandungan karena sebab 'udzur (darurat).

b) Madzhab Imam Malik


Menggugurkan kandungan menurut pendapat yang mu'tamad dalam madzhab
ini hukumnya adalah "Haram" meskipun usia kandungan belum mencapai 40
hari. Karena seperma yang sudah masuk kedalam rahim wanita tidak boleh
dikeluarkan. Sebahagian kecil ulama Madzhab ini memandangnya hanya
"Makruh" saja. Namun mereka semua sepakat secara Ijma' jika kandungan
yang digugurkan sudah ada ruh, maka mutlak hukumnya adalah "Haram".

c) Madzhab Imam Syafi'i


Diperbolehkan namun hukumnya adalah "Makruh" menggugurkan kandungan
apabila sudah mencapai pada usia antara 40, 42, dan 45 hari dari awal
kehamilannya, dengan syarat jika ada persetujuan dari suami dan isteri, dan
jika tidak mendatangkan kemudoratan dalam penggugurannya. Namun jika
usia kandungan seteleh diatas empat puluh harian (antara 40, 42, dan 45 hari
dari awal kehamilan) digugurkan, maka mutlak hukumnya adalah "Haram".

4
d) Madzhab Imam Ahmad bin Hanbam (Hanabilah)
Pendapat madzhab Hanabilah sama dengan pendapat Madzhab Imam Hanafi.
Mereka perpegang bolehnya menggugurkan kandungan selama masa 4 bulan
pertama (120 hari) dari awal kehamilan. Namun jika janin berusia sudah
mencapai lebih dari 120 hari atau sudah ada ruh (tanda-tanda kehidupan)
hukumnya adalah "Haram". (lihat dalam kitab, Bujairimi Alkhatib, Syarah
Shahih Muslim, Nihayah Almutaj, Tuhfatul Muhtaj Ibnu Hajar, Ihya'
Ulumuddin Imam Al-Ghazali, Alfiqhu Alislami Wa-Adillatuhu, dll).

3) Pandangan Al-Quran tentang Keluarga Berencana


Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita
laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :

Surat An-Nisa’ ayat 9:

Artinya : “Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap
kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB
diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-
Anfal: 53, dan at-Thalaq: 7
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu
dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan
kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup brumah tangga.

4) Pandangan Hadist tentang Keluarga Berencana


5
Hadist Al Bukhari No.2537
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan
berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan
orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya
rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka
menjadi beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak
hendaknya dipikirkan bersama.

2.3 Hukum Aborsi dan Keluarga Berencana Dalam Islam

1) Hukum aborsi dalam Islam


Jadi hasil pembahasan di atas Hukumnya,diperbolehkan asal memiliki tujuan yang
baik.Otoritas Negara harus dapat menjamin perlindungan dan kemaslahatan bagi
rakyatnya. Dan rakyat harus patuh terhadap Negara dan seluruh perangkat undang-
undang yang telah ditetapkan yang tidak bertentangan dengan hukum syari'at Islam
yang telah disepakati oleh lembaga ulama yang berkompeten. Allah Swt
mengisyaratkan didalam firman-Nya,
Surat An-Nisa surah 4 Ayat 59

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri (para ulama & pemerintah) di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya" (QS.
Annisa' [4] : 59)

6
Begitu juga di dalam Ayat lain diwajibkannya rakyat untuk patuh terhadap keputusan
ulama dan pemerintah, sebagaimana Firman Allah Swt sebagai berikut,

Artinya : "Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada
Rasul dan Ulil Amri (Para ulama & pemerintah) di antara mereka, tentulah orang-
orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka
(Rasul dan para ulama & pemerintah]). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat
Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja
(di antaramu)" (QS. Annisa' [4] : 83)
Dari Ayat Alqur'an di atas maka jelaslah, diantara syarat diperbolehkannya
menggugurkan kehamilan jika undang-undang Negara (undang-undang kesehatan)
yang membolehkan aborsi tidak bertentangan dengan keputusan dari kesepakatan
fatwa ulama yaitu dari lembaga ulama yang berkompeten. Jika undang-undang
Negara (undang-undang kesehatan) bertentangan dengan hasil keputusan lembaga
ulama yang berkompeten maka mutlak hukumnya adalah "Haram".
Aborsi yang diperbolehkan selagi usia kandungan belum mencapai setelah umur 120
hari dari awal kehamilannya (sebelum adanya ruh pada janin), dan menggugurkan
setelah janin berusia diatas 120 hari (sudah adanya ruh), maka hukumnya adalah
'Haram'.
Bagi pelakunya yang menggugurkan dan yang meminta digugurkan dapat dijerat
dengan hukum pidana, sama hukumnya seperti pelaku pembunuhan (menghilangkan
nyawa orang lain). Di antara Aborsi yang boleh atau tidak boleh dilakukan
diantaranya sebagai berikut:

1. Malu karena hamil di luar nikah sebab perzinahan, meskipun usia wanita yang
hamil masih anak di bawah umur. Maka hukumnya mutlak adalah "Haram".
Jika alasannya karena usia anak masih di bawah umur, masih sekolah, masih

7
labil, dan lain sebagainya. Kondisi seperti ini, maka kedua orang tua baik dari
pihak laki-laki dan wanita harus ikut bertanggung jawab menjaga, memelihara
dan melindunginya. Jika kedua orang tua mereka wafat atau tidak ada, maka
pemerintah wajib memberikan perlindungan kepada mereka sampai mereka
bisa mandiri. Jadi hamil sebab karena pezinahan (suka sama suka) sama ada
usianya masih di bawah umur apalagi usia sudah dewasa (apapun alasannya),
maka Haram hukumnya digugurkan. Tentang status anak hamil di luar nikah
dapat dilihat tulisan KH.Ovied. R dengan judul "Hukum Nikah Hamil di Luar
Nikah/tahun 2005"
2. Malu hamil karena sebab pemerkosaan dan usia wanita yang hamil masih di
bawah umur atau sudah dewasa, maka menggugurkan kandungannya
diperbolehkan dengan syarat:
a. Sebagaimana pendapat mayoritas Ulama, boleh menggugurkan kandungan
selama janin belum ada ruh (sebelum usia janin mencapai lebih 120 hari
dari awal kehamilan), dan mutlak hukumnya adalah "Haram" jika
menggugurkan janin yang sudah memiliki ruh".
b. Bagi yang ingin menggugurkan kehamilannya harus ada izin dari lembaga
yang berkompeten dan payung hukum undang-undang Negara yang
membolehkannya.
c. Tempat menggugurkannya (rumah sakit atau tempat bersalin) harus yang
sudah mendapat izin dan payung hukum dari pemerintah.
3. Sebab penyakit ganas (seperti penyakit HIV/AIDS, kanker, dan penyakit ganas
lainnya). Namun jika usia janin sudah berusia di atas 120 hari (sudah adanya
ruh), maka tidak boleh digugurkan dan hukumnya adalah tetap "Haram".
4. Bolehnya menggugurkan kandungan karena udzur yaitu karena alasan
kesehatan, seperti dapat menyebabkan kematian sang Ibu, jika janin yang
dikandung tidak digugurkan malah keduanya akan mati (anak dan ibunya).
Kondisi ini berlaku Kidah
"I'tibar Almashalih Wa Dar-ull Mafasid; mendahulukan kemaslahatan, dan
meninggalkan kerusakan". Sebab 'udzur Syar'I, maka boleh digugurkan
meskipun janin sudah ada ruh (usia janin di atas 120 hari).

8
2. Hukum Keluarga berencana dalam Islam
1) Menurut al-Qur’an dan Hadits
Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang
melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB
harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam,Tetapi dalam al-Qur’an ada
ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti program KB,
yakni karena hal-hal berikut:
•     Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai
dengan firman Allah pada potongan surat Al-Baqarah surah 2 ayat 195

“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”.


•     Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan
hal ini sesuai dengan hadits Nabi Abu Na’im:
َ‫ُك ْف ًر َكاد َْالفَ ْق ُرَأ ْنيَ ُكوْ ن‬
“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.

2) Macam-macam Alat Kontrasepsi


Dalam pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi yang sudah dikenal
diantaranya ialah:
 Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita
untuk mencegah terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada
endometrium.
 Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya
yaitu menghalangi ovulasi, menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak
mungkin terjadi dan memekatkan lendir serlak sehingga memperlambat
perjalanan sperma melalui canalis servikalis.
 Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan
dibawah kulit lengan bagian dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan
siku. Cara kerjanya sama dengan suntik.

9
 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral)
multi load terbuat dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara
kerjanya ialah membuat lemahnya daya sperma untuk membuahi sel telur
wanita.
 Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau
pengikatan saluran pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik
sperma) dengan kelenjar prostat (gudang sperma menjelang diejakulasi)
bagi laki-laki. Atau tubektomi dengan operasi yang sama pada wanita
sehingga ovarium tidak dapat masuk kedalam rongga rahim. Akibat dari
sterilisasi ini akan menjadi mandul selamanya.
Alat-alat konrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan
tiisu yang dimasukkan kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi
yang bersifat tradisional seperti jamuan, urut dsb.

3) Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam


1. Cara yang diperbolehkan
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan
oleh syara’ antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom,
diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan asal tidak
membahayakan nyawa sang ibu.Dan cara ini dapat dikategorikan kepada
azl yang tidak dipermasalahkan hukumnya.
2 Cara yang dilarang
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu
dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan.
Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain, vasektomi,
tubektomi.Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan
pernikahan untuk menghasilakn keturunan

10
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Aborsi dalam pandangan islam pada dasarnya adalah haram, karena telah dengan sengaja
menghilangkan nyawa orang lain. Meskipun demikian, hukum islam sangatlah fleksibel dan
luwes. Dalam hal-hal tertentu atau darurat, maka aborsi diperbolehkan.
Keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai perencanaan yang
kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan
rasa gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan
dengan kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Agama Islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara atau tidak permanen dan dapat
dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang
auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam
keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari
bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudharat) bagi
kesehatan. Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa KB yang dibolehkan syari`at
adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan
sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan
(maslahat) keluarga.

1.2 Saran
Saran dari kami sebagai individu dan bagi individu lainnya adalah sebaiknya kita menjauhi
hal-hal yang mengarah pada perbuatan zina agar tidak terjadi kehamilan diluar nikah, tetapi jika
sudah terlanjur terjadi kehamilan diluar nikah, maka kita jangan melakukan aborsi tetapi
seharusnya kita bertanggung jawab dan menjaga kehamilan serta merawat/ mendidiknya sampai
dewasa.
Selaku umat manusia kita harus memperhatikan berbagai kondisi dalam berkeluarga,
merencanakan sebelum kelahiran dan mengantisipasi banyak nya kelahiran dengan metode-
metode keluarga berencana.

11
DAFTAR PUSTAKA

Basyir, Ahmad Azhar. Refleksi atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat, Hukum, Politik dan
Ekonomi. Cet. I; Bandung: Mizan, 1993.
Departemen Kesehatan RI. Laporan Lengkap Symposium Abortus. Jakarta: t.p., 1965.
Al-Gazali, al-Wajiz. Beirut: Dar al-Ma‟rifah, t.th.
-----------, Ihya’ ‘Ulum al-Din dalam al-Qashby Mahmud Zalath, al-Islam wa al-Thafulah.
Cairo: al-Azhar University, 1991.
Al-Hanafi, Ahmad al-Thahthawi, Hasyiyah al-Thahthawi ‘ala Dur alMukhtar. Jilid IV; Beirut:
Dar al-Ma‟rifah, t.th.
Hanifah, Leily. “Aborsi ditinjau dari Tiga Sudut Pandang”, Artikel dalam
Http://Situs.Kesrepro.Info/Gendervaw/Gvaw01.htm.
Hasan. M. Ali, Masa’il Fiqhiyah al-Haditsah pada Masaalah-Masalah Kontemporer Hukum
Islam. Jakarta: Raga Grafindo Persada, 1998.
Jurnal Al-Maiyyah, Volume 9 No. 1 Januari-Juni 2016 Aborsi Dalam Perspektif Hukum Islam
(Meluruskan Problema Perempuan di Mata Publik) 163 Khallaf. Abdul Wahab, Kaidah-Kaidah
Hukum Islam (Ushul Fiqh). Bandung: Penerbit Risalah, 1985.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah: Pesan. Kesan, dan Keserasian Alquran. Jakarta:
Lentera Hati, 2002.
Tim Penyusun. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001. Zuhdi,
Masyfuk. Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam. Cet. III; Jakarta: CV. Haji Masagung,
1992. -----------. Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu, 1986.
Ulfah Anshor, Maria. Fikih Aborsi: Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan. Jakarta:
Penerbit Kompas, 2006.

iv

Anda mungkin juga menyukai