i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas Nabi
besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan sekalian umatnya
yangbertakwa. Atas berkat rahmat serta hidayah Allah jugalah penulis telah dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul :
Adapun penyusunan makalah iniadalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Agama.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak menutupkemungkinan
apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan.Dengan lapangdada penulis menerima saran
dan kritiknya demi untuk menambahwawasan.Semoga Makalah ini mendatangkan manfaat bagi
penulis khususnyadan bagi rekan-rekan semua pada umumnya. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penyusun,
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
I.I Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................1
1.3 Tujuan .............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
2.1 Pengertian Aborsi dan Keluarga berencana......................................................2
2.2 Aborsi dan Keluarga Berencana menurut Al-Quran dan Hadist......................3
2.3 Hukum Aborsi dan Keluarga Berencana Dalam Islam.....................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................11
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................11
3.2 Saran ................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................iii
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
Sedangkan Keluarga Berencana (KB) adalah program nasional yang dijalankan pemerintah
untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan populasi penduduk
tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa. Dalam pengertian ini, KB didasarkan pada
teori populasi menurut Thomas Robert Malthus. KB juga dapat dipahami sebagai aktivitas
individu untuk mencegah kehamilan.Akan tetapi, sebagian umat muslim ada yang berpendapat
bahwa program KB ini adalah haram,karena sama saja menolak anak yang dianugerahkan
kepada kita.
Namun Menurut kesehatan jika tidak mengatur jarak kelahiran antara anak yang satu
dengan anak yang lainya maka dapat menyebabkan banyak kerugian baik fisik maupun
psikologi.
1
BAB II PEMBAHASAN
1) Pengertian Aborsi
a) Planning Parenthood
2
b) Birth Control
Penerapan metode ini menekankan jumlah anak, atau menjarangkan kelahiran,
sesuai dengan situasi dan kondisi suami istri. Hal ini lebih mirip dengan istilah
Bahasa Arab :
تَ ْق َربُوا ) َواَل۳۱( ق نَ ْحنُ نَ ْر ُزقُ ُه ْم وَِإيَّا ُك ْم ِإنَّ قَ ْتلَ ُه ْم َكانَ ِخ ْطًئا َكبِي ًرا ْ َواَل تَ ْقتُلُوا َأ ْواَل َد ُك ْم َخ
ٍ شيَةَ ِإ ْماَل
قُتِ َل ْق َو َمن َ ) َواَل تَ ْقتُلُوا النَّ ْف۳۲( سبِياًل
ِّ س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ ِإاَّل بِا ْل َح َ سا َء َ شةً َوَ ال ِّزنَا ِإنَّهُ َكانَ فَا ِح
ُ س ِرفْ ِفي ا ْلقَ ْت ِل ِإنَّهُ َكانَ َم ْن
: ) ﴿ سورة اإلسراء۳۳( صو ًرا ُ َم ْظلُو ًما فَقَ ْد َج َع ْلنَا لِ َولِيِّ ِه
ْ ُس ْلطَانًا فَاَل ي
۳۳ – ۳۱ ﴾
3
2) Pandangan Hadist tentang Aborsi
4
d) Madzhab Imam Ahmad bin Hanbam (Hanabilah)
Pendapat madzhab Hanabilah sama dengan pendapat Madzhab Imam Hanafi.
Mereka perpegang bolehnya menggugurkan kandungan selama masa 4 bulan
pertama (120 hari) dari awal kehamilan. Namun jika janin berusia sudah
mencapai lebih dari 120 hari atau sudah ada ruh (tanda-tanda kehidupan)
hukumnya adalah "Haram". (lihat dalam kitab, Bujairimi Alkhatib, Syarah
Shahih Muslim, Nihayah Almutaj, Tuhfatul Muhtaj Ibnu Hajar, Ihya'
Ulumuddin Imam Al-Ghazali, Alfiqhu Alislami Wa-Adillatuhu, dll).
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri (para ulama & pemerintah) di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya" (QS.
Annisa' [4] : 59)
6
Begitu juga di dalam Ayat lain diwajibkannya rakyat untuk patuh terhadap keputusan
ulama dan pemerintah, sebagaimana Firman Allah Swt sebagai berikut,
Artinya : "Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada
Rasul dan Ulil Amri (Para ulama & pemerintah) di antara mereka, tentulah orang-
orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka
(Rasul dan para ulama & pemerintah]). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat
Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja
(di antaramu)" (QS. Annisa' [4] : 83)
Dari Ayat Alqur'an di atas maka jelaslah, diantara syarat diperbolehkannya
menggugurkan kehamilan jika undang-undang Negara (undang-undang kesehatan)
yang membolehkan aborsi tidak bertentangan dengan keputusan dari kesepakatan
fatwa ulama yaitu dari lembaga ulama yang berkompeten. Jika undang-undang
Negara (undang-undang kesehatan) bertentangan dengan hasil keputusan lembaga
ulama yang berkompeten maka mutlak hukumnya adalah "Haram".
Aborsi yang diperbolehkan selagi usia kandungan belum mencapai setelah umur 120
hari dari awal kehamilannya (sebelum adanya ruh pada janin), dan menggugurkan
setelah janin berusia diatas 120 hari (sudah adanya ruh), maka hukumnya adalah
'Haram'.
Bagi pelakunya yang menggugurkan dan yang meminta digugurkan dapat dijerat
dengan hukum pidana, sama hukumnya seperti pelaku pembunuhan (menghilangkan
nyawa orang lain). Di antara Aborsi yang boleh atau tidak boleh dilakukan
diantaranya sebagai berikut:
1. Malu karena hamil di luar nikah sebab perzinahan, meskipun usia wanita yang
hamil masih anak di bawah umur. Maka hukumnya mutlak adalah "Haram".
Jika alasannya karena usia anak masih di bawah umur, masih sekolah, masih
7
labil, dan lain sebagainya. Kondisi seperti ini, maka kedua orang tua baik dari
pihak laki-laki dan wanita harus ikut bertanggung jawab menjaga, memelihara
dan melindunginya. Jika kedua orang tua mereka wafat atau tidak ada, maka
pemerintah wajib memberikan perlindungan kepada mereka sampai mereka
bisa mandiri. Jadi hamil sebab karena pezinahan (suka sama suka) sama ada
usianya masih di bawah umur apalagi usia sudah dewasa (apapun alasannya),
maka Haram hukumnya digugurkan. Tentang status anak hamil di luar nikah
dapat dilihat tulisan KH.Ovied. R dengan judul "Hukum Nikah Hamil di Luar
Nikah/tahun 2005"
2. Malu hamil karena sebab pemerkosaan dan usia wanita yang hamil masih di
bawah umur atau sudah dewasa, maka menggugurkan kandungannya
diperbolehkan dengan syarat:
a. Sebagaimana pendapat mayoritas Ulama, boleh menggugurkan kandungan
selama janin belum ada ruh (sebelum usia janin mencapai lebih 120 hari
dari awal kehamilan), dan mutlak hukumnya adalah "Haram" jika
menggugurkan janin yang sudah memiliki ruh".
b. Bagi yang ingin menggugurkan kehamilannya harus ada izin dari lembaga
yang berkompeten dan payung hukum undang-undang Negara yang
membolehkannya.
c. Tempat menggugurkannya (rumah sakit atau tempat bersalin) harus yang
sudah mendapat izin dan payung hukum dari pemerintah.
3. Sebab penyakit ganas (seperti penyakit HIV/AIDS, kanker, dan penyakit ganas
lainnya). Namun jika usia janin sudah berusia di atas 120 hari (sudah adanya
ruh), maka tidak boleh digugurkan dan hukumnya adalah tetap "Haram".
4. Bolehnya menggugurkan kandungan karena udzur yaitu karena alasan
kesehatan, seperti dapat menyebabkan kematian sang Ibu, jika janin yang
dikandung tidak digugurkan malah keduanya akan mati (anak dan ibunya).
Kondisi ini berlaku Kidah
"I'tibar Almashalih Wa Dar-ull Mafasid; mendahulukan kemaslahatan, dan
meninggalkan kerusakan". Sebab 'udzur Syar'I, maka boleh digugurkan
meskipun janin sudah ada ruh (usia janin di atas 120 hari).
8
2. Hukum Keluarga berencana dalam Islam
1) Menurut al-Qur’an dan Hadits
Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang
melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB
harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam,Tetapi dalam al-Qur’an ada
ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti program KB,
yakni karena hal-hal berikut:
• Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai
dengan firman Allah pada potongan surat Al-Baqarah surah 2 ayat 195
9
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral)
multi load terbuat dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara
kerjanya ialah membuat lemahnya daya sperma untuk membuahi sel telur
wanita.
Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau
pengikatan saluran pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik
sperma) dengan kelenjar prostat (gudang sperma menjelang diejakulasi)
bagi laki-laki. Atau tubektomi dengan operasi yang sama pada wanita
sehingga ovarium tidak dapat masuk kedalam rongga rahim. Akibat dari
sterilisasi ini akan menjadi mandul selamanya.
Alat-alat konrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan
tiisu yang dimasukkan kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi
yang bersifat tradisional seperti jamuan, urut dsb.
10
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Aborsi dalam pandangan islam pada dasarnya adalah haram, karena telah dengan sengaja
menghilangkan nyawa orang lain. Meskipun demikian, hukum islam sangatlah fleksibel dan
luwes. Dalam hal-hal tertentu atau darurat, maka aborsi diperbolehkan.
Keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai perencanaan yang
kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan
rasa gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan
dengan kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Agama Islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara atau tidak permanen dan dapat
dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang
auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam
keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari
bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudharat) bagi
kesehatan. Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa KB yang dibolehkan syari`at
adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan
sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan
(maslahat) keluarga.
1.2 Saran
Saran dari kami sebagai individu dan bagi individu lainnya adalah sebaiknya kita menjauhi
hal-hal yang mengarah pada perbuatan zina agar tidak terjadi kehamilan diluar nikah, tetapi jika
sudah terlanjur terjadi kehamilan diluar nikah, maka kita jangan melakukan aborsi tetapi
seharusnya kita bertanggung jawab dan menjaga kehamilan serta merawat/ mendidiknya sampai
dewasa.
Selaku umat manusia kita harus memperhatikan berbagai kondisi dalam berkeluarga,
merencanakan sebelum kelahiran dan mengantisipasi banyak nya kelahiran dengan metode-
metode keluarga berencana.
11
DAFTAR PUSTAKA
Basyir, Ahmad Azhar. Refleksi atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat, Hukum, Politik dan
Ekonomi. Cet. I; Bandung: Mizan, 1993.
Departemen Kesehatan RI. Laporan Lengkap Symposium Abortus. Jakarta: t.p., 1965.
Al-Gazali, al-Wajiz. Beirut: Dar al-Ma‟rifah, t.th.
-----------, Ihya’ ‘Ulum al-Din dalam al-Qashby Mahmud Zalath, al-Islam wa al-Thafulah.
Cairo: al-Azhar University, 1991.
Al-Hanafi, Ahmad al-Thahthawi, Hasyiyah al-Thahthawi ‘ala Dur alMukhtar. Jilid IV; Beirut:
Dar al-Ma‟rifah, t.th.
Hanifah, Leily. “Aborsi ditinjau dari Tiga Sudut Pandang”, Artikel dalam
Http://Situs.Kesrepro.Info/Gendervaw/Gvaw01.htm.
Hasan. M. Ali, Masa’il Fiqhiyah al-Haditsah pada Masaalah-Masalah Kontemporer Hukum
Islam. Jakarta: Raga Grafindo Persada, 1998.
Jurnal Al-Maiyyah, Volume 9 No. 1 Januari-Juni 2016 Aborsi Dalam Perspektif Hukum Islam
(Meluruskan Problema Perempuan di Mata Publik) 163 Khallaf. Abdul Wahab, Kaidah-Kaidah
Hukum Islam (Ushul Fiqh). Bandung: Penerbit Risalah, 1985.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah: Pesan. Kesan, dan Keserasian Alquran. Jakarta:
Lentera Hati, 2002.
Tim Penyusun. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001. Zuhdi,
Masyfuk. Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam. Cet. III; Jakarta: CV. Haji Masagung,
1992. -----------. Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu, 1986.
Ulfah Anshor, Maria. Fikih Aborsi: Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan. Jakarta:
Penerbit Kompas, 2006.
iv