Anda di halaman 1dari 17

AGAMA ISLAM

PANDANGAN AGAMA TERHADAP TINDAKAN


MEDIS

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. KHAIDIR BIRAN

PENYUSUN :
SILVIA AULIA ASY-SYIFA

TAHUN AKADEMIK 2015/2016


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Agama Islam
yang berjudul “ PANDANGAN AGAMA TERHADAP TINDAKAN MEDIS ”ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

 Jambi, Desember 2015

 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN

A. PANDANGAN AGAMA TERHADAP TINDAKAN MEDIS


1. ABORSI
2. KELUARGA BERENCANA (KB)
3. INSEMINASI BUATAN
4. EUTHANASIA
5. TRANSFUSI DARAH
6. TRANSFLANTASI ORGAN TUBUH
7. OPERASI KELAMIN
8. BEDAH PLASTIK

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita  menyadari  bahwa  terjadinya  arus  perkembangan  ilmu  pengetahuan 


yang  tidak  terhenti  membuat  kemajuan  dan  kecanggihan  semakin  tidak  tidak 
terjangkau,  jika  dulu  hanya  sebuah  mimpi  kini  segala  sesuatu  yang  dulu  tidak 
masuk  akal  telah  berada  dalam  nyata.  Ciri  manusia  adalah  selalu  ingin 
mengetahui  rahasia  alam,  memecahkannya  dan  kemudian  mencari  teknologi 
untuk  memanfaatkannya  dengan  tujuan  memperbaiki  kehidupan  manusia  agar 
lebih  nyaman,  lebih  menyenangkan. 

Akselerasi  perkembangan  ilmu  dan  teknologi  dewasaini,  memiliki  multi 


implikasi  yang  sangat  luas. Salah satu contoh  akselerasi  perkembangan 
tersebut  ialah  ditemukannya  teknologi  bedah  plastik dan masih banyak yang lain
yang  mana  terdapat  banyak  perbedaan  pendapat  menenai  hukumnya.  Karena 
itu,  dalam  makalah  ini  kami  akan  membahas  mengenai  masalah  tersebut 
ditinjau  dari  segi  medis  dan  agama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pandangan Agama terhadap ABORSI ?
2. Bagaimana Pandangan Agama terhadap KELUARGA BERENCANA (KB) ?
3. Bagaimana Pandangan Agama terhadap INSEMINASI BUATAN ?
4. Bagaimana Pandangan Agama terhadap EUTHANASIA ?
5. Bagaimana Pandangan Agama terhadap TRANSFUSI DARAH ?
6. Bagaimana Pandangan Agama terhadap TRANSFLANTASI ORGAN TUBUH ?
7. Bagaimana Pandangan Agama terhadap OPERASI KELAMIN ?
8. Bagaimana Pandangan Agama terhadap BEDAH PLASTIK ?
C. TUJUAN PENULISAN

Meningkatkan  pemahaman  dan  pengetahuan  mahasiswa  tehadap berbagai


macam tindakan medis, agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari tindakan
medis tersebut, agar  mahasiswa  mampu  mengetahui  pandangan  agama 
terhadap tindakan medis mengenai  hukumnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PANDANGAN AGAMA TERHADAP TINDAKAN MEDIS


1. ABORSI

Abortus/Aborsi  adalah suatu perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan


dengan mengeluarkan janin dari kandungan sebelum tiba masa kelahiran secara
alami.

Yang menjadi topik kita adalah abortus propocatus criminalis yaitu tindakan


mengeluarkan janin dari rahim secara sengaja sebelum masa kelahiran tiba, tanpa
sebab yang membolehkan (dharurat).

Islam melarang pengguguran kandungan, baik dilakukan pada masa janin belum
bernyawa ataupun setelah bernyawa. Abortus merupakan suatu kejahatan dan
perbuatan dosa

Abortus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

 Abortus spontan/alami atau Abortus Spontaneus


 Abortus Buatan/Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis
 Abortus Terapeutik/Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum

 ABORSI MENURUT AGAMA ISLAM

Dari segi agama Islam (Al-Quran & Aborsi) Umat Islam percaya bahwa Al-Quran
adalah Undang-Undang paling utama bagi kehidupan manusia. Allah berfirman:
“Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu.” (QS
16:89) Jadi, jelaslah bahwa ayat-ayat yang terkandung didalam Al-Quran
mengajarkan semua umat tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia.
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh
dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan
bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang
menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia
adalah sangat mengerikan.
Pertama: Manusia – berapapun kecilnya – adalah ciptaan Allah yang mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat
dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: “Dan
sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.”(QS 17:70)

Kedua: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.


Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Al-
Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya
unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi,
setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh
dalam proses aborsi.

Ketiga: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebetulan. Setiap
janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan manusia
dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak
terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah: “Selanjutnya Kami
dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan.
Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS 22:5) Dalam
ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup “selama umur
kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum
umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa!

Majelis Ulama Indonesia memfatwakan bahwa :

1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya inplantasi blastosis pada dinding


rahim ibu (nidasi)
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur baik yang bersifat darurat ataupun
hajat, seperti:

- Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang membolehkan aborsi


adalah :

 Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut,
TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya harus
ditetapkan oleh tim dokter.
 Dalam keadaan dimana kehamilan mengancam nyawa si ibu.

– Keadaan hajat yang berkaitan dengan hehamilan yang dapat membolehkan aborsi
adalah :

 Janin yang dikandung dideteksi cacat genetik yang kalau lahir kelak sulit
disembuhkan.
 Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh tim yang berwenang yang
didalamnya terdapat antara lain keluarga korban , Dokter dan ulama.
 (kebolehan aborsi dalam hal ini harus dilakukan sebelum janin berusia 40
hari)

3. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan akibat berzina

2. KELUARGA BERENCANA

Keluarga Berencana (KB) atau Family Planning (Planned parenthood) adalah


pengaturan keturunan, yaitu pasangan suami istri yang mempunyai perencanaan
yang konkrit mengenai kapan dan berapa jumlah anak-anak mereka diharapkan
lahir. Keluarga berencana (KB) adalah istilah resmi yang dipakai dalam lembaga-
lembaga Negara kita seperti BKKBN. Keluarga Berencana juga mempunyai arti yang
sama dengan istilah arab ”tandhdimunnahli” yang artinya pengaturan kelahiran,
bukan ”tahdziidhunnahli” yang artinya pembatasan kelahiran . Sementara dalam
literatur keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai
perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap
anaknya lahir disambut dengan rasa gembira dan syukur dan merencanakan berapa
anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya dan situasi
kondisi masyarakat dan negaranya.

 Keluarga Berencana (KB) Dalam Agama Islam


Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita
laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
Surat An-Nisa’ ayat 9, yang artinya: “Dan hendaklah takut pada Allah orang-
orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah.
Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar”.
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan
KB diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf:
15, al-Anfal: 53, dan at-Thalaq: 7. Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga
kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya
hidup brumah tangga.
Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana Dalam Hadits Nabi
diriwayatkan:
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan
berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan
orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya
rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka
menjadi beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak
hendaknya dipikirkan bersama.

3. INSEMINASI BUATAN
Secara sederhana, inseminasi (buatan) adalah proses penempatan sperma
dalam organ reproduksi wanita dengan tujuan untuk mendapatkan kehamilan. Ini
harus dilakukan pada masa paling subur dari seorang wanita, yakni sekitar 24-48
jam sebelum ovulasi terjadi.

Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari istilah Inggris artificial


insemination. Dalam bahasa Arab disebut al-talqih al-shina’iy. Dalam bahasa
Indonesia ada yang menebutnya permainan buatan, pembuahan buatan, atau
penghamilan buatan.

Batasannya dirumuskan dengan redaksi yang bermacam-macam. Drh.Djamalin


Djanah mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan inseminasi buatan ialah
“Pekerjaan memasukan mani (sperma atau semen) ke dalam rahim (kandungan)
dengan menggunakan alat khusus dengan maksud terjadi pembuahan”. Secara
umum dapat diambil pengertian bahwa inseminasi buatan adalah suatu cara atau
teknk memperoleh kehamilan tanpa melalui persetubuhan (coitus).

 INSEMINASI BUATAN DALAM AGAMA ISLAM

Bayi tabung atau inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sperma suami istri
sendiri dan tidak ditranfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk istrinya
sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), maka islam membenarkannya, baik
dengan cara mengambil sperma, kemudian disuntikan ke dalam vagina atau uterus
istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya
ditanam di dalam rahim istri, asal kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar
memerlukan inseminasi buatan untuk memperoleh anak, Karena dengan cara
pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan
kaidah hukum fiqh Islam, yang berbunyi:

‫الحا جة تترل الضرورة والضرورة تبيح المحظورات‬

Artinya : ”Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam
keadaan terpaksa (Emergensy) padahal keadaan darurat atau terpaksa itu
membolehkan melakukan hal-hal yang terlarang.”

Sebaliknya insiminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma atau
ovum, maka hal ini diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina (prostitusi) dan
sebagai akaibat hukumnya anak hasil inseminasi tersebut tidak sah. Dan nasabnya
hanya dengan ibu saja yang melahirkan.

4. EUTHANASIA

Euthanasia berasal dari kata Yunani eu bearti baik, dan thanatos artinya mati.


Maksudnya adalah mengakhiri hidup dengan cara yang mudah dan tanpa rasa sakit.
Oleh karena itu, euthanasia sering disebut juga dengan mercy killing (mati dengan
tenang). Bisa dari keinginan pasien sendiri atau dari keluarga dengan persetujuan
pasien atau tanpa persetujuan pasien.
Berdasarkan  kondisi pasien ada dua bentuk euthanasia:
- Pertama euthanasia aktif; mempercepat proses kematian dengan
memberikan suntikan atau melepaskan alat-alat bantu medika. Dalam hal ini
kondisi pasien, berdasarkan ukuran dan pengalaman medis, masih
menunjukkan  harapan hidup, atau tanda–tanda kehidupan masih terdapat
pada penderita ketika tindakan itu dilakukan.
- Kedua euthanasia pasif, adalah suatu tindakan membiarkan pasien/ penderita
yang dalam keadaan tidak sadar (comma), karena berdasarkan ahli medis
sudah tidak ada harapan hidup, atau tanda-tanda kehidupan tidak terdapat
lagi.

 EUTHANASIA DALAM AGAMA ISLAM


Euthanasia dalam keadaan aktif maupun dalam keadaan pasif, menurut fatwa
MUI, tidak diperkenankan karena berarti melakukan pembunuhan atau
menghilangkan nyawa orang lain. Lebih lanjut, KH Ma’ruf Amin ( Ketua Komisi
Fatwa Majelis Ulama Indonesia ) mengatakan, euthanasia boleh dilakukan dalam
kondisi pasif yang sangat khusus.

Kondisi pasif tersebut, dimana seseorang yang tergantung oleh alat penunjang
kehidupan tetapi ternyata alat tersebut lebih dibutuhkan oleh orang lain atau pasien
lain yang memiliki tingkat peluang hidupnya lebih besar, dan pasien tersebut
keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Mengenai dalil atau dasar fatwa MUI tentang pelarangan “euthanasia”, dia
menjelaskan dalilnya secara umum yaitu tindakan membunuh orang dan karena
faktor keputusasaan yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Dia mengungkapkan,
dasar pelarangan euthanasia memang tidak terdapat secara spesifik dalam Al Quran
maupun Sunnah Nabi. “Hak untuk mematikan seseorang ada pada Allah SWT,”

5. TRANSFUSI DARAH

Transfusi darah adalah proses mentransfer darah atau darah berbasis produk
dari satu orang ke dalam sistem peredaran darah orang lain. Transfusi darah dapat
menyelamatkan jiwa dalam beberapa situasi, seperti kehilangan darah besar karena
trauma, atau dapat digunakan untuk menggantikan darah yang hilang selama
operasi.
Transfusi darah juga dapat digunakan untuk mengobati anemia berat atau
trombositopenia yang disebabkan oleh penyakit darah. Orang yang menderita
hemofilia atau penyakit sel sabit mungkin memerlukan transfusi darah sering. Awal
transfusi darah secara keseluruhan digunakan, tapi praktek medis modern umumnya
hanya menggunakan komponen darah.
- Memindahkan sejumlah cairan (dalam jumlah yang cukup besar) ke dalam
pembuluh darah balik
- Tranfusi darah : memindahkan cairan (darah) dari seorang donor kepada
seorang akseptor (resipien)

 TRANSFUSI DARAH DALAM AGAMA ISLAM


Fatwa MUI perihal Donor telah menuangkan keputusannya dalam fatwa
Nomor : 6 Tahun 1956 tertanggal 2 Oktober Darah dan Transfusi Darah Para Alim
Ulama Indonesia yang meninjau soal Transfusi Darah dan Ilmu Kedokteran dan
Hukum Agama Islam, 1956 dari Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara’
Depkes RI, telah memutuskan sbb :

- Bahwa yang diharamkan mengenai darah dalam Al – Qur’an adalah


memakan dan meminumnya yaitu memasukkan melalui kerongkongan.
- Alim Ulama berpendapat bahwa haramnya darah adalah beralasan karena
darah itu najis.
Dari penelitian Ilmu Kedokteran sekarang ini, ternyata bahwa :
- Darah yang dikeluarkan dengan suntikan pemindahan darah sesudah
diperiksa dari segi dan dipilih sangat bermanfaat untuk jadi obat.
- Diantara penyakit ada yang tidak dapat diobati kecuali dengan satu – satunya
jalan yaitu dengan menambahkan darah yang sehat dan cocok kepada darah
si sakit yaitu penyakit kekurangan darah (Anemia), luka parah karena
kecelakaan, operasi besar dst.
- Memasukkan darah dengan suntikan pemindahan darah, tidaklah sama
dengan memasukkannya dengan jalan memakan dan meminumnya baik
salurannya maupun akibat atau hasilnya
Berobat dengan darah boleh hukumnya karena tidak ada nash yang shahih dari 
Al–Qur’an dan Hadist mengenai : Haramnya darah buat jadi obat, najisnya darah,
dan larangan berobat dengan najis.
- Karena darah itu ada manfaatnya bahkan ada kalanya orang berobat dengan
darah dengan jalan memindahkan darah yang sehat dan cocok maka tetaplah
pengobatan dengan pemindahan darah (transfusi) itu boleh hukumnya.
- Dalam keadaan darurat yang tidak ada obat lagi kecuali darah sehingga si
sakit hanya dapat diselamatkan jiwanya dengan pemindahan darah maka
pengobatan dengan darah itu tidak saja boleh bahkan wajib hukumnya.
- Darah hukumnya haram apabila diminum dan atau najis. Apabila dapat
diambil manfaat yang halal menurut hukum syara’ tidak untuk dimakan /
diminum, umpamanya untuk penambah darah orang yang menderita penyakit
kurang darah (jadi obat) boleh dihibahkan (diberikan dengan cuma – cuma)
atau diberikan dengan penggantian kerugian.
Banyak ulama terdahulu yang berfatwa melarang pengobatan dengan darah
dengan alasan darah itu najis sehingga haram dimasukkan ke dalam tubuh,
ditambah hadits yang mengatakan bahwa Allah tidaklah meletakkan kesembuhan
umatku dalam hal yang haram. Akan tetapi menimbang bahwa manfaat donor darah
adalah suatu yang terbukti ditambah dokter yang menangani pasien yang
membutuhkan tambahan darah tidaklah bersentuhan langsung dengan darah, para
ulama generasi selanjutnya menganjurkan donor darah. Mereka membolehkan
dengan alasan ‘darurat’ atau dengan alasan bahwa pengobatan dengan donor darah
adalah cara pengobatan yang bermanfaat dengan sesuatu yang belum jelas
keharamannya” [Al Fatawa Asy Syar’iyyah fi Al Masail Ath Thibbiyyah juz 2 hal 23].
Ayat dan Hadist Nabi yang menekankan pentingnya Upaya Penyembuhan suatu
Penyakit
- Surat Al Maidah Ayat 2 : “ dan bertolong – tolonglah kamu dalam kebajikan
dan ketaqwaan dan jangan bertolong – menolong dalam berbuat dosa dan
bermusuhan “.
- Surat Al ‘Isro Ayat 82 : “Dan Kami turunkan dari Al – Qur’an suatu yang
menjadi obat dan rohmat bagi orang – orang mukmin”.
- Surat Al Baqoroh Ayat 195 : “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke
dalam kebinasaan”.
Hadist Nabi Muhammad SAW :
- HR Ahmad, Ashabussunan, Al Hakim dan Ibnu Majjah :
“Berobatlah hai hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak memberi kecuali Dia
memberi obatnya selain satu penyakit yaitu penyakit tua”.
- HR Muslim :
 “Setiap penyakit ada obatnya dan apabila seseorang tertimpa penyakit dan
mendapat obat maka dengan izin Allah akan sembuh”.
Balasan Allah Terhadap Kebaikan  Para  Pendonor  Darah
Pendonor sebagai pemberi pertolongan kepada orang lain dijanjikan
kemuliaan dan kebaikan dari Allah berdasarkan hadist – hadist Nabi Muhammad
SAW sbb :
- HR Bukhari dari Ibnu Umar : ‘’Barang Siapa melepaskan seorang muslim dari
suatu kesukaran maka Allah SWT akan melepaskan pula dari suatu
kesukaran di hari kiamat.’’
- HR Al Isbahany dari Ibnu Umar : ’’Manusia yang paling disukai oleh Allah
SWT ialah manusia yng paling bermanfaat bagi manusia ‘’.
- HR Abu Hurairah  : ‘’Sesungguhnya Allah akan menolong hambanya selama
hamba itu menolong saudaranya ‘’.

6. TRANSFLANTASI ORGAN TUBUH

Pengertian transplantasi menurut istilah medis adalah upaya medis untuk


memindahkan jaringan, sel, atau organ tubuh dari donor kepada resipien.  Dan yang
dikehendaki dari tindakan medis ini adalah apa yang disebut dengan  penempelan
atau okulasi. Tujuan utamanya adalah bersifat kemanusiaan; menghindarikan suatu
kematian yang diduga akan terjadi tanpa dilakukan transplantasi, dan melepaskan
derita kesakitan atau kelainan biologis.
Transplantasi jaringan seperti pencangkokan kornea mata. Transplantasi organ
seperti pencangkokan ginjal, jantung, dan sebagainya. Tindakan ini bisa dalam satu
individu,  atau antara individu yang sama jenisnya, atau antara individu yang
berbeda jenisnya.

 TRANSFLANTASI ORGAN TUBUH DALAM AGAMA ISLAM

Pendapat pertama mengatakan, haram memanfaatkan organ tubuh manusia


yang sudah meninggal, karena sosok mayat manusia harus dihormati sebagaimana
ia dihormati semasa hidupnya. Landasannya, sabda Rasullulah saw., “Memotong
tulang mayat sama dengan memotong tulang manusia ketika masih hidup.” ( HR.
Abu Daud).

Pendapat kedua menyatakan, memanfaatkan organ tubuh manusia sebagai


pengobatan dibolehkan dalam keadaan darurat. Alasannya, hadits riwayat Abu Daud
yang melarang memotong tulang mayat tersebut berlaku jika dilakukan semena-
mena tanpa manfaat. Apabila dilakukan untuk Pengobatan, pemanfaatan organ
mayat tidak dilarang karena hadits yang memerintahkan seseorang untuk mengobati
penyakitnya lebih banyak dan lebih meyakinkan daripada hadits Abu Daud tersebut.

Akan tetapi pemanfaatannya harus mendapat ijin dari orang tersebut ( sebelum
ia wafat) atau dari ahli warisnya (setelah ia wafat). Tanpa mengurangi rasa hormat
kepada pendapat pertama, menurut hemat saya, pendapat kedua lebih logis untuk
diterima. Karena itu wajar kalau sebagian besar ulama madzhab Hanafi, Syafi’I,
Maliki, Hanbali, dan ulama Zaidyyah membolehkannya. Kesimpulannya,
transpantasi merupakan cara pengobatan Islam.

Menjadi pendonor hukumnya mubah (boleh) bahkan bernilai ibadah kalau


dilakukan dengan ikhlas asal tidak membinasakan pendonor dan menjadi haram bila
membinasakannya. Orang meninggal boleh dimanfaatkan organnya untuk
pengobatan dengan catatan sebelum wafat orang tersebut mengizinkannya. Wallahu
A’lam.

7. OPERASI KELAMIN

Operasi ganti kelamin (taghyir al-jins) adalah operasi pembedahan untuk mengubah jenis
kelamin dari laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya. Pengubahan jenis kelamin laki-laki menjadi
perempuan dilakukan dengan memotong penis dan testis, kemudian membentuk
kelamin perempuan (vagina) dan membesarkan payudara. Sedang pengubahan jenis kelamin
perempuan menjadi laki-laki dilakukan dengan memotong payudara, menutup saluran kelamin
perempuan, dan menanamkan organ genital laki-laki (penis).
Dalam dunia kedokteran modern sendiri, dikenal tiga bentuk operasi kelamin yaitu:
1. Operasi penggantian jenis kelamin, yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki
kelamin normal;
2. Operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang dilakukan terhadap orang yang sejak
lahir memiliki cacat kelamin, seperti alat kelamin yang tidak berlubang atau tidak sempurna;
3. Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda, yang dilakukan terhadap orang yang
sejak lahir memiliki dua organ/jenis kelamin.

 OPERASI KELAMIN DALAM AGAMA ISLAM

Pada dasarnya Allah menciptakan manusia ini dalam dua jenis saja, yaitu laki-laki dan
perempuan, sebagaimana firman Allah swt:
َ ‫ َواُأْل‬  ‫الذ َك َر‬
‫نث‬ َّ  ‫ْن‬ َّ  ‫ َخ َل َق‬ ‫َوَأ َّن ُه‬
ِ ‫الز ْو َجي‬
”Dan Dia (Allah) menciptakan dua pasang dari dua jenis laki-laki dan perempuan.“ (Qs An Najm : 45)
‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ِإ َّنا َخ َل ْق َنا ُكم مِّن َذ َك ٍر َوُأن َثى‬
“Wahai manusia Kami menciptakan kamu yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.“ (Qs Al Hujurat :
13)Kedua ayat di atas, dan ayat-ayat lainnya menunjukkan bahwa manusia di dunia ini hanya terdiri
dari dua jenis saja, laki-laki dan perempuan, dan tidak ada jenis lainnya. Tetapi di dalam
kenyataannya, kita dapatkan seseorang tidak mempunyai status yang jelas, bukan laki-laki dan bukan
perempuan.

8. BEDAH PLASTIK

Bedah/Operasi plastik adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang bertujuan


untuk merekonstruksi atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui operasi
kedokteran. Bedah plastik, berasal dari bahasa Yunani, yaitu “plastikos” yang berarti
“membentuk” atau “memberi bentuk”. Ilmu ini sendiri merupakan cabang dari ilmu
bedah yang bertujuan untuk mengembalikan bentuk dan fungsi yang normal dan
“menyempurnakan” bentuk dengan proporsi yang “lebih baik”.
Jenis bedah plastik secara umum dibagi dua jenis: pembedahan untuk
rekonstruksi dan pembedahan untuk kosmetik ( Estetik ). Yang membedakan
operasi Rekonstruksi dan Estetik adalah dari tujuan prosedur pembedahan itu
sendiri. Pada operasi rekonstruksi diusahakan mengembalikan bentuk/penampilan
serta fungsi menjadi lebih baik atau lebih manusiawi setidaknya mendekati kondisi
normal. Pada operasi estetik, pembedahan dilakukan pada pasien-pasien normal
(sehat), namun menurut norma bentuk tubuh kurang harmonik (misalnya, hidung
pesek), maka diharapkan melalui operasi bedah plastik estetik didapatkan bentuk
tubuh yang mendekati sempurna.
Yang perlu dipahami mengenai bedah plastik, adalah bukan permainan sulap,
tindakan pembedahan sendiri didasarkan ilmu pengetahuan kedokteran khususnya
mengenai luka dan proses penyembuhan yang berjalan alami. Penyembuhan luka
dapat berlangsung sampai 12 bulan, dengan akan meninggalkan bekas luka,
disinilah peran bedah plastik, dalam upaya menyembunyikan bekas luka sayatan
atau meninggalkan bekas luka yang samar.

 BEDAH PLASTIK DALAM AGAMA ISLAM

Dalam sebuah kaidah fiqih disebutkan bahwa: 


‫التحريم على لدليل يد ّل حتى اإلباحة ألشياءفى ألصل ا ا‬
Artinya: “Asal segala sesuatu itu dibolehkan sampai adanya dalil yang
mengharamkannya”  Berdasarkan kaidah tersebut, maka apapun yang kita lakukan
sebenarnya boleh kita lakukan, dan selamanya boleh kita lakukan, hingga adanya
dalil atau petunjuk yang menyatakan haramnya melakukan sesuatu itu. Oleh karena
itu, operasi plastik tampaknya mesti dilihat dari tujuannya. Ada yang melakukan
operasi karena ingin lebih cantik bagi perempuan atau lebih tampan bagi laki-laki,
ada pula yang melakukan operasi plastik karena menghilangkan bekas-bekas akibat
kecelakaan, cacat seperti bibir sumbing dan sebagainya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulannya adalah didalam agama manapun jika tindakan medis yang


dilakukan tidak melanggar ketentuan agama dan norma yang berlaku di masyarakat
maka tindakan medis itu di perbolehkan tetapi jika tindakan medis tersebut
melanggar ketentuan agama dan norma yang berlaku di masyarakat maka tindakan
tersebut dilarang.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ

http://kamuskesehatan.com/arti/transplantasi/

(http://keperawatanreligionkamilaazizarabiula.wordpress.com/articles/
PembagianTransplantasi Organ)

(http://keperawatanreligionkamilaazizarabiula.wordpress.com/articles/hukum-
transplantasi-organ-menurut-islam/)

http://www.slideshare.net/…/presentasi-12-transplantasi-organ

http://asma-nadia-hidayat.blogspot.com/2012/11/transplantasi-dalam-pandangan-
berbagai.html

Anda mungkin juga menyukai