Anda di halaman 1dari 10

VAKSIN CORONA DALAM PERSPEKTIF USHUL FIQH

DIBUAT DENGAN TUJUAN HASIL AKHIR


PEMBELAJARAN USHUL FIQH

Oleh:
NATHASYA NAILLATULLAH
KELAS 12.8 TIMTENG

MATA PELAJARAN USHUL FIQH


INSAN CENDEKIA BOARDING SCHOOL
2023
KATA PENGANTAR

‫ت أ َ ْع َما ِلنَا‬ َ ‫ َو ِم ْن‬،‫لل ِم ْن شُ ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا‬


ِ ‫س ِيئ َا‬ ِ ِ َ‫ِإن ْال َح ْمد‬
ِ ‫ َونَ ُعوذُ ِبا‬،ُ‫لِل نَحْ َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُره‬
َ‫َأ َ ْش َهدُ أ َ ْن لَ ِإلَهَ ِإل للاُ َوحْ دَهُ لَش َِريْك‬، ُ‫ِي لَه‬ َ ‫ض ِل ْل فَلَ هَاد‬ ْ ُ‫ َو َم ْن ي‬،ُ‫ضل لَه‬ ِ ‫َم ْن يَ ْه ِد ِه للاُ فَلَ ُم‬
‫علَى آ ِل ِه‬ َ ‫علَى‬
َ ‫س ِي ِدنَا ُم َحمد َو‬ َ ‫ار ْك‬ ِ َ‫س ِل ْم َوب‬
َ ‫ص ِل َو‬ َ ‫ اَلل ُهم‬.ُ‫ع ْبدُهُ َو َرسُ ْولُه‬ َ ‫ َوأ َ ْش َهدُ أَن ُم َحمدًا‬, ُ‫لَه‬
ُ‫ أَما بَ ْعد‬. َ‫صحْ ِب ِه اَجْ َم ِعيْن‬
َ ‫َو‬

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
"Vaksin corona dalam perspektif ushul fiqh". Makalah ini ditulis untuk nilai ujian mata pelajaran
ushul fiqh.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada ustadz Okta Veldi Andika Lc.MH yang telah
memberikan tugas makalah ini,tugas ini mengajarkan penulis cara membuat makalah yang benar.tugas
ini sangat menambah pengetahuan penulis. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada ayah dan
bunda yang telah mendidik dan mendo ’akan penulis dalam setiap urusannya.
Penulis merasa bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.Oleh karena itu,penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca.
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

A.Latar Belakang Masalah


Virus corona atau yang dikenal dengan Covid 19 merupakan kasus baru yang
pertama kali di temukan di kota Wuhan,cina.dalam waktu satu bulan penyakit
ini sudah menyebar ke seluruh dunia. Per tanggal 27 Mei 2020, didunia
sudah tercatat kasus sebanyak 5.716.621 jiwa yang terinfeksi virus tersebut
dengan kematian mencapai 352.956 jiwa. Begitupula di Indonesia tercatat
23.851 kasus dengan kematian sebanyak 1.473 jiwa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan pernyataan Bahwa kasus
Covid-19 adalah pandemi,pernyataan tersebut muncul Karena wabah Covid-19
ini sudah sampai pada tingkat penyebaran dengan keparahan yang
mengkhawatirkan.Gejala Covid 19 yaitu sesak
napas,demam,pilek,batuk,hilangnya kemampuan mengecap rasa,dan hilangnya
kemampuan mencium bau.Pemaparan virus corona dapat terjadi melalui kontak
langsung, kontak tidak Langsung, atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi
melalui seperti air liur Dan saluran pernapasan atau dari batuk,bersin dan
berbicara dengan orang yang telah terpapar Covid 19. Penularan Covid-19
Dapat terjadi dimana saja terutama tempat yang banyak orang berinteraksi
sosial, Seperti ditempat kerja, tempat ibadah, pusat perbelanjaan, tempat wisata
dan juga Lingkungan sekolah.Negara di dunia disibukkan mencari berbagai
Upaya dalam pencegahan, pengobatan, penularan, dan penanganan Dari virus
Covid-19, dampak yang ditimbukan Covid-19 ini sangat Luas, sehingga
memaksa negara-negara untuk memprioritaskan Penanganan terhadap pandemi
Covid-19 ini. Tidak sedikit negara-negara yang kewalahan dalam menghadapi
virus ini serta terus berupaya Untuk menemukan cara yang lebih efektif untuk
menanggulangi Pandemi ini.Karena banyaknya kasus yang terjadi di Indonesia
maka Pemerintah pusat maupun daerah mengeluarkan kebijakan untuk
Menanggulangi pandemi Covid-19, usaha-usaha tersebut antara lain Perlunya
rapid test, swap, APD (Alat pelindung diri), PSBB (Pembatasan sosial berskala
besar), menjaga jarak atau social Distancing, mencuci tangan dan memakai
masker hingga yang terakhir vaksinasi Covid 19,hal ini dilakukan pemerintah
untuk memutus rantai penyebaran virus Covid 19.namun banyak masyarakat
yang tidak setuju dengan adanya vaksinasi.alasan pertama,karena takut akan
efek samping dari vaksin tersebut.Alasan kedua,tidak mau divaksin karena
menganggap vaksin tidak efektif dan alasan ketiga,masyarakat menganggap
tubuh mereka sehat dan tidak membutuhkan vaksin.
B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di urai diatas.maka rumusan masalah


yang diangkat penulis dalam makalah ini adalah “Apa hukum menggunakan
vaksin?” dan “Apa hukum penggunaan vaksin astrazeneca?”
BAB 2
PEMBAHASAN

1.APA HUKUM MENGGUNAKAN VAKSIN ?

Bagaimana hukum vaksin covid-19 menurut islam, wajib, sunah, makruh


atau haram?
Menurut Ma’ruf Amin selaku Wakil Presiden RI hukum vaksin dalam
Islam yakni fardu kifayah. Fardhu Kifayah adalah suatu kewajiban yang
harus dijalankan oleh suatu kaum/ sekelompok orang di lingkungannya
yang apabila dilakukan oleh salah satu orang maka gugur kewajiban
individu yang lain untuk melakukan.
Vaksinasi covid-19 saat ini sangat bermanfaat untuk mengurangi risiko
penularan Covid 19.sehingga hukumnya wajib.Tidak ada dalil dari al-
Qur’an atau Hadits Nabi yang khusus menyebutkan pentingnya vaksinasi
tetapi islam hanya mengajarkan rambu-rambu yang bersifat umum dan
baku, seperti larangan berobat dengan yang haram, larangan berobat ke
dukun atau ahli sihir namun mengenai hal-hal yang bersifat teknis
sepenuhnya diserahkan kepada perkembangan ilmu sains sesuai
perkembangan zamannya.
Berikut beberapa hadits dan ayat Al Qur’an yang menunjukkan bahwa
Islam sangat menganjurkan aspek pencegahan terhadap penyakit
Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi saw bersabda,

‫الصحَّةُ َوا ْلفَ َرا‬ ِ َّ‫ِير مِ نَ الن‬


ِ ،‫اس‬ ٌ ‫َان َم ْغبُو ٌن فِي ِه َما َكث‬
ِ ‫نِ ْع َمت‬
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat
dan waktu senggang”. (H.R. Bukhari no. 6412)

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah saw pernah menasihati seseorang,


‫غكَ قَ ْب َل‬ َ ‫سقَمِ كَ َو ِغنَاكَ قَ ْب َل فَ ْق ِركَ َو فَ َرا‬
َ ‫شبَابَكَ قَ ْب َل ه ََرمِ كَ َو ِص َّحتَكَ قَ ْب َل‬
َ : ‫سا قَ ْب َل َخ ْم ٍس‬ ْ ِ‫ا‬
ً ‫غتَنِ ْم َخ ْم‬
َ‫ش ْغ ِلكَ َو َح َياتَكَ قَ ْب َل َم ْو ِتك‬
َ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: 1) Waktu mudamu
sebelum datang waktu tuamu, 2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu
sakitmu, 3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, 4) Masa
luangmu sebelum datang masa sibukmu, 5) Hidupmu sebelum datang
matimu.” (H.R. Al-Hakim dalam Al-Mustadroknya 4: 341.)[1]
Untuk menghadapi wabah, Nabi saw mengajarkan dalam hadits dari
Usamah bin Zaid a, dari Nabi saw, beliau bersabda,

َ ‫ متفق‬.‫ فَالَ ت َْخ ُر ُجوا مِ ْنهَا‬،‫ وأ ْنت ُ ْم فِيهَا‬،‫ض‬


‫علَ ْي ِه‬ ٍ ‫أر‬ ٍ ‫طاعُونَ بِأ َ ْر‬
ْ ِ‫ َوإِذَا َوقَ َع ب‬،‫ فَالَ تَ ْد ُخلُوهَا‬،‫ض‬ َّ ‫إِذَا سَمِ ْعت ُ ُم ال‬

“Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka


janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda
suatu negeri sedang kalian ada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar
dari negeri itu.” (H.R. Bukhari, no. 3473 dan Muslim, no. 2218)
Jadi sangat jelas disini bahwa melakukan vaksinasi untuk pencegahan
virus Covid 19 sangat dianjurkan dalam islam.

2.APA HUKUM PENGGUNAAN VAKSIN ASTRAZENECA ?


Saat ini terdapat Berbagai macam merek vaksin covid-19 di dunia seperti
sinovac, astrazeneca, Pzifer, dan lain-lain, namun di Indonesia yang
tersedia hanya vaksin sinovac dan Astrazeneca.Vaksin astrazeneca adalah
vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan
Astrazeneca, vaksin ini merupakan salah satu alternatif Vaksin yang
digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam program vaksinasi Covid-19.
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh LPPOM MUI melalui kajian
Dossier dan kajian publikasi ilmiah terhadap proses pembuatan vaksin
astrazeneca, Ditemukan bahwa dalam proses pembuatan vaksin
astrazeneca memanfaatkan Bahan yang berasal dari babi, yaitu berupa
tripsin yang terbuat dari pankreas babi Yang digunakan untuk
memisahkan sel inang dari microcarrier-nya.4 Babi merupakan hewan
yang haram untuk dikonsumsi dan dimanfaatkan bagi Umat Islam,
dalil pengharaman untuk mengonsumsi babi terdapat didalam al
quran.Allah mengharamkan bagi umat Islam untuk mengonsumsi
bangkai, darah, daging babi, khamr, dan hewan yang disembelih tanpa
menyebut nama Allah. Adapun dalil mengenai keharaman Mengonsumsi
makanan diatas diantaranya terdapat dalam:Q.S al-Baqarah (2) : 173
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, Dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. Tetapi Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang
dia tidak Menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak
ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
Dalam Islam selain terdapat larangan mengonsumsi makanan yang
Haram, yang diatur dengan tegas didalam al-Qur’an, juga terdapat
larangan Berobat menggunakan obat-obatan yang haram. Larangan
menggunakan obat-obatan yang haram berdasarkan hadis Nabi
Muhammad SAW, yaitu sebagai Berikut:
“dari Abu Ad Darda ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat, dan
menjadikan bagi Setiap penyakit terdapat obatnya, maka berobatlah dan
jangan berobat dengan Sesuatu yang haram!”.(HR. Ahmad)
Di dalam hal permasalahan halal dan haram Islam merupakan agama
yang Tegas dengan melarang umatnya untuk melakukan sesuatu yang
haram dan jika Dilakukan akan di balasi dengan dosa. Namun, Islam tidak
mengesampingkan Kebutuhan-kebutuhan hidup dan kelemahan manusia.
Oleh karena itu dalam Keadaan kondisi darurat seorang muslim boleh
menikmati berbagai larangan demi Menghilangkan kebutuhan darurat
dan menjaga dirinya dari berbagai macam Bahaya. Namun kebolehan
tersebut tidak boleh melampaui batas, yaitu hanya Sekedar memenuhi
kebutuhan kondisi daruratnya saja.
Dalam qaidah fiqih terdapat suatu kaidah yang berbunyi “dalam keadaan
darurat boleh melakukan hal yang dilarang” kaidah ini menggambarkan
bahwa dalam setiap kondisi darurat memperbolehkan seseorang Untuk
melakukan hal yang dilarang secara mutlak. Namun, qaidah ini Dibatasi
dengan qaidah (sesuatu yang diperbolehkan karena darurat, maka
disesuaikan dengan kadar tersebut) qaidah ini memberikan Peringatan
bahwa dalam keadaan darurat diperbolehkan seseorang untuk Melakukan
sesuatu yang haram hanya apabila kadar daruratnya tidak lebih rendah
Daripada keharamannya. Perbuatan haram yang dilakukan melebihi
kadar darurat Adalah tetap dihukumi haram. Qaidah kebolehan untuk
melakukan sesuatu yang Haram ini disempurnakan lagi dengan qaidah
Yang diperbolehkan karena uzur, maka akan batal jika uzur itu
hilang).Didalam kitab al-Majmu’ fii syahril Muhazzab karangan Imam
Nawawi Dijelaskan boleh berobat dengan menggunakan benda yang najis
dalam kondisi Darurat dan selama belum ditemukan obat lain yang
berasal dari benda yang suci.Namun, apabila sudah ditemukan obat yang
halal dan suci maka, haram Hukumnya menggunakan obat-obatan yang
najis. Menurut kalangan ulama ushul, yang dimaksud dengan kondisi
darurat yang Memperbolehkan melakukan hal-hal yang dilarang, harus
memenuhi kriteria sebagai Berikut:
1) Kondisi darurat itu dalam rangka mempertahankan maqashid al-
syariah,termasuk kondisi darurat dalam arti apabila hal tersebut
tidak dilakukan Maka maqashid al-syariyah terancam, seperti hifz
ad-din, hifz nafs, hifz Aql, hifz nasab, dan hifz mal.
2) Kondisi darurat hanya dilakukan sekedarnya saja, tidak melampaui
batas.
3) Tidak ada jalan lain yang halal kecuali dengan melakukan yang
haram. Komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan
fatwa mengenai Hukum penggunaan vaksin astrazeneca, yang isinya
menyatakan bahwa vaksin Astrazeneca dalam tahapan proses
produksinya memanfaatkan tripsin yang berasal Dari babi sehingga
hukumnya adalah haram. Pada saat ini penggunaan vaksin
Astrazeneca diperbolehkan dengan berbagai pertimbangan
diantaranya terdapat Kebutuhan yang mendesak (hajah syar’iyyah)
yang menduduki kondisi dharurah Syar’iyyah, jika program
vaksinasi covid-19 tidak segera dilakukan akan Menimbulkan
bahaya atau meningkatnya kasus covid-19. Vaksin covid-19 yang
Halal dan suci sudah tersedia yaitu vaksin covid-19 produksi dari
sinovac namun, Ketersediaan vaksin tersebut tidak mencukupi guna
terciptanya herd imunity dan Pemerintah tidak memiliki kekuasaan
untuk memilih jenis vaksin covid-19 yang Dikarenakan seluruh
dunia sangat membutuhkan vaksin tersebut. Namun, Kebolehan
penggunaan vaksin astrazeneca tidak berlaku jika ketersedian
vaksin yang halal sudah mencukupi
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai