Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar baik kekayaan sumberdaya
alam maupun sumber daya manusia, hal ini pernah tercatat bangsa Indonesia
terbanyak penduduk setelah Cina dan India artinya maju mundurnya kemajuan
bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas manusia atau lebih spesifik keluarga.
Tidak dapat dipungkiri, sebagai institusi terkecil dalam masyarakatm keluarga
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan sebuah
bangsa. Hal ini terkait erat dengan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan
sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh Karen itu, sudah sewajarnya bila
pemerintah bersama-sama dengan segenap komponen masyarakat berkepentingan
untuk membangun keluarga-keluarga di Negara tercinta kita ini agar menjadi
keluarga yang sejahtera yang dalam konteks ini kita maknai sebagai keluarga yang
sehat, maju dan mandiri dengan ketahanan keluarga yang tinggi. Terlebih Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai motor penggerak
Program KB di Indonesia, sekarang ini sangat berpihak pada upaya membangun
keluarga sejahtera dengan visi dan misinya yang telah diperbaharui, yakni “Seluruh
Keluarga Ikut KB” dan “Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”.
Keluarga yang sejahtera, dengan demikian, tntu menjadi dambaan setiap orang
untuk mencapainya. Bukan saja karena dengan mencapai tingkat kesejahteraan
tertentu, seseorang akan dapat menikmati hidup secara wajar dan menyenangkan
karena tercukupi kebutuhan materil dan spiritualny, tetapi dengan kondisi keluarga
yang sejahtera setiap individu didalamnya kan mendapat kesempatan seluas-
luasnya untuk berkembang sesuai dengan potensi, bakat dan kemampuan yang
dimiliki.
Dalam agama Islam, keluarga sejahtera disubstansikan dalam bentuk keluarga
sakinah. Pengertian keluarga sakinah diambil dan berasal dari Al-Qur’an, yang
dipahami dari ayat-ayat Ar-Ruum dimana dinyatakan bahwa tujuan keluarga adalah
untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan dengan dasar kasih sayang, sehingga
xsetiap anggota keluarga merasa dalam nuansa aman, tentram, tenang dan damai,
bahagia dan sejahtera namun dinamis menuju kehidupan yang lebih baik di dunia
maupun di akhirat.
Mencermati penjelasan di atas antara keluarga sejahtera secara umum dengan
konsep keluarga sakinah mempunyai hubungan yang sangat erat, untuk itu dalam
makalah ini penulis akan mencoba mendeskripsikan hukum KB dalam pandangan
Agama.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu KB?
2. Apa pandangan ulama tentang hukum KB?
3. Bagaimana KB yang diperbolehkan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu KB.
2. Untuk mengetahui pandangan ulama tentang KB.
3. Untuk mengetahui bagaimana KB yang diperbolehkan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga Berencana (KB)


Maksud keluarga dalam keluarga berencana adalah suatu kesatuan sosoial
terkecil dalam masyarakat yang diikat oleh tali perkawinan yang sah. Jadi, keluarga
disini adalah keluarga tersebut.1
Keluarga berencana (KB) adalah suatu ikhtiar atau usaha manusia untuk
mengatur kehamilan dalam keluarga serta tidak melawan Negara dan hukum moral
Pancasila demi mendapatkan kesejahteraan keluarga khususnya dan kesejahteraan
bangsa pada umumnya.2

B. Alat Kontrasepsi
Alat kontrasepsi adalah alat untuk mencegah atau mengatur terjadinya
kehamilan. Alat-alat kontrasepsi ditinjau dari segi fungsi dapat dibagi menjadi tiga
macam :
a. Mencegah terjadinya ovulasi;
b. Melumpuhkan sperma;
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

Dari segi metode, kontrasepsi dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu sebagai
berikut .
a. Cara kontrasepsi sederhana:
1. Tanpa memakai alat atau obat, yang disebut dengan cara tradisional, yaitu:
a. Senggama terputus,
b. Pantang berkala.
2. Menggunakan alat atau obat, yaitu:

1
Masyfuk Zyhdi, Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia, Bina Ilmu: Surabaya,
1988, hlm.50.
2
Rahmat Rosyadi, dkk., Indonesia: Keluarga Berencana Ditinjau dari Hukum Islam,
Pustaka: Bandung, 1986, hlm.12.

3
a. Kondom;
b. Diafragma atau cap;
c. Cream, jelly dan cairan berbusa;
d. Tablet berbusa (vaginal tablet).

b. Kontrasepsi dengan metode efektif


1. Tidak permanen:
a. Pil;
b. IUD (Intra Uterine Device);
c. Suntikan
2. Permanen:
a. Tubektomi (sterilisasi untuk wanita)
b. Vasektomi (sterilisasi untuk pria)
3. Cara Keluarga Berencana lainnya dapat digunakan untuk mengendalikan
kelahiran:
a. Abortus
b. Induksi haid (menstruasi regulation).

Senggama terputus disebut juga dengan inzal dan coitus interuptus, artinya
menarik zakar (kemaluan laki-laki) sebelum terjadinya pancaran sperma, berarti
senggama tidak lengkap atau terputus.
Pantangan berkala yaitu menyetubuhi wanita pada saat-saat tertentu.
Menurut George Drysdale ( pelopor gerakan KB di Amerika Serikat), masa tidak
subur adalah dua, tiga hari sebelum haid hingga delapan hari setelah haid.
Kemudian pada tahun 1930 diadakan penelitian oleh Kyusaku Ogino dan Herman
Knauss. Menurut Ogino, ovulasi terjadi antara 12 sampai 16 hari sebelum haid,
sedangkan menurut Knauss, ovulasi terjadi 15 hari sebelim haid. Metode ini
terkenal hingga sekarang dengan metode Ogino Knauss. Atas dua ide dua peneliti
tersebut lahirlah kontrasepsi pantang berkala atau system kalender.
Kondom merupakan sarung karet atau kantong karet yang menutupi
kemaluan laki-laki pada waktu bersetubuh untuk mencegah sperma masuk kedalam

4
vagina. Alat ini disebut kondom karena penemunya bernama Condom, yaitu dokter
pribadi raja Charles II dari Prancis.
Diafrahma dan cup menutupi cervik (mulut rahim) dari bawah sehingga sel
mani tidak dapat memsasuki saluran sevix, biasanya digunakan bersamaan dengan
spermatiside. Penemu alat ini ialah Mansinga berasal dari Flensburg. Alat ini juga
disebut cap (topi) sebab bentuknya seperti topi Belanda.
Cream, jelly, dan cairan berbusa atau disebut juga cairan spermicide yaitu,
suatu bahan kimia yang menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa
didalam vagina sehingga tidak dapat membuahi sel telur, bahan kimia ini berbentuk
tablet, foam (busa), atau cream yang ditempatkan didalam vagina didekat cervix.
Tablet berbusa yaitu spermicide yang berbentuk tablet berbusa. Alat ini
hanya digunakan untuk memasukan edalam vagina, tabung ditutup kembali setelah
diambil sebuah tablet. Tablet yang sudah hancur atau terlihat noda-noda kuning
tidak dapat digunakan. Persetubuhan boleh dilakukan setelah kira-kira sekitar lima
menit tablet dimasukkan. Bila persetubuhan satu jam belum dimulai, hendaknya
ditambah satu tablet lagi.
Pil adalah campuran progesterone dan esterogen buatan yang mempunyai
pengaruh antara lain mencegah pengeluaran hormon dari kelenjar vituitavira yang
perlu untuk ovulasi, juga dapat menyebabkan perubahan pada endometrium dan
menambah kekentalan lendir servix sehingga menjadi lebih pekat dan tidak mudah
ditembus oleh progesteron. Pil ini pertama kali ditemukan oleh Geogory Pincus dari
Amerika Serikat.
Intra Uterina Device (IUD) adalah alat kontrasepsi yang dipasang pada
rahim wanita untuk mencegah kehamilan. Alat ini diciptakan oleh Margulis dari
Mount Sinai Hospital di New York City yang berbentuk spiral, tahum 1960. Pada
tahun 1961, dibuat IUD berbentuk huruf “S” rangkap oleh Lippes Loop. Sedangkan
suntikan ditemukan oleh Rutherford tahun 1964 dengan menggunakan suntikan
campuran estrogen setiap bulan.
Sterilisasi dilakukan di Amerika Serikat tahun 1987 untuk mencegah
keturunan orang-orang dengan cacat bawaan oleh kelainan genetik atas indikasi
medis, kemudian dilakukan untuk membatasi kelahiran dalam rangka

5
melaksanakan program keluarga berencana (KB) dan kependudukan. Sterilisasi
yang sudah umum dikenal masyarakat dibagi kedalam dua bagian, yaitu sterilisasi
pada pria disebut vasektmi dan sterilisasi pada wanita yang disebut tubektomi.
Dengan operasi ringan dan matirasa setempat (local anethasi) dapat
dilakukan vasektomi. Operasi ini membutuhkan waktu kira-kira sepuluh menit dan
tidak memerlukan perawatan rumah sakit dengan hal-hal sebagai berikut.
a. Pada vasektomi dilakukan pemotongan vas deferens sehingga air mani tidak
mengandung spermatozoa. Dengan demikian tidak akan terjadi pembuahan.
b. Selama enam minggu setelah vasektomi harus menggunakan kondom ketika
mengadakan persetubuhan karena kemungkinan masih terdapat
spermatozoa.
c. Untuk memastikan bahwa spermatozoa tidak ada lagi dapat dilakukan
pemeriksaan mikroskopis.
Tubektomi adalah suatu operasi rongga perut atau melalui vagina. Telur
ovarium tidak dapat mencapai rongga rahim sehingga tidak dapat terjadi
pembuahan, maka timbul hal-hal sebagai berikut.
a. Cara kontrasepsi adalah permanen sehingga kemungkinan hamil sangat
kecil.
b. Supaya peserta yakin dapat ditest kehamilan.
c. Pengangkatan tuba tidak dapat memberikan pengaruh yang merugikan baik
pada persetubuhan maupun pada haidnya yang akan berlangsung seperti
biasa.
d. Kesehatan fisik, mental maupun emosi tidak terganggu.3

C. Pendapat Ulama Terntang Sterilisasi


Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka menyejahterakan bangsa
(rakyat), sedangkan rakyat Indoesia menganut berbagai macam agama dan adat.
Maka, melaksanakan KB dan perlu dipertimbangkan antara adat yang dianut oleh

3
Ibid., hlm. 52.

6
masyarakat beserta agama yang dianutnya. Para ulama menanggapi masalah
sterilisasi ini sebagai berikut.

a. Mahmud Syaltut dalam bukunya Fatwa-fatwa jilid II berpendapat bahwa


pembatasan kelahiran secara mutlak ditentang oleh siapapun apalagi oleh
suatu bangsa yang mempertahankan kehidupan dan kelangsungannya
dengan rencana-rencana produksi yang dapat menciptakan kesejahteraan
masyarakatnya serta dapat menyaingi bangsa-bangsa lain. Disamping itu
juga bertentangan dengan kehendak Allah yang telah menciptakan bumi
dan mahluk-mahluk-Nya dengan kekuatan produksi yang berlimpah-
limpah. Alam yang diciptakan Allah ini tidak akan kurang untuk menutupi
kebutuhan manusia hingga sekian dekade.4
b. Abu al-‘Ala al-Maududi yang dikutip oleh Kafrawi dalam bukunya “KB:
Ditinjau dari segi Agama-agama Besar di Dunia” mengatakan bahwa
agama islam adalah agama yang berjalan sesuai dengan fitrah manusia.
Barang siapa yang mencoba mengubah perbuatan Tuhan dan menyalahi
undang-undang fitrah adalah mengikuti perbuatan setan, sedangkan setan
adalah musuh manusia. Melahirkan dan berketurunan merupakan sebagian
fitrah manusia menurut pandangan Islam, dan salah satu tujuan
perkawinan, yakni mengekalkan adanya jenis manusia yang hidup dengan
peradaban yang sesuai dengan syariat. Maka, memakai sterilisasi berarti
menentang fitrah dan menentang kehendak Allah.5
c. Masyfuk Zuhdi, dalam bukunya Islam dan Keluarga Berencana di
Indonesia berpendapat bahwa Islam tidak membenarkan sterilisasi
dijadikan alat kontrasepsi, karena terdapat beberapa hal yang prinsipil
antara lain:
 Sterilisasi berakibat pemandulan tetap, hal ini bertentangan dengan
tujuan perkawinan dalam Islam yang bertujuan untuk mendapatkan
kebahagiaan dan mendapatkan keturunan;

4
Mahmud Syaltut, Fatwa-fatwa, (Bulan Bintang: Jakarta, t.t).
5
Kafrawi, KB Ditinjau dari Segi Agama-agama Besar di Dunia, (t.p.: Jakarta, t.t.).

7
 Mengubah ciptaaan Tuhan dan memotong bagian tubuh yang sehat dan
berfungsi;
 Melihat aurat orang lain karena pada prinsipnya Islam melarang melihat
aurat orang lain meskipun jenis kelaminnya sama.6

d. Dari kalangan ahli medis, H. Ali Akbar didalam bukunya Merawat Cinta
Kasih berpendapat bahwa vasektomi dan tubektomi menentang dan
merusak ciptaan Tuhan. Orang yang menentang ciptaan tuhan adalah orang
yang tidak beragama dan termasuk perbuatan setan.

Setelah pendapat ulama dijelaskan di atas, kemudian pengarang buku:


Keluarga Berencana Indonesia Ditinjau dari Hukum Islam, berkesipulan
bahwa melaksanakan sterilisasi untuk membatasi kelahiran semata-maata
adalah dilarang (haram dilakukan) oleh Islam.7 Karena sterilisasi merusak
organisme tubuh manusia yang sehat yang telah diciptakan Allah dengan
sempurna.
Melaksanakan sterilisasi atas indikasi media atau menurut petunjuk dokter
dibolehkan, seperti mereka mempunyai penyakit yang menular sehingga
dikhawatirkan akan menular kepada bayi yang akan dilahirkannya atau ibu
yang hamil apabila melahirkan akan mengakibatkan lebih parah atau
mungkin kematian, hal ini dibolehkan karrna tergolong darurat.
Karena sterilisasi hukumnya adalah haram, maka metode sterilisasi dalam
program KB di Indonesia tidak dimasukkan kedalam kebijakan Pemerintah
walaupun itu hanya bersifat atas pertimbangan medis, sebagaimana
ditegaskan oleh hasil kepuutsan Musyawarah Nasional Ulama, tanggal 17
Oktober 1983 di Jakarta, bahwa melakukan vasektomi (memotong saluran
benih pria) dan tubektomi (memotong saluran telur) bertentangan dengan
ajaran Islam, kecuali dalam keadaan darurat.

6
Masyfuk Zuhdi, op.cit.
7
Rosyadi, op.cit.

8
D. Pendapat Ulama Tentang Abortus
Maksud Abortus menurut Sardikin Ginaputra adalah pengakhiran kehamilan
atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. 8 Menurut
pengarang buku Indonesia : Keluarga Berencana Ditinjau dari Hukum Islam, yang
dumaksud dengan abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum kehamilan
berumul 28 minggu.9 Sedangkan menurut Suma’mur yang dimaksud dengan
abortus adalah suatu peristiwa keluarnya kehamilan sebelum anak mampu
melangsungkan hidup secara mandiri.10 Menurut Maryono Reksodipura, yang
dimaksud dengan abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum
waktunya (sebelum dapat lahir secara ilmiah).11
Proses penekanan penduduk telah banyak dilakukan oleh berbagai Negara di
dunia mengingat perkembangan penduduk tidak seimbang dengan fasilitas yang
tersedia atau sebab-sebab lainnya, yang jelas perkembangan penduduk ditekan
sekecil mungkin, misalnya di Spanyol aborsi dan perceraian dijadikan sebagai
sarana pengendalian penduduk. Di India pengguguran janin perempuan di
masyarakatkan dan diiklankan di jalan-jalan besar, begitu juga di Turki, aborsi
menjadi sebuah perbuatan yang legal sebagai cara untuk mengendalikan
penduduk.12
Metode yang digunakan untuk abortus biasanya adalah:
a. Curratage dan dikatage (C&D);
b. Dengan alat khusus, mulut rahim dilebarkan kemudian janin di kiret dengan
alat seperti sendok kecil;
c. Aspirasi, yakni penyedotan isi rahim dengan pompa kecil;
d. Hysterotomi (melalui operasi)

Abortus ada dua macam berikut ini:

8
Zuhdi, loc.cit., hal. 74.
9
Rosyadi, loc.cit., hal. 57.
10
Ibid., hal. 57
11
Zuhdi, op.cit., hlm. 74.
12
Rosyadi, loc.cit., hlm. 57.

9
1. Abortus spontan (spontanes abortion), yaitu abortus yang terjadi sebelum
foetus berkembang atau sebelum sempat atau lahir. Abortus spontan
menurut Masyfuk Zuhdi adalah abortus yang tidak disengaja.13 Abortus
jenis ini biasanya lebih banyak terjadi disebabkan oleh kondisi ibu, seperti
shypilis, kecelakaan dan sebagainya;
2. Abortus provokatus (induced abortion) atau disebut pula abortus dengan
disengaja. Abortus dengan sengaja ini dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Abortus provokatus artificial, yaitu abortus yang terjadi dengan
disengaja atas dasar indikasi medis secara legal;
b. Abortus provokatus criminalis, yaitu abortus yang terjadi secara
disengaja atas dasar indikasi di luar media.

Abortus provocatus artificial biasanya dilakukan untuk seseorang yang apabila


hamil diteruskan akan membahayakan jiwanya, misalnya karena penyakit ginjal
atau TBC. Sedangakan provocatus criminalis biasanya dilakukan oleh seorang
perempuan untuk meniadakan hasil hubungan seks diluar pernikahan yang sah atau
untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.14
Pada dasarnya abortus provocatus dilaksanakan atas sebab-sebab sebgai
berikut.
a. Sebab medis, jika kehamilan akan membawa akibat buruk pada ibu, seperti
adanya penyakit jantung, paru-paru dan ginjal;
b. Sebab psychiatris, yaitu jika khawatir akan memberatkan penyakit jiwa ibu;
c. Sebab eugenetik, yaitu jika khawatir akan adanya penyakit bawaan pada
turunan, sperti syphilis atau virus.
d. Sebab-sebab sosial-ekonomi. Untuk menjaga harga diri, kewibawan seperti
hamil diluar nikah, takut miskin, akibat perkosaan dan lain sebagainya.

Abortus yang dilakukan pada bayi yang belum berumur empat bulan telah
diperselisihkan oleh para ulama, yaitu sebagai berikut:

13
Zuhdi, loc.cit., hlm. 74.
14
Ibid., hlm. 39.

10
a. Muhammad Rammli dalam kitab al-Nahiyah membolehkan abortus bagi
janin yang belum berumur empat bulan, karena belum ada makhluk yang
bernyawa;
b. Sebagian ulama meyatakan makruh sebab janin sedang mengalami
pertumbuhan.
c. Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Tuhfah dan al-Ghazali dalam kitab-kitab nya
Ihya al-‘Ulum al-Din mengharamkan abortus bagi bayi yang belum
berumur empat bulan. Alasannya sebagaimana dikemukakan oleh
Mahmud Syaltut bahwa pengguguran merupakan suatu kejahatan dan
haram hukumnya, sebab sudah terdapat kehidupan pada kandungan yang
sedang mengalami pertumbuhan dan dipersiapkan untuk menjadi makhluk
baru yang bernama manusia karena ia harus dilindungi dan di hormati
eksistensinya.15
Akan tetapi, pengguguran boleh dilakukan bila dalam keadaan benar-benar
terpaksa demi menyelamatkan dan melindungi ibu, sesuai dengan kaidah.

“Mengerjakan yang lebih ringan dari dua hal yang berbahaya adalah wajib.”

Abortus terhadap bayi yang berumur empat bulan ke atas disepakati oleh para
ulama (Ijma’) tentang keharamannya. Abortus terhadap janin yang berumur empat
bulan ke atas digolongkan oleh para ulama sebagai pembunuhan dan termasuk dosa
besar yang diancam oleh Allah.
Sebab-sebab pengguguran (abortus) yang dibenarkan oleh agama Islam adalah
sebagai berikut:
a. Sebab medis;
b. Sebab psychiatris;
c. Sebab eugenetik.
Adapun sebab sosio-ekonimi adalah dilarang oleh agama, sesuai dengan firman
Allah (Al-An’am: 51).

15
Ibid., hlm. 78.

11
E. IUD yang Dibawa Mati
Apabila seseorang meninggal dunia, maka terdapat beberapa kewajiban bagi
orang-orang yang masih hidup. Wajibnya adalah wajib kifayah (cukup dikerjakan
oleh salah seorang dari sekelompok masyarakat), kewajiban kifayah itu adalah (a)
memandikan (b) mengafani (c) menyalatkan dan (d) menguburkan.
Apabila seorang akseptor IUD atau susuk meninggal dunia, kebetulan IUD-nya
masih terdapat didalam rahimnya, bagaimana hukumnya menurut hukum Islam,
apakah IUD wajib dicabut atau tidak?
Masalah ini berhubungan dengan kewajiban seorang muslim yang masih hidup
terhadap mayit, yang pertama adalah memandikan. Tujuan memandikan adalah
membersihkan dan menyucikan mayit dari kotoran dan najis yang terdapat pada
tubuhnya, baik bagian luar maupun di dalamnya, hal ini dilakukan agar mayit
menghadap Tuhan dalam keadaan bersih dan suci.
Sehubungan dengan tujuan memandikan mayat tersebut, yakni membersihkan
kotoran mayat pada bagian luar dan dalam tubuh, maka alat kontrasepsi yang masih
diragukan kesuciannya wajib dicabut oleh yang berkompeten, sperti dokter dan
bidan, tetapi apabila kesucian IUD itu sudah diyakini, maka tidak usah dicabut.
Menurut beberapa buku, IUD itu dibuat dari bahan plastik, sedangkan plastik adalah
benda suci. Menurut islam tidak ada larangan untuk dibawa mati, tetapi menurut
para ahli terdapat beberapa IUD yang terbuat dari tembaga/Cu. Benda ini dukatakan
najis sehingga IUD jenis ini wajib dicabut atau dikeluarkan.
IUD yang tidak boleh dikubur bersama mayat menurut Islam adalah benda-
benda berharga yang dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang masih hidup atau
ahli warisnya, seperti gigi yang terbuat dari emas, perak, dan sebagainya. Dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ali Ibn Abi Thalib r.a. bahwa
Rasulullah Saw. bersabda:
“Janganlah berlebih-lebihan dalam memilih kain kafan, karena sesungguhnya
kafan itu akan hancur dengan segera.”

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga berncana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai
perencanaan yang konkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap
agar disetiap anak yang lahir disambut dengan rasa gembira dan syukur, dan
merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan
kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kejanya
mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan
dapat dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak
haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh
memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia diperbolehkan. Selain itu
bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak
menimbulkan implikaasi yang membahayakan bagi kesehatan.
Alat / metode kontrasepsi yang tersedia saat ini telah memenuhi kriteria-
kriteria tersebut diatas. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa KB secara
substansi tidak bertentangan dengan ajaran Islam bahkan merupakan salah satu
bentuk implementasi semangat ajaran Islam dlam rangka mwujudkan sebuah
kemaslahatan, yaitu menciptakan keluarga yang tangguh, mawadah, sakinah, dan
penuh rahmah. Selain itu, kebolehan (mubah) hukum ber-KB, dengan ketentuan-
ketentuan seperti dijelaskan di atas, sesudah menjadi kesepakatan para ulama dalam
forum-forum ke Islaman, baik pada tingkat Nasional maupun Internasional
(ijma’al-majami).
Para ulama yang memperbolehkan KB sepakat bahwa keluarga berencana
(KB) yang dibolehkan syari’at adalah adalah usaha pengaturan atau penjarangan
kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami istri
karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
Hukum KB secara prinsipil dapat diterima oleh islam, bahkan KB dengan
maksud menciptakan keluarga yang sejahtera yan berkualitas dan melahirkan

13
keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari’at Islam yaitu
mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah
manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan
manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan
maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam.

B. Saran
Dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera sesuai dengan syariat Islam maka
penulis berharap pemerintah tidak henti-hentinya memberikan penyuluhan dan
bimbingan kepada masyarakat agar melaksanakan program pemerintah karena
dengan menggunakan alat kontrasepsi bukan berarti menolak takdir Allah Swt
tetapi dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kafrawi., t.t.KB Ditinjau dari Segi Agama-agama Besar di Dunia.Jakarta; t.p.

Rosyadi, Rahmat, Dkk. 1986. Indonesia: Keluarga Berencana Ditinjau dari Hukum
Islam. Bandung: Pustaka.

Zuhdi, Masyfuk. 1998. Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia. Surabaya:


Bina Ilmu.

Drs. H. Aminudin Yakub, MA-Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat


https://keluargaberencanadalamislam.blogspot.com/2009/12/pandangan-
hukum-islam-tentang-keluarga.html

15

Anda mungkin juga menyukai