Anda di halaman 1dari 4

1.

Pemerintah Desa

Hasil dari wawancara bersama dengan pemerintah desa mengenai upaya apa
yang dilakukan dalam menjaga interaksi sosial antar masyarakat, dan antara
masyarakat dengan pihak pemerintah desa didapatkan keterangan dari
responden kades yaitu “Disini kami kekeluargaanya masih bagus, seperti
kalau ada kegiaatan seperti acara kawin, masyarakat disini sangat antusias
dalam membantu, biasanya kalau ada acara di desa ini warga tanpa
disuruhpun langsung datang membantu” Sebagaimana yang saya dapatkan
dari sebuah jurnal yang mengemukakan Interaksi sosial adalah cara-cara
berhubungan yang dilihat dari aspek individu dan kelompok sosial, dimana
mereka salaing bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan
yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dan tergoyahnya pola-pola
kehidupan yang sudah ada. Di sisi lain interaksi sosial dapat diartikan sebagai
pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama atau dalam
kehidupan sosial (Setiadi dan Kolip, 2010). Proses interaksi sosial dalam
kehidupan masyarakat dan keluarga, secara sosiologis memiliki dua syarat utama,
yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Dimana dari jawaban yang
diutarakan dari pemerintah desa sudah mencakup dua syarat utama proses
interaksi jadi cara dari pemerintah di desa ini sudah benar untuk menjada interaksi
sosialnya.
Hasil wawancara dari aspek bagaimana masyarakat mengambil keputusan
dalam hal pemanfaatan layanan kesehatan responden kades mengatakan
“keterangan dari responden kades yaitu “Disini kami itu masih memakai
penyembuhan yang non medis seperti pergi ke dukun untuk berobat dan
setelah berobat ke dukun kami juga berobat ke puskesmas untuk mengimbangi
medis dan non medis, kami disini memakai cara mengobati yang diturunkan
dari nenek moyang kami, tapi kami juga mengimbangi pemeriksaan kesehatan
non medis dengan pemeriksaan kesehatan medis, contohnya kalau ada ibu
hamil pertama kami memanggil dukun untuk datang kerumah setelah itu kami
ke puskesmas/tempat pelayanan kesehatan terdekat bersama dukun tersebut’’
dan ini dijelaskan dari salah satu jurnal yang saya dapatkan yaitu Pemanfaatan
pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan
oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku
pencari pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk
untuk melakukan atau mencari pengobatan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan
masyarakat dapat dipengaruhi oleh (1) Keterjangkauan lokasi tempat
pelayanan. (2) Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia (3) Keterjangkauan
informasi (4) Demand (permintaan) adalah pernyataan dari kebutuhan yang
dirasakan yang dinyatakan melalui keinginan dan kemampuan membayar
(Depkes, 1999). Dimana saya bisa menarik kesimpulan bahwa masyarakat di
desa itu sudah benar dalam mengambil keputusan dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan karena masyarakat sudah mendatangi tempat pelayanan
kesehatan itu sendiri dan sudah mengadakan. Wawancara dengan pemerintah
desa mengenai apa saja kendala masyarakat dalam memanfaatkan layanan
kesehatan, di dapatkan keterangan dari responden kades yaitu “Masih banyak
warga yang masih percanya tentang pengobatan non medis seperti pergi ke
dukun ataupun memakai ritual tertentu, sehingga jika masyarakat ada sakit
mereka pertama perginya ke dukun dulu setelah itu baru mereka pergi ke
tempat pelayanan kesehatan yang terdekat, di puskesmas ini juga belum ada
dokternya hanya ada bidan dan masih banyak warga yang belum mempunyai
kartu jamkes dan bpjs disini warga hanya mengandalkan surat ekonomi
lemah” sebagaimana di paparkan dalam sebuah jurnal Pemanfaatan pelayanan
kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh (1) Keterjangkauan lokasi
tempat pelayanan. (2) Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia (3)
Keterjangkauan informasi (4) Demand (permintaan) adalah pernyataan dari
kebutuhan yang dirasakan yang dinyatakan melalui keinginan dan kemampuan
membayar (Depkes, 1999). Dimana saya bisa menarik kesimpuilan bahwa
hambatan masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan terdapat
pada keterjangkauan lokasi dan ketersedian pelayan kesehatan itu sendiri.
Dari wawancara mengenai aspek banyak pola pikir yang beredar dalam
masyarat bahwa ada beberapa penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara
medis melainkan dengan cara pengobatan tradisional atau cara tertentu di
dapatkan keterangan dari responden kades yaitu “Kalau saya tidak bisa juga
disalahkan itu karena ajaran agama kita sendiri mengajarkan berobat dengan
air-air yang dibacakan ayat al-quran dan ada orang yang diberikan
kelebihan untuk bisa mengobati dengan cara-cara herbal” sedangkan
keterangan kadus yaitu “Tidak bisa memang dipungkiri pengobatan
tradisional itu masih dipercayai masyarakat, tapi kalau saya lebih
kusarankan diuatamakan langsung kemedis karena kalau misalkan kasus
perdarahan tidak langsung dibawa kemedis akan lebih bahaya.” Hal ini juga
di benarkan dari jurnal yang saya baca yaitu Berdasarkan Kepmenkes nomor
1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang penyelengaraan pengobatan tradisional,
diuraikan :
a. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan
cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman,
keterampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
b. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman (Kepmenkes, 2003).
Dimana didesa ini memang benar adanya masyarakat yang melakukan
pengobatan menggunakan metode non medis.
Dari wawancara mengenai aspek seberapa besar kepercayaan dan
keyakinan bapak terhadap pengobatan non medis yang biasa
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dimana responden kades
mengatakan “Saya percaya itu juga membantu dalam pengobatan tapi
harus diimbangi dengan ” sedangkan menurut responden kadus “Percaya
tidak percaya karena ada juga yang berhasil pengobatannya” dalam hal
ini didukung dari jurnal yang saya baca yaitu Masyarakat mempercayai
karena banyak melihat bukti dari orang-orang yang sudah melakukan
pengobatan tradisional dari hasil penyembuhan pengobatan tradisional.
Dari penjelasan jurnal tersebut memacu kepercayaan seseorang terhadap
pengobatan tradisional.
Sedangkan hasil dari wawancara mengenai hal apakah
kepercayaan/budaya itu harus dijaga dan diteruskan dijawab oleh
responden Kades dengan “Yang bagus-bagus dijaga yang mengarahkan
kemusyrikan dibuang” praktek-praktek kebudayaan seperti mantra yang
dikasih oleh para dukun/tabib. Berobat dengan cara ghaib, ajaib dan
supranatural ini memang biasanya mudah menyeret masyarakat awam
kepada kemusyrikan Mereka lebih percaya dengan apa yang sudah mereka
alami selama ini dan sudah dibuktikan sendiri secara turun menurun.
Dimana kebudayaan ini memang adanya dijaga secara turun temurun,
sebagaimana kita harus melestarikan buadaya yang ada di daerah setempat

Anda mungkin juga menyukai