Anda di halaman 1dari 47

DOA BELAJAR

PEMBUKA BELAJAR

“Kami ridho Allah SWT sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Nabi Muhammad
sebagai Nabi dan Rasul, Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah aku
kefahaman”
Trauma Persalinan pada BBL
(Jejas Persalinan)

Nidatul Khofiyah, S.Keb., Bd., MPH


nidatulkhofiyah@unisayogya.ac.id
Prodi Kebidanan Program Sarjana dan Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universias Aisyiyah Yogyakarta
TRAUMA PERSALINAN (JEJAS PERSALINAN)

 Cedera yang didapatkan saar persalinan dan kelahiran

• Faktor Predisposisi:
1. Makrosomia
2. Prematuritas
3. malpresentasi
4. Disproporsi kepala panggul
5. Persalinan lama (Kala II lama)
6. Persalinan abnormal
7. Persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, forsep)
8. Persalinan kembar (gemelli)
9. Oligohidramnion
Macam-Macam Trauma Persalinan

• Trauma Ekstrakranial
1. Caput Succedanium
2. Cephal Hematoma
3. Perdarahan Subgaleal
• Trauma Intrakranial
• Fraktur Klavikula
• Trauma palsi bakhial (Brachial palsy)
• Trauma bagian dalam perut
Perdarahan Ekstrakranial
• Caput succedaneum
• Cephal hematoma
• Subgaleal hematoma
Caput Succedaneum

 Edema/pembengkakan yang tidak berbatas tegas di bagian kulit


kepala yang paling dahulu keluar dalam persalinan vertex karena
adanya timbunan darah/serum subkutan dibawah lapisan
aponerose diluar periosteum akibat tekanan serviks
 Pembengkakan lunak yang melebar melewati garis sutura (eksternal
dari periosteum)

 Kadang sulit dibedakan dgn cephalhematoma terutama pada


cephalhematoma yang bersifat ekstensif dan bilateral
• Faktor resiko terjadinya kaput suksedaneum  persalinan dengan
bantuan alat, terutama forseps atau vakum, traksi
abnormal/berlebihan saat persalinan, bayi besar (BMK), partus
lama yang dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis
• Tekanan verteks pada serviks yg lama  penekanan pembuluh
darah setempat  memperlambat aliran balik vena  cairan
jaringan kulit didaerah kepala meningkat  terjadi
pembengkakan/edema
Tanda dan Penanganan Caput Succedaneum

• Edema pada bawah kulit


• Penekanan yg lama pada
presentasi kepala
• Melebar melewati garis sutura
• Batas tidak jelas
• Tidak diperlukan
perawatan/terapi khusus
• Menghilang dlm beberapa hari
• Perawatan bayi baru lahir
normal
Cephal Hematoma

 Mengumpulnya darah pada subperiosteal yang melapisi tulang


kranial karena robeknya pembuluh darah yg melewati periosteum
tulang kepala  diakibatkan oleh persalinan lama dan trauma
mekanis oleh tekanan alat (forcep atau vakum)

 Pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah


yang disebabkan perdarahan sub periostinum
 Benturan kepala janin dengan pelvis
 Umumnya terjadi pada ibu primipara
 5-18% berhubungan dengan fraktur tulang kepala  foto rontgent
Tanda Klinis Cephalhematoma

• Edema terjadi pada subperiosteal


• Terjadi pada 0,4-2,5% persalinan pervaginam
• Perdarahan tidak melewati garis sutura  terbatas
pada tulang dan periosteum yang terlibat
• Pembengkakan mungkin timbul beberapa jam atau hari
setelah lahir, perabaan mula-mula keras lambat laun
lunak
• Kulit kepala diatanya tidak mengalami diskolorasi
• Menghilang dengan sendiri setelah 2 minggu – 3 bulan,
tergantung ukuran
• Kadang meninggalkan jejas kalsifikasi pada tulang,
bertahan selama >1 tahun
Cephal Hematoma
Tata Laksana Cephal Hematoma

• Bila tanpa komplikasi tidak perlu perawatan khusus


• Perawatan diperlukan bila muncul gejala gangguan neurologis
• Komplikasi yang mungkin terjadi : ikterus dan anemia pada bayi
• Kontraindikasi untuk dilakukan  Insisi atau aspirasi karena
berisiko infeksi
• Transfusi darah dilakukan bila berkembang menjadi anemi berat
• Hiperbilirubinemia yg signifikan  terapi sinar atau transfusi
tukar  tergantung kadar bilirubin
Subgaleal Hemorrage

• Darah dibawah galea aponeurosis, massa padat berfluktuasi


• Pembengkakan kulit kepala, ekimosis yang terjadi karena
penekanan menggunakan alat (forceps dan vakum)
• Pembengkakan melewati garis sutura
• Mungkin dapat meluas ke daerah periorbital dan leher
• Berkembang bertahap dalam waktu 12-72 jam
• Seringkali berkaitan dnegan trauma kepala (40%)
1. Perdarahan intrakranial
2. Farktur tulang kepala
Diagnosis Banding Trauma Lahir Perdarahan Ekstrakranial
KOMPLIKASI DAN TATA LAKSANA SUBGALEAL HEMATOMA

• Komplikasi : • Tata Laksana bersifat supportif :


1. Anemia/syok hipovolemik 1. Pemantauan ketat pada bayi
2. Perdarahan intrakranial  bila anemia berat 
3. Respiratory distress transfusi darah
4. Seizure 2. Perawatan intensif
5. kematian 3. Pemantauan hematokrit
4. Pemantauan kadar bilirubin
5. Pemakaian bidai  belum ada
bukti pasti
Trauma Intrakranial
• Fraktur Tengkorak
• Perdarahan Intrakranial
FRAKTUR TENGKORAK

• Biasanya terjadi pada:


– persalinan dengan alat (forsep atau ekstraksi vakum)
– persalinan sulit dg berulangnya kontak kranium janin
terhadap simfisis pubis, promontorium atau spina
ischiadika ibu.
• Biasanya terjadi tanpa gejala
• Bila ada perdarahan  menimbulkan gejala
• Fraktur tengkorak Linear → umumnya yang terkena adalah tulang
parietal
– biasanya disertai sefalhematom atau perdarahan intrakranial
– Sembuh dlm beberapa bulan tanpa sekuele
• Fraktur karena tekanan (depressed) → terjadi lekukan ping-pong
karena kompresi forseps, biasanya tanpa gejala
• Fraktur tulang oksipital → persalinan presentasi bokong → karena
terjadi tekanan yang kuat kepala bayi pada spina ischiadika saat kepala
bayi tertahan di pelvis ibu.
TATA LAKSANA FRAKTUR TENGKORAK

Tata Laksana :
• Konservatif  elevasi fraktur
akibat tekanan oleh vakum 
perawatan intensif
• Elevasi melalui pembedahan

Prognosis  sembuh dalam


beberapa bulan
Perdarahan Intrakranial

• Perdarahan epidural
• Perdarahan subdural
• Perdarahan subarachnoid
Perdarahan Intrakranial

 Terjadi pada 20-40% bayi berat lahir <1500 gr

Faktor Predisposisi :
• Kelahiran sungsang
• Partus presipitatus
• Kepala janin lebih besar dari pintu bawah panggul
• Persalinan lama
• Penggunaan cunam yang tidak tepat
• Kelahiran prematur
Perdarahan Intrakranial

Presentasi Klinis:
• Presentasi tanpa gejala bisa terjadi hingga 50% kasus
• Tanda kehilangan darah : syok, pucat, distress napas,
ikterus
• Tanda disfungsi neurologis
• Fontanela anterior menonjol
• Hipotonia, lemah, kejang
• Temperatur tidak stabil
• Pemeriksaan : USG kepala dan CT scan  jelas
Perdarahan Epidural

• Terjadi 2,2% dari semua perdarahan intrakranial  jarang


• Terjadi karena kerusakan pada arteri meningeal medium
• Sering berkaitan dg fraktur kranium atau sefalhematom.
• Gejala klinis :
1. Tidak spesifik : fontanela menonjol
2. Peningkatan tekanan intrakranial
3. Defisit neurologis (kejang), deviasi mata
• Diagnosis : CT scan → lesi hiperdens, bentuk bikonveks (lentiformis)
terletak di region frontotemporoparetal.
• Foto polos kepala → untuk melihat adanya fraktur kranium.
• Tata Laksana :
1. Drainase perdarahan dilakukan bila perdarahan luas
2. Evakuasi pembedahan (sebagian besar kasus)
Perdarahan Subdural

• Paling sering terjadi (73%)


• Trauma pada vena dan sinus venosus
• Gejala klinis :
1. Apnea, sianosis
2. Kejang, defisit neurologis fokal, letargi, hipotoni
3. Pada fossa posterior  peningkatan tekanan intrakranial, seperti
apnea, pupil anisokor, deviasi mata, dan koma.
Gejala timbul biasanya dlm 24 jam setelah lahir, bisa lebih
• Diagnosis : CT scan kepala, Foto rontgen, MRI (utk melihat batas
hematoma)
Tatalaksana
• Konservatif.
• Tindakan bedah tergantung ukuran lesi, dan adanya
tanda penekanan pada batang otak
– Hematom fossa posterior evakuasi.
– Jika terjadi progresifitas hidrosefalus  VP shunt.
• Prognosis jangka panjang tergantung ukuran lesi
Perdarahan Subarachnoid

• Terjadi 0,1 per 1000 kelahiran


• Kejadian meningkat pada prematuritas dan asfiksia
• Disebabkan karena rupturnya pembuluh darah vena penghubung ruang
subarachnoid
• Gejala klinis yang sering muncul → kejang biasanya pada hari ke-2, penurunan
kesadaran, gejala neurologis fokal.
• Diagnosis → CT scan kepala dan CSF (bila berdarah).
• Tata Laksana :
1. Konservatif : akan membaik tanpa intervensi
2. Jika perdarahan masif, pantau kondisi hidrosefalus pasca perdarahan 
perlu monitor pertambahan lingkar kepala dan ukuran ventrikel dengan
USG
TRAUMA SUMSUM TULANG BELAKANG

• Diakibatkan oleh traksi atau rotasi berlebihan


• Lokasi utama cedera:
1. Sungsang : daerah servikal bawah dan toraks atas
2. Verteks : daerah servikal atas/tengah
• Gejala klinis :
1. Tidak ada fungsi motorik ke arah distal
2. Penurunan fungsi respirasi
3. Refeks tendon dalam hilang
4. Suhu tidak stabil
5. Konstipasi, retensi urin
• Diagnosis : CT scan, MRI
• Tata Laksana : resusitasi, konservatif
FRAKTUR TULANG

• Fraktur klavikula
• Fraktur humerus
• Fraktur femur
FRAKTUR KLAVIKULA
• Merupakan fraktur tersering akibat trauma lahir.
• Penyebab :
– manipulasi berlebih pada lengan dan bahu
– persalinan sulit pada presentasi puncak kepala
– persentasi bokong yang disertai ekstensi lengan bayi.
• Presentasi klinis :
 Menurunnya gerakan lengan
 Nyeri saat pergerakan pasif
 Refleks moro tidak ada pada bagian yg terkena
 Pada palpasi teraba krepitasi dan iregularitas klavikula
 Kalus bisa dipalpasi pada usia 7-10 hari
• Diagnosis : Foto Rontgen
FRAKTUR KLAVIKULA
TATA LAKSANA FRAKTUR KLAVIKULA

• Terapi :
– Meminimalkan rasa nyeri
– Imobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang terkena  mengabduksikan
lengan lebih dari 600 dan siku difleksikan lebih dari 900.
– Bila kalus terjadi dan nyeri berkurang pada 7-‐10hari 
imobilisasi dapat dihentikan.
• Perbaikan sempurna pada tulang terjadi setelah beberapa bulan.
FRAKTUR HUMERUS
• Penyebab tersering
– sulitnya mengeluarkan lengan pada persalinan presbo
– mengeluarkan bahu pada presentasi puncak kepala.
• Manifestasi klinis:
– sedikitnya gerakan pada sisi lengan yang terkena
– pada palpasi terdapat krepitasi
– refleks Moro ipsilateral negatif
– Diagnosis dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiografi.
• Tata Laksana:
 Lengan yang terkena harus diimobilisasi dalam posisi aduksi dalam 2-‐4minggu.
 Lengan dipertahankan dengan pembidaian kuat dengan perban pada dada
 Penyembuhan ditandai dengan pembentukan kalus.
 Penyatuan komplet fragmen fraktur dapat terjadi dalam 3 minggu.
FRAKTUR FEMUR

• Biasanya pada persalinan presentasi bokong saat tungkai ditarik ke bawah setelah bokong
sebagian telah terfiksasi di pelvis.
• Gejala klinis:
– bayi menangis saat tungkai yang terkena diraba atau digerakkan
– adanya deformitas pada sisi tungkai yang terkena.
– manifestasi klinis baru tampak pada beberapa hari setelah kelahiran
adanya udema karena perdarahan otot
• Diagnosis → pemeriksaan radiografi
• Terapi → traksi suspensi pada kedua ekstremitas, meskipun fraktur unilateral, selama
3-4minggu sampai timbul kalus.
• Yang perlu diperhatikan adalah pemberian intake makanan secara hati hati.
• Prognosis baik.
TRAUMA PLEKSUS BRAKHIALIS

• Trauma plexus brachialis:


– palsi Erb (Erb’s palsy)  paling sering
– palsi Klumpke (Klumpke’s palsy)
– cedera pada seluruh pleksus
• Etiologi :
 BMK > 3500 gr pd 50-70%
 Tanda kegawatan janin pada 44%
 Distosia bahu (tarikan yang berlebihan)
 Persalinan sungsang
PALSI ERB

• Faktor risiko:
– Makrosomia
– distosia bahu
– persalinan dengan alat
– malpresentasi.
• Merupakan 90% kasus cedera pleksus brakhialis.
• Manifestasi klinis lengan yang terkena
– menyerupai posisi waiter tip
– Refleks bisep dan radial menghilang
– refleks moro asimetris
– refleks menggenggam tetap utuh
• Patogenesis → terjadinya tarikan, yaitu pada saat bahu janin mengalami distokia,
dilakukan tarikan dan fleksi lateral berlebih pada kepala.
• Diagnosis : Pemeriksaan klinis, Foto rontgen  menyisihkan kemungkinan
trauma tulang
Waiter tip’s position
• Prinsip dasar terapi: konservatif → 90% membaik
• Bayi mungkin merasa tidak nyaman karena rasa nyeri
• Lengan yang terkena diimobilisasi, fleksikan siku 90, balut lengan dan
diletakkan menyilang di atas abdomen selama 1 minggu, seperti manajemen
terhadap fraktur
• Untuk mencegah kontraktur → fisioterapi pasif setelah 1 minggu.
• Kondisi bayi harus direevaluasi periodik→ meliputi fungsi bahu, siku, lengan,
pergelangan tangan dan jari –jari
• Bayi yang tidak mengalami kesembuhan dalam 3-‐6bulan
→ dilakukan eklsplorasi bedah.
PALSI KLUMPKE

• Manifestasi klinis lengan yang terkena


– refleks menggenggam tidak ada
– Jari berada dalam posisi seperti akan mencakar (clawing)
• Tata Laksana :
• Imobilisasi ekstremitas secara perlahan melintang diatas perut
untuk minggu pertama
• Mulailah latihan pergerakan pasif pada semua sendi
• Gunakan splint penahan pergelangan tangan
• Eksplorasi pembedahan  bila tidak terjadi pemulihan fungsional
bermaksa dalam 3 bulan
TRAUMA NERVUS FASIALIS

• Terjadi pada 0,6%-0,7% kelahiran.


• erjadi karena penekanan pada bagian tepi saraf, baik di dekat
foramen stylomastoideus ataupun pada jalan lewatnya saraf di
ramus mandibula.
• Saraf tertekan oleh forseps atau oleh tekanan yang lama pada
promontorium ibu.
• Paralisis biasanya tampak pada hari pertama atau kedua setelah
lahir. Tidak bertambah parah kecuali disertai edema diatas area
saraf yang terkena.
• Terdapat dua tipe paralisis :
 Sentral
 Perifer
• Paralisis sentral:
– Terbatas pada 2/3 bawah sisi kontralateral wajah.
– Lipatan nasolabial hilang, sudut mulut layu
– Saat bayi menangis  mulut perot ke sisi yang sehat,
– Kerutan lebih jelas pada sisi sehat
– Gerakan dahi dan kelopak mata tidak terpengaruh.
• Paralisis perifer:
– Mengenai seluruh wajah.
– Saat bayi tidur, mata pada sisi yang terkena akan tetap terbuka, karena paralisis m.orbikularis.
– Saat menangis  gejala sama dengan paralisis sentral namun disertai keterlibatan dahi pada sisi
yang terlibat.
• Karena lidah tidak terkena → tidak ada masalah makan.
• Kebanyakan palsi wajah sembuh spontan dalam beberapa hari
• Perbaikan total memerlukan waktu beberapa minggu sampai bulan
PROFESIONAL – QUR’ANI
TRAUMA ORGAN DALAM PERUT

• Tidak umum terjadi


• Riwayat persalinan yang sulit
• Perdarahan  komplikasi akut yg paling serius
• Hati  organ yg paling sering mengalami kerusakan
• Gejala klinis
 Perdarahan (syok)
 Kulit abdomen diatasnya mengalami perubahan warna kebiruan
• Tindakan disgnostik :
 Foto rontgen abdomen  utk melihat cairan peritoneal bebas
 USG  utk melihat hati yg ruptur, limpa, ginjal
• Tata laksana :
 penggantian volume cairan
 koreksi koagulopati
 pembedahan untuk mengontrol perdarahan
PROFESIONAL – QUR’ANI
PENUTUP BELAJAR
‫يم‬
ِ ‫ح‬ ‫ن ه‬
ِ ‫الر‬ َ ‫ح‬
ِ ‫م‬ ِ ‫م ه‬
‫َّللا ه‬
ْ ‫الر‬ ْ ِ‫ب‬
ِ ‫س‬

‫ه‬ ْ ‫ار ُز ْق َنا‬


ُ َ‫اجتِ َناب‬ ْ ‫و‬َ ً‫طال‬
ِ ‫ل بَا‬
َ ‫ط‬ ْ ‫وأَ ِرنَا‬
ِ ‫البَا‬ َ ‫ار ُز ْق َنا اتِ ّـبَا‬
َ ُ ‫عه‬ ْ ‫و‬ ًّ ‫ح‬
َ ‫قا‬ ‫ح ه‬
َ ‫ق‬ ْ ‫م أَ ِرنَا‬
َ ‫ال‬ ‫اَلله ُه ه‬

Ya Allah Tunjukkanlah kepada kami kebenaran sehinggga kami dapat


mengikutinya,
Dan tunjukkanlah kepada kami keburukan sehingga kami dapat menjauhinya.

Anda mungkin juga menyukai