➢ Distosia Bahu
➢ Hidrosepalus
➢ Anensepalus
➢ Kembar siam
Makrosomia
Makrosomia
• Makrosomia digunakan untuk
menggambarkan bayi yang lahir dengan
ukuran yang lebih besar dari ukuran normal.
• Berat bayi baru lahir pada usia 37-40 minggu,
Normalnya adalah 2,5 hingga 4 kg.
• Menurut American College of Obstetricians
and Gynecologists (ACOG) adalah istilah
untuk neonatus dengan berat lahir lebih dari
4000 gram atau berat bayi lahir berada dalam
persentil 90 terhadap usia kehamilan.
Etiologi :
• Faktor Ibu
• Faktor Janin
Faktor Ibu :
• Diabetes gestasional
• Obesitas
• Multiparitas
• Riwayat makrosomia sebelumnya
• Kehamilan serotinus
• Usia ibu
• Faktor genetik
Faktor janin :
• Jenis kelamin ➔ laki-laki lebih beresiko terjadi
makrosomia krn janin laki-laki biasanya sekitar
150 gram lebih berat daripada janin perempuan.
• Kelainan genetik dan bawaan spt :
➢ Sindrom Beckwith-Wiedemann (BWS) adl kondisi
langka yang menyebabkan beberapa bagian tubuh
tumbuh lebih cepat.
➢ Sotos syndrome adl kelainan genetic yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan lebih
cepat dari usia sebayanya
➢ Fragile X syndrome adl kelainan genetik yang
menyebabkan gangguan perkembangan fisik dan
mental, serta gangguan perilaku
➢ Weaver syndrome adl kondisi genetik langka yang
menyebabkan pertumbuhan tulang berlebih
Gejala :
Makrosomia janin bisa sulit dideteksi
dan didiagnosis selama kehamilan
• TFU lebih tinggi dari UK
• Adanya polihidramnion
• TBJ > 4000 gram
Pemeriksaan :
1. Anamesa :
➢ HPHT
➢Usia Kehamilan
➢Paritas
➢BB sebelum hamil
➢Riwayat imunisasi
➢Riwayat kesehatan
➢Riwayat kehamilan sebelumnya
Pemeriksaan :
2. Pemeriksaan Fisik :
➢ Pemantauan kenaikan BB
➢ Pemeriksaan TFU
➢ Pemantauan TBJ
➢ Pemeriksaan USG
Evaluasi Ibu:
• Pentingnya dilakukan skrining gula
darah pada ibu hamil.
• Tekanan Darah
• Complete blood count (CBC)
• Urinalysis
• BUN (blood urea nitrogen)
• Creatinine
• Lipid profile
• Liver function tests (LFT)
• Pemantauan dengan USG
Evaluasi Bayi :
Janin makrosomia berisiko mengalami berbagai gangguan
metabolisme dan harus dipantau secara ketat :
• Kadar glukosa: dengan penghentian mendadak lingkungan
yang kaya glukosa di dalam rahim, neonatus yang lahir dari
ibu diabetes rentan terhadap hipoglikemia.
• Kadar kalsium: resiko hipokalsemia dan tetani.
• Kadar magnesium: resiko hipomagnesemia
• Kadar bilirubin: dapat terjadi sebagai akibat dari sirkulasi
enterohepatik yang tidak efisien dan peningkatan hemolisis
jika polisitemia juga ada.
• Hitung darah lengkap: perlu untuk memeriksa polisitemia.
• Evaluasi klinis upaya pernapasan neonatus : resiko aspirasi
mekonium karena gawat janin dan takipnea transien pada
bayi baru lahir sering terjadi dan cenderung terjadi dua
hingga tiga kali lebih sering pada bayi makrokosmik, terutama
jika sekunder akibat diabetes gestasional.
Managemen :
• Pengawasan pada ibu dengan riwayat
kehamilan dengan makrosomia /
dengan DM
• Persalinan dengan SC untuk
mengurangi resiko komplikasi
• Diet dan latihan olah raga : Faktor
penentu yang paling penting dari
makrosomia janin adalah diabetes ibu
yang tidak terkontrol dan penambahan
berat badan yang berlebihan
Differential Diagnosis :
• Polyhydramnios
• Inaccurate estimation of gestational age
• Multiple gestations
• Uterine anatomic lesions such as
uterine myoma, adenomyosis
• Pelvic masses such as ovarian masses
• Morbid obesity
• Post date pregnancies
Komplikasi :
1. Komplikasi Pada Ibu :
• Perdarahan postpartum (PPH)
• Rupture perineum
• Rupture uteri
• Kala II Lama
Komplikasi :
2. Komplikasi pada janin :
• Distosia bahu
• Fetal distress
• Kelainan kongenital
• Polycythemia
• Hyperbilirubinemia
• Gangguan metabolisme
• Hypoglikemia
• Resiko diabetes pada anak
Edukasi untuk Pencegahan:
• KIE pada ibu dg bayi makrosomia
tentang peningkatan resiko kejadian
kehamilan makrosomia pada
kehamilan berikutnya (2-4x lipat)
• Pencegahan BB yang berlebihan
selama kehamilan
• Olahraga
• Screening pada ibu dengan riwayat
diabetes gestasional
Distosia Bahu
Distosia bahu
• Kondisi kegawatdaruratan obstetri pada
persalinan pervaginam dimana bahu janin
gagal lahir secara spontan setelah lahirnya
kepala janin.
• Komplikasi persalinan pervaginam di mana
bahu bayi tersangkut di atas os symphysis
pubis
• Bahu berada di diameter antero posterior
dimana bahu depan tertahan dibelakang
simfisis pubis dan bahu belakang berada di
promontorium
Faktor Resiko :
• Makrosomia janin
• Diabetes pregestasional dan gestasional
• Riwayat distosia bahu sebelumnya,
• Persalinan pervaginam operatif, terutama
dengan penggunaan vakum.
• Ibu obesitas
• Penambahan berat badan ibu yang
berlebihan
• Kehamilan post date
Tanda& Gejala :
• Tidak ada gejala, dan tidak bisa memprediksi
apakah distosia bahu akan terjadi.
• Tanda muncul setelah kelahiran kepala
• Setelah kepala bayi lahir dan terjadi retraksi
kepala janin ke arah perineum, Kepala bayi tidak
melakukan putaran paksi luar : “Turtle Sign”
• Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu
yang terperangkap di belakang symphysis,
Persalinan kala II lama
Penatalaksanaan :
Persyaratan :
1. Kondisi vital ibu cukup untuk bekerja sama
dalam menyelesaikan persalinan
2. Ibu memiliki kemampuan mengejan
3. Jalan keluar dan pintu keluar panggul cukup
untuk tubuh bayi
4. Bayi tersebut masih hidup atau diperkirakan
akan bertahan hidup
5. Tidak ada kelainan kongenital yang
menghalangi lahirnya bayi
The management ALARM (Advances in
Labour and Risk Management)
1. Principles : Do not 4 “P” :
• Panic
• Pulling (the head of the baby)
• Pushing (the fundal of uterine)
• Pivoting (the head of the baby with
coccygeus as fulcrums)
2. Ask For Help
• Ibu pasien
• Suami
• Bidan
• Dokter penanggung jawab atau paramedis
lainnya
3. McRobert’s Maneuver
4. Anterior Disimpaction
a. Tekanan suprapubik (Manuver Massanti)
b. Manuver Rubin
• Adduksi bahu anterior dengan menekan
bahu posterior ke arah dada
• Pertimbangkan episiotomy
• Video : https://youtu.be/j_bibDLPW98
Hidrocephalus
Hidrosefalus
• Kondisi pembesaran ventrikulus otak sebagai
akibat peningkatan jumlah cairan
serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh
ketidak seimbangan antara produksi, sirkulasi
dan absorbsinya.
• Perdarahan atau infeksi prenatal dapat
menyebabkan hidrosefalus.
• Beberapa bentuk genetik hidrosefalus
mungkin tidak terlihat saat lahir.
• Hampir 10% dari semua kasus hidrosefalus
pada bayi baru lahir disebabkan oleh
malformasi batang otak dengan stenosis
saluran air otak.
Hidrosefalus patologi dibagi :
a. Caput Succedaneum
• Edema yang tidak berbatas tegas di
bagian kulit kelapa yang paling
dahulu keluar pada persalinan
vertex.
• Pembengkakan subkutan dan edema
kulit kepala antara kulit dan
periosteum akibat kongesti vena
lokal dari tekanan jalan lahir pada
bagian presentasi
• Tidak diperlukan intervensi, dan
biasanya sembuh dalam beberapa
hari pertama setelah melahirkan.
Lanj Jenis Trauma Persalinan
a. Caput Succedaneum
• Komplikasi yang jarang termasuk
memar pada kulit di atas
pembengkakan dengan nekrosis
yang mengakibatkan jaringan parut
dan alopecia, dan jarang terjadi
infeksi sistemik.
• Presentasi Klinis : pembengkakan
lunak yang melebar melewati garis
sutura.
• Kadang sulit dibedakan dg
cephalhematoma terutama yang
bersifat ekstensif dan bilateral
Lanj Jenis Trauma Persalinan
a. Caput Succedaneum
Lanj Jenis Trauma Persalinan
b. Cephalohematoma
• Mengumpulnya darah sub-periosteal
yang melapisi tulang kranial karena
robek/ pecahnya pembuluh darah yang
melintasi dari periosteum tulang
kepala.
• Biasanya disebabkan persalinan
lama/sulit dan trauma mekanis seperti
forsep/vakum.
• Terjadi pada 0,4-2,5 % kelahiran hidup
dan lebih sering pada primipara
• Komplikasi seperti pengapuran,
kelainan bentuk tengkorak, infeksi, dan
osteomielitis
Lanj Jenis Trauma Persalinan
b. Cephalohematoma
Presentasi Klinis:
• Perdarahan terbatas pada garis
sutura
• Kulit kepala diatasnya tidak
mengalami diskolorasi
• Pembengkakan mungkin timbul
beberapa jam/ hari setelah lahir
• Hilang setelah 2 minggu sampai 3
bulan.
Lanj Jenis Trauma Persalinan
b. Cephalohematoma
Tatalaksana:
• Tidak perlu perawatan untuk
sefalhematoma tanpa komplikasi
• Insisi/aspirasi merupakan
kontraindikasi (resiko infeksi)
• Transfusi darah dilakukan jika
berkembang menjadi anemia berat
• Hiperbilirubinemia yang signifikan
memerlukan terapi sinar/transfusi
tukar tergantung pada kadar
bilirubin
Lanj Jenis Trauma Persalinan
b. Cephalohematoma
Lanj Jenis Trauma Persalinan
c. Perdarahan Intrakranial
• Meliputi perdarahan epidural,subdural,
subarachnoid, intraventrikular,
ventrikel dan jarang intraserebral dan
intraserebelar
• Terjadi pada 20-40 % bayi dengan
berat lahir <1500gr
Lanj Jenis Trauma Persalinan
c. Perdarahan Intrakranial
Presentasi Klinis :
• Tanpa gejala bisa terjadi hingga 50 %
• Tanda kehilangan darah : syok,
pucat, gawat nafas, DIC dan icterus
• Tanda disfungsi neurologis
• Fontanela anterior menonjol
• Hipotonia, lemah dan kejang
• Temperatur tidak stabil
• Apnea
Lanj Jenis Trauma Persalinan
c. Perdarahan Intrakranial
Pemeriksaan:
• USG kepala
• CT scan
• Protrombin Time (PT) dan Activated
Partial Thromboplastin Time (APTT)
dan jumlah trombosit untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit
koagulopati sebagai penyebab
• MRI
Lanj Jenis Trauma Persalinan
c. Perdarahan Intrakranial
Penatalaksanaan:
• Hindari manipulasi yang tidak perlu
• Pemberian albumin, plasma dan
darah
• Vitamin K harus diberikan jika
teridentifikasi adanya kegagalan
koagulasi
• Perawatan kejang dan hiperbilirubin
jika ada
Jenis Trauma Persalinan:
2. Cedera Leher dan Bahu
a. Fraktur Klafikula
Lanj Jenis Trauma Persalinan