Anda di halaman 1dari 83

Kelainan Janin

By : Dewi S, S.SiT, M.P.H


Jenis Kelainan Janin :
➢ Makrosomia

➢ Distosia Bahu

➢ Hidrosepalus

➢ Anensepalus

➢ Kembar siam
Makrosomia
Makrosomia
• Makrosomia digunakan untuk
menggambarkan bayi yang lahir dengan
ukuran yang lebih besar dari ukuran normal.
• Berat bayi baru lahir pada usia 37-40 minggu,
Normalnya adalah 2,5 hingga 4 kg.
• Menurut American College of Obstetricians
and Gynecologists (ACOG) adalah istilah
untuk neonatus dengan berat lahir lebih dari
4000 gram atau berat bayi lahir berada dalam
persentil 90 terhadap usia kehamilan.
Etiologi :
• Faktor Ibu
• Faktor Janin
Faktor Ibu :
• Diabetes gestasional
• Obesitas
• Multiparitas
• Riwayat makrosomia sebelumnya
• Kehamilan serotinus
• Usia ibu
• Faktor genetik
Faktor janin :
• Jenis kelamin ➔ laki-laki lebih beresiko terjadi
makrosomia krn janin laki-laki biasanya sekitar
150 gram lebih berat daripada janin perempuan.
• Kelainan genetik dan bawaan spt :
➢ Sindrom Beckwith-Wiedemann (BWS) adl kondisi
langka yang menyebabkan beberapa bagian tubuh
tumbuh lebih cepat.
➢ Sotos syndrome adl kelainan genetic yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan lebih
cepat dari usia sebayanya
➢ Fragile X syndrome adl kelainan genetik yang
menyebabkan gangguan perkembangan fisik dan
mental, serta gangguan perilaku
➢ Weaver syndrome adl kondisi genetik langka yang
menyebabkan pertumbuhan tulang berlebih
Gejala :
Makrosomia janin bisa sulit dideteksi
dan didiagnosis selama kehamilan
• TFU lebih tinggi dari UK
• Adanya polihidramnion
• TBJ > 4000 gram
Pemeriksaan :
1. Anamesa :
➢ HPHT
➢Usia Kehamilan
➢Paritas
➢BB sebelum hamil
➢Riwayat imunisasi
➢Riwayat kesehatan
➢Riwayat kehamilan sebelumnya
Pemeriksaan :
2. Pemeriksaan Fisik :
➢ Pemantauan kenaikan BB
➢ Pemeriksaan TFU
➢ Pemantauan TBJ
➢ Pemeriksaan USG
Evaluasi Ibu:
• Pentingnya dilakukan skrining gula
darah pada ibu hamil.
• Tekanan Darah
• Complete blood count (CBC)
• Urinalysis
• BUN (blood urea nitrogen)
• Creatinine
• Lipid profile
• Liver function tests (LFT)
• Pemantauan dengan USG
Evaluasi Bayi :
Janin makrosomia berisiko mengalami berbagai gangguan
metabolisme dan harus dipantau secara ketat :
• Kadar glukosa: dengan penghentian mendadak lingkungan
yang kaya glukosa di dalam rahim, neonatus yang lahir dari
ibu diabetes rentan terhadap hipoglikemia.
• Kadar kalsium: resiko hipokalsemia dan tetani.
• Kadar magnesium: resiko hipomagnesemia
• Kadar bilirubin: dapat terjadi sebagai akibat dari sirkulasi
enterohepatik yang tidak efisien dan peningkatan hemolisis
jika polisitemia juga ada.
• Hitung darah lengkap: perlu untuk memeriksa polisitemia.
• Evaluasi klinis upaya pernapasan neonatus : resiko aspirasi
mekonium karena gawat janin dan takipnea transien pada
bayi baru lahir sering terjadi dan cenderung terjadi dua
hingga tiga kali lebih sering pada bayi makrokosmik, terutama
jika sekunder akibat diabetes gestasional.
Managemen :
• Pengawasan pada ibu dengan riwayat
kehamilan dengan makrosomia /
dengan DM
• Persalinan dengan SC untuk
mengurangi resiko komplikasi
• Diet dan latihan olah raga : Faktor
penentu yang paling penting dari
makrosomia janin adalah diabetes ibu
yang tidak terkontrol dan penambahan
berat badan yang berlebihan
Differential Diagnosis :
• Polyhydramnios
• Inaccurate estimation of gestational age
• Multiple gestations
• Uterine anatomic lesions such as
uterine myoma, adenomyosis
• Pelvic masses such as ovarian masses
• Morbid obesity
• Post date pregnancies
Komplikasi :
1. Komplikasi Pada Ibu :
• Perdarahan postpartum (PPH)
• Rupture perineum
• Rupture uteri
• Kala II Lama
Komplikasi :
2. Komplikasi pada janin :
• Distosia bahu
• Fetal distress
• Kelainan kongenital
• Polycythemia
• Hyperbilirubinemia
• Gangguan metabolisme
• Hypoglikemia
• Resiko diabetes pada anak
Edukasi untuk Pencegahan:
• KIE pada ibu dg bayi makrosomia
tentang peningkatan resiko kejadian
kehamilan makrosomia pada
kehamilan berikutnya (2-4x lipat)
• Pencegahan BB yang berlebihan
selama kehamilan
• Olahraga
• Screening pada ibu dengan riwayat
diabetes gestasional
Distosia Bahu
Distosia bahu
• Kondisi kegawatdaruratan obstetri pada
persalinan pervaginam dimana bahu janin
gagal lahir secara spontan setelah lahirnya
kepala janin.
• Komplikasi persalinan pervaginam di mana
bahu bayi tersangkut di atas os symphysis
pubis
• Bahu berada di diameter antero posterior
dimana bahu depan tertahan dibelakang
simfisis pubis dan bahu belakang berada di
promontorium
Faktor Resiko :
• Makrosomia janin
• Diabetes pregestasional dan gestasional
• Riwayat distosia bahu sebelumnya,
• Persalinan pervaginam operatif, terutama
dengan penggunaan vakum.
• Ibu obesitas
• Penambahan berat badan ibu yang
berlebihan
• Kehamilan post date
Tanda& Gejala :
• Tidak ada gejala, dan tidak bisa memprediksi
apakah distosia bahu akan terjadi.
• Tanda muncul setelah kelahiran kepala
• Setelah kepala bayi lahir dan terjadi retraksi
kepala janin ke arah perineum, Kepala bayi tidak
melakukan putaran paksi luar : “Turtle Sign”
• Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu
yang terperangkap di belakang symphysis,
Persalinan kala II lama
Penatalaksanaan :
Persyaratan :
1. Kondisi vital ibu cukup untuk bekerja sama
dalam menyelesaikan persalinan
2. Ibu memiliki kemampuan mengejan
3. Jalan keluar dan pintu keluar panggul cukup
untuk tubuh bayi
4. Bayi tersebut masih hidup atau diperkirakan
akan bertahan hidup
5. Tidak ada kelainan kongenital yang
menghalangi lahirnya bayi
The management ALARM (Advances in
Labour and Risk Management)
1. Principles : Do not 4 “P” :
• Panic
• Pulling (the head of the baby)
• Pushing (the fundal of uterine)
• Pivoting (the head of the baby with
coccygeus as fulcrums)
2. Ask For Help
• Ibu pasien
• Suami
• Bidan
• Dokter penanggung jawab atau paramedis
lainnya
3. McRobert’s Maneuver

4. Anterior Disimpaction
a. Tekanan suprapubik (Manuver Massanti)
b. Manuver Rubin
• Adduksi bahu anterior dengan menekan
bahu posterior ke arah dada
• Pertimbangkan episiotomy

5. Rotate the posterior shoulder- Corkscrew/


Wood Maneuver
6. Manual removal of posterior arm / Schwartz
and Dixon Maneuver
• Tekanan pada fossa antecubital untuk
melenturkan lengan bawah
• Menggerakkan lengan ke depan.
• Jangkau lengan bawah atau jari-jari
• Melahirkan bahu posterior
8. Pertimbangan tindakan episiotomy
Help Wood Manouver atau memberi lebih banyak
ruang untuk melahirkan lengan posterior,memutar
dada dan mudah mencapai bahu posterior
9. Tindakan terakhir
• Patah tulang selangka
• Cephalic replacement (Zavenelli Manouver)
• Symphisiotomy
Komplikasi :
• Paresis pleksus brakialis,
• Asfiksia perinatal
• Hipoksia -ensefalopati iskemik
• Fraktur humerus,
• Fraktur klavikula
• Kematian perinatal
• Perdarahan Post partum
• Cedera jaringan lunak (peningkatan tingkat
laserasi derajat tiga dan empat atau robekan
pada vagina dan vulva)
• Ruptur uteri
Pencegahan :
• Pengawasan berat janin/ perkiraan TBJ
• Pertimbangkan persalinan SC jika janin
besar

• Video : https://youtu.be/j_bibDLPW98
Hidrocephalus
Hidrosefalus
• Kondisi pembesaran ventrikulus otak sebagai
akibat peningkatan jumlah cairan
serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh
ketidak seimbangan antara produksi, sirkulasi
dan absorbsinya.
• Perdarahan atau infeksi prenatal dapat
menyebabkan hidrosefalus.
• Beberapa bentuk genetik hidrosefalus
mungkin tidak terlihat saat lahir.
• Hampir 10% dari semua kasus hidrosefalus
pada bayi baru lahir disebabkan oleh
malformasi batang otak dengan stenosis
saluran air otak.
Hidrosefalus patologi dibagi :

1. Obstruktif (non-communicating) - terjadi


akibat penyumbatan sirkulasi CSS yang
disebabkan oleh kista, tumor, pendarahan,
infeksi, cacat bawaan dan paling umum,
stenosis aqueductal atau penyumbatan
saluran otak.
2. Non – obstruktif (communicating) - dapat
disebabkan oleh gangguan keseimbangan
CSS, dan juga oleh komplikasi setelah
infeksi atau komplikasi hemoragik
Hidrosefalus etiologi dibagi :
1. Bawaan (congenital) - sering terjadi
pada neonatus atau berkembang
selama intra-uterin.
2. Diperoleh (acquired) – disebabkan
oleh pendarahan subarachnoid,
pendarahan intraventrikular, trauma,
infeksi (meningitis), tumor, komplikasi
operasi atau trauma hebat di kepala.
Etiologi :
1. Kelainan bawaan
• Stenosis Akuaduktus Sylvius (60-90%)
• Spina bifida dan cranium bifida
• Sindrom Dandy-Walker
• Kista arachnoid
• Anomali pembuluh darah
2. Infeksi selama kehamilan:
cytomegalovirus (CMV), rubella, mumps, sifilis,
atau toksoplasma.
3. Neoplasma
4. Perdarahan
Diagnosis :
• Pemeriksaan funduskopi
Evaluasi funduskopi dapat mengungkapkan
papilledema bilateral ketika tekanan intrakranial
meningkat.
• Foto polos kepala lateral
Tampak kepala membesar dengan disproporsi
kraniofasial, tulang menipis dan sutura melebar.
• Pemeriksaan cairan serebrospinal
• CT scan kepala
Gambaran hidrosefalus, edema serebral, atau
lesi massa.
• MRI
Gambaran dilatasi ventrikel atau adanya lesi
massa.
Gejala hidrosefalus Kongenital:
• Ubun-ubun tegang dan menonjol
• Kulit kepala bayi tipis dan pembuluh darahnya
dapat terlihat dengan jelas
• Bayi terlihat mengantuk terus atau kurang
responsif terhadap lingkungan sekitarnya.
• Kepala bayi terlihat lebih besar, juga bertambah
besar jika dibandingkan dengan anak seusianya.
• Kaki dan tangan berkontraksi terus, sehingga
terlihat kaku dan sulit digerakkan.
• Pandangan “the setting sun” (pupil mata mungkin
dekat dengan kelopak mata bawah)
Gejala hidrosefalus Kongenital:
• Keengganan bayi untuk menekuk atau
menggerakkan leher atau kepalanya
• Suara "pot retak" pada perkusi tengkorak disebut
tanda Macewen
• Bayi mengalami keterlambatan perkembangan
• Kesulitan bernapas/ Napas tidak teratur.
• Mengalami kejang berulang.
Gejala hidrosefalus didapat (acquired
hydrocephalus) :
• Pengidap tampak lemas.
• Keluhan sakit kepala hebat.
• Muntah menyemprot.
• Terlihat mengantuk, bingung, atau mengalami
disorientasi.
• Kejang berulang.
• Mengalami gangguan penglihatan, berupa penglihatan
kabur atau penglihatan ganda.
• Mengompol.
• ketidakstabilan gaya berjalan, masalah keseimbangan,
• kurang nafsu makan,
• perubahan kepribadian,
• masalah ingatan
Penatalaksanaan :
• Terapi konservatif medikamentosa
Bersifat sementara sebelum dilakukan terapi defenitif
diterapkan atau bila ada harapan kemungkinan
pulihnya gangguan hemodinamik
• Operasi pemasangan shunt
(Ventriculoperitoneal shunting)
Shunt merupakan alat khusus berbentuk selang yang
dipasangkan oleh ahli bedah ke dalam kepala guna
mengalirkan cairan otak ke bagian tubuh lain (cnt: rongga
perut) dan diserap oleh pembuluh darah.

• Operasi endoscopic third


ventriculostomy (ETV)
Cairan serebrospinal dibuang dengan cara menciptakan
lubang penyerapan baru di permukaan otak. Prosedur ini
sering diterapkan pada kasus hidrosefalus yang dipicu oleh
penyumbatan ventrikel otak
Komplikasi :
• Kerusakan otak yang disebabkan oleh
hidrosefalus dapat menjadi signifikan dan
bergantung pada banyak faktor.
• Bayi baru lahir dengan hidrosefalus lanjut
yang parah saat lahir kemungkinan besar
akan mengalami kerusakan otak dan cacat
fisik.
• Pasien dengan hidrosefalus yang ringan
yang menerima pengobatan yang memadai
mungkin memiliki kehidupan yang relatif
sehat.
• Komplikasi berhubungan dengan
perkembangan hidrosefalus, perawatan
medis, dan prosedur pembedahan.
Anensefalus
Anensefalus
• Suatu keadaan dimana sebagian
besar tulang tengkorak dan otak
tidak terbentuk.
• Merupakan suatu kelainan tabung
saraf yang terjadi pada awal
perkembangan janin yang
menyebabkan kerusakan pada
jaringan pembentuk otak.
Etiologi :
• Masih belum diketahui dan
multifactorial
• Faktor risiko gizi ( defisiensi asam
folat)
• Obat-obatan.
• Penyakit : DM
• Lingkungan: hypertermia
Diagnosis:
• USG
• Pemeriksaan AFP (Alpha-
fetoprotein).
• Amniosintesis
• Pemeriksaan fisik setelah bayi
lahir
Penatalaksanaan :
• Belum ada obat yang diketahui
atau pengobatan standar untuk
anencephaly.
• Hampir semua bayi yang lahir
dengan anencephaly akan
meninggal segera setelah lahir.
Kembar Siam
Kembar siam
• Dua bayi kembar yang terlahir dalam
kondisi fisik menyatu satu sama lain
baik itu kepala, dada, bagian perut atau
bagian bawah dari tubuh bayi tersebut.
• Terjadi karena keterlambatan pada
kehamilan kembar monozigot yang
membelah setelah fertilisasi/
pemisahan berhenti sebelum
prosesnya selesai
• Penyebab pasti belum diketahui
Jenis Kembar siam :
• Thoraco-omphalopagus (joined at
thorax and abdomen) 28%
• Thoracopagus (joined at the thorax)
18.5%
• Omphalopagus (joined at the
abdomen) 10%
• Heteropagus (parasitic twins) 10%
• Craniopagus (joined at the level of the
cranium) 6%
Jenis kembar siam :
• Pyopagus (joined at sacrum and
perineum)
• Rachipagus (joined at vertebral
column)
• Ischiopagus (joined at lower
abdomen and pelvis)
• Cephalopagus (joined from head
to umbilicus)
Diagnosis :
• USG : trimester pertama tetap menjadi
modalitas diagnosis terbaik di awal
kehamilan.
Metode modern seperti 3D dapat membantu
pra-perencanaan bedah dan pemisahan
selanjutnya
• MRI : pencitraan lebih rinci mengenai bagian-
bagian tubuh yang menyatu dan organ-organ
yang terbagi.
Penatalaksanaan :
• Kembar siam yang dapat bertahan
hidup dibagi 2 :
1. Dapat dipisahkan melalui
pembedahan
2. Tidak dapat dipisahkan dengan
pembedahan
• Diperlukan identifikasi dengan
pemeriksaan medis untuk
menentukan tindakan pembedahan
Prognosis :
• Kembar siam umumnya memiliki
prognosis yang buruk.
• Tingkat kelangsungan hidup total
adalah 7,5%.
• Hanya 60% dari kasus yang
dipisahkan melalui pembedahan
bertahan hidup
Komplikasi :
• Kematian intra uterin
• Persalinan SC
• Persalinan premature
• Komplikasi terkait kondisi anatomi
• Komplikasi pembedahan:kegagalan
organ, masalah kulit, infeksi bedah,
perdarahan, cedera pada organ dalam
dan/atau pembuluh darah, dan
kegagalan prosedur pengobatan.
Kembar siam :
• Kembar siam menghadirkan tantangan
psikososial yang kompleks.
• Pemisahan secara bedah dikaitkan dengan
dilema etika, terutama dalam kasus
pemisahan yang tidak setara.
• Selain itu, kembar siam mengalami kesulitan
dalam membangun individualitas dan dapat
mengalami reaksi kembaran.
• Edukasi pasien mengenai tantangan kembar
siam dan prognosis yang buruk dapat
membantu keluarga dalam merawat kembar
siam.
Trauma Persalinan
Trauma Persalinan
• Gangguan fungsi atau struktur tubuh
neonatus karena peristiwa yang terjadi
saat lahir.
• Cedera ini mencakup berbagai cedera
ringan hingga berat karena berbagai
mekanis selama persalinan dan
persalinan
• Manajemen klinis dan prognosis bayi
dengan cedera lahir sangat bervariasi
tergantung pada jenis dan tingkat
keparahan cedera
Faktor Resiko :
1. Faktor Janin & kehamilan :
• Macrosomia
• Macrocephaly
• Very low birth weight and
extreme prematurity
• Fetal congenital anomalies
• Oligohydramnios and
malpresentation
Faktor Resiko :
2. Faktor Ibu
• Obesitas
• Diabetes
• Cephalopelvic disproportion/DKP
• Perawakan ibu kecil
• Primipara
• Distosia dan ekstraksi yang sulit
• Penggunaan vakum atau forceps
• Persalinan lama atau presipitatus
Jenis Trauma Persalinan:
1. Trauma Kepala
Lesi superfisial, perdarahan
ekstrakranial dan intrakranial, dan
fraktur tulang tengkorak.
Lanj Jenis Trauma Persalinan

a. Caput Succedaneum
• Edema yang tidak berbatas tegas di
bagian kulit kelapa yang paling
dahulu keluar pada persalinan
vertex.
• Pembengkakan subkutan dan edema
kulit kepala antara kulit dan
periosteum akibat kongesti vena
lokal dari tekanan jalan lahir pada
bagian presentasi
• Tidak diperlukan intervensi, dan
biasanya sembuh dalam beberapa
hari pertama setelah melahirkan.
Lanj Jenis Trauma Persalinan

a. Caput Succedaneum
• Komplikasi yang jarang termasuk
memar pada kulit di atas
pembengkakan dengan nekrosis
yang mengakibatkan jaringan parut
dan alopecia, dan jarang terjadi
infeksi sistemik.
• Presentasi Klinis : pembengkakan
lunak yang melebar melewati garis
sutura.
• Kadang sulit dibedakan dg
cephalhematoma terutama yang
bersifat ekstensif dan bilateral
Lanj Jenis Trauma Persalinan

a. Caput Succedaneum
Lanj Jenis Trauma Persalinan

b. Cephalohematoma
• Mengumpulnya darah sub-periosteal
yang melapisi tulang kranial karena
robek/ pecahnya pembuluh darah yang
melintasi dari periosteum tulang
kepala.
• Biasanya disebabkan persalinan
lama/sulit dan trauma mekanis seperti
forsep/vakum.
• Terjadi pada 0,4-2,5 % kelahiran hidup
dan lebih sering pada primipara
• Komplikasi seperti pengapuran,
kelainan bentuk tengkorak, infeksi, dan
osteomielitis
Lanj Jenis Trauma Persalinan

b. Cephalohematoma
Presentasi Klinis:
• Perdarahan terbatas pada garis
sutura
• Kulit kepala diatasnya tidak
mengalami diskolorasi
• Pembengkakan mungkin timbul
beberapa jam/ hari setelah lahir
• Hilang setelah 2 minggu sampai 3
bulan.
Lanj Jenis Trauma Persalinan

b. Cephalohematoma
Tatalaksana:
• Tidak perlu perawatan untuk
sefalhematoma tanpa komplikasi
• Insisi/aspirasi merupakan
kontraindikasi (resiko infeksi)
• Transfusi darah dilakukan jika
berkembang menjadi anemia berat
• Hiperbilirubinemia yang signifikan
memerlukan terapi sinar/transfusi
tukar tergantung pada kadar
bilirubin
Lanj Jenis Trauma Persalinan

b. Cephalohematoma
Lanj Jenis Trauma Persalinan

c. Perdarahan Intrakranial
• Meliputi perdarahan epidural,subdural,
subarachnoid, intraventrikular,
ventrikel dan jarang intraserebral dan
intraserebelar
• Terjadi pada 20-40 % bayi dengan
berat lahir <1500gr
Lanj Jenis Trauma Persalinan

c. Perdarahan Intrakranial
Presentasi Klinis :
• Tanpa gejala bisa terjadi hingga 50 %
• Tanda kehilangan darah : syok,
pucat, gawat nafas, DIC dan icterus
• Tanda disfungsi neurologis
• Fontanela anterior menonjol
• Hipotonia, lemah dan kejang
• Temperatur tidak stabil
• Apnea
Lanj Jenis Trauma Persalinan

c. Perdarahan Intrakranial
Pemeriksaan:
• USG kepala
• CT scan
• Protrombin Time (PT) dan Activated
Partial Thromboplastin Time (APTT)
dan jumlah trombosit untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit
koagulopati sebagai penyebab
• MRI
Lanj Jenis Trauma Persalinan

c. Perdarahan Intrakranial
Penatalaksanaan:
• Hindari manipulasi yang tidak perlu
• Pemberian albumin, plasma dan
darah
• Vitamin K harus diberikan jika
teridentifikasi adanya kegagalan
koagulasi
• Perawatan kejang dan hiperbilirubin
jika ada
Jenis Trauma Persalinan:
2. Cedera Leher dan Bahu
a. Fraktur Klafikula
Lanj Jenis Trauma Persalinan

2. Cedera Leher dan Bahu


a. Fraktur Klafikula
• Disebabkan manipulasi yang berlebihan
pada lengan dan bahu selama persalinan
dengan presentasi kepala/ sungsang
Presentasi klinis :
• Menurunnya gerakan lengan ipsilateral
• Nyeri saat pergerakan pasif
• Nyeri, krepitasi pada klafikula
• Tidak ada moro reflex
• Kalus bisa di palpasi pada usia 7-10 hari
Penatalaksanaan : Lengan & bahu tidak
dimobilisasi selama 7-10 hari
Lanj Jenis Trauma Persalinan

2. Cedera Leher dan Bahu


a. Fraktur Klafikula
Penatalaksanaan : Lengan & bahu tiak
dimobilisasi selama 7-10 hari
Lanj Jenis Trauma Persalinan

2. Cedera Leher dan Bahu


b. Brakial palsi
• Kelumpuhan yang melibatkan otot
bagian atas ekstremitas setelah terjadi
trauma mekanis pada akar spinal dari
pleksus brakialis
• Kelumpuhan Erb merupakan bentuk
paling umum dari brakial palsi dan
merupakan akibat dari cederanya akar
servikal kelima dan keenam
Lanj Jenis Trauma Persalinan

2. Cedera Leher dan Bahu


b. Brakial palsi
Temuan klinis :
• Biasanya terjadi pada bayi besar dan
mengalami asfiksia
• Lengan biasanya mengalami aduksi,
rotasi internal, memanjang di bagian
siku, pronasi lengan dan fleksi di bagian
pergelangan tangan
Lanj Jenis Trauma Persalinan

2. Cedera Leher dan Bahu


b. Brakial palsi
Tatalaksana:
• Imobilisasi parsial ekstremitas yang
terkena selama 1-2 minggu pada posisi
berseberangan
• Massage lembut dan latihan pasif setelah
1-2 minggu dan diteruskan sampai 3
bulan
• Jika tidak ada perubahan dilakukan
intervensi dengan dokter bedah
Lanj Jenis Trauma Persalinan

2. Cedera Leher dan Bahu


b. Paralisis saraf frenikus ( Phrenic nerve
paralysis)
• Mengakibatkan paralisis diafragma
• Jarang merupakan lesi tersendiri
• Biasanya unilateral;
Temuan klinis :
• Gagal nafas
• Tidak ada pengembangan abdomen
dengan inspirasi pada sisi yang terkena
• Hasil pemeriksaan radiologis meningkatnya
lengkungan diafragma ( seperti kubah)
Perawatan : tidak ada spesifik kecuali gawat
nafas
Jenis Trauma Persalinan:
3. Cedera Intra Abdomen
• Trauma lahir yang mengakibatkan cedera
visceral perut jarang terjadi dan terutama
terdiri dari perdarahan ke dalam hati, limpa,
atau kelenjar adrenal.
Presentasi Klinis tergantung pada volume
kehilangan darah:
• Riwayat persalinan sulit
• Manifestasi mendadak termasuk syok dan
distensi abdomen
• Gejala : icterus, pucat, asupan minum buruk,
takhipnoe dan takhikardi
Terapinya suportif dengan resusitasi volume dan
intervensi bedah jika diperlukan
Selamat Belajar

Anda mungkin juga menyukai