Anda di halaman 1dari 82

KELAHIRAN NORMAL

DOA BELAJAR

PEMBUKA BELAJAR

“Kami ridho Allah SWT sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Nabi Muhammad
sebagai Nabi dan Rasul, Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah aku
kefahaman”
APA YANG AKAN KITA
PELAJARI?
1. Mekanisme persalinan
a. letak, presentasi, sikap dan posisi janin
b. mekanisme persalinan (7 tahap penurunan kepala)
2. Karakteristik Persalinan Normal
3. Tata laksana persalinan dan kelahiran normal
4. IMD dan rawat gabung
APA YANG KALIAN KETAHUI
TENTANG ?

• LETAK JANIN
• PRESENTASI JANIN
• SIKAP JANIN
• POSISI JANIN
LETAK JANIN/SITUS
1. Memanjang/
Hubungan antara Longitudunal
sumbu Panjang janin 2. Melintang / 99% letak memanjang
terhadap ibu Transversal
3. Obliqua

Faktor predisposisi letak


melintang →
multiparitas, placenta
previa, hidramnion,
anomaly uterus
PRESENTASI
Bagian tubuh janin yang terendah
dibagian terdekat jalan lahir

Chepalic/head (96%)
Breech (3.5%)
Shoulder (0.5%)
SIKAP JANIN (HABITUS)
• Hubungan satu bagian janin dengan bagian yang lain
• Flexi
• Defleksi
• Ekstensi
POSISI JANIN
• Hubungan antar bagian yang dianggap sebagai bagian presentasi
terhadap sisi kanan atau kiri jalan lahir
• Kunci → penunjuk atau denominator
• Vertex → occiput
• → bregma
• → Glabela
• Muka → mentum
• Breech → sacrum
• Shoulder → Scapula
• 2/3 dari seluruh presentasi vertek berada
pada LOA dan 1/3 ROA
DIAGNOSIS PRESENTASI DAN
POSISI JANIN
1. Pemeriksaan leoplod
bidan berpengalaman ➔dapat mengidentifikasi malpresentasi secara
akurat
2. Pemeriksaan vagina
3. USG dan radiografi
MEKANISME PERSALINAN
• Pada sebagian besar kasus vertex memasuki pelvis dengan sutura sagitalis
terletak di diameter tranversal pelvis
• Janin memasuki pelvis dalam posisi LOT 40% dan ROT 20% (Caldwell dkk,
1934)
• Pada posisi oksiput anterior LOA atau ROA kepala memasuki pelvis baik
melalui rotasi oksiput sebanyak 45° anterior dari posisi transversal atau baru
melakukan rotasi sesudahnya
• Perubahan posisi terendah janin yang diperlukan untuk melalui canal pelvis
disebut MEKANISME PERSALINAN
MEKANISME PERSALINAN
• Perubahan posisi bagian terendah janin yang diperlukan untuk melalui
panggul

1.
2. Desensus 3. Fleksi
Engagement

5. 6. External
4. Internal Rotation
Deflexion Rotation

7. Ekspulsi
• Selama persalinan, Gerakan- Gerakan tersebut tidak hanya terjadi secara
sekuensial tetapi juga menunjukan tumpeng tindih waktu

• Contoh : sebagai bagian dari engagement, terjadi fleksi sekaligus desensus


kepala. Gerakan tersebut tidak dapat selesai kecuali bagian terendah janin
berjalan turun secara stimultan

• Secara bersamaan, kontraksi uterus mempengaruhi modifikasi penting pada


sikap janin, terutama setelah kepala turun kedalam pelvis

• Perubahan ini terutama terdisi dari pelurusan janin, dengan menghilangnya


konvksitas bagian dorsal dan pendekatan ekstermitas ke arah tubuh,
akibatnya bentuk ovoid janin berubah menjadi bentuk silinder dengan garis
tengah terkecil yang mungkin untuk melewati jalan lahir
• Mekanisme ketika diameter
ENGAGEMENT
biparietal – diameter transversal
terbesar pada presentasi oksiput
melewati apertura pelvis superior

• Kepala janin dapat mengalami


engage selama beberapa minggu
terakhir kehamilan atau tidak
mengalami engage hingga
setelah permulaan persalinan
• Meskipun kepala janin cenderung terakomodasi dengan aksis transversal apertura pelvis suprerior

• Masuknya kepala janin melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus yaitu
apabila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul ➔ sutura sagitalis
tepat berada diantara simphisis dan promontorium.

• Namun, Umumnya sutura sagitalis mengalami defleksi kearah posterior (promontorium) atau
anterior (symphysis) ➔Asinklitismus

• Asinklitismus anterior ➔ jika sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan
lebih rendah dari os parietal belakang ( Naegle)

• Asinklitismus posterior ➔ jika sutura sagitalis mendekati symphysis sehingga os parietal belakang
lebih rendah dari os parietal depan (Litzman)

• Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan dikarenakan ruang pelvis posterior lebih luas
dibandingkan ruang pelvis anterior
DESCENT
• Gerakan ini merupakan persyaratan pertama persalinan
• Pada nullipara engagement dapat berlangsung sebelum dimulai persalinan
dan proses desensus selanjutnya dapat tidak terjadi hingga persalinan kala II
• Pada multipara desensus biasanya dimulai dengan proses engagement
• Desensus ditimbulkan oleh satu atau beberapa dari
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan kontraksi pada fundus uteri
3. Tekanan ke bawah otot abdomen
4. Ekstensi dan pelurusan tubiuh janin
FLEKSI

• Segera setelah kepala yang sedang desensus mengalami hambatan, baik


dari serviks, dinding pelvis atau dasar pelvis, normalnya kemudian terjadi
fleksi kepala

• Pada Gerakan ini, dagu mengalami kontak lebih dekat dengan dada janin
dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek menggantikan
diameter oksipitofrontalis yang lebih panjang
INTERNAL ROTATION/PUTAR PAKSI DALAM
• Gerakan ini terdiri dari
perputaran sedemikian rupa
sehingga oksiput secara
bertahap bergerak kearah
symphysis

• Internal rotation selesai saat


kepala mencapai dasar
pelvis
EKSTENSI/DEFLEKSI
• Kepala janin mengadakan gerakan
menengadah dengan melepaskan
diri dari fleksi maksimal. Hal ini
disebabkan sumbu jalan lahir pada
PBP mengarah ke depan dan atas
maka berturut-turut lahir UUB,
muka (dahi, hidung,mulut, dan
akhirnya dagu) dan kepala
seluruhnya
• Kekuatan → his yang bekerja lebih
kearah posterior dan daya resistensi
dasar pelvis dan symphysis bekerja
lebih ke arah anterior
EKSTERNAL
ROTATION/PUTAR
PAKSI LUAR
• Kepala janin melakukan
putaran paksi luar sebagai
upaya janin (punggung)
menyesuaikan dengan
diameter terpanjang dari
bawah panggul
EKSPULSI
• setelah bahu depan sampai di
bawah sympysis maka lahirlah
bahu depan disusul bahu
belakang dan selanjutnya seluruh
badan janin.

• Kelahiran badan terjadi karena


fleksi lateral, yang mengikuti
lengkung noramal jalan lahir
KARAKTERISTIK PERSALINAN
NORMAL
PERSALINAN / PARTUS

 Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat


hidup, dari dalam. uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia
luar.
Partus normal
 Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala
/ ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan
istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi
(kecuali episiotomi.

Partus abnormal
 Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan
atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam, vakum,
dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per
abdominam dengan sectio cesarea.
SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN

1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron


dan estrogen menurun mendadak, nutrisi janin
dari plasenta berkurang.
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus
Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker)
bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban,
semakin merangsang terjadinya kontraksi.

4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan


peningkatan estrogen mengakibatkan peningkatan akfifitas
kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan
untuk proses persalinan
PERSALINAN DITENTUKAN OLEH 3 FAKTOR
UTAMA
1. Power :His (kontraksi ritmis otot polos uterus),
kekuatan mengejan ibu.
2. Passage :Keadaan jalan lahir
3. Passanger: Keadaan janin (letak, presentasi,
ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik
mayor)

Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-


faktor tersebut, persalinan normal diharapkan dapat
berlangsung.
PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN

 Kala 1
Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala
pembukaan)
 Kala 2
Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
 Kala 3
Pengeluaran plasenta (kala uri)
 Kala 4
Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi
HIS

 His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos


dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri
dimana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal
gelombang tersebut didapat dari 'pacemaker' yang
terdapat di dinding uterus daerah tersebut.

 Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan


normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah
kanalis servikalis jalan lahir) yang membuka, untuk
mendorong isi uterus ke luar.
Terjadinya his, akibat :

1. Kerja hormon oksitosin


2. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
3. Rangsangan terhadap pleksus saraf
Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.
His yang baik dan ideal meliputi :

1. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus


2. Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. Terdapat periode relaksasi di antara dua periode
kontraksi.
4. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap
sesudah his
5. Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen
dan kurang mengandung serabut otot,akan
tertarik keatas oleh retraksi otot-otot korpus,
kemudian terbuka secara pasif dan mendatar
(cervical effacement). Ostium uteri eksternum
dan internum pun akan terbuka.
Pengukuran kontraksi uterus

 amplitudo : intensitas kontraksi otot polos :


bagian pertama peningkatan agak cepat, bagian
kedua penurunan agak lambat.
 frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu
(biasanya per 10 menit).
 satuan his: unit Montevideo (intensitas tekanan
/ mmHg terhadap frekuensi).
Sifat his pada berbagai fase persalinan

 Kala 1 awal (fase laten)


Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg,
lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm.
Frekuensi dan amplitudo terus meningkat

 Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir


Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat
sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali 10 menit, lama
60-90 defik. Serviks terbuka sampai lengkap (+/-
10cm).
 Kala 2

Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali 110


detik. Reflek mengejan terjadi juga akibat
stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin
(pada persalinan normal yaitu kepala) yang
menekan anus dan rektum.Tambahan tenaga
meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot
dinding abdomen dan diafragma, berusaha
untuk mengeluarkan bayi.
 Kala 3

Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi


berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta
dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini,
namun dapat juga tetap menempel (retensio)
dan memerlukan tindakan akfif (manual aid).
 PERSALINAN KALA 1 :
Dimulai pada waktu serviks membuka karena
his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama,
makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri,
disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak
lebih banyak daripada darah haid.

 Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah


lengkap . Selaput ketuban biasanya pecah
spontan pada saat akhir kala 1.
 Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm,
berlangsung sekitar 8 jam.

 Fase aktif .. pembukaan dari 4cm sampai


lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
Fase aktif terbagi atas :

 fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3


cm sampai 4 cm.
 fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam),
pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
 fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9
cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Peristiwa yang terjadi pada persalinan kala 1

 Keluar lendir bercampur darah (bloody show)


akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug)
yang selama kehamilan menumpuk di kanalis
servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler
serviks, dan akibat pergeseran antara selaput
ketuban dengan dinding dalam uterus.
 Ostium uteri internum dan eksternum
terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.

 Selaput ketuban pecah spontan


Pematangan dan pembukaan serviks (cervical
effacement) pada primigravida berbeda dengan
pada multipara:

 Pada primigravida terjadi penipisan serviks


lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan -
pada multipara serviks telah lunak akibat
persalinan sebelumnya, sehingga langsung
terjadi proses penipisan dan pembukaan
 Pada primigravida, ostium internum
membuka lebih dulu daripada ostium
eksternum. (inspekulo ostium tampak
berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) -
pada multipara, ostium internum dan
eksternum membuka bersamaan (inspekulo
ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
 periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20
jam) dibandingkan multipara (+14jam) karena
pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten
pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.
PERSALINAN KALA 2:

 Dimulai pada saat pembukaan serviks telah


lengkap sampai pada saat bayi telah lahir
lengkap.

His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama,


sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru
pecah spontan pada awal kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2

 Bagian terbawah janin (pada persalinan


normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
 Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan
yang makin berat.
 Perineum meregang dan anus membuka.
 Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan
suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar / hipomoklion),
selanjutnya dilahirkan badan dan anggota
badan.

 Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan


perineum untuk memperbesarjalan lahir
(episiotomi).

Lama kala 2 pada primigravida +/- 1.5 jam,


multipara +/- 0.5 jam.
KALA 3:

Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap.


sampai dengan lahirnya plasenta.

Kelahiran plasenta: lepasnya plasenta dari


insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran
plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya :

 Dari sentral (Schultze) ditandai dengan


perdarahan baru.
 Dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika
tidak disertai perdarahan,
 Atau mungkin juga serempak sentral dan
marginal.
 Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.

 Jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut


solusio/abruptio placentae - keadaan gawat darurat
obstetrik .
KALA 4:

Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan


observasi.

Yang harus diperhatikan pada kala 4:


1.Kontraksi uterus harus baik,
2.Tidak ada perdarahan pervaginarn atau dari
alat genital lain,
3.Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4.Kandung kencing harus kosong,
5.Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada
hematoma,
6.Resume keadaan umum bayi, dan
7. Resume keadaan umum ibu.
TATA LAKSANA PERSALINAN DAN
KELAHIRAN NORMAL
• 1. pahami proses fisiologis persalinan
• 2. kenali komplikasi intrapartum ➔ atasi

• Pastikan ibu dan keluarga NYAMAN dan AMAN


• Identifikasi persalinan
• Pemantauan pembukaan, penurunan kepala, DJJ
• Pemantauan tanda vital ibu
• Panduan di Indonesia ➔ APN
• Asuhan sayang ibu
• 5 benang merah persalinan
• 1. membuat keputusan klinik
• 2. asuhan saying ibu dan bayi
• 3. pencegahan infeksi
• 4. pencatatan
• 5. rujukan
IMD RAWAT GABUNG

• Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya
sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan
dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu. (Depkes, 2008).

• IMD merupakan proses kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayinya segera setelah
lahir minimal satu jam (WHO, 2013). IMD merupakan proses bayi menyusu sendiri
segera setelah lahir (Roesli, 2008).
TATA CARA IMD
• Langkah I: Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan.

• Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran, sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian

apakah bayi perlu resusitasi atau tidak. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan

tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan

verniks. selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.

Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi

mencari puting ibunya yang berbau sama. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus (hamil tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra muskular pada ibu.
• Langkah II: Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam.

• Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi

sehingga bayi menempel di dada ibu, kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tapi lebih

rendah dari puting., selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk

memeluk dan membelai bayinya, jika perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk

mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu . Selama

kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan Manajemen Aktif Kala 3 persalinan.
• Langkah III: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu.

• Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu. Anjurkan ibu dan
orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu, misalnya memindahkan bayi dari
satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi
akan berhasil menemukan puting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi tetap biarkan
kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah menemukan puting
kurang dari 1 jam.
HASIL PENELITIAN
37.0

36.9
36.8 36.8 p 0,020

36.7 36.7
p 0,008
36.6 36.6 36.6
36.5
36.4 p 0,000
p 0,001

36.3
p 0,000
36.2 36.2 IMD tidak tepat
p 0,189
36.0 IMD tepat
36.0
Batas Hipotermi
35.9
35.8

35.6

35.4

35.2
Menit ke 1 Menit ke 30 Menit Ke 60 Jam Ke 6 Jam Ke 12 Jam Ke 24
PENUTUP BELAJAR
‫يم‬
ِ ‫ح‬ ‫ن ه‬
ِ ‫الر‬ َ ‫ح‬
ِ ‫م‬ ِ ‫م ه‬
‫َّللا ه‬
ْ ‫الر‬ ْ ِ‫ب‬
ِ ‫س‬

‫ه‬ ْ ‫ار ُز ْق َنا‬


ُ َ‫اِِْ َناب‬ ْ ‫و‬َ ً ‫طا‬
ِ ‫ل بَا‬
َ ‫ط‬ ْ ‫وأَ ِرنَا‬
ِ ‫البَا‬ َ َ‫ار ُز ْق َنا اتِـب‬
َ ُ ‫اعه‬ ْ ‫و‬ ًّ ‫ح‬
َ ‫قا‬ ‫ح ه‬
َ ‫ق‬ ْ ‫م أَ ِرنَا‬
َ ‫ال‬ ‫اَلله ُه ه‬

Ya Allah Tunjukkanlah kepada kami kebenaran sehinggga kami dapat


mengikutinya,
Dan tunjukkanlah kepada kami keburukan sehingga kami dapat menjauhinya.

Anda mungkin juga menyukai