Anda di halaman 1dari 26

RESUME DASAR KEPENDUDUKAN

PERTEMUAN KEEMPAT
FERTILITAS

Disusun Oleh :

Nisrina Shafa Tamita 25000119130213


Ruli Bermanta Ginting 25000119120035
Lynda Lymbiardy 25000119140307
Ulya Alimah 25000119130197
Erlyna Dwi Rahmawati 25000119130173
Rifka Nur Hamidah 25000119130161
Aghitsa Fauzirra Dhiya Azhar 25000119140337
Vyanadia Rizka Fawziya 25000119130167

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Diponegoro
2020
KERANGKA ANALISIS

Definisi :
FERTILITAS 1. Fertilitas
2. Fekunditas

Proyeksi Penduduk
Faktor yang mempengaruhi 1. Definisi
fertilitas : 2. Metode
1. Pendapatan matematikal dalam
2. Pendidikan proyeksi populasi
3. Wanita usia subur yang penduduk
menggunakan alat 3. Proyeksi dalam
kontrasepsi kesehatan
4. Lingkungan tempat masyarakat
tinggal dibesarkan

Indikator Fertilitas : Estimasi Penduduk


1. Angka kelahiran tahunan 1. Antar sensus
a. Jumlah Kelahiran 2. Post sensus
b. Angka Kelahiran Kasar (CBR) 3. Proyeksi
c. Angka Kelahiran Menurut Umur
d. Angka Fertilitas Total
2. Anak Lahir Hidup & Anak Masih Hidup
a. Anak lahir hidup (ALH)
b. Anak masih hidup (AMH)
c. Rasio Anak Wanita (CWR)
3. Paritas
4. Keluarga Berencana
a. Angka pravelensi penggunaan
kontrasepsi
b. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan
KB
PENDAHULUAN

Jumlah penduduk makin meningkat dari tahun ke tahun baik di dunia, maupun di
Indonesia. Pada Oktober 2011 penduduk dunia diperkirakan mencapai 7 (tujuh) miliar jiwa,
dengan urutan lima besar ditempati oleh China, India, Amerika, Indonesia dan Brazil. Saat ini
penduduk Indonesia mencapai 240 juta jiwa, dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen atau
3,25 juta hingga 4,0 juta per tahun. Jumlah penduduk yang besar mempunyai implikasi yang
luas, berupa tambahan lapangan pekerjaan, fasilitas pendidikan dan kesehatan serta
ketersediaan pangan dan energi yang memadai. Selain itu berpotensi terjadinya degradasi
ekologi dan lingkungan akibat beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman,
penebangan hutan secara ilegal dan maraknya konflik sosial. Salah satu komponen yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran (fertilitas).

Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan


kesuburan wanita (fekunditas). Fertilitas juga diartikan sebagai hasil reproduksi yang
nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Konsep ini memberikan makna
fertilitas menyangkut jumlah kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita atau
sekelompok wanita. Suatu kelahiran disebut sebagai lahir hidup apabila pada waktu lahir
terdapat tanda-tanda kehidupan seperti berteriak, bernafas, jantung berdenyut. Apabila pada
waktu lahir tidak ada tanda-tanda seperti itu, maka disebut sebagai lahir mati yang didalam
demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. Dengan demikian fertilitas ini
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. 1

Angka fertilitas yang tinggi di suatu negara akan menimbulkan banyak dampak bersifat
negatif pada suatu negara, salah satunya terjadinya ledakan penduduk. Di dalam deklarasi yang
ditandatangani Indonesia pada tahun 1967 ditegaskan betapa pentingnya menentukan atau
merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran keluarga sebagai wujud pemenuhan
hak asasi manusia. Selain itu, dinyatakan pula bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
akan memicu terjadinya ledakan penduduk yang mengecilkan arti pembangunan dalam bidang
ekonomi. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih rendah sehingga
diposisikan sebagai beban pembangunan daripada modal pembangunan.11 Selain itu
pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa diikuti pertumbuhan ekonomi yang seimbang sering
menghasilkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah. Oleh karena itu diperlukan
adanya upaya untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk dengan pengukuran-pengukuran
yang ada dalam fertilitas. 12
PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Fertilitas
Fertilitas diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang
wanita atau sekelompok wanita. Konsep ini memberikan makna fertilitas menyangkut
jumlah kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita atau sekelompok
wanita.1
Kelahiran bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana
si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti bernafas, ada denyut jantung, dan
gerakan-gerakan otot.20 Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda seperti itu,
maka disebut sebagai lahir mati yang didalam demografi tidak dianggap sebagai suatu
peristiwa kelahiran. Dengan demikian fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang
lahir hidup.
2. Fekunditas
Fekunditas adalah kemampuan biologis wanita untuk menghasilkan anak lahir
hidup. Seorang wanita yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan
anak, misalnya bila menggunakan kontrasepsi. Fecunditas merupakan potensi fisik
yang dimiliki oleh seorang wanita atau sekelompok wanita untuk melahirkan anak.
Jika mereka menggunakan kontrasepsi maka potensi tersebut tidak mereka
pergunakan. Fecunditas merupakan lawan dari arti kata sterilitas.1

B. Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas


1. Pendapatan
Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak
berkurang bila pendapatan meningkat. New household economics berpendapat bahwa
(a) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi dalam
jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli” meningkat; (b) bila pendapatan dan
pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang
digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal.
Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua
menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya naik. Sedangkan
kegunannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas
jasa ekonominya turun. Di samping itu orang tua juga tak tergantung dari sumbangan
anak.Jadi biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini
mengakibatkan demand terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun.17
2. Pendidikan
New household Economic berpendapat bahwa bila pendapatan dan pendidikan
meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk
merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. Sehingga hal ini dapat mengurangi angka
kelahiran.17
Penelitian mengenai kaitan pendidikan dengan wanita dengan kesuburan di
beberapa Negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan bahwa adanya
kaitan yang erat antara tingkat pendidikan dengan fertilitas dalam hal ini pada tingkat
kesuburan. Semakin tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan yang mengakibatkan
penurunan pada fertilitas.
3. Wanita Usia Subur yang Menggunakan Alat Kontrasepsi
Teori Bongaarts mengatakan bahwa penentu fertilitas adalah proporsi wanita
kawin 15-19 tahun, pemakaian kontrasepsi, aborsi, kemandulan, frekuensi hubungan
seksual, selibat permanen dan mortalitas janin. Kemudian menurut Kingsley Davis dan
Judith Blake yakni penurunan fertilitas diakibatkan oleh adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya konsepsi salah satunya adalah dengan pemakaian alat
kontrasepsi. Palmore dan Bulatao, dengan teori Contraceptive Choice berpendapat
bahwa dengan menggunakan alat kontrasepsi dapat menjarangkan atau membatasi
kelahiran.7
Pada teori Malthus dan Neo-Malthus juga dijelaskan penggunaan alat
kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran. Menurut Malthus, pembatasan
pertumbuhan penduduk dapat dilaksanakan dengan berbagai hatmacara, salah satunya
dengan
melakukan vice restraint (pengurangan kelahiran) yakni melalui penggunaan alat-alat
kontrasepsi. Menurut Ronald Freedman yakni Intermediate variable sangat erat
hubungannya dengan norma-norma sosial/masyarakat. Jadi pada akhirnya perilaku
seseorang akan dipengaruhi oleh norma yang ada.7
4. Lingkungan Tempat Tinggal Dibesarkan
Tempat tinggal dari lahir hingga 12 tahun dianggap mempengaruhi persepsi
tentang melahirkan, tempat tinggal di perkotaan cenderung menunda kehamilan karena
mudahnya memperoleh informasi seputar reproduksi dan keluarga berencana.
C. Indikator Fertilitas
1. Angka Kelahiran Tahunan (Current Fertility)
Angka fertilitas tahunan digunakan untuk mengukur jumlah kelahiran pada tahun
tertentu dan dihubungkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk
melahirkan pada tahun tertentu.11
a. Angka Kelahiran Kasar/Crude Birth Rate (CBR)
Tingkat Kelahiran Kasar adalah perbandingan antara jumlah kelahiran hidup
dengan jumlah seluruh penduduk selama setahun per 1.000 penduduk.

𝐵
𝐶𝐵𝑅 = 𝑋𝐾
𝑃

Keterangan:
B = Jumlah kelahiran
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun
K = 1000

Kelemahan dari metode ini adalah semua penduduk dianggap mampu dan
dapat melahirkan karena yang menjadi penyebut adalah seluruh penduduk yang
meliputi semua umur. Kenyataan menunjukkan bahwa hanya penduduk perempuan
saja yang dapat melahirkan dan ini pun masih terbatas pada kelompok umur tertentu.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari Tingkat Kelahiran Kasar / Crude Birth
Rate (CBR) sebagai berikut:
Kelebihan Kekurangan
Perhitungannya sederhana, hanya Jumlah penduduknya tidak
memerlukan jumlah anak yang membedakan jenis kelamin, usia,
dilahirkan dan jumlah penduduk dan orang tua yang tidak
pada pertengahan tahun mempunyai potensi melahirkan

b. Tingkat Kelahiran Umum/ General Fertility Rate (GFR)


Tingkat kelahiran umur adalah jumlah kelahiran hidup selama setahun per
1.000 penduduk perempuan dalam usia reproduksi umur 15-49 tahun (Lembaga
Demografi, 1981).

𝐵
GFR=
𝑃𝐹(15−49)
Keterangan:
B = jumlah kelahiran
PF(15-49) = penduduk perempuan usia reproduksi.

Kelemahan metode ini adalah fertilitas dari penduduk perempuan usia


reproduksi dianggap sama. Tidak ada variasi fertilitas dari golongan umur tua maupun
muda. Dalam kenyataan, fertilitas tahunan berhubungan erat pada struktur umur
perempuan.
Kelebihan dan kelemahan dari Tingkat Kelahiran Umum / General Fertililt y
Rate (GFR) adalah sebagai berikut:
Kelebihan Kekurangan
Ukuran lebih cermat dari CBR Tidak membedakan kemampuan
karena hanya memasukkan wanita wanita melahirkan sesuai dengan
yang berumur 15-49 th golongan umur.

c. Tingkat Kelahiran Menurut Kelompok Umur/Age Specific Fertility Rate (ASFR)


Tingkat fertilitas spesifik menurut umur adalah perbandingan antara jumlah
kelahiran hidup per 1.000 penduduk perempuan pada golongan umur tertentu pada
usia reproduksi (Lembaga Demografi, 1981).
𝐵𝑖
ASFR= 𝑋𝐾
𝑃𝐹𝑖

Keterangan:
Bi= Jumlah kelahiran dari kelompok umur (i), misalnya umur 20-24 tahun
PFi= Jumlah penduduk perempuan menurut umur (i) dalam usia reproduksi,
misal umur 20-24 tahun.

Dibandingkan dengan ukuran pertama maupun kedua, metode ini lebih spesifik
dalam memberikan informasi tentang variasi fertilitas menurut umur. Namun, ukuran
fertilitas yang ada atau rata-rata jumlah anak yang dimiliki belum dipisahkan menurut
jenis kelamin.

d. Tingkat Fertilitas Total/Total Fertility Rate (TFR)


Total Fertility Rate (TFR) adalah rata-rata jumlah anak (laki-laki dan
perempuan) yang dilahirkan per 1.000 penduduk permpuan selama masa reproduksi
dengan asumsi bahwa tingkat kelahiran tidak mengalami perubahan selama periode
reproduksi. Dalam bentuk rumus dituliskan sebagai berikut (Lembaga Demografi,
1981).

45=15

𝑇𝐹𝑅 = 5 ∑ 𝐴𝑆𝐹𝑅𝑖
𝑖=15−39

TFR adalah lima kali jumlah ASFR (Tingkat Fertilitas menurut Umur).
Meskipun dapat memberikan informasi tentang ratarata jumlah anak yang
dilahirkan, metode ini belum memberikan gambaran jumlah anak perempuan yang
siap menggantikan peran ibunya dalam hal fertilitas. Ini sama halnya dengan ukuran
fertilitas menurut golongan umur yang hanya memberikan informasi bahwa fertilitas
itu berbeda menurut umur.

2. Anak Lahir Hidup & Anak Masih Hidup


a. Angka Lahir Hidup (ALH) atau Children Ever Born (CEB)
Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi
tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi
menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal : bernafas, ada denyut jantungnya atau
tali pusat atau gerakan-gerakan otot. Angka Lahir Hidup (ALH) adalah jika anak
pada saat dilahirkan dalam kondisi hidup kemudian meninggal pada waktu masih
bayi .
CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa wanita
selama reproduksinya; dan disebut juga paritas.Kebaikan dari perhitungan CEB ini
adalah mudah didapatkan informasinya (di sensus dan survey) dan tidak ada
referensi waktu. Kemudian kelemahan dari perhitungan ini adalah angka paritas
menurut kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan pelaporan
umur penduduk, terutama di negara sedang berkembang.Kemudian ada
kecenderungan semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah
anak yang dilahirkan. Dan kelemahannya fertilitas wanita yang telah meninggal
dianggap sama dengan yang masih hidup.
Anak Lahir Hidup dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝐶𝐸𝐵𝑖
CEB =
𝑃𝑖

Keterangan :
CEBi : Banyaknya anak yang dilahirkan hidup pada kelompok umur i
b. Anak Masih Hidup / Children Still Living
Anak Masih Hidup merupakan jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita dan
masih hidup sampai dilakukannya sensus/survei.6 AMH artinya adalah bayi yang
lahir dalam keadaan hidup dan belum meninggal.
c. Rasio Anak Wanita atau Child Women Ratio (CWR)
CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di bawah 5
tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi. Kebaikan dari perhitungan
CWR ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak usah membuat
pertanyaan khusus dan berguna untuk indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di
Negara yang registrasinya cukup baik pun, statistik kelahiran tidak ditabulasikan
untuk daerah yang kecil-kecil.
Rasio ini berguna untuk indikasi fertilitas di daerah dengan luas wilayah
yang kecil dan tidak memungkinkan dibuat angka fertilitas menurut umur dan TFR
yang memerlukan sampel yang cukup besar untuk perhitungannya.16
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎
CWR = x 1000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑢𝑟
Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung dipengaruhi oleh
kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di Negara sedang
berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya
namun secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar.Kedua,
dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, dimana tingkat mortalitas anak, khususnya di
bawah satu tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga CWR selalu lebih kecil
daripada tingkat fertilitas yang seharusnya. Ketiga, tidak memperhitungkan
distribusi umur dari penduduk wanita.

3. Paritas
b. Pengertian
Paritas adalah keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi
bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar
hanya dihitung sebagai satu kali paritas.22 Menurut BKKBN, paritas adalah
banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang perempuan. 5
Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status paritas yang
sering dituliskan dengan notasi G-P-Ab, dimana G menyatakan jumlah kehamilan
(gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus.
Sebagai contoh, seorang perempuan dengan status paritas G3P1Ab1, berarti
perempuan tersebut telah pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali
paritas dan satu kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga
kalinya.22
b. Klasifikasi Jumlah Paritas
Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang perempuan dapat dibedakan menjadi:
1. Nullipara
Nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak sama sekali.
2. Primipara
Primipara adalah perempuan yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali.
3. Multipara
Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan dua hingga empat kali.
4. Grandemultipara
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan 5 orang anak atau
lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan. 10
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi paritas menurut Friedman adalah
1. Pendidikan
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam
mempemroleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir
lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional
bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang.
2. Pekerjaan
Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh
mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-sehari.
3. Keadaan ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak
lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup.
4. Latar Belakang Budaya
Mempengaruhi paritas antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak
jumlah anak, maka semakin banyak rejeki.
5. Pengetahuan
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat
langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang
ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui.

4. Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) menurut UU No 10 Tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program KB adalah bagian yang
terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan ekonomi, spiritual Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan.20
Keluarga Berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai hak reproduksi. Pengaturan kehamilan dalam Program KB dilakukan dengan
menggunakan alat kontrasepsi. (Pusart data) Keluarga Berencana (KB) program yang
dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Selain itu, tujuan utama program KB Nasional adalah untuk
memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu dan bayi serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga
kecil yang berkualitas.
a. Angka Pemakaian Kontrasepsi
Angka pemakaian kontrasepsi yang lazim disebut Contraceptive Prevalence
Rate (CPR) adalah persentase perempuan usia reproduktif yang menggunakan (atau
yang pasangannya menggunakan) suatu metode kontrasepsi pada suatu waktu
tertentu. CPR biasanya diperuntukkan bagi wanita yang sudah menikah atau wanita
yang memiliki pasangan seksual. CPR dapat digunakan untuk mengukur pemakaian
semua metode kontrasepsi, baik yang tradisional maupun modern, atau untuk
mengukur pemakaian metode kontrasepsi modern saja. Tingkat prevalensi
kontrasepsi (CPR) dimaksudkan untuk memberikan ukuran tentang sejauh mana
wanita yang berisiko mengalami kehamilan dan melahirkan, mengambil langkah
untuk menunda kehamilan pada suatu waktu tertentu. Di beberapa negara, wanita
yang sudah menikah dan berada pada usia reproduktif bukanlah satu satunya
subkelompok penduduk yang berisiko. Di negara tersebut, CPR digunakan untuk
menghitung semua wanita, seperti wanita yang belum menikah tetapi sering
melakukan hubungan seksual dan wanita yang telah menikah. Memperluas fokus
pada wanita belum menikah yang berisiko, memberikan angka yang lebih aktual
mengenai wanita yang membutuhkan pelayanan reproduksi di suatu negara. Cara
menghitung CPR adalah membagi jumlah perempuan usia reproduksi (usia 15-49
tahun) yang menggunakan suatu metode kontrasepsi dengan jumlah seluruh
perempuan usia 15-49 tahun, kemudian hasilnya dikali 100. 2
Secara teoritis penggunaan kontrasepsi yang meningkat dapat menurunkan
angka fertilitas, dan penggunaan kontrasepsi yang menurun maka akan
meningkatkan angka fertilitas. Data SDKI 2012 menunjukkan tren Prevalensi
Penggunaan Kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Indonesia
sejak 1991-2012 cenderung meningkat, sementara tren Angka Fertilitas atau Total
Fertility Rate (TFR) cenderung menurun. Tren ini menggambarkan bahwa
meningkatnya cakupan wanita usia 15-49 tahun yang melakukan KB sejalan dengan
menurunnya angka fertilitas nasional. Bila dibandingkan dengan target RPJMN
2014, CPR telah melampaui target (60,1%) dengan capaian 61,9%, namun TFR
belum mencapai target (2,36) dengan angka tahun 2012 sebesar 2,6.17
b. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan KB
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
menunjukkan Total Fertility Rate (TFR) Sumatera Utara mencapai 3.0 dan masih
lebih tinggi dari angka TFR Nasional 2.6. Terjadinya kenaikan TFR disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya masih banyak Pasangan Usia Subur yang tidak
ber KB, Laju Pertumbuhan Penduduk yang tinggi dan tingginya unmet need.15
Unmet need merupakan pasangan usia subur (PUS) yang tidak ingin
mempunyai anak lagi atau yang ingin menjarangkan jarak kelahiran berikutnya
selama dua tahun atau lebih, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi. 5 Jika unmet
need terpenuhi maka fertilitas akan menurun, semua ini merupakan indikator -
indikator untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan Program Pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana. Satu dari sepuluh perempuan kawin di
Indonesia yang tidak ingin hamil, tidak menggunakan kontrasepsi karena
berbagai alasan diantaranya adalah takut efek samping, suami yang tidak
mendukung, ketersediaan alat kontrasepsi yang terbatas dan lain-lain. Akibatnya,
kasus kehamilan yang tidak diinginkan kerap terjadi dan berakhir dengan aborsi.
Di Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan keempat dengan angka
Unmet Need terendah (11%) tepat di bawah Vietnam (4%), Thailand (3%) dan
Malaysia. Sementara negara dengan angka unmet need tertinggi ialah Timor Leste
(32%) (4). Menurut survey demografi Indonesia angka kebutuhan akan KB yang
belum terpenuhi (unmet need) di Indonesia sempat mengalami penurunan pada
tahun 2007-2012, yaitu dari 13% menjadi 11%, namun pada tahun 2015 kembali
mengalami peningkatan menjadi 12,70% (5). Angka unmet need tertinggi terjadi
di Papua (29,70%), Papua (23,63%), NTT (21,883%), Maluku (21,10%) dan
Riau (16,88%).
Faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kejadian unmet need di
Indonesia antara lain umur, pendidikan, jumlah anak masih hidup, dukungan suami
terhadap KB, pernah pakai KB, aktivitas ekonomi dan indeks kesejahteraan hidup.
Unmet need banyak terjadi berkaitan dengan ketakutan terhadap efek samping dan
ketidaknyamanan pemakaian kontrasepsi. (Kemenkes ri)

5. Kegunaan Indikator Fertilitas


Dasar untuk perhitungan berbagai indikator fertilitas seperti Angka Kelahiran
Kasar, Angka Kelahiran. Menurut Umur, Angka Fertilitas Total, Angka Reproduksi
Bersih, dan Rasio Anak Wanita. Angka ini antara lain dapat dimanfaatkan untuk
memperkirakan jumlah kebutuhan fasilitas kesehatan yang akan dibutuhkan oleh Ibu
hamil maupun bayi-bayi yang lahir tersebut. serta perencanaan pembangunan berbagai
fasilitas yang dibutuhkan khususnya pengembangan fasilitas kesehatan ibu dan anak,
baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.
Perencanaan Kependudukan mutlak untuk mengatasi permasalahan sosial
kependudukan seperti perkawinan, kehamilan, kelahiran, kematian, keluarga balita,
pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan PAUD hingga perguruan tinggi, migrasi,
perlindungan anak, pemberdayaan anak, perencanaan ketenagakerjaan yang berimbas
pada masalah pengangguran, problema kemiskinan kuantitas dan kemiskinan kualitas,
penghidupan yang layak maupun hingga persoalan politik. Bila negara Indonesia
mampu merencanakan system kependudukannya dengan manajemen yang berkualitas
baik maka niscaya semua kehidupan masyarakatnya teratur dan membawa bangsa
Indonesia menjadi negara besar dan sejahtera.
Masalah-masalah social yang timbul berkaitan dengan isu kependudukan
diantaranya adalah bidang pendidikan : penyediaan gedung sekolah dimana program
strategis tersebut logikanya mengikuti alur perencanaan penduduk berdasarkan usia,
jumlah dan angka partisipasi kasar penduduk terhadap pendidikan. Sehingga semua
system terpadu baik penyediaan anggaran, SDM, sarana dan prasarana untuk pelayanan
public di bidang pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien. Perencanaan
kependudukan berdampak sistemik terhadap dunia pendidikan, karena dengan
perencanaan dan data yang akurat maka pelayanan di bidang pendidikan berjalan
mengalir dengan baik. Kualitas yang dihasilkannya pun sangat kompetitif dalam
persaingan kehidupan di masa depan.

D. Proyeksi Penduduk
Jumlah dan struktur penduduk pada masa mendatang dapat diperoleh dari proyeksi
penduduk berdasarkan komponen yang mempengaruhi perubahan jumlah penduduk itu
sendiri, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi. Asumsi dari perkembanganketiga variabel
demografi selama jangkawaktu proyeksi disusun dapatberpengaruh terhadap jumlah
danstruktur penduduk dari hasil proyeksi. Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah
penduduk (menurut komposisi umur dan jenis kelamin) di masa yang akan datang
berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Dahulu, pemerintah tertarik pada population projection terutama untuk keperluan
pajak atau keperluan mengetahui besarnya kekuatan negara. Namun pada dekade akhir-
akhir ini, pemerintah memerlukan proyeksi penduduk sehubungan dengan tanggung
jawabnya untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi dari rakyatnya melalui pembangunan
yang terencana. Proyeksi mengenai jumlah serta struktur penduduk dianggap sebagai
persyaratan minimum untuk proses perencanaan pembangunan mengingat semua
rencanarencana pembangunan, baik ekonomi maupun sosial, menyangkut pertimbangan
tentang jumlah serta karekteristik dari pada penduduk dimasa mendatang. Proyeksi ini
hanya disusun secara nasional dan tidak membahas secara regional. Dengan demikian,
perubahan penduduk pada masa mendatang diasumsikan hanya dipengaruhi oleh
perkembangan fertilitas dan mortalitas.
Seperti diketahui bersama bahwa proyeksi penduduk lebih bersifat prediksi terhadap
keadaan yang akan terjadi pada masa mendatang, sehingga pendekatan yang dipilih pun
lebih bersifat developmental research. Ini berarti, peranan perubahan variabel demografi
dan rentang waktu yang digunakan menjadi sangat penting dalam proyeksi penduduk.
Penggunaan asumsi perubahan variabel demografi dalam jangka waktu yang relatif lama
perlu diamati secara teliti agar hasil proyeksi dapat mendekati kenyataan yang terjadi. Oleh
sebab itu,paling tidak setiap 10 tahun sekali, hasil proyeksi tersebut sebaiknya ditinjau lag i,
dibandingkan, dan disesuaikan dengan hasil sensus maupun survai kependudukan yang
ada. Apabila hasil proyeksi yang ada cukup besar perbedaannya, proyeksi penduduk
tersebut perlu diperbaiki atau direvisi.
Bidang-bidang yang memerlukan proyeksi penduduk untuk proses perencanaan
pembangunan antara lain:
1. Bidang Pangan
Menentukan kebutuhan akan bahan pangan sesuai dengan gizi serta susunan
penduduk menurut umur.
2. Bidang Kesehatan Masyarakat
a. Dengan adanya proyeksi penduduk yang didasarkan pada asumsi bahwa
dapat membantu untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk dari
jumlah angka mortalitas dan Angka Harapan Hidup, maka hal tersebut dapat
menjadi patokan berapa banyak jumlah pelayanan kesehatan, rumah sakit,
dan tenaga kesehatan yang diperlukan, diharapkan keadaan kesehatan
masyarakat semakin baik.
b. Kecenderungan turunnya populasi anak-anak akan terus berlanjut akibat dari
berhasilnya program Keluarga Berencana. Bagi pemerintah ini saatnya
memberi perhatian lebih pada mengalokasikan sumber daya pada program
kesehatan anak lebih baik seperti imunisasi lanjut gratis, program
berkurangnya anak kekurangan nutrisi, kematian dini bayi dan kematian
anak.
c. Wanita usia reproduksi 15 – 49 akan meningkat dengan tingkat lebih rendah.
Program kependudukan dengan konsep keluarga kesil sesuai dengan pola
pemikiran membentuk keluarga kecil bagi pasangan muda karena kesibukan
profesionalnya.
d. Jika populasi usia kerja dengan fisik dan intelektual yang sehat akan
memberikan tabungan yang besar bagi Indonesia, karena biaya kesehatan
menjadi lebih rendah.
3. Bidang Tenaga Kerja
Menentukan jumlah angkatan kerja, penyediaan lapangan kerja yang erat
hubunganya dengan proyeksi tentang kemungkinan perencanaan untuk
memperhitungkan perubahan tingkat pendidikan, skilled dan pengalaman dari
tenaga kerja.
4. Bidang Pendidikan
Proyeksi penduduk dipakai sebagai dasar untuk memperkirakan jumlah
penduduk usia sekolah, jumlah murid, jumlah guru gedung-gedung sekolah,
pendidikan pada masa yang akan datang.

Proyeksi penduduk tersebut diatas kemudian digunakan untuk


perencanaan :
1. Perencanaan yang tujuannya untuk menyediakan jasa sebagai respon
terhadap penduduk yang sudah diproyeksi tersebut.
2. Perencanaan yang tujuannya untuk merubah trend penduduk menuju ke
perkembangan demografi sosial dan ekonomi.

E. Estimasi Penduduk
Dalam demografi, perkiraan antar sensus adalah perkiraan populasi antara tanggal
sensus resmi dengan kedua jumlah sensus diketahui. Beberapa negara menghasilkan
estimasi antarsensal yang teratur sementara yang lain tidak. Perkiraan antar pribadi dapat
kurang atau lebih informatif daripada angka sensus resmi, tergantung pada metodologi,
kelengkapan, akurasi (karena mereka dapat memiliki jumlah yang kurang atau estimasi
yang signifikan) dan tanggal data, dan dapat dirilis oleh negara, entitas sub nasional, atau
organisasi lain termasuk yang tidak berafiliasi dengan pemerintah. Mereka berbeda dari
proyeksi populasi karena mereka berasal dari tanggal yang lalu, meskipun perkiraan antar
sensal dapat digunakan untuk membentuk proyeksi populasi.25
1. Antar Sensus (Intercensal)
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) bertujuan untuk mengestimasi jumlah
penduduk dan indikator demografi diantara dua waktu sensus penduduk. Badan Pusat
Statistik (BPS) telah empat kali melakukan SUPAS, yaitu tahun 1976, 1985, 1995, dan
2005. SUPAS2015 merupakan SUPAS yang kelima yang dilaksanakan BPS.
SUPAS2015 mengumpulkan data kependudukan yang mencakup: keterangan
pokok penduduk, lansia, kelahiran, kematian, kematian ibu, perpindahan penduduk,
ketenagakerjaan, fasilitas perumahan, dan ditambahkan informasi mengenai: migrasi
keluar internasional, perubahan iklim, dan disabilitas. Tujuan SUPAS2015 adalah :
1. Memperkirakan jumlah, distribusi, dan komposisi penduduk.
2. Menyediakan data untuk penghitungan parameter fertilitas, meliputi angka
kelahiran total (TFR), angka kelahiran kasar (CBR), rasio ibu-anak (CWR), angka
kelahiran menurut kelompok umur (ASFR), dll.
3. Menyediakan data untuk penghitungan parameter migrasi, meliputi migrasi semasa
hidup, migrasi risen, migrasi internasional, dll.
4. Menyediakan data untuk penghitungan parameter mortalitas, meliputi angka
kematian kasar (CDR), angka kematian bayi (IMR), angka kematian balita
(U5MR), dan angka kematian ibu (MMRatio).
5. Memperbaharui proyeksi penduduk yang telah disusun sebelumnya.
6. Menyediakan data yang dapat digunakan untuk perencanaan dan evaluasi berbagai
program pemerintah.
Rumus :
Pm = Po + m / n( Pn – Po )
atau
Pm = Pn – (n – m / n) ( Pn – Po )
Keterangan :
Pn : Jumlah penduduk pada tahun n
Po : Jumlah penduduk awal
Pm : Jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan
m : Selisih tahun yang dicari dengan tahun awal
n : Selisih tahun dari 2 sensus yang diketahui

2. Postcensal Estimates (Setelah Sensus)


Seperti dalam evaluasi lain dari perkiraan populasi untuk memperhitungka n
perubahan postcensal (pasca sensus), ditemukan bahwa perkiraan tersebut di bawah
perkiraan pertumbuhan atau penurunan bagian populasi. Untuk memperkirakan
varians estimasi pertengahan tahun yang mencakup sepuluh tahun perubahan, kami
menganalisis penyimpangan dalam kesalahan rata-rata untuk provinsi di mana bagian
relatif dari populasi tumbuh atau menyusut. Untuk memodelkan varian dalam rentang
waktu kurang dari sepuluh tahun, kami mempertimbangkan dua model korelasi tahun
ke tahun antara perkiraan perubahan populasi tahunan, independensi atau korelasi
sama dengan 1.
Rumus :
Pm =Pn + m / n (Pn – Po)
Atau
Pm = Po – (n + m / n) (Pn – Po)
Keterangan:
Pn : Jumlah penduduk tahun n
Po : Jumlah penduduk pada tahun awal
Pm : Jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan (tahun m)
M : Selisih tahun yang dicari dengan tahun n
N : Selisih tahun dari 2 sensus yang diketahui
Menurut Handiyatmo (2010) kesalaham data yang berkaitan dengan umur
dapat diukur melalui :
a. Indeks Whipple
1. Indeks ini digunakan untuk mengukur tingkat kecenderungan dalam
menyebutkan angka 0 atau 5 dalam penuturan umur.
2. Indeks ini dihitung sebagai rasio dari penduduk umur 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55,
dan 60 dan satu per lima dari jumlah penduduk umur 23 sampai dengan 62
tahun.
3. Umur pada masa kanak-kanak dan umur tua, tidak dilibatkan dalam
penghitungan indeks Whipple karena untuk kelompok ini lebih banyak
kesalahan yang berhubungan dengan kesalahan pelaporan umur dari pada
kecenderungan untuk menyebutkan angka tertentu.
4. Nilai indeks Whipple bervariasi dari 0 sampai dengan 500.
 ¾ Nilai indeks Whipple = 100 berarti tidak ada kecenderungan untuk
menyebutkan umur pada angka tertentu.
 ¾ Nilai indeks Whipple = 500 berarti semua orang melaporkan umurnya
dalam umur yang berakhiran 0 atau 5.
 ¾ Nilai indeks Whipple antara 0 dan 100 berarti ada kecenderungan untuk
menghindari angka yang berakhiran 0 atau 5.
b. Indeks Myer
1. Indeks ini digunakan untuk menghitung kecenderungan menyebut umur
berakhiran 0 dan menghindari penyebutan umur yang berakhiran angka 1
sampai dengan 9.
2. Indeks Myer menunjukkan kecenderungan menyebutkan angka tertentu
(digital preference), oleh karena itu penghitungannya dilakukan terhadap
distribusi umur tunggal. Penghitungan Indeks Myer dibuat terpisah untuk
laki-laki dan perempuan.
3. Nilai Indeks Myer akan berkisar 0 hingga 90. Nilai 0 menunjukkan tidak
adanya kecenderungan menyebutkan umur berakhiran 0. Myer memberi
patokan bahwa bila hasil indeks lebih kecil dari 10 % berarti pelaporan dan
pencatatan umur cukup baik.
c. Indeks United Nation Akurasi Umur-Jenis Kelasmin (UN Age-Sex Accuracy
Index)
1. Indeks UN digunakan untuk melihat tingkat keakurasian umur dan jenis
kelamin. Indeks ini menggabungkan perkiraan akurasi dari umur menurut
kelompok umur untuk laki-laki dan perempuan secara terpisah dengan
perkiraan akurasi dari rasio jenis kelamin untuk kelompok umur yang
berbeda.
2. Kualitas umur menurut kelompok umur dievaluasi dengan rata-rata rasio
umur. Rasio umur adalah rasio antara penduduk pada umur tertentu dengan
setengah dari jumlah penduduk pada kelompok umur sebelum dan
sesudahnya, dan dinyatakan dalam persentase.
3. Dengan adanya fluktuasi dalam kelahiran, kematian, dan migrasi pada masa
lampau, penduduk pada tiga kelompok umur yang berurutan tersebut
hampir mendekati series linear. Oleh karena itu rasio umurnya mendekati
100.
4. Deviasi dari 100 menunjukkan sejauh mana terjadi kesalahan pelaporan
umur pada kelompok umur tersebut. Jumlah deviasi dari semua kelompok
umur (tanpa memandang tanda) merupakan ukuran yang menunjukkan
tingkat kesalahan dalam pelaporan umur.
5. Ada tiga kriteria Indeks UN dalam menentukan apakah data umur yang
dievaluasi akurat atau tidak :
 ¾ Jika Indeks UN < 20 maka data umur dan jenis kelamin tersebut
akurat.
 ¾ Jika Indeks UN sekitar 20 – 40 maka data umur dan jenis kelamin
tersebut tidak akurat.
 ¾ Jika Indeks UN > 40 maka data umur dan jenis kelamin tersebut
sangat tidak akurat.

3. Projection (Proyeksi)
Proyeksi adalah gambaran keadaan penduduk pada masa datang atau ramalan
penduduk yang didasarkan pada asusmis rational tertentu menggunakan perhitungan
matematika. Proyeksi penduduk menurut Multilingual Demographic Dictionary adalah
perhitungan yang menunjukan keadaan fertilitas, mortalitas dan migrasi dimasa yang
akan datang. Dalam proyeksi terdapat banyak sekali metode metode yang digunakan
seperti
a. Model ekstrapolasi tren : menggunakan trend penduduk masa lalu untuk
memperkirakan jumlah peduduk masa yang akan datang. Metode ini adalah
metode yang paling mudah untuk dipakai. Model ekstrapolasi tren yang paling
banyak digunakan adalah model linear, geometrik, dan parabolik. Kelemahan dari
model ini adalah tidak adanya batasan yang jelas sehingga butuh pengetahuan lebih
tentang batasannya.
b. Model Komponen Kohor : model ini lebih detail lagi karena melihat perubahan-
perubahan komponen penduduk seperti fertilitas, mortalitas, dan migrasi secara
terpisah. Caranya dengan penduduk keseluruhan dibagi menjadi beberapa
kohor/kelompok umur, yang biasanya dalam satuan lima tahuan. Model Ratio :
model ini menggunakan konsep bahwa penduduk di wilayah kecil mewakili
kelompok di wilayah yang besar. Model ratio mencakup Model “Constant Share”,
Model “Shift Share”, dan Model “Share of Growth”.
Kelebihan proyeksi dibanding 2 jenis perkiraan lainnya adalah dapat
memperkirakan jumlah penduduk sampai berpuluh-puluh tahun sesudah sensus.
(www.portal) Proyeksi sendiri dapat dilakukan
1. Sesudah sensus disebut Forward Projection
2. Sebelum sensus disebut Backward Projection
Selanjutnya perlu dibedakan juga antara Proyeksi, Forecast dan Estimate yaitu:
1. Proyeksi
Proyeksi adalah perhitungan jumlah penduduk (menurut komposisis umur
dan jenis kelmain) di masa yang akan datang berdasarkan asumsi arah
perkembangan fertilitas, mortalitas dan migrasi.
2. Forecast
Forecast adalah perhitungan penduduk dengan menggunakan asumsi saja
rupa sehingga menghasilkan suatu gambaran yang realistis mengenai
kemungkinan perkembangan pendudukan dimasa mendatang.
3. Estimasi
Estimasi penduduk adalah perhitungan perubahan penduduk sebelum sensus
dan sesudah sensus. Jadi, dari ketiga hal tersebut yang membedakan adalah
dasar dari cara perhitungan penduduknya.

F. Metode Matematikal dalam Proyeksi Populasi Penduduk’


1. Arithmetic Growth Rate

Rumus yang digunakan :

Pt = P0(1+rt)

dengan :
Pt = Jumlah penduduk tahun t

P0 = Jumlah penduduk tahun dasar


r = Angka pertumbuhan penduduk
t = Waktu
Contoh :

Diketahui:
SP2000 (Sensus Penduduk Tahun 2000) : Penduduk Kabupaten Maluku Tengah
= 317.476 jiwa. SP2010 (Sensus Penduduk Tahun 2010) : Penduduk Kabupaten
Maluku Tengah = 361.698 jiwa
Ditanya :
Rata-rata laju pertumbuhan pertahun Maluku Tengah
Penghitungan :
Laju Pertumbuhan Penduduk 2000 – 2010 :
361.698 = 317.476(1+r.10)
1+10r = 361.698/317.476
10r = 1,139292 – 1
10r = 0,139292
r = 0,0139292
r = 1,393%
Hasil penghitungan penduduk dengan menggunakan Metode Aritmatika
diperoleh laju pertumbuhan rata-rata pertahun untuk Kabupaten Maluku Tengah
sebesar 1,393%. Pertumbuhan penduduk seperti ini menunjukan pertumbuhan
yang cukup tinggi oleh karena itu perlu ditekan

2. Geometric Growth rate


Geometric Growth Rate mengacu pada situasi di mana perubahan berturut-turut
dalam suatu populasi berbeda dengan rasio konstan (berbeda dari jumlah konstan
untuk perubahan aritmatika).
Rumus untuk menghitung prediksi jumlah penduduk pada tahun tertentu adalah
sebagai berikut
P t = P 0 (1+r)tp
P t merupakan jumlah penduduk pada tahun t. P 0 adalah jumlah penduduk dasar.
Sementara itu, r adalah laju pertumbuhan penduduk dan tp merupakan periode
waktu antara tahun dasar sampai tahun prediksi.18

3. Exponential Growth Rate


Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah
tertentu setiap tahunnya. Kegunaannya adalah memprediksi jumlah penduduk
suatu wilayah di masa yang akan datang. Laju pertumbuhan penduduk
eksponensial menggunakan asumsi bahwa pertumbuhan penduduk berlangsung
terus-menerus akibat adanya kelahiran dan kematian di setiap waktu.
Rumus laju pertumbuhan penduduk eksponensial adalah sebagai berikut.

Pt = P 0ert
Atau
1 𝑃𝑡
r= 𝐼𝑛( )
𝑡 𝑃0

Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke-t
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
t = jangka waktu
r = laju pertumbuhan penduduk
e = bilangan eksponensial yang besarnya 2,718281828
Jika nilai r > 0, artinya terjadi pertumbuhan penduduk yang positif atau terjadi
penambahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r < 0, artinya
pertumbuhan penduduk negatif atau terjadi pengurangan jumlah penduduk dari
tahun sebelumnya. Jika r = 0, artinya tidak terjadi perubahan jumlah penduduk
dari tahun sebelumnya.

4. Pertumbuhan Lipat Ganda


Pertumbuhan lipat ganda merupakan salah satu cara perhitungan proyeksi jumlah
penduduk di waktu yang akan datang. Perhitungan pertumbuhan lipat ganda dapat
digunakan sebagai bahan dalam menentukan kebijakan di bidang kependudukan
di waktu yang akan datang seperti penyediaan sekolah, lapangan pekerjaan dan
sebagainya. Rumus dari pertumbuhan lipat ganda adalah sebagai berikut :

70
𝑛=
𝑟

Contoh soal:
Pada tahun 2000 penduduk Indonesia berjumlah 209.597.000. Pertumbuhan
penduduk 2,5%. Kapan penduduk menjadi dua kali lipat jumlahnya dan berapa
jumlahnya?
Penyelesaian soal:
70 70
𝑛= = = 28
𝑟 2,5

Jadi dengan pertumbuhan 2,5% pertahun, penduduk akan menjadi dua kali lipat
dalam waktu 28 tahun.Ini berarti menjadi dua kali lipat pada tahun 2028. Pada
tahun 2028 penduduk Indonesia diproyeksikan menjadi 2 x 209.597.000 =
419.194.000 jiwa.

5. Angka Pertumbuhan Penduduk


Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa yang akan
datang berdasarkan asumsi perkembangan kelahiran, kematian dan migrasi. Di
Indonesia data penduduk yang dipakai dan dipercaya untuk keperluan proyeksi
berasal dari sensus penduduk yang diselenggarakan pada tahun yang berakhir "0"
dan survey antar sensus yang berakhir "5". Perencanaan pembangunan tersebut
dapat berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, perumahan, lapangan kerja dan
lainnya. Dalam demografi, dikenal beberapa rumus untuk menghitung proyeksi
penduduk, salah satunya adalah rumus proyeksi penduduk geometris. Rumus
proyeksi geometris adalah sebagai berikut:
Rumus proyeksi penduduk
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜(1 + 𝑟) 𝑛
Keterangan:
Pn = penduduk pada tahun n
Po = penduduk pada tahun awal
1 = angka konstanta
r = angka pertumbuhan penduduk (dalam persen)
n = jumlah rentang tahun dari awal hingga tahun n
Contoh soal :
Misalkan pada tahun 2000 jumlah penduduk indonesia tercatat 20 juta jiwa.
Tingkat pertumbuhan penduduk per tahun adalah 2 %. Berapakah proyeksi
penduduk Indonesia pada tahun 2004?
Pn = Po ( 1 + r )n
= 20 juta ( 1 + 2% )4
= 20 juta ( 1 + 0,02 )4
= 20 juta ( 1,02)4
= 20 juta ( 1,0824322)
= 21.648.644 juta
Jadi poyeksi penduduk Indonesia untuk tahun 2004, dengan tingkat pertumbuhan
penduduk 2% pertahun,adalah 21,6 juta jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

1. A A I N Marhaeni. 2018. Buku Pegangan Pengantar Kependudukan Jilid I.


Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana. Denpasar.
2. Astuti. 2018. Contraceptive Prevalence Rate. Dalam
https://www.data.go.id/dataset/contraceptive-prevalence-rate-cpr diakses pada
15 Maret 2020 pukul 13.52
3. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2016. Pelayanan
Kontrasepsi. Vol. 11. Jakarta: BKKBN.
4. Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tengah, Proyeksi Penduduk Berlipat
Ganda Di Kabupaten Maluku Tengah, Jefri 2011. Kusnanto.
5. BKKBN, (2006), Paritas Dengan Rupture Perineum, Jakarta
6. Cahyono, Tri. 2018. Statistika Terapan dan Indikator Kesehatan. Yogyakarta:
CV Budi Utama
7. Hatmadji, Sri Harjati. 2004. Dasar-dasar Demografi. Edisi 2004.Jakarta:
Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
8. Junaidi.2010.Model-Model Proyeksi Penduduk. Fakultas Ekonomi Universitas
Jambi.
9. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga
Berencana Tahun 2014-2015. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak.
10. Manuaba, Ida Bagus.2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita
.Jakarta:EGC
11. Mardiani, Ita dan Nugroho Hari Purnomo. 2018. Pendalaman Materi Geografi
Modul 21: Fertilitas dan Mortalitas. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
12. Matthew Christenson. 2004. Contraceptive Prevalence Rate in Developing in
the Developing World. Dalam Global Population Profile 2002. Maryland :
Bernan
13. Mirah, Suvita Cahyaning. 2013. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas
Pekerja Wanita Di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten
Jember. Tesis. Jember:Universitas Jember.
14. Munir, R. Budiarto. 1986. Teori-teori Kependudukan. Jakarta: Bina Aksara.
15. Nasional BKKB. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012.
Jakarta; 2013
16. Nuraini. 2010. Fertilitas Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010.
Jakarta: Badan Pusat Statistik
17. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2014
18. Rahayu, Yuni., Muludi, Kurnia., Hijriani, Astria. 2016. Pemetaan Penyebaran
dan Prediksi Jumlah Penduduk Menggunakan Model Geometrik di Wilayah
Bandar Lampung Berbasis Web-GIS. Journal of Information Systems
Engineering and Business Intelligence. 02(02) : 98
19. Ritonga, Abdurrahman dkk. 2003. Kependudukan dan Lingkungan Hidup,
Cetakan Kedua. Jakarta: Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
20. Rizka Ayu S. 2019. Serba - Serbi Kesehatan Reproduksi Wanita dan Keluarga
Berencan. Jakarta : Sahabat Alter
21. Salim, L. A., Kusnanto, H., Lazuardi, H., Kuntoro. (2017). SMART FERT:
APLIKASI PRAKTIS, VALID, DAN MUDAH UNTUK MENGUKUR
INDIKATOR FERTILITAS DI ERA OTONOMI DAERAH. 1Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, 2Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Vol.25 Nomor 1 2017 Halaman 33-51.
22. Steadman. (2003). Kamus Kedokteran dan Psikiatri Forensik. Jakarta: EGC.
23. Syafrizal, Ade. 2012. Proyeksi Angka Kelahiran Dan Kematian Bayi Pada
Tahun 2012 Di Kabupaten Asahan. Diakses melalui
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23716/Chapter%20II.
pdf?sequence=4&isAllowed=y pada 13 Maret 2020
24. www.census.gov/popest/methodology/20002010_Intercensal_Estimates_Meth
odology. diakses pada tanggal 14 Maret 2020.
25. www.portal-statistik.com/2014/11/proyeksi-penduduk.html diakses pada
tanggal 14 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai