DISUSUN OLEH :
Nama :
\NPP : 34.0427
Kelas : H-1
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate atau CBR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kelahiran pada tahun tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Hasil
Long Form SP2020 mencatat terdapat 17,94 kelahiran hidupdiantara 1.000 penduduk Provinsi
Sulawesi Selatan.
Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur Tertentu / Age Spesific Fertility Rate
(ASFR)
Angka kelahiran menurut kelompok umur tertentu (Age Specific Fertility Rate atau ASFR) hasil
Long Form SP2020 yang disajikan pada Gambar 2 menunjukkan banyaknya kelahiran pada
perempuan kelompok umur tertentu per 1.000 perempuanpada kelompok umur tersebut.
Grafik ASFR berbentuk U terbalik, yang artinya pada kelompok usia muda anak yang
dilahirkan rendah, semakin bertambah umur semakin banyak, dan puncaknya pada perempuan
umur 25-29 tahun, kemudian setelah kelompok umur tersebut anak yang dilahirkan
mengalami penurunan.
Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR)
Angka kelahiran total (TFR) didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan
perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya. Angkaini
menggambarkan rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang wanita pada akhir
masa reproduksinya.
MORTALITAS
Angka Kematian Penduduk Usia Dini
Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR) adalah kematian yang terjadi pada penduduk
yang berumur 0-11 bulan (kurang dari 1 tahun). Dalam rentang 50 tahun(periode 1971-2022),
penurunan angka kematian bayi di Provinsi Sulawesi Selatan hampir 90 persen. Selama
periode satu dekade terakhir, Angka Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Selatan menurun
signifikan dari 31 per 1.000 kelahiran hidup padaSensus Penduduk 2010 menjadi 18 sampai 19
per 1.000 kelahiran hidup pada LongForm SP2020. Peningkatan persentase bayi yang mendapat
imunisasi lengkap serta peningkatan rata-rata lama pemberian ASI menjadi salah satu yang
mendorong bayi semakin mampu bertahan hidup. Angka kematian bayi di Provinsi Sulawesi
Selatan paling tinggi sebesar 21 sampai 22 per 1000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020
berada di Kabupaten Barru. Sedangkan paling rendah berada di Kota Makassarsebesar 11
sampai 12 per 1000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020.
Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Tingkat Mortalitas Dan Fertilitas
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat mortalitas dan fertilitas dalam suatu
populasi, baik tinggi maupun rendah. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat
memengaruhi kedua hal tersebut:
Mortalitas Tinggi:
1. Penyakit dan Epidemik: Penyakit menular seperti pandemi atau wabah dapat menyebabkan
tingkat kematian yang tinggi dalam suatu populasi.
2. Kurangnya Akses Terhadap Layanan Kesehatan: Di daerah yang kurang berkembang,
akses terhadap layanan kesehatan yang baik mungkin terbatas, yang dapat mengakibatkan
tingkat mortalitas yang tinggi karena penyakit yang bisa dicegah atau diobati.
3. Kondisi Lingkungan yang Buruk: Lingkungan yang tidak bersih, air yang tidak aman, dan
sanitasi yang buruk dapat meningkatkan risiko penyakit dan kematian dalam populasi.
Mortalitas Rendah:
1. Perkembangan Kesehatan dan Teknologi Medis: Perkembangan ilmu kedokteran dan
teknologi medis telah meningkatkan kemampuan kita untuk mencegah, mendeteksi, dan
mengobati penyakit, yang dapat mengurangi tingkat kematian.
2. Pendidikan Kesehatan yang Baik:n Pendidikan yang baik tentang kesehatan, akses yang
mudah terhadap informasi medis, dan kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat dapat
mengurangi risiko penyakit dan kematian.
3. Gizi yang Baik: Gizi yang memadai dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh dan
membantu mencegah penyakit, mengurangi risiko kematian pada populasi.
4. Infrastruktur Kesehatan yang Baik: Negara dengan sistem kesehatan yang baik dan
infrastruktur yang memadai memiliki tingkat kematian yang lebih rendah karena akses yang
mudah terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.
Fertilitas Tinggi:
1. Kurangnya Akses Terhadap Pendidikan dan Kontrasepsi: Di daerah yang kurang
berkembang atau di masyarakat yang kurang terdidik, akses terhadap informasi dan layanan
kontrasepsi seringkali terbatas.
2. Budaya dan Tradisi: Budaya dan nilai-nilai tradisional yang mendorong kelahiran banyak
anak dapat menyebabkan tingkat fertilitas yang tinggi.
3. Kurangnya Kesadaran tentang Perencanaan Keluarga: Di beberapa masyarakat, kesadaran
tentang pentingnya perencanaan keluarga mungkin rendah, yang dapat menyebabkan
kelahiran yang tidak terkendali.
Fertilitas Rendah:
1. Pendidikan yang Tinggi: Wanita yang memiliki akses dan kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan yang tinggi cenderung menunda pernikahan dan kelahiran anak, yang dapat
mengurangi tingkat fertilitas.
2. Akses yang Mudah terhadap Kontrasepsi:Akses yang mudah terhadap kontrasepsi dan
layanan kesehatan reproduksi dapat membantu mengendalikan jumlah kelahiran.
3. Perubahan Nilai dan Gaya Hidup: Di beberapa masyarakat yang lebih modern, perubahan
dalam nilai-nilai sosial dan gaya hidup dapat menyebabkan penurunan dalam keinginan untuk
memiliki banyak anak.
4. Urbanisasi: Urbanisasi sering kali terkait dengan penurunan tingkat fertilitas karena
perubahan dalam struktur sosial dan ekonomi, serta akses yang lebih baik terhadap layanan
kesehatan dan pendidikan.
Cara Mengatasi Tingkat Mortalitas Dan Fertilitas Yang Tinggi
Mengatasi tingkat mortalitas dan fertilitas yang tinggi memerlukan pendekatan yang holistik
dan terkoordinasi dari berbagai sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sosial.
Berikut adalah beberapa pendapat dan solusi yang dapat dipertimbangkan:
Solusi-solusi ini tidak hanya memerlukan dukungan dari pemerintah, tetapi juga kerja sama
antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dalam mengurangi tingkat mortalitas dan fertilitas yang
tinggi.