NPP 34.0401
Kelas H-2
Prodi PPTP
• FERTILITAS
Angka Kelahiran Kasar / Crude Birth Rate (CBR)
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate atau CBR) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan
tahun yang sama. Hasil Long Form SP2020 mencatat terdapat 17,94 kelahiran hidup
diantara 1.000 penduduk Provinsi Sulawesi Selatan.
Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur Tertentu / Age Spesific Fertility Rate
(ASFR)
Angka kelahiran menurut kelompok umur tertentu (Age Specific Fertility Rate atau
ASFR) hasil Long Form SP2020 yang disajikan pada Gambar 2 menunjukkan
banyaknya kelahiran pada perempuan kelompok umur tertentu per 1.000 perempuan
pada kelompok umur tersebut. Grafik ASFR berbentuk U terbalik, yang artinya pada
kelompok usia muda anak yang dilahirkan rendah, semakin bertambah umur semakin
banyak, dan puncaknya pada perempuan umur 25-29 tahun, kemudian setelah
kelompok umur tersebut anak yang dilahirkan mengalami penurunan.
Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR)
Angka kelahiran total (TFR) didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan
perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya. Angka
ini menggambarkan rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang wanita
pada akhir masa reproduksinya.
• MORTALITAS
Angka Kematian Penduduk Usia Dini
Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR) adalah kematian yang terjadi pada
penduduk yang berumur 0-11 bulan (kurang dari 1 tahun). Dalam rentang 50 tahun
(periode 1971-2022), penurunan angka kematian bayi di Provinsi Sulawesi Selatan
hampir 90 persen. Selama periode satu dekade terakhir, Angka Kematian Bayi di
Provinsi Sulawesi Selatan menurun signifikan dari 31 per 1.000 kelahiran hidup pada
Sensus Penduduk 2010 menjadi 18 sampai 19 per 1.000 kelahiran hidup pada Long
Form SP2020. Peningkatan persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap serta
peningkatan rata-rata lama pemberian ASI menjadi salah satu yang mendorong bayi
semakin mampu bertahan hidup. Angka kematian bayi di Provinsi Sulawesi Selatan
paling tinggi sebesar 21 sampai 22 per 1000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020
berada di Kabupaten Barru. Sedangkan paling rendah berada di Kota Makassar
sebesar 11 sampai 12 per 1000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat mortalitas dan fertilitas dalam suatu
populasi, baik tinggi maupun rendah. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat
memengaruhi kedua hal tersebut:
Mortalitas Tinggi:
1. Penyakit dan Epidemik: Penyakit menular seperti pandemi atau wabah dapat menyebabkan
tingkat kematian yang tinggi dalam suatu populasi.
2. Kurangnya Akses Terhadap Layanan Kesehatan: Di daerah yang kurang berkembang,
akses terhadap layanan kesehatan yang baik mungkin terbatas, yang dapat mengakibatkan
tingkat mortalitas yang tinggi karena penyakit yang bisa dicegah atau diobati.
3. Kondisi Lingkungan yang Buruk: Lingkungan yang tidak bersih, air yang tidak aman, dan
sanitasi yang buruk dapat meningkatkan risiko penyakit dan kematian dalam populasi.
Mortalitas Rendah:
1. Perkembangan Kesehatan dan Teknologi Medis: Perkembangan ilmu kedokteran dan
teknologi medis telah meningkatkan kemampuan kita untuk mencegah, mendeteksi, dan
mengobati penyakit, yang dapat mengurangi tingkat kematian.
2. Pendidikan Kesehatan yang Baik:n Pendidikan yang baik tentang kesehatan, akses yang
mudah terhadap informasi medis, dan kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat dapat
mengurangi risiko penyakit dan kematian.
3. Gizi yang Baik: Gizi yang memadai dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh dan
membantu mencegah penyakit, mengurangi risiko kematian pada populasi.
4. Infrastruktur Kesehatan yang Baik: Negara dengan sistem kesehatan yang baik dan
infrastruktur yang memadai memiliki tingkat kematian yang lebih rendah karena akses yang
mudah terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.
Fertilitas Tinggi:
1. Kurangnya Akses Terhadap Pendidikan dan Kontrasepsi: Di daerah yang kurang
berkembang atau di masyarakat yang kurang terdidik, akses terhadap informasi dan layanan
kontrasepsi seringkali terbatas.
2. Budaya dan Tradisi: Budaya dan nilai-nilai tradisional yang mendorong kelahiran banyak
anak dapat menyebabkan tingkat fertilitas yang tinggi.
3. Kurangnya Kesadaran tentang Perencanaan Keluarga: Di beberapa masyarakat, kesadaran
tentang pentingnya perencanaan keluarga mungkin rendah, yang dapat menyebabkan
kelahiran yang tidak terkendali.
Fertilitas Rendah:
1. Pendidikan yang Tinggi: Wanita yang memiliki akses dan kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan yang tinggi cenderung menunda pernikahan dan kelahiran anak, yang dapat
mengurangi tingkat fertilitas.
2. Akses yang Mudah terhadap Kontrasepsi:Akses yang mudah terhadap kontrasepsi dan
layanan kesehatan reproduksi dapat membantu mengendalikan jumlah kelahiran.
3. Perubahan Nilai dan Gaya Hidup: Di beberapa masyarakat yang lebih modern, perubahan
dalam nilai-nilai sosial dan gaya hidup dapat menyebabkan penurunan dalam keinginan untuk
memiliki banyak anak.
4. Urbanisasi: Urbanisasi sering kali terkait dengan penurunan tingkat fertilitas karena
perubahan dalam struktur sosial dan ekonomi, serta akses yang lebih baik terhadap layanan
kesehatan dan pendidikan.
Mengatasi tingkat mortalitas dan fertilitas yang tinggi memerlukan pendekatan yang holistik
dan terkoordinasi dari berbagai sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sosial.
Berikut adalah beberapa pendapat dan solusi yang dapat dipertimbangkan:
Solusi-solusi ini tidak hanya memerlukan dukungan dari pemerintah, tetapi juga kerja sama
antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dalam mengurangi tingkat mortalitas dan fertilitas yang
tinggi.