Anda di halaman 1dari 18

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

Ilmu Sosial Budaya Dasar

Sosial Budaya Dasar Pada KB/KR Dan Kesehatan


Reproduksi

FKK Prodi D3 Kebidanan – Yati Isnaini Safitri, SST – 2021

1
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

Kemampuan Akhir Yang Direncanakan:

Mahasiswa Mampu mengidentifikasi sosial budaya dasar pada


KB/KR dan kesehatan reproduksi
Indikator:
Mahasiswa Mampu menjelaskan sosial budaya dasar pada KB/KR
dan kesehatan reproduksi

2
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

Pokok Bahasan:

Mengidentifikasi sosial budaya dasar pada KB/KR dan kesehatan


reproduksi
1. Aspek social budaya tentang KB
2. Adat istiadat tentang KB
3. Adat istiadat dalam menjaga kesehatan reproduksi
4. Perilaku budaya yang mempengaruhi kesehatan KB
5. Perilaku budaya yang mempengaruhi keberhasilan program KB

3
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

Aspek social budaya tentang KB

Apa Itu Keluarga Berencana(KB)


 Pencanangan program keluarga berencana(KB) pertama kali di
canangkan pada tahun 1970 dengan dibentuknya suatu badan
yang mempunyai tugas mensukseskan program tersebut. Badan
tersebut adalah badan koordinasi keluarga berencana Nasional
(BKKBN).
 Program keluarga berencana merupakan sarana untuk
menurunkan tingkat fertilitas, salah satunya melalui pemakaian
alat kontrasepsi. Dengan pemakaian alat kotrasepsi ini
diharapkan akan dapat mengatur jumlah anak yang diinginkan.
(Rusli Chaniago, 2000)
4
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

Pemerintah melalui BKKBN menyarankan penggunaan alat


kontrasepsi untuk mengontrol memiliki anak. Alat kontrasepsi
yang digunakan dalam program keluarga berencana adalah:
1. Cara mekanik kontrasepsi intra unterine devince/ spiral
kondom.
2. Cara kimiawi pil KB, suntik
Target atau sasaran dalam program keluarga berencana adalah
pasangan usia subur yaitu pasangan usia 15-49 tahun, kemudian
anggota masyarakat, institusi dan wilayah.

5
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

 Kendala ikut kontrasepsi terlebih terjadi pada masyarakat yang


masih menjunjung tinggi budaya patriarki (Andini, 2012).
 Budaya patriarki banyak terjadi di Indonesia yang memberikan
posisi dan kekuasaan yang dominan terhadap laki-laki
dibandingkan perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial
budaya, ekonomi (Tedjo, 2009).

6
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

 Masalah kepesertaan kontrasepsi dapat merupakan


keputusan yang sulit bagi istri yang tinggal dengan
kebudayaan patriarki, hal ini karena adanya ikut andil suami
dalam keputusan berkontrasepsi.
Masalah lainnya yaitu :
kurangnya pemahaman istri mengenai informasi KB yang
didapatkan dari PLKB, kader, maupun petugas kesehatan di
wilayah setempat

7
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

Adat istiadat tentang KB

Faktor budaya merupakan tantangan tersendiri bagi perkembangan program


Keluarga Berencana (KB) karena sulit dihapus di tengah-tengah masyarakat.
Biasanya kalau belum ada anak laki-laki, pasangan rumah tangga tidak akan
berhenti memiliki anak.
Di Padang, kalau belum punya anak perempuan juga belum akan berhenti, padahal
anak laki-laki dan perempuan itu sama saja
Pasangan yang memiliki lebih dari tiga anak pada umumnya berasal dari keluarga
tidak mampu, dan setelah dikaji kondisi itu disebabkan berbagai alasan, seperti :
1. Takut menjadi peserta KB karena biaya yang mahal,
2. Adanya anggapan bahwa anak adalah aset untuk membantu perekonomian
keluarga
3. Pendidikan yang rendah.

8
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

Adat istiadat dalam menjaga kesehatan


reproduksi
 Tingginya kematian ibu dan bayi, bisa dicegah salah satunya
dengan kemudahan perempuan mengakses informasi tentang
kesehatan reproduksi.
 Perempuan yang punya pengetahuan cukup bisa melakukan
tindakan yang tepat untuk memelihara dan menjaga
kesehatan reproduksinya, Semakin banyak masalah yang ada
tentang kesehatan reproduksi, maka pemberian informasi
sangat penting, dengan informasi yang benar dan akurat
 Perempuan akan mempunyai pemahaman serta kesadaran
untuk menjadi sehat dalam fungsi dan proses reproduksi.
9
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

• Permasalahan yang dihadapi perempuan pedesaan berbeda dengan


yang berada di perkotaan dalam mengakses informasi kesehatan
reproduksi, hal ini dipengaruhi faktor geografis, patriarkis dan
budaya hal tersebut mempengaruhi desiminasi dan aksesibilitas
informasi kesehatan reproduksi dan yang paling tidak memadai
adalah saluran informasi dari pemerintah yang sangat terbatas.
• Masalah lain yang terjadi pada perempuan pedesaan adalah
pendidikan, akses ke media massa, akses ke pelayanan umum yang
ada di desa dan perlindungan kesehatan yang tidak cukup untuk
perempuan dalam mencapai hak reproduksinya.

10
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

• Permasalahan pendidikan dan rendahnya akses ke media


massa menjadi hambatan para perempuan di pedesaan untuk
mencari tahu berbagai informasi terutama yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksinya.
• Padahal berbagai macam penyakit yang berhubungan dengan
organ reproduksi mulai dari penyakit kelamin; sipilis, gonorhu,
polip, tumor, kanker, keputihan dan lainnya hingga penyakit
HIV/AIDS sangat rentan bisa saja mengenai mereka

11
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

 Pengetahuan tentang organ reproduksi sangat penting tidak


saja bagi para ibu yang telah menikah melainkan juga bagi
para remaja. Terlebih di pedesaan remaja perempuan rata-
rata menikah di usia muda.
 Pengetahuan tentang penyakitpenyakit dan pencegahan yang
berhubungan dengan proses dan organ reproduksi perlu
didapatkan melalui saluran informasi yang mudah dan cukup
untuk kebutuhan mereka

12
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

Perilaku budaya yang mempengaruhi kesehatan


KB
Beberapa faktor yang menghambat penggunaan alat kontrasepsi
adalah :
1. Faktor sosial budaya,
2. Adat istiadat,
3. Agama,
4. Pilihan jenis kelamin,
5. Pandangan nilai anak,
6. Pendidikan yang rendah, serta
7. Ekonomi.

13
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

1. Faktor sosial budaya


Tidak dapat kita hindari bahwasanya faktor sosial budaya memegang peranan
penting dalam perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat untuk tidak
menggunakan alatkontrasepsi ternyata dipengarui oleh adat istiadat dan atau
kepercayaan dalam budaya tertentu. Misalkan saja:
1) Senang banyak anak sebagai aset.
2) Mengawinkan anak pada usia muda untuk memperoleh keturunan
3) Kurangnya pendidikan
4) Ekonomi yang sulit(tidak punya uang)
5) Pilihan jenis kelamin(laki/perempuan)
Contoh pada masyarakat bugis, harus ada anak perempuan, sehingga jika
belum memiliki anak perempuan,mereka mencoba terus memiliki anak sampai
mendapatkan anak perempuan.

14
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

2. Agama.
Berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi, terdapat
kelompok masyarakat agama yang menerima dan menolak
program tersebut

15
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

Perilaku budaya yang mempengaruhi keberhasilan


program KB
Penggunaan alat kontrasepsi pada masyarakat tidak hanya ditentukan
oleh faktor kesehatan itu sendiri, akan tetapi terdapat faktor lain seperti
sosial budaya, serta program KB itu sendiri.
1. Faktor Sosial Budaya
Faktor pertama yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat
kontrasepsi adalah faktor sosial budaya, aspek sosial budaya yang
mempengaruhi adalah:
1) Alasan pribadi , misalnya kurang dari 20th, atau lebih dari 35 th.
2) Ingin menjarangkan kehamilan
3) Ingin membatasi anak
4) Pendidikan meningkat

16
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

2. Faktor kesehatan
Faktor kedua yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat
kontrasepsi adalah faktor kesehatan. Alasan kesehatan yang
mempengaruhi adalah :
Terlalu sering hamil tidak baik untuk kesehatan ibu.
3. Faktor Program KB
Faktor ketiga yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat
kontrasepsi adalah faktor program KB itu sendiri, aspek program yang
mempengaruhi adalah : Pemahaman masyarakat yang baik akan
program KB
4. Kemudahan untuk memperoleh
5. Jarak rumah mereka dengan lembaga yang bertanggungjawab
terhadap program.
17
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil’alamin

TERIMA KASIH

18

Anda mungkin juga menyukai