Anda di halaman 1dari 48

1

2010

KB_Keluarga Bahagia ^_^v

LBM 2 MODUL KB DAN KEPENDUDUKAN


Banyak Anak Banyak Rejeki

STEP 1
1. CPR (Contraceptive Prevalence Rate): presentasi dari
pasangan yg menikah dalam usia subur yg memakai alat
kontrasepsi.
2. TFR (Total Fertility Rate): jumlah keseluruhan kelahiran hidup
tiap 1000 penduduk hingga akhir masa reproduksinya;
tergantung
dari
usia
subur
ibu
(15-49 tahun).
3. SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia): salah
satu survey kependudukan yang dilakukan secara berkala,
biasanya dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik).
4. Bom kependudukan: ledakan penduduk; peningkatan jumlah
penduduk yang sangat banyak dalam waktu yg singkat,
dilihat dari rata2 penambahan jumlah penduduk.
5. Fertilitas: kelahiran hidup / terlepasnya dari rahim seorang
perempuan dengan adanya tanda2 kehidupan.

STEP 2:
1. Apa saja dampak dari ledakan penduduk?
2. Bagaimana cara mengatasi ledakan penduduk?
3. Apa saja indicator keberhasilan dari program/cara dalam
mengatasi ledakan penduduk?
4. Apa saja faktor-faktor yg mempengaruhi (meningkatkan dan
menghambat) fertilitas?
5. Bagaimana program dan peran dari KB? (Sasaran, dll)
6. Apa kendala dari program KB dalam mengatasi ledakan
penduduk?
2

7. Adakah
faktor
sosiokultural
yang
mempengaruhi
penggunaan alat kontrasepsi?
8. Apa saja faktor yang mempengaruhi CPR?
9. Apa
saja
yang
termasuk
kedalam
11
prioritas
pembangunan? Dan kendalanya?
10.
Rumus-rumus menghitung fertilitas?
11.
Dari mana mendapatkan sumber data fertilitas?
12.
Apa saja tahapan kualitas keluarga?

STEP 3
1. Apa saja dampak dari ledakan penduduk?
Meningkatnya jumlah kriminalitas karena lapangan
kerja sedikit
Taraf kehidupan menurun masyarakat kurang
sejahtera, pendidikan kurang
Persaingan hidup tinggi Sumber daya semakin sedikit
Peningkatan penangguran oleh karena lapangan
pekerjaan yang semakin sedikit, dan juga skill mereka
yang kurang terasah.
Terjadi kepadatan dan banyaknya tempat2 kumuh

Dampaknya tidak selalu negatif:


- Tergantung dari kemajuan suatu negara. Semakin maju
suatu negara semakin bisa mengatasi dampak dari
ledakan penduduk: punya asset , teknologi lebih maju,
pelayanan kesehatan lebih baik. Hampir tidak ada
ledakan
penduduk
(seimbang
antara
angka
mortalitas dan fertilitas)
Biasanya yang mengalami ledakan penduduk adalah
negara berkembang.
2. Bagaimana cara mengatasi ledakan penduduk?
3

a. Mengatasi ledakan penduduk dengan mengatasi


peningkatan fertilitas, dengan cara:
1) program KB,
2) meningkatkan SDM (lewat pendidikan semakin
banyak yg berpendidikan tinggi menunda umur
perkawinan, dengan penyuluhan2 ),
b. mengatasi perpindahan penduduk dari luar ke dalam
negeri

- mengatasi
dampak
ledakan
penduduk
dengan
pemerataan
penyebaran penduduk /kepadatan
penduduk:
a. migrasi (mobilisasi penduduk, perbanyak lapangan
pekerjaan)
b. meningkatkan sumber daya alam meningkatkan
produksi
makanan

untuk
menyeimbangkan
kebutuhan pangan (menimbang dari ekonomi negara
sendiri).
3. Apa saja indicator keberhasilan dari program/cara dalam
mengatasi ledakan penduduk?
a. Meningkatnya jumlah peserta yang menggunakan KB
b. Menurunnya laju pertumbuhan penduduk
c. Meningkatnya angka harapan hidup saat lahir
hubungannya dengan sasaran KB (rata2 usia kawin diatas
21 tahun)
4. Apa saja faktor-faktor yg mempengaruhi (meningkatkan dan
menghambat) fertilitas?
Usia kawin, pemakaian kontrasepsi, adanya aborsi,
kemandulan, frekuensi hubungan seksual.
- Meningkatkan:
a. Banyak anak banyak rejeki (sosiokultural)
4

b. Pengetahuan yang kurang (menikah usia muda)


c. Adanya program Jampersal
- Menghambat:
a. Wabah
b. Bencana
c. Program KB
d. Program pemerintah tunjangan hanya untuk 2 anak
bagi pegawai
Faktor demografi dan nondemografi?
5. Bagaimana program dan peran dari KB dalam mengatasi
ledakan penduduk? (Sasaran, dll)
Program:
a. Menunda perkawinan sampai usia 20 tahun
b. Menjarang kelahiran dan dianjurkan menganut sistem
warga : pancawarga, caturwarga.
c. Mengakhiri kesuburan pada usia 30-35 tahun.

VISI:
Keluarga berkualitas 2015 : Suatu keluarga sejahtera,
mandiri, yg memiliki jumlah anak ideal, berwawasan,
bertanggungjawab.
MISI:
a. Memberdayakan keluarga kecil yg berkualitas
b. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan reproduksi
c. Meningkatkan
promosi dan
perlindungan hak-hak
reproduksi
d. Mempersiapkan SDM berkualitas dari mulai kehamilan
sampai lanjut usia.
e. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan guna
mewujudkan kesetaraan gender melalui program KB
6. Apa kendala dari program KB dalam mengatasi ledakan
penduduk?
5

a. Dari pemerintah: fasilitas belum terpenuhi (educator


kurang,
fasilitas
kurang),
daerah
capaian
yang
jauh/medan yang sulit, sarana dan prasarana kurang
memadai.
b. Penduduk: kurang kesadaran, rasa takut
7. Adakah faktor sosiokultural dan pandangan agama Islam
yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi?
- Faktor sosiokultural: beberapa daerah melarang KB, ada
juga yang melarang punya anak.
- Agama Islam: melarang sterilisasi, vasektomi, tubektomi
(merubah bentuk ciptaan Allah) ,
Ada pemikiran bahwa tidak boleh membatasi anak
(karunia Allah).
Faktor perkembangan zaman (fase 1- fase 4):
8. Apa saja faktor yang mempengaruhi CPR?
a. Pengetahuan masyarakat
b. Kurangnya edukasi/penyuluhan tentang alat kontrasepsi
c. Sosiokultural
d. Agama
e. Dukungan keluarga, terutama suami.
9. Apa
saja
yang
termasuk
kedalam
11
pembangunan? Dan kendalanya?
a.
10.
Rumus-rumus menghitung fertilitas?
a. CBR (angka kelahiran kasar)
b. ASFRi (Angka kelahiran berdasarkan umur)
c. TFR (angka kelahiran total)
d. GFR (General Fertility Rate)
11.
12.

Dari mana mendapatkan sumber data fertilitas?


Apa saja tahapan kualitas keluarga? 3+

STEP 4
MAPPING
6

prioritas

STEP 7
1. Apa saja dampak dari ledakan penduduk?
Berikut ini adalah beberapa dampak yang timbul akibat
ledakan penduduk :
Persaingan lapangan pekerjaan
Di negara yang memiliki pertumbuhan penduduk tinggi
akan semakin banyak orang yang memperebutan
lapangan pekerjaan. Diperkirakan harus diciptakan 30 juta
lapangan pekerjaan baru setiap tahunnya jika setiap
orang yang menginjak usia kerja harus memiliki
pekerjaan.
Persaingan untuk mendapat pemukiman
Persaingan untuk mendapat permukiman yang layak.
Persaingan ini terutama terjadi di daerah perkotaan yang
padat, tapi tidak ada perumahan yang memadai. Dikota
seperti ini, sering kita jumpai permukiman kumuh.
Kesempatan pendidikan
Dengan makin banyaknya bayi yang lahir setip tahunnya,
tentu makin banyaknya diperlukan fasilitas sekolah dan
guru yang memadai. Negara miskin, mungkin tidak bisa
memenuhi fasilitas pendidikan. Sebagai hasilnya, tidak
setiap anak memiliki kesempatan untuk bersekolah dan
mendapatkan pendidikan yang memadai.

Akibat ledakan penduduk menimbulkan berbagai masalah


antara lain sebagai berikut.
a. Jumlah penduduk sangat banyak, yaitu nomor empat di
dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
b. Pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan
tingginya angka pengangguran.
c. Persebaran
penduduk
tidak
merata.
Penduduk
Indonesia tahun 2004 sejumlah 206.246.595 jiwa, 64%
di antaranya tinggal di Pulau Jawa.
d. Komposisi penduduk kurang menguntungkan karena
banyaknya penduduk usia muda yang belum produktif
sehingga beban ketergantungan tinggi.
e. Arus urbanisasi tinggi, sebab kota lebih banyak
menyediakan lapangan kerja.
f. Menurunnya kualitas dan tingkat kesejahteraan
penduduk. Demikian pula permasalahan lingkungan
hidup sangat luas, misalnya merosotnya kuantitas dan
kualitas sumber alam, tercemarnya lingkungan fisik,
dan timbulnya dampak negatif pembangunan terhadap
lingkungan sosial.

2. Bagaimana cara mengatasi ledakan penduduk?


Pengendalian peledakan penduduk
peledakan penduduk bisa menimbulkan dampak, maka
tiap
negara
memikirkan
untuk
mengendalikan
pertumbuhan penduduk. setiap negara memiliki
kebijakan sendiri mengenai hal itu, dua diantarannya
adalah :
insentif dan sanksi
Insentif akan diberikan pada pasangan dengan sedikit
anak. Sementara, pasangan yang memiliki banyak anak
akan diberi sanksi. Misalnya harus membayar pajak
lebih besar.
Cina merupakan salah satu contoh negara yang
menerapkan metode insentif dan sanksi. Seperti kita
ketahui bahwa cina memiliki penduduk yang beser.
9

Tercatat dari hasil sensusu tahun 2000, jumlah


penduduknya 1,3 M. Penduduk cina kurang lebih 22
%dari total penduduk dunia. sejak tahun 1979,
pemerintah cina mengkampanyekan kebijakan "satu
anak tiap pasangan". Setiap pasangan dicina hanya
diperbolehkan memiliki satu anak. Jika pasangan
memiliki lebih dari satu anak, tanpa, ijin dari
pemerintah, dianggap ilegal.
Pendidikan tentang keluarga berencana
Di beberapa negara pasangan suami-istri diajari
beberapa cara untuk mengendalikan jumlah anak.
Sebagian contoh, dibangladesh lebih dari 24.000 wanita
setiap tahunnya dikirim ke daerah perkotaan untuk
diajak dan diberikan penyuluhan tentang keluarga
berencana. dengan penyuluhan ini diharapkan mereka
bisa mengatur jumlah anak.

Menurut Kuswanto dan Bintarto beberapa


untuk mengatasi permasalahan akibat
penduduk antara lain sebagai berikut.

10

usaha
ledakan

a. Perencanaan, pengaturan, dan pembatasan kelahiran


(dengan KB) untuk menekan jumlah penduduk.
b. Menyelenggarakan
pendidikan
kependudukan
dan
lingkungan hidup yang baik melalui sekolah, kursus-kursus,
dan perkumpulan lainnya untuk menampung tenaga kerja.
c. Meratakan persebaran penduduk dengan mengadakan
transmigrasi dan melaksanakan pembangunan desa untuk
membendung arus urbanisasi dan terkonsentrasinya
penduduk di suatu daerah.
d. Memperluas kesempatan kerja, meningkatkan fasilitas
pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi, dan
perumahan.
e. Perluasan industrialisasi, baik ringan maupun berat.
f. Perencanaan
penggunaan
tanah
untuk
pertanian,
pembangunan,
dan
permukiman
dengan
tetap
memperhatikan kelestariannya supaya tidak merugikan
kehidupan manusia di sekitarnya.
g. Intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian agar produksi
pangan dan produksi hasil pertanian lainnya meningkat.
h. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bersahabat dengan lingkungan untuk meningkatkan mutu
kehidupan manusia.
3. Apa saja indicator keberhasilan dari program/cara dalam
mengatasi ledakan penduduk?

http://www.depkes.go.id/downloads/profil/luwu_timur_200
6.pdf
Pencapaian peserta KB aktif merupakan indikator
keberhasilan program KB. Pasangan Usia Subur (PUS) yang
dapat dibina memakai alat kontrasepsi secara terus menerus
dinamakan peserta
KB aktif. Usaha yang dilakukan untuk
11

meningkatkan peserta KB
aktif adalah melalui 'kegiatan
pembinaan agar peserta KB tetap memakai alat kontrasepsi.
Upaya mendukung kelestarian peserta KB juga dilaksanakan
dengan memberikan motivasi agar mereka bersedia memakai
alat kontrasepsi yang lebih efektif dan mempunyai tingkat
kelangsungan lebih tinggi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia (Permenkes RI) No. 741/Menkes/Per/VII/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota, indikator keberhasilan KB dapat dilihat
dari cakupan peserta KB aktif sebesar 70% dari jumlah
PUS.

http://repository.fisipuntirta.ac.id/48/1/SKRIPSI_PEPY_NOVIA_HIDAYAH_060381.p
df

Angka harapan hidup saat lahir adalah rata rata hidup yang
akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada tahun tertentu.
Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk
pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada
12

khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah


harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan
program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan,
kecukupan gisi dan kalori termasuk program pemberantasan
kemiskinan.
Tingginya angka harapan hidup mencerminkan
kesehjahteraan, kondisi lingkungan dan kualitas hidup di suatu
daerah yang pula, sebaliknya angka harapan hidup yang rendah
mencerminkan keadaan kesehjahteraan yang rendah pula. Selain
itu, angka harapan hidup juga digunakan sebagai acuan dalam
menerapkan program-program pembangunan sehingga programprogram tersebut berhasil dan berdaya guna.

http://books.google.co.id/books?
id=Q_b3NEzAJKcC&pg=PA50&lpg=PA50&dq=angka+harapan+hi
dup+tinggi+ledakan+penduduk&source=bl&ots=WhvlueoNgf&si
g=v2E2lqfxCELdeNdYwEetSPiSKo&hl=en&sa=X&ei=1JJ4UdroHcvyrQfT8IC4Dg&redir_esc=y#v=
onepage&q=angka%20harapan%20hidup%20tinggi%20ledakan
%20penduduk&f=false

13

4. Apa saja faktor-faktor yg mempengaruhi (meningkatkan dan


menghambat) fertilitas?
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertalitas
penduduk:
a. Faktor demografi, antara lain adalah:
Struktur umur
Struktur perkawinan
Umur kawin pertama
Paritas
Disrupsi perkawinan
Proporsi yang kawin
b. Faktor non demografi, antara lain adalah:
Keadaan ekonomi penduduk
Perbaikan status perempuan
Tingkat pendidikan
Urbanisasi dan industrialisasi.
Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas
Menurut Ida Bagoes Mantra (2004), terdapat
sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi fertilitas
yang dibedakan atas faktor-faktor demografi dan faktorfaktor non demografi. Faktor-faktor demografi antara
lain: struktur atau komposisi umur, status perkawinan,
umur kawin pertama, keperidian atau fekunditas, dan
proporsi penduduk yang kawin. Faktor-faktor non
demografi antaranya keadaan ekonomi penduduk,
tingkat pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi
dan industrialisasi. Faktor-faktor tersebut dapat
berpengaruh secara langsung ataupun tidak langsung
terhadap fertilitas.

14

Davis dan blake (1956 dalam Ida Bagoes


Mantra,2004) memperinci pengaruh faktor sosial
melalui 11 variable antara yang dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Variable-variabel yang mempengaruhi hubungan
kelamin
Umur memulai hubungan kelamin (kawin)
Selibat permanen, yaitu proporsi perempuan yang
tidak pernah mengadakan hubungan kelamin
Lamanya masa reproduksi yang hilang karena
perceraian, perpisahan atau ditinggal pergi oleh
suami, dan suami meninggal dunia.
Abstinensi sukarela
Abstinensi karena terpaksa (impotensi, sakit,
berpisah sementara yang tidak dapat dihindari.
Frekuensi hubungna seks.
b. Variabel-variabel yang mempengaruhi kemungkinan
konsepsi
Kesuburan dan kemandulan yang disengaja
Menggunakan atau tidak menggunakan alat
kontrasepsi.(cara kimiawi dan cara mekanis atau
cara-cara lain (seperti metoda ritma dan
senggama terputus))
Kesuburan atau kemandulan yang disengaja.
c. Variable-variabel yang mempengaruhi selama
kehamilan dan kelahiran dengan
Kematian janin karena faktor-faktor yang tidak
disengaja
Kematian janin karena faktor-faktor yang disengaja
Variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan
akibat positif (+) dan negatif (-) terhadap fertilitas.
Akibat yang ditimbulkan variabel tersebut berbedabeda
antara
masyarakat
yang
satu
dengan
lainnya.Misal pada suatu masyarakat, variabel 1
15

memiliki akibat positif karena pada daerah tersebut


usia kawin mudanya tergolong rendah, pada daerah
lain yang memiliki tingkat usia kawin muda tinggi, hal
ini akan menimbulkan akibat negatif.
POLA FERTILITAS
Pola Fertilitas menurut umur
Angka kelahiran (yaitu fertilitas, dan bukan
fekunditas) dimulai dari nol kira-kira pada umur 15
tahun, kemudian memuncak pada umur mendekati 30
tahun, sesudah itu menurun sampai nol lagi kira-kira
pada umur 49 tahun. Puncak umur yang sebenarnya
maupun angka penurunan sesudah puncak tersebut
untuk masing-masing penduduk maupun di dalam
lingkungan penduduk itu sendiri ternyata berbeda.
Perbedaan itu tergantung dari kebiasaan perkawinan,
sterilitas, praktik keluarga berencana, maupun faktorfaktor lain. Walaupun demikian perbedaan fertilitas itu
lebih sering terjadi di dalam tingkat kurva ini, dan
bukan dalam bentuk umum yang senantiasa konstan
untuk setiap penduduk maupun dari waktu ke waktu.
Pola Fertilitas Menurut Perkawinan
Semua ukuran fertilitas yang telah diuraikan dapat
memberikan hasil perhitungan yang menyesatkan
apabila angka perkawinan ternyata abnormal. Apabila
karena beberapa alasan tertentu. Perkawinan untuk
sementara waktu tertunda, dan kemudian disebabkan
karena banyak fertilitas terjadi lebih awal di dalam
perkawinan, maka jumlah kelahiran akan menurun,
yang kemudian diikuti pula dengan kenaikan yang
merupakan kompensasi dengan syarat bahwa fertilitas
perkawinan total tetap konstan. Demikian pula apabila
perkawinan secara temporer malah agak dipercepat,
16

jumlah kelahiran akan meningkat, yang kemudian


menurun lagi. fluktuasi jangka pendek yang disebabkan
oleh perkawinan ini hendaknya dapat disingkirkan
dengan meneliti fertilitas perkawinan, dan bukan
fertilitas semua wanita. Di kebanyakan negara lebih
dari 90% kelahiran terjadi sebagai hasil ikatan
perkawinan dan sisanya dapat dihitung secara terpisah.
Salah satu pola fertilitas yang umum ialah lamanya
angka fertilitas yang menunjukkan jumlah kelahiran
oleh 1000 wanita selama 0, 1, 2, ...dst tahun sesudah
perkawinan. Pola tersebut dapat di hiting dengan cara
membagi kelahiran oleh ibu dari pada lamanya
perkawinan X dengan jumlah perkawinan X perkawinan
X rahun sebelumnya untuk nilai X = 0,1, 2, ..., dst.
Pola Fertilitas Khusus Menurut Paritas
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan
program keluarga berencana yang semakin pesat telah
cenderung
menyebabkan
perhatian
semakin
ditunjukkan ke arah pembentukan jumlah keluarga
yang terakhir. Gangguan ekonomi dan soosial memang
dapat mempengaruhi kelahiran selama satu jangka
waktu tertentu, tetapi bagaimanapun jumlah keluarga
yang dikehendaki akhirnya akan dapat dicapai, dan
bahwa penduduk akan mengarah kepada frekuensi
distribusi tertentu menurut besarnya keluarga. Jumlah
kelahiran pertama, kedua, ketiga dan seterusnya per
1000 wanita yang berumur 15-49 tahun.
Sumber Pustaka:
A.H. Polard.1984.Demografi Teknik.Bina Aksara:Jakarta
Ida Bagoes Mantra.1956.Demografi Umum.Pustaka
Pelajar:Yogyakarta
_____.2011.Fertilitas
Penduduk.
diunduh
dari
http://widyaastuti17

agrittude.blogspot.com/2011/11/fertilitaspenduduk.htmldiakses pada tanggal 16 Juli 2012


5. Bagaimana program dan peran dari KB dalam mengatasi
ledakan penduduk? (Sasaran, dll)
Program KB adalah suatu program yang dimaksudkan
untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam
mencapai tujuan reproduksi, mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan
berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat
pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah
diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan,
meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, edukasi,
konseling dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan
tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan meningkatkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penjarangan
kehamilan (BKKBN, 2006).
Paradigma baru KB Nasional (KBN) telah diubah visinya
dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan
Keluarga Berkualitas Tahun 2015. Keluarga yang
berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki anak yang ideal, berwawasan ke depan,
bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa (Saifuddin, 2006).
Paradigma baru program KB ini, menekankan
pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi,
sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas
keluarga.
Visi tersebut dijabarkan ke dalam 6 (enam) misi, yaitu:
a. Memberdayakan masyarakat untuk membangun
keluarga kecil berkualitas
b. Menggalang
kemitraan
dalam
peningkatan
kesejahteraan,
kemandirian,
dan
ketahanan
keluarga.
18

c. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan


reproduksi.
d. Meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya
mewujudkan hak-hak reproduksi.
e. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan
untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender
melalui program KB
f. Mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan
dalam kandungan sampai dengan usia lanjut
(Saifuddin, 2006).
KB bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara mengatur kelahiran anak agar diperoleh
suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 1998).
Adapun manfaat dari program KB (Mochtar,1998)
adalah :
a. Untuk kepentingan orang tua
Orang tua (ayah dan ibu) yang paling bertanggung
jawab atas keselamatan dirinya dan keluarganya
(anak-anak), karena itu orang tua haruslah sadar
akan batas-batas kemampuannya selama masa
baktinya dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya
sampai menjadi orang yang berguna. Walaupun
manusia dapat mengharapkan pertolongan dan
rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa, namun mereka
sebagai makhluk insan diberi akal, ilmu dan pikiran
sehat, karena itu mereka wajib memakai akal, ilmu
dan pikiran sehat tersebut untuk mendapatkan jalan
dan hidup yang sehat pula supaya jangan berbuat
lebih dari kemampuan yang ada. Terciptalah
keselamatan keluarga dan terbentuklah keluarga
yang bahagia.
b. Untuk kepentingan anak-anak
19

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan yang harus


dijunjung tinggi sebagai
pemberian yang tidak
ternilai harganya. Mengatur kelahiran merupakan
salah satu
cara dalam menghargai kepentingan
anak. Orang tua mempunyai persiapan yang matang
agar dapat memberikan kehidupan yang baik kepada
anak-anaknya agar mereka kelak menjadi anggota
masyarakat yang berguna bagi orang tua dan
bangsa.
c. Untuk kepentingan masyarakat
Keluarga merupakan kumpulan terpadu dari satu
komunitas
atau
masyarakat.
Kepentingan
masyarakat meminta agar setiap orang tua sebagai
kepala keluarga memelihara dengan baik keluarga
dan
anak-anaknya
agar
dapat
membantu
terlaksananya kesejahteraan seluruh komunitas
sehingga secara makro telah ikut memelihara
keseimbangan
penduduk
dan
pelaksanaan
pembangunan nasional. Tanpa bantuan kesungguhan
keluarga-keluarga dalam menekan pertambahan
penduduk dengan cepat, pembangunan tidak akan
berarti. Orang tua yang menentukan jumlah anak
yang
ingin
mereka
miliki
sesuai
dengan
kemampuannya dan tidak melupakan tanggung
jawab terhadap anak-anak yang telah dilahirkan,
tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara di
mana mereka hidup dan berbakti (Mochtar, 1998).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2197
7/3/Chapter%20II.pdf
Adapun yang menjadi sasaran gerakan KB adalah
(1) Pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan suami
istri yang hidup bersama dimana istrinya berusia
15-45 tahun yang harus dimotivasi terus-menerus,

20

(2) Non PUS yaitu anak sekolah, orang yang belum


menikah, pasangan di atas 45 tahun, tokoh
masyarakat,
(3) Institusional yaitu berbagai organisasi, lembaga
masyarakat, pemerintah dan swasta.
Dalam operasionalnya program Keluarga Berencana
Nasional dapat dirumuskan dalam suatu strategi
yang dinamakan dengan Pancakarya, yaitu :
a. Mendorong pasangan usia subur (PUS) yaitu
istri yang belum berusia 30 tahun dan anaknya
baru satu orang agar merasa cukup memiliki 2
orang anak saja.
b. Membantu PUS yang berusia lebih dari 30 tahun
dan anaknya lebih dari tiga orang agar tidak
menambah anak lagi..
c. Mengarahkan generasi muda untuk menghayati
dan menerapkan Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS).
d. Memperkuat proses pelembagaan keluarga
berencana
dalam
masyarakat
sehingga
pelayanan keluarga berencana bukan hanya
tugas pemerintah, akan tetapi dari dan untuk
masyarakat sendiri.
e. Memperkuat proses pelembagaan dengan
dukungan psikologis, sehingga setiap insan
mengadopsi NKKBS dan ber KB atas kemauan
sendiri.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2058
1/4/Chapter%20II.pdf
Sasaran Strategis (2010-2014)
Untuk mencapai penurunan laju pertumbuhan
penduduk menjadi 1,1 persen, Total Fertility Rate
(TFR) menjadi 2,1 dan NRR = 1, maka sasaran yang

21

harus dicapai pada tahun 2014 adalah sebagai


berikut:
1) Meningkatnya CPR (cara modern) dari 57,4
persen (SDKI 2007) menjadi 65 persen.
2) Menurunnya kebutuhan ber-KB tidak terlayani
(unmet need) dari 9,1 persen (SDKI 2007)
menjadi sekitar 5 persen dari jumlah pasangan
usia subur.
3) Meningkatnya usia kawin pertama perempuan
dari 19,8 tahun (SDKI 2007) menjadi sekitar 21
tahun.
4) Menurunnya ASFR 15-19 tahun dari 35 (SDKI
2007) menjadi 30 per seribu perempuan.
5) Menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan
dari 19,7 persen (SDKI 2007) menjadi sekita 15
persen.
6) Meningkatnya peserta KB Baru pria dari 3,6
persen menjadi sekitar 5 persen;
7) Meningkatnya kesertaan ber-KB pasangan usia
subur (PUS) pra S dan KS1 anggota kelompok
usaha ekonomi produktif dari 80 persen menjadi
82 persen dan pembinaan keluarga menjadi
sekitar 70 persen.
8) Meningkatnya
partisipasi
keluarga
yang
mempunyai anak dan remaja dalam kegiatan
pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang
anak melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga
Balita (BKB) dari 3,2 juta menjadi 5,5 juta
keluarga balita dan Bina Keluarga Anak dan
Remaja (BKR) dari 1,5 juta menjadi 2,7 juta
keluarga remaja.
9) Menurunnya disparitas TFR, CPR, dan unmet
need antar wilayah dan antar sosial ekonomi
(tingkat pendidikan dan ekonomi).

22

10) Meningkatnya
keserasian
kebijakan
pengendalian penduduk dengan pembangunan
lainnya.
11) Terbentuknya BKKBD di 435 kabupaten dan
kota.
12) Meningkatnya
jumlah
klinik
KB
yang
memberikan
pelayanan
KB
sesuai
SOP
(informed consent) dari 20 persen menjadi 85
persen.
http://www.bkkbn.go.id/materi/Documents/Materi%20Rakernas
%202012/Narasi_arah%20kebijakan%20dan%20strategi
%202013.pdf

6. Apa kendala dari program KB dalam mengatasi ledakan


penduduk?
Menurut Edward III terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu pelaksanaan
kebijakan, yaitu: sumber daya, komunikasi, birokrasi, dan
disposisi.

23

http://repository.fisipuntirta.ac.id/48/1/SKRIPSI_PEPY_NOVIA_HIDAYAH_060381.pdf

24

25

26

http://books.google.co.id/books?
id=ae7qLHtmcW4C&pg=PA123&lpg=PA123&dq=kendala+pr
ogram+keluarga+berencana&source=bl&ots=Oq81BqxKcz&
sig=Zq2fL7NGm0GjqnFK2RuJn9WihKI&hl=en&sa=X&ei=1J54
UazvK8LWrQfQz4DAAg&redir_esc=y#v=onepage&q=kendal
a%20program%20keluarga%20berencana&f=false
Kendala pelaksanaan program KB-Kesehatan Reproduksi (KBKR), antara
27

lain masih adanya pemahaman tentang KB yang sempit,


baik di kalangan masyarakat maupun para tokoh agama,
dan tokoh masyarakat. Demikian pula pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkaitan dengan pemeriksaan kehamilan
dan pelayanan Intra Uterine Device (IUD) yang masih
dianggap tabu karena harus membuka aurat (BKKBN, 2007).
Selain itu, masih ada persepsi bahwa kematian ibu
melahirkan adalah mati
sahid dan banyak anak akan membawa rezeki. Kendala
lainnya, masih adanya anggapan atau pengetahuan dari
para tokoh agama bahwa program KB hanya untuk
membatasi jumlah anak atau kelahiran saja, dan belum
memahami manfaat program KB dalam kesehatan (Siregar,
2003).
Masyarakat selama ini masih belum mendapatkan pelayanan
program KB yang utuh. Selama ini banyak orang yang tidak
mengetahui atau memilih kenapa dirinya memilih jenis
kontrasepsi tertentu. Kebanyakan pilihan itu, karena
tetangga atau memang hanya mengetahui satu jenis
kontrasepsi saja.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25922/5/Cha
pter%20I.pdf
7. Adakah faktor sosiokultural dan pandangan agama Islam
yang
mempengaruhi
penggunaan
alat
kontrasepsi?
Perbedaan sosiokultural antar suku, bangsa, negara?
Sebutkan daerahnya!
Faktor sosiokultural liat no.sebelumnya.
Seringkali program kesehatan mengalami banyak kegagalan karena tidak
memperhatikan faktor luar tersebut yang memilki pengaruh yang besar.

1. Faktor Sosial Budaya

28

Faktor pertama yang mempengaruhi masyarakat menggunakan


alat kontrasepsi adalah faktor sosial budaya, aspek sosial budaya yang
mempengaruhi adalah:

Alasan pribadi , misal nya kurang dari 20 tahun, atau lebih


dari 35 tahun.
Ingin menjarangkan kehamilan
Ingin membatasi anak
Pendidikan meningkat
2. Faktor kesehatan
Faktor kedua yang mempengaruhi masyarakat menggunakan
alat kontrasepsi adalah faktor kesehatan. Alasan kesehatan yang
mempengaruhi adalah :
Terlalu sering hamil tidak baik untuk kesehatan ibu.
3. Faktor Program KB
Faktor ketiga yang mempengaruhi masyarakat menggunakan
alat kontrasepsi adalah faktor program KB itu sendiri, aspek program
yang mempengaruhi adalah :

Pemahaman masyarakat yang baik akan program KB


Kemudahan untuk memperoleh
Jarak rumah mereka dengan lembaga yang
bertanggungjawab terhadap program.

Faktor-Faktor Yang Menghambat Pemakaian Alat


Kontrasepsi
Selain memahami faktor yang mempengarui masyarakat
menggunakan alat kontrasepsi, disisi lain kita juga perlu memahami
mengapa masyarakat masih enggan untuk menggunakan alat kontrasepsi.
Beberapa factor yang menghambat penggunaan alat kontrasepsi adaalah
faktor sosial budaya, adat istiadat, agama, pilihan jenis kelamin, pandangan
nilai anak, pendidikan yang rendah, serta ekonomi.
Faktor sosial budaya
Tidak dapat kita hindari bahwasanya faktor sosial budaya memegang
peranan penting dalam perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat untuk
tidak menggunakan alat kontrasepsi ternyata dipengarui oleh adat istiadat
dan atau kepercayaan dalam budaya tertentu. Misalkan saja:
29

Senang banyak anak sebagai aset.


Mengawinkan anak pada usia muda untuk memperoleh
keturunan.
Kurangnya pendidikan
Ekonomi yang sulit(tidak punya uang)
Pilihan jenis kelamin(laki/perempuan)
Contoh pada masyarakat bugis, harus ada anak perempuan,
sehingga jika belum memiliki anak perempuan,mereka mencoba
terus memiliki anak sampai mendapatkan anak perempuan.

Kebijaksanaan yang banyak dianut adalah anti natalis.


Kebijaksanaan ini mempunyai tujuan untuk menurunkan
angka
kelahiran.
Negara-negara
yang
menjalankan
kebijaksanaan keluarga berencana (KB) bersifat anti natalis,
sekalipun alasannya bermacam-macam. Alasan yang umum
digunakan adalah untuk kesejahteraan ibu dan anak, baik
ditinjau dari kesehatan ibu maupun pertimbangan kesehatan
social ekonomi keluarga pada umumnya. Dengan demikian
KB tidak dikemukakan dalam kerangka makro, tetapi mikro,
demi kepentingan keluarga. Semboyan yang digunakan
untuk mencapai keluarga kecil yang bahagia mendasari
program-program itu.
Kebijaksanaan pronatalis tidak banyak diikuti. Contoh yang
sering dipakai adalah Prancis sesudah kalah perang dengan
Jerman pada tahun 1871. Pada waktu itu timbul gagasan
untuk membalas kekalahan (rhevanche idea) terhadap
Jerman. Keluarga-keluarga dianjurkan untuk memperbesar
jumlah keluarga dengan meningkatkan kelahiran. Berbagai
subsidi maupun fasilitas-fasilitas diberikan oleh pemerintah,
tetapi hasilnya diragukan.
Negara-negara Asia terbagi dua dalam kebijaksanaan
kependudukannya. Negara-negara Asia selatan, tenggara
dan timur hampir semua mengikuti kebijaksanaan anti
natalis. Dari Pakistan sampai Jepang, dengan perkecualian
Birma dan Vietnam, semuanya menjalankan program
30

keluarga berencana. RRC bahkan sejak akhir-akhir ini


mengusahakan keluarga dengan hanya satu anak setelah
penduduk mendekati jumlah satu milliard.
Di Negara-negara Asia bagian barat yang sebagian besar
penduduk arab islam, hanya Iran yang pada masa syah Iran
menjalankan kebijaksanaan anti natalis. Negara-negara
lainnya tidak mempunyai kebijaksanaan kependudukan yang
jelas, kecuali Kuwait yang nyata-nyata mempunyai
kebijkasanaan pronatalis. Negara-negara Eropa tidak
mempunya kebijaksanaan kependudukan yang secara resmi
dinyatakan. Program-program yang mempunyai akibat
kependudukan lebih bersifat social ekonomi atau sekedar
menampung akibat-akibat Negara tindakan masyarakat.
Sebagai missal legalisasi penggguran kandungan terutama
di Negara blok komunis bukanlah untuk menurunkan
fertilitas tetapi untuk menghindari pengguguran tidak syah
secara sembunyi-sembunyi yang membahayakan kesehatan
ibu.
Di Amerika selatan kebijaksanaan kependudukan dapat
dibagi dua, yaitu kebijaksanaan pronatalis disebagian besar
dinegara-negara yang penduduknya beragama katolik dan
anti natalis dinegara-negara yang penduduknya protestan.
Namun demikian dinegara-negara agak maju seperti Chili
dan Argentina praktek KB sudah meluas dalam masyarakat.

ISLAM:
1. Hukum Ber-KB
KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan
maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan
melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan
tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi
31

umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah manfaat yang


dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi
dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan
mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB
dalam Islam.Namun persoalannya kemudian adalah : sejauh
mana ia diperbolehkan? dan apa saja batasannya?. Hal tersebut
akan terjawab pada penjelasan dibawah ini.
2. Makna Keluarga Berencana
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga
Berencan (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan
kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena
situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat)
keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama
dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh
pengertiannya adalah tanzim al nasl (pengaturan keturunan),
bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti
pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak
dilarang. Pemandulan dan aborsi yang dilarang oleh Islam disini
adalah tindakan pemandulan atau aborsi yang tidak didasari
medis yang syari`i. Adapun aborsi yang dilakukan atas dasar
indikasi medis, seperti aborsi untuk menyelamatkan jiwa ibu atau
karena analisa medis melihat kelainan dalam kehamilan,
dibolehkan bahkan diharuskan. Begitu pula dengan pemandulan,
jika dilakukan dalam keadaan darurat karena alasan medis,
seperti pemandulan pada wanita yang terancam jiwanya jika ia
hamil atau melahirkan maka hukumnya mubah. Kebolehan KB
dalam batas pengertian diatas sudah banyak difatwakan , baik
oleh individu ulama maupun lembaga-lembaga ke Islaman tingkat
nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kebolehan KB dengan pengertian /batasan ini sudah hampir
menjadi Ijma`Ulama. MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga telah
mengeluarkan fatwa serupa dalam Musyawarah Nasional Ulama
tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan tahun
32

1983. Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ulama yang


membolehkan KB dalam arti tanzim al-nasl, tetapi kita harus
tetap memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode
kontrasepsi yang akan digunakan untuk ber-KB.
3. Metode/ Alat Kontrasepsi dan Hukum Penggunaannya
Ada lima 5 persoalan yang terkait dengan penggunaan alat
kontrasepsi, yaitu :
1. Cara kerjanya, apakah mencegah kehamilan (manu al-haml)
atau menggugurkan kehamilan (isqat al-haml)?
2. Sifatnya, apakah ia hanya pencegahan kehamilan sementara
atau bersifat pemandulan permanen (taqim)?
3. Pemasangannya, Bagaimana dan siapa yang memasang alat
kontrasepsi tersebut? (Hal ini berkaitan dengan masalah hukum
melihat aurat orang lain).
4. Implikasi alat kontrasepsi terhadap kesehatan penggunanya.
5. Bahan yang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi
tersebut.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara
kerjanya mencegah kehamilan (manu al-haml), bersifat
sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri olrh yang
bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang
auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh
memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia
dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus
berasal dari bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi
yang membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.
Alat/metode kontrasepsi yang tersedia saat ini telah memenuhi
kriteria-kriteria tersebut diatas, oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa KB secara substansial tidak bertentangan dengan ajaran
Islam bahkan merupakan salah satu bentuk implementasi
semangat ajaran Islam dalam rangka mewujudkan sebuah
kemashlahatan, yaitu menciptakan keluarga yang tangguh,
mawardah, sakinah dan penuh rahmah. Selain itu, kebolehan
33

(mubah) hukum ber-KB, dengan ketentuan-ketentuan seperti


dijelaskan diatas, sudah menjadi kesepakatan para ulama dalam
forum-forum ke Islaman, baik pada tingkat nasional maupun
Internasional (ijmaal-majami).
Sumber: Drs.H. Aminudin Yakub,MA-Wakil Sekretaris Komisi Fatwa
MUI Pusat

Ada dua hal yang pertama kali harus dapat Anda ketahui
perbedaannya dengan jelas: yakni menunda kehamilan dan
membatasi kehamilan.
Menunda kehamilan berarti mencegah kehamilan sementara,
untuk memberikan jarak pada kelahiran yang
sebelumnya. Sedangkan membatasi kehamilan atau membatasi
kelahiran, berarti mencegah kehamilan untuk selama-lamanya
setelah mendapatkan jumlah anak yang diinginkan.
Pada permasalahan yang kedua, yakni membatasi kehamilan atau
membatasi kelahiran, dengan jalan mensterilkan rahim,
pengangkatan rahim, dsb, dengan tanpa sebuah alasan yang
dapat dibenarkan oleh syariat, maka hal tersebut telah jelas
keharamannya. Kecuali pada keadaan dimana seorang wanita
terkena kanker ganas atau yang semacamnya pada rahimnya,
dan ditakutkan akan membahayakan keselamatannya, maka
insya Allah hal ini tidak mengapa.
Sedangkan pada permasalahan yang pertama, yakni mencegah
kehamilan untuk menunda dan memberi jarak pada kelahiran
yang sebelumnya, berikut ulasannya:
Jarak kelahiran dan kehamilan kembali yang terlalu dekat
memang kurang baik dampaknya bagi anak, ibu, dan janin.
Mengapa?

34

Pertama, anak akan kekurangan suplai ASI. Ketika seorang ibu


hamil kembali dan ada anak yang masih berada dalam masa
penyusuannya, maka produksi ASI yang dihasilkannya akan
berkurang. Menurut dokter, sekurang-kurang 6 bulan jika Anda
ingin hamil kembali setelah Anda melahirkan. Dan jangan
lupakan, bahwa anak-anak memiliki hak untuk mendapatkan ASI
terbaik dan pendidikan terbaik di usia dininya.
Kedua, kondisi ibu belum pulih benar. Setelah hamil selama lebih
dari 9 bulan, kemudian melahirkan, maka seorang ibu
membutuhkan waktu untuk membuat tubuhnya kembali fit.
Apalagi jika masih ada bayi yang membutuhkan perhatian ekstra
seorang ibu. Memang, inilah perjuangan seorang ibu. Tapi,
pastikan juga Anda tetap menjaga kesehatan Anda dan keluarga
Anda.
Ketiga, janin yang dikandung memiliki resiko lebih besar dan lebih
tinggi untuk lahir prematur, bayi meninggal, dan bayi cacat lahir.
Karena itu, tunggulah sampai setahun dua tahun untuk kembali
hamil.
Nah, untuk menjaga jarak kehamilan, ada wanita yang secara
alami tidak hamil kembali selama berbulan-bulan setelah ia
melahirkan. Keadaan alami ini bisa karena faktor menyusui, KB
kalender, atau azl.
Apa itu azl?
Azl adalah mengeluarkan sperma laki-laki di luar vagina wanita
dengan tujuan untuk mencegah kehamilan. Dari Jabir ra
berkata : Kami melakukan azl pada masa nabi SAW dimana alQuran masih terus diturunkan, dan hal tersebut diketahui oleh
nabi SAW tetapi beliau tidak melarangnya. (HR. Al-Bukhari (no.
5209) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1440) kitab an-Nikaah).

35

Syaikh Abu Muhammad bin Shalih bin Hasbullah dalam bukunya,


mengatakan bahwa termasuk azl adalah alat atau segala macam
sarana yang digunakan oleh wanita untuk mencegah kehamilan
dalam waktu tertentu. Baik itu berupa pil atau yang lainnya.
Hukumnya boleh, dengan catatan, pencegahan ini hanya berlaku
sementara (tidak selamanya), dan tidak karena takut miskin atau
takut rizkinya menjadi sempit.
Jika penggunaan kontrasepsi ini dengan alasan karena takut
miskin, takut tidak dapat membiayai kehidupan anak-anak, dsb,
maka ini hukumnya haram secara mutlak. Karena telah termasuk
di dalamnya berprasangka buruk kepada Allah.
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberikan rizki kepada mereka
dan juga kepadamu (QS. Al-Israa : 31).
Beberapa alasan yang diperbolehkan untuk melakukan
penundaan kehamilan adalah
1. Seorang wanita tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau
anggota badan yang lain, sehingga berbahaya jika hamil.
2. Jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan istri keberatan jika
hamil lagi, dengan niatan untuk memberikan pendidikan usia dini
bagi anak, sampai siap untuk hamil kembali.
Adapun jika penggunaannya dengan maksud berkonsentrasi
dalam berkarier atau supaya hidup senang atau hal-hal lain yang
serupa dengan itu, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan
wanita zaman sekarang, maka hal itu tidak boleh hukumnya.
Wallahu alam.
Faktor perkembangan zaman (fase 1- fase 4):
36

8. Apa saja faktor yang mempengaruhi CPR?

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan


program KB tersebut di antaranya adalah pengadaan alat
kontrasepsi yang masih kurang, jumlah petugas KB
37

lapangan (PLKB) yang minim, serta kebijakan pemerintah


di tiap daerah tidak sama (BKKBN, 2004).
Cakupan pemakaian alat kontrasepsi pada pria di negara
lain seperti Malaysia 16%, Bangladesh 14%, Iran 13%,
Amerika 35%, dan Jepang 80%. Hal ini sangat penting,
sebab peran pria dalam KB akan memberikan kontribusi
yang
sangat
signifikan
terhadap
pengendalian
pertumbuhan penduduk dan penanganan masalah
kesehatan reproduksi (BKKBN, 2005).
Idealnya, dalam pelaksanaan program KB nasional,
penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab
bersama pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga
metode kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan
serta keinginan suami istri.
Pasangan suami istri harus saling mendukung dalam
pemilihan dan penggunaan metode kontrasepsi karena
kesehatan reproduksi, khususnya KB bukan hanya urusan
pria atau wanita saja (Suprihastuti, 2003).
Peserta KB di Indonesia masih didominasi oleh
perempuan. Pemerintah
dengan berbagai sumber daya yang telah ada berupaya
untuk meningkatkan kesetaraan pria dalam ber-KB.
Namun hasilnya masih belum seperti yang diharapkan
(BKKBN, 2004).
Pemakaian alat kontrasepsi merupakan salah satu bentuk
perilaku kesehatan, terutama pada perempuan. Banyak
faktor yang memengaruhi perempuan dalam pemakaian
alat kontrasepsi. Green dalam Notoatmodjo (2007)
menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Perilaku itu ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
a. faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud
dalam karakteristik, pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

38

b. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam


lingkungan sosial, ketersediaan atau tidak tersedianya
fasilitas atau sarana kesehatan.
c. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud
dalam dukungan dari orang terdekat, dukungan sikap dan
perilaku
petugas
kesehatan
dalam
memberikan
pendidikan kesehatan, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34911/5/Chapter%20I.pdf

9. Apa
saja
yang
termasuk
kedalam
11
prioritas
pembangunan? Dan kendalanya?
Adapun kesebelas prioritas nasional dan 3 prioritas bidang
tersebut adalah (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2)
pendidikan;
(3)
kesehatan;
(4)
penanggulangan
kemiskinan; dan (5) ketahanan pangan. Kemudian (6)
infrastruktur; (7) iklim investasi dan iklim usaha; (8)
energi; (9) lingkungan hidup dan pengelolaan bencana;
(10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi
teknologi. Sementara itu, 3 prioritas bidang mencakup: (1)
politik, hukum, dan keamanan, (2) perekonomian, dan (3)
kesejahteraan rakyat.
10.

Rumus-rumus menghitung fertilitas?

39

40

41

42

43

11.

Dari mana mendapatkan sumber data fertilitas?

44

45

46

12.
Apa saja tahapan kualitas keluarga? 3+
Rumusan tahapan kualitas keluarga tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Keluarga PRASEJAHTERA
Yaitu keluarga yang belum mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual,
sandang, pangan, papan, kesehatan dan KB.
2. Keluarga SEJAHTERA TAHAP I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan
kebutuhan
sosial-psikologisnya.
Seperti
kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga,
interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3. Keluarga SEJAHTERA TAHAP II
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan sosialpsikologisnya akan tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan
pengembangan
seperti
kebutuhan
akan
informasi.
4. Keluarga SEJAHTERA TAHAP III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan fisik, sosialpsikologis dan pengembangannya,
47

namun belum dapat memberikan sumbangan secara teratur


kepada masyarakt sekitarnya.
5. Keluarga SEJAHTERA TAHAP III PLUS
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhannya serta memiliki kepedulian yang tinggi dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga sekitarnya.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/peran_perawat_dalam_pembinaan.
pdf

48

Anda mungkin juga menyukai