Anda di halaman 1dari 5

Nashiroh Putri (23/X MIPA 3)

Analisis Pengaruh Program Keluarga Berencana (KB) terhadap Kualitas Penduduk Indonesia
dan Cina
11 Juni 2022 21:52 Diperbarui: 11 Juni 2022 21:52

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertumbuhan penduduk yang berlebih merupakan masalah serius yang dihadapi dunia kontemporer. Setiap
menit, penduduk bumi bertambah 160 orang. Populasi dunia terus meningkat sebesar 90 juta per tahun, dan
akan mencapai 6,25 miliar pada akhir abad ini dan 8,4 miliar pada tahun 2025. Munculnya pertanyaan
kependudukan secara global menimbulkan tantangan serius bagi banyak negara dan kawasan. Untuk negara
yang berpenduduk padat seperti Cina, tantangan yang ditimbulkan oleh masalah kependudukan tidak hanya
berdampak pada kelangsungan hidup dan perkembangan bangsa Cina, tetapi juga mempengaruhi stabilitas dan
kemakmuran seluruh masyarakat manusia. Cina adalah rumah bagi lebih dari seperlima populasi dunia. Ini
benar-benar menjadi tanggung jawab yang dipikulnya dalam menstabilkan pertumbuhan populasi dunia dan
peran penting yang harus dimainkannya. Keluarga berencana sebagai solusi untuk masalah kependudukan China
lebih dari sekedar tanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat China dan generasi mendatang, itu adalah
kewajiban untuk menjaga stabilitas populasi dunia. Dilain sisi, Indonesia juga merupakan salah satu negara
dengan penduduk terbanyak di dunia. Ledakan penduduk yang terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi dapat menyebabkan beban negara menjadi semakin besar. Banyaknya jumlah penduduk yang tidak
disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang mampu menampung seluruh angkatan kerja bisa
menimbulkan pengangguran, kriminalitas, yang bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas masyarakat.
Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk memberikan penghidupan yang layak
kepada setiap warga negaranya, maka pemerintah memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan program
KB (Keluarga Berencana). Program KB pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Soeharto yaitu saat
Orde Baru. Melalui KB masyarakat diharuskan untuk membatasi jumlah kelahiran anak, yaitu setiap keluarga
memiliki maksimal dua anak. Tidak tanggung-tanggung, KB diberlakukan kepada seluruh lapisan masyarakat,
dari lapisan bawah hingga lapisan atas dalam masyarakat.

Kebijakan satu anak diperkenalkan pada tahun 1979, dan awalnya membatasi semua pasangan di Cina untuk
ketat satu anak. Sejak penerapan kebijakan keluarga berencana di Cina, perubahan besar telah terjadi dalam
konsep pernikahan, kelahiran dan keluarga, serta reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar serta
pembangunan sosial ekonomi; gagasan tradisional tentang "perkawinan dini dan kelahiran dini", "lebih banyak
anak, kebahagiaan yang lebih besar", dan "memandang rendah laki-laki dan perempuan" sedang dibuang oleh
semakin banyak orang pada usia subur. Keluarga berencana China selalu mencakup dua aspek yaitu
pengendalian jumlah penduduk dan peningkatan kualitas penduduk dalam hal pendidikan dan kesehatan.
Sementara melakukan upaya untuk mengendalikan populasi pada ukuran yang sesuai, pemerintah Cina telah
mencurahkan perhatian besar untuk mengembangkan layanan pendidikan, medis dan lainnya untuk terus
meningkatkan kualitas penduduk dalam hal pendidikan dan kesehatan. Dari tahun 1949 hingga 1990, harapan
hidup meningkat dari 35 tahun menjadi 68,55 tahun-66,84 tahun untuk pria dan 70,47 tahun untuk wanita,
menjadikan Cina negara di mana angka harapan hidup meningkat paling pesat. Melalui program keluarga
berencana, mereka telah meningkatkan semangat mereka untuk berproduksi, meningkatkan pendapatan
mereka dari tenaga kerja, meningkatkan status mereka baik dalam keluarga maupun masyarakat dan
memperoleh kemandirian yang lebih besar dalam perkawinan dan persalinan. Sejak tahun 1970, pencapaian
penting telah dicapai dalam kedua kategori ini. Tingkat kelahiran telah menurun dari 33,43/1000 menjadi
17,5/1000. Kualitas penduduk telah ditingkatkan dengan meningkatkan kesehatan dan pendidikan ibu dan anak.
Untuk anak-anak, pertukaran kuantitas-kualitas terlihat ketika kualitas anak-anak diukur dengan asupan nutrisi.
Jumlah anak dalam keluarga tidak hanya mempengaruhi kualitas anak, tetapi juga kualitas hidup anggota
keluarga lainnya (Liang, 2018). Pada tingkat perkembangan ekonomi dan standar hidup di Cina saat ini,
pengurangan ukuran keluarga dan lebih sedikit anak untuk dinafkahi jelas telah mengurangi beban ekonomi dan
beban pekerjaan keluarga pada keluarga dan meningkatkan kualitas hidup mereka (mfa.gov.cn, 1995).

Program KB di Indonesia terkenal dengan slogan “dua anak cukup” yang merupakan upaya pencegahan dalam
“meledaknya” jumlah penduduk yang terjadi di Indonesia. Ini dapat dikatakan seperti perlawanan dari “banyak
anak, banyak rezeki” yang juga merupakan slogan yang terkenal di masyarakat Indonesia. Sehingga, program KB
yang digaung-gaungkan pada saat itu tidak terlaksana dengan maksimal. Hal ini juga terjadi akibat adanya
benturan budaya, adat ataupun agama masyarakat Indonesia yang majemuk. Menariknya, pada tahun 1970,
pemerintah masyarakat China justru belajar tentang program KB ini. Singkat cerita, China sukses dalam
menjalankan program tersebut dengan slogan yang cukup ekstrim, “one family, one child”. Sehingga, terjadinya
guncangan masalah sosial yang sedang dihadapi di negara China tersebut yang mengakibatkan adanya evaluasi
kebijakan. Yaitu penduduk China boleh memiliki anak dengan jumlah maksimal 2 orang. Perbedaan awal
kebijakan yang dirasa ekstrim inilah yang membedakan Indonesia dan China dalam menjalankan program KB.
Kebijakan “one family one child” ini membuat struktur sosial yang baru bagi masyarakat China. Sehingga ketika
terjadinya perubahan kebijakan, masyarakat China “sudah terbiasa” akan kebijakan yang sebelumnya telah
dilaksanakan. Di Indonesia, penerapan kebijakan pengendalian penduduk melalui program KB tidak terlalu
ekstrim seperti yang diterapkan oleh China. Artinya, pemerintah Indonesia dalam menjalankan program KB
tersebut tidak sampai mengintervensi hak setiap keluarga dalam menentukan jumlah anak yang akan
dimilikinya. Penerapan di Indonesia lebih kepada upaya untuk mengedukasi “mengapa setiap keluarga tersebut
perlu untuk mengikuti program KB”. Hal ini juga sejalan terkait dengan tindakan aborsi yang banyak dilarang
berbagai pihak, terkecuali untuk alasan karena adanya suatu masalah serius pada perempuan sehingga
memerlukan tindakan medis lebih lanjut.

Program Keluarga Berencana yang dijalankan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) selama ini
memberikan hasil yang cukup baik dalam mengendalikan angka kelahiran. Hal ini terlihat dari menurunnya
angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tiga tahun
terakhir. Total Fertility Rate (TFR) atau angka fertilitas total merupakan jumlah rata-rata anak yang akan
dilahirkan seorang wanita pada akhir masa reproduksinya. Pada tahun 2019, TFR menurun menjadi 2,3 anak tiap
wanita menurun 0.86% dari tahun sebelumnya. Disusul pada 2020 dan 2021 TFR semakin menurun menjadi 2,28
dan 2,26 anak per wanita.

Keberhasilan Indonesia menjalankan program Keluarga Berencana (KB) berdampak pada penurunan
Dependency Ratio. Pada tahun 2007, angka DR sudah di bawah 50 (tepatnya 49,7) dan saat ini Indonesia sudah
memasuki era bonus demografi. Pada tahun-tahun selanjutnya, angka DR diperkirakan akan semakin rendah
hingga tahun 2030-2035. Angka DR yang menurun berkaitan erat dengan angka kelahiran yang semakin kecil
dan angka kematian yang tinggi. Pada rasio ketergantungan penduduk yang rendah terjadi proses penghematan
bahan makanan dan bahan baku lainnya sekaligus terjadi kualitatif kehidupan penduduk, hal ini selanjutnya akan
meningkatkan angka harapan hidup (life expentancy) di wilayah tersebut (Panggabean, 2020). Keberhasilan
pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) akan berdampak pada peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Lima hingga 10 tahun terakhir, pengendalian kelahiran sangat berkaitan dengan indeks
pembangunan manusia, dengan program KB maka terjadi peningkatan kesejahteraan. Berdasarkan data BPS,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2021 mencapai 72,29, meningkat 0,35 poin (0,49 persen)
dibandingkan capaian tahun sebelumnya (71,94). Peningkatan IPM 2021 terjadi pada semua dimensi, baik umur
panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Pada 2021, dimensi hidup layak yang diukur
berdasarkan rata-rata pengeluaran riil per kapita (yang disesuaikan) meningkat 1,30 persen (Badan Pusat
Statistik, 2021). Pada dimensi pendidikan, penduduk berusia 7 tahun memiliki harapan lama sekolah (dapat
menjalani pendidikan formal) selama 13,08 tahun, atau hampir setara dengan lamanya waktu untuk
menamatkan pendidikan hingga setingkat Diploma I. Angka ini meningkat 0,10 tahun dibandingkan tahun 2020
yang mencapai 12,98 tahun. Sementara itu, rata-rata lama sekolah penduduk umur 25 tahun ke atas meningkat
0,06 tahun, dari 8,48 tahun menjadi 8,54 tahun pada tahun 2021.

Dengan kebijakan Keluarga Berencana di Cina tidak hanya mengurangi jumlah anggota keluarga, namun juga
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Namun disisi lain, perlu diperhatikan bahwa diperlukannya analisis
efek jangka panjang terhadap kebijakan ini, yaitu dimana kelompok usia sudah lanjut akan memiliki lebih sedikit
keturunan yang dapat merawat mereka di masa tua. Selain itu dampak yang terjadi yaitu banyaknya pasangan
yang telat melewati usia optimal untuk melahirkan. Terkhusus pada dampak yang serius bagi perempuan di
masyarakat Cina, dan tingkat kelahiran pun terus menurun. Dengan kondisi seperti ini dapat mengakibatkan
populasi menyusut bermasalah karena struktur usia terbalik, dengan lebih banyak lanjut usia daripada usia
muda. Sedangkan di Indonesia masih ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa program ini sebagai
pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang mengakibatkan pembunuhan terhadap bibit bayi dan bahkan
dapat memperluas pelacuran dan merusak moral masyarakat. Tetapi kesadaran terhadap kesehatan ibu dan
perempuan seperti mengatur kehamilan terutama kepada mereka yang tergolong dalam kelompok berisiko
tinggi bila melahirkan. Namun, sejak masa orde baru pemerintah sangatlah mendukung adanya program
kebijakan Keluarga Berencana yaitu dengan membentuk badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN), dan
muncul slogan “dua anak cukup” sebagai upaya pencegahan naiknya tingkat jumlah penduduk, seperti slogan
china “one family, one child” yang kemudian karena ada masalah sosial sehingga diubah menjadi memiliki anak
boleh maksimal 2 anak. Namun, di Indonesia slogan ini memiliki perlawanan yang menyebabkan program ini
tidak berjalan dengan maksimal yaitu “banyak anak banyak rezeki”, hal ini merupakan benturan budaya yang
tidak dapat dihindarkan. Perbedaan antara Indonesia dan China dalam menjalankan kebijakan ini yaitu di China
program ini dilakukan secara ekstrim yang dapat membuat struktur sosial yang baru bagi masyarakat sehingga
ketika terjadi perubahan kebijakan, masyarakat china sudah terbiasa dengan kebijkan sebelumnya. Sedangkan di
Indonesia program ini tidak terlalu ekstrim, dimana pemerintah indonesia tidak sampai menyentuh hak setiap
keluarga dalam menentukan jumlah anak, hanya saja diikuti dengan edukasi kepada masyarakat bahwa
pentingnya program Ini. Maka dari itu, indonesia memiliki angka kelahiran yang lebih tinggi daripada China.

Kreator: Nirma Handayani Laia

https://www.kompasiana.com/nirmalaia5786/62a49c7cbb448670d63f8022/analisis-pengaruh-program-
keluarga-berencana-kb-terhadap-kualitas-penduduk-indonesia-dan-cina
Pelaksanaan Magang MBKM-A: Mahasiswa UPN "Veteran" Jawa Timur Turut Kembangkan
Layanan Administrasi Kependudukan
8 Juli 2022 12:30 Diperbarui: 8 Juli 2022 15:39

Dokumentasi Kegiatan Foto Bersama CRM Development Team (Sumber : Dokumen Pribadi)

Surabaya, 08 Juli 2022 - Sejumlah mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Jawa Timur
yang sedang melaksanakan program magang MBKM-A di Kampus Merdeka Administrasi Kependudukan yang
tergabung pada divisi Pengembangan Layanan CRM (CRM Development Team) turut serta mengembangkan
layanan administrasi kependudukan yaitu Layanan Chatbot Adminduk (Administrasi Kependudukan) melalui
aplikasi WhatsApp bersama Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surabaya.

Program pengembangan layanan Chatbot administrasi kependudukan ini berbasis Customer Relationship
Management (CRM) dengan konsep Omni Channel atau layanan terintegrasi yang ke depannya akan
dihubungkan dengan channel atau platform – platform lainnya.

Pada kesempatan ini pula diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi mahasiswa ataupun mahasiswi dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapatkan selama perkuliahan, khususnya bagi mahasiswa dan
mahasiswi dengan program studi (progdi) Teknik Informatika dan Ilmu Komunikasi.

Agus Imam Sonhaji, ST., MT., selaku Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota
Surabaya, menyebutkan bahwa Dispendukcapil Kota Surabaya telah memiliki beberapa platform dalam
pelayanan administrasi kependudukan, diantaranya: Direct Message media sosial (Instagram, Twitter,
Facebook), Email, situs - situs pelayanan Dispendukcapil, hingga layanan telepon melalui Call Center. Semua
platform tersebut kedepannya akan diintegrasikan, termasuk Layanan Chatbot Adminduk yang akan di rilis pada
Bulan Juli tahun 2022.

Layanan Chatbot Adminduk ini berisi beberapa menu atau fitur, antara lain: Menu Informasi Layanan Adminduk,
Progress (Tracking) Dokumen Adminduk, Klampid Next Generation, hingga Menu Pertanyaan Umum Terkait
Adminduk, dan masih banyak lainnya.

Melalui program pengembangan layanan ini diharapkan dapat menjadi terobosan untuk lebih memudahkan
warga Kota Surabaya dalam mengakses informasi terkait layanan administrasi kependudukan, serta dapat
menjadi pengalaman dan menambah wawasan sekaligus ilmu – ilmu baru yang belum didapatkan di bangku
perkuliahan bagi mahasiswa dan mahasiswi yang terlibat dalam pengembangan layanan tersebut. (NH)

Kreator: Nabil Habibi

https://www.kompasiana.com/nabilhabibi/62c7b30abb448628bc291264/pelaksanaan-magang-mbkm-a-
mahasiswa-upn-veteran-jawa-timur-turut-kembangkan-layanan-administrasi-kependudukan

Anda mungkin juga menyukai