Anda di halaman 1dari 5

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA : JKKI

VOLUME 09 No. 01 Maret • 2020 Halaman 56-60

Artikel Penelitian

PENGARUH PROGRAM KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI


BERBASIS PENDIDIKAN TERHADAP TINGKAT KEHAMILAN REMAJA
DI INDONESIA
EFFECTS OF EDUCATION-BASED SEXUAL AND REPRODUCTION’S HEALTH PROGRAMS
ON ADOLESCENT PREGNANCY RATES IN INDONESIA

Teza Thalita

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

ABSTRAK
Kehamilan remaja merupakan masalah global yang dihadapi oleh negara-negara di dunia dan Indonesia juga tidak luput dari
permasalahan ini. Besarnya resiko membuat pemerintah harus memberikan perhatian khusus dalam menghadapi masalah
kehamilan remaja ini. Hingga saat ini, pemerintah masih terfokus pada program pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi
remaja. Untuk mengetahui efektivitas program-program ini, penelitian ini mengukur pengaruh Program Kesehatan Seksual
dan Reproduksi berbasis pendidikan terhadap tingkat kehamilan remaja di Indonesia. Dari hasil estimasi, setidaknya ada
satu program yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kehamilan remaja yaitu, Keterpanjangan Informasi
Tentang Program Keluarga Berencana melalui Media Massa, sedangkan dua variable lain yang diamati yakni Indeks
Jangkauan Program Keluarga Berencana dan Prevalensi Wanita Indonesia Menggunakan Alat Kontrasepsi memberikan
pengaruh yang signifikan. Hal ini ditentukan oleh inklusivitas dan kelengkapan informasi yang diberikan oleh pelaksana
program. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan peninjuan kembali terhadap program-program yang ada saat ini dan
mempertimbangkan tipe program lain yang terbukti secara empiris berhasil mengurangi tingkat kehamilan remaja di negara lain.
Kata kunci: Kehamilan remaja, Pendidikan, Kesehatan seksual dan reproduksi

ABSTRACT
Adolescent pregnancy is a global issue faced by countries around the world including Indonesia. There are significant risks followed
this issue; therefore, governments have to give more attention to address this problem. Until now, the Indonesian government
focuses on education-based approach to decrease the Adolescent pregnancy. In order to estimate the effectivity of these program,
this study measured effects of the education-based Sexual and Reproductive Health Program on adolescent pregnancy rates in
Indonesia. The result of the estimation showed that there is at least one program that is not significantly effects to the adolescent
pregnancy rates, namely, the Expansion of Information on Family Planning Programs through Mass Media, while the other
two variables, the Family Planning Program Coverage Index and the Prevalence of Indonesian Women Using Contraceptive
Methods provide a significant effect. This result determined by the inclusiveness and comprehensiveness of the information
provided by the institutions implementing these programs. Therefore, the government needs to review the existing programs and
consider other approaches that have been proven empirically successful in reducing adolescent pregnancy in other countries.
Keywords: Adolescent pregnancy, Education, Sexual and reproductive health

PENDAHULUAN remaja usia15-18 tahun mencapai 9 persen.


Untuk mengatasi hal ini, diperlukan komitment
Kehamilan remaja adalah masalah sosial yang pemerintah untuk mengurangi angka ini.
dihadapi oleh setiap negara baik negara-negara Di level internasional, komitmen internasional
maju atapun negara-negara berkembang. Namun, untuk meningkatkan kesehatan seksual dan
prevalensi kehamilan remaja yang tertinggi adalah reproduksi telah dirumuskan dalam beberapa
di komunitas-komunitas yang termarjinalisasi yang forum, termasuk Konferensi Internasional
terjebak oleh lingkaran kemiskinan, rendahnya tentang Kependudukan dan Pembangunan
pendidikan dan kurangnya kesempatan kerja (1994), Tujuan Pembangunan Milenium (2000),
(1). Peranan remaja wanita sangat penting bagi dan dilanjutkan dengan Tujuan Pembangunan
pembangunan karena mereka adalah bagian Berkesinambungan (2010). Akan tetapi, komitmen
penting dalam pembangunan saat ini dan masa ini sering kali terbentur oleh faktor-faktor lain yang
depan. Menurut statistik (1) (2), di negara-negara mempengaruhi proses pembentukan kebijakan di
berkembang diperkirakan terdapat 16 juta remaja tingkat nasional.
wanita usia 15 – 19 tahun serta 2,5 juta anak Terkait dengan politisasi kesehatan seksual
perempuan dibawah 16 tahun hamil dan melahirkan dan reproduksi di tingkat nasional, para
dalam satu tahun. Di Indonesia sendiri, dari hasil pengambil kebijakan memiliki wewenang dalam
Survei Demografri dan Kesehatan Indonesia menentukan konsep dan defenisi kesehatan
2017, persentase kehamilan dan kelahiran oleh seksual dan reproduksi dan hal-hal yang termasuk

56 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 01 Maret 2020
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI

dalam agenda kebijakan nasional, siapa target bervariasi terhadap kehamilan remaja. Meskipun
kebijakan, apa saja kebijakan-kebijakan yang program ini menawarkan keberhasilan 100% bagi
akan dipertimbangkan, serta sejauh mana yang menerapkannya, akan tetapi secara makro,
kebijakan-kebijkanan ini akan diimplementasikan. bila pendidikan Program Pantang saja yang
Selanjutnya, implementasi kebijakan kesehatan diterapkan maka justru akan menghasilkan korelasi
seksual dan reproduksi menghadapi hambatan- yang positif terhadap peningkatan kehamilan
hambatan yang signifikan terutama dari faktor, remaja (9). Penelitian lain dengan menggunakan
norma agama dan kebudayaan, kurangnya metode Random Controlled Trial (RCT) selama
dukungan baik dari pemerintah dan publik, dan 24 bulan, menunjukkan hasil yang positif terhadap
preferensi terhadap status quo (3). Di sisi lain, probabilitas remaja melakukan hubungan seksual
untuk merumuskan kerangka kerja politik dan (10). Meskipun beberapa penelitian menghasilkan
hukum nasional yang turut membentuk kebijakan hasil yang bervariasi, sebuah tinjauan pustaka
kesehatan seksual dan reproduksi, ditentukan terhadap Program Pantang di AS telah menganalis
oleh norma budaya dan standar moral dari kebijakan, program dan dampaknya (11). Penelitian
masyarakat (4). Padahal, kebijakan pemerintah ini (11) menyimpulkan bahwa program ini cacat
terutama kebijakan kesehatan seksual dan secara etika karena pemerintah tidak memberikan
reproduksi, sangat mempengaruhi masalah informasi yang akurat tentang seksualitas remaja,
kehamilan remaja dalam berbagai sisi baik secara tidak memberikan informasi akurat secara medis,
langsung atau tidak langsung (5). Ditambah lagi, dan melakukan stigmatisasi terhadap kesehatan
segala keputusan pengimplementasian kebijakan seksual dan reproduksi remaja.
pemerintah akan memiliki dampak yang luas Jika menimbang kesesuaian norma dan budaya
di masyarakat apabila terjadi perubahan baik AS dan Indonesia tentulah sangat berbeda. Di AS,
menambah atau mengurangi sumber daya yang program ini didukung oleh kelompok konservatif
tersedia untuk mendukung program dan layanan yang mayoritas relijius. Akan tetapi, Program
(5). Pantang ini sangat sesuai dengan kebudayaan dan
Terlepas dari kompleksitas pengimplementasian agama yang berlaku di Indonesia. Di Indonesia,
kebijakan untuk mencegah kehamilan remaja, pemerintah telah menerapkan kampanye Program
Amerika Serikat (AS) dapat digolongkan sebagai Pantang ini. Oleh BKKBN, Kampanye Program
negara yang berhasil menerapkan kebijakan Pantang dinarasikan melalui mekanisme legal-
dan program untuk mengurangi masalah ini. AS moral dimana usia bukanlah patokan program ini,
merupakan negara maju dengan tingkat kehamilan melainkan status pernikahan (12). Adapun program
remaja tertinggi di dunia (6). Dalam dua dekade ini ditargetkan untuk remaja agar menghindari
terakhir melalui berbagai program kesehatan pernikahan dini dan seks pranikah yaitu dengan
seksual dan reproduksi, AS berhasil menurunkan menerapkan anjuran umur pernikahan perempuan
tingkat kehamilan remaja secara signifikan (7). yakni 21 tahun dan laki-laki yakni 25 tahun
Oleh karena itu, menilik keberhasilan program melalui Program Genereasi Berencanan (GenRe)
pemerintah AS dalam mengurangi masalah (13). Program pemerintah ini diharapkan dapat
kehamilan remaja, maka dilakukan tinjauan menurunkan angka pernikahan remaja dan seks
pustaka berbasis bukti empiris terhadap program- pranikah yang masih tinggi di beberapa daerah.
program tersebut.
Program Pendidikan Seksual dan
Adapun program-program yang diterapkan
Reproduksi Komprehensif
di AS yang antara lain pendidikan keluarga
berencana yang komprehensif, program pantang Program Pendidikan Seksual dan Reproduksi
(penundaan kehamilan), pemberian akses ke Komprehensif bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan seksual dan reproduksi, akses ke alat- kesehatan reproduksi remaja yang mencakup
alat kontrasepsi, mempromosikan pengembangan pencegahan kehamilan, meningkatkan
diri yang positif dan pilihan kehidupan yang positif pengetahuan tentang Infeksi Seksual Menular
bagi generasi muda (8). Berdasarkan hasil tinjauan dan HIV, serta mempromosikan program-program
pustaka komprehensif, berikut adalah program- kontrasepsi dan program pantang (9). Di AS, dari
program kesehatan seksual dan reproduksi yang 47 program yang dicanangkan pemerintah, hanya
dinilai berhasil dalam pencegahan kehamilan 21 program yang efektif atau memiliki hasil yang
remaja: bervariasi.
Di Indonesia, program berbasis pendidikan
Program Pantang (Penundaan Kehamilan/ yang dilakukan oleh pemerintah sangat terbatas
Tanpa Hubungan Seksual) jumlahnya. Adapun program berbasis pendidikan
Data nasional AS tahun 2005 menunjukkan yang dicanangkan pemerintah berupa pemberian
bahwa Program Pantang saja memiliki hasil yang infomasi seksual pada generasi muda berupa

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI , Vol. 09, No. 01 Maret 2020 • 57
Pengaruh Program Kesehatan Seksual dan Reproduksi : Teza Thalita

intervensi pada calon pengantin (14). Pemberian kekerasan pada anak (9,15). Selain itu, resiko
informasi berupa buku saku dan kursus calon sosial-ekonomi yang dihadapi oleh remaja
pengantin yang bertujuan untuk memberikan merupakan lingkaran setan dari pendidikan
informasi yang mematangkan kesiapan terkait dan kemiskinan yang menyebabkan remaja
mental, usia, dan kesiapan ekonomi (14). Dengan yang hamil/melahirkan semakin termarjinalisasi
mencanangkan program ini, pemerintah berharap di masyarakat. Untuk menghadapi masalah
dapat menambah pengetahuan calon pengantin kehamilan usia remaja ini, pemerintah perlu
tentang keluarga dan perencanaan keluarga untuk merumuskan program dan kebijakan yang
menghasilkan generasi yang berkualitas. inklusif, komprehensif, dan berkesinambungan
untuk memutus rantai kehamilan remaja,
Program Multikomponen
marjinalisasi dan kemiskinan ini. Oleh karena
Program multikomponen adalah program itu, untuk mengukur seberapa efektif program
yang menggabungkan program pengembangan kesehatan seksual dan reproduksi yang
keterampilan remaja dengan program pendidikan diterapkan pemerintah saat ini terhadap masalah
seksual dan reproduksi yang komprehensif. kehamilan remaja, penelitian ini akan mengukur
Contoh dari kesuksesan program ini tercatat pengaruh program-program kesehatan seksual
dalam penelitian RCT di Kota New York. Program dan reproduksi remaja Indonesia secara makro
ini bernama Children’s Aid Society (CAS) dengan menggunakan data panel.
yang menunjukkan penurunan 50% terhadap
angka kehamilan remaja pada grup target. METODE PENELITIAN
Di kota lain, Tampa, Florida, program serupa
bernama REACHUP berhasil menurunkan angka Penelitian ini merupakan penelitian yang
kehamilan remaja sebanyak 27% (9). Meskipun bertujuan untuk menguji efektivitas kebijakan
program ini hanya berhasil untuk wanita, akan pemerintah berbasis pendidikan yang diukur
tetapi program ini terbukti lebih baik secara dengan varibel Keterpanjangan Informasi Tentang
keseluruhan dibandingkan dengan jenis program Program Keluarga Berencana melalui Media
pemerintah lainnya. Massa, Indeks Jangkauan Program Keluarga
Di Indonesia, program multikomponen belum Berencana, dan Prevalensi Wanita Indonesia
banyak dikembangkan oleh pemerintah. Program Menggunakan Alat Kontrasepsi terhadap
multikomponen ini lebih sulit diterapkan di Presentase Kehamilan Remaja Indonesia. Data
Indonesia karena menyangkut dengan koordinasi tersebut merupakan panel data hasil Survei
di level nasional sampai ke level akar rumput. Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007,
Program kesehatan seksual dan reproduksi 2012, dan 2017 dari masing-masing provinsi di
remaja di Indonesia masih dibingkai sebagai Indonesia (kecuali Kalimantan Utara).
masalah kesehatan/medis, bukan masalah Metode analisis yang digunakan adalah
social. Program-program kesehatan reproduksi analisis statistik deskriptif dan analisis regresi
dan seksual remaja juga masih terfokus dengan data panel. Pengolahan analisis regresi data
program berbasis pendidikan dan terutama panel menggunakan program EViews 9. Untuk
difokuskan untuk wanita (baik dengan status menentukan efek terbaik dalam analisis data
menikah atapun tidak/belum menikah). panel dilakukan tiga jenis analisis yaitu, Common
Secara umum, terdapat beberapa faktor yang Effect Model (CEM), Random Effect Model (REM),
menyebabkan kehamilan remaja antara lain, dan Fixed Effect Model (FEM) (16). Uji Chow
hambatan dalam mengakses alat kontrasepsi yang dilakukan untuk menentukan model yang terbaik
disebabkan oleh undang-undangan dan kebijakan antara CEM dan FEM. Uji Hausman dilakukan
penyediaan alat kontrasepsi berdasarkan usia untuk menentukan model yang terbaik antara
dan status perkawinan; perbedaan pandangan FEM dan REM. Lalu, Uji Lagrange Multiplier
petugas kesehatan tentang kebutuhan kesehatan (LM) dilakukan untuk menentukan model yang
seksual remaja; kurangnya pengetahuan remaja terbaik antara REM dan CEM. Jika model yang
tentang kesehatan seksual; kendala transportasi; terpilih adalah CEM dan FEM maka selanjutnya
serta masalah ekonomi (1). Faktor-faktor ini dilakukan Uji Asumsi Klasik, untuk mengetahui
menghasilkan resiko terjadinya kehamilan remaja apakah model memenuhi syarat Best Linear
yakni meliputi resiko kesehatan dan resiko Unbiased Estimator. Namun, apabila model yang
sosio-ekonomi. Adapun resiko kesehatan dari terpilih adalah REM, maka tidak dilakukan uji
kehamilan remaja antara lain: kelahiran prematur, asumsi klasik karena model REM sendiri sudah
bayi kecil masa kehamilan, kurang berat pada memecahkan masalah autokorelasi pada data
kelahiran, anaemia, toxemia, kematian bayi, time-series.
bahkan masalah psikis ibu yang menyebabkan

58 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 01 Maret 2020
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI

HASIL DAN PEMBAHASAN berbasis pendidikan memiliki hasil yang


bervariasi. Menelaah pengaruhnya secara riil di
Dari tahapan estimasi menggunakan metode 33 provinsi di Indonesia yang tercermin melalui
analisis data panel, diidentifikasi bahwa Random presentase kehamilan remaja, setidaknya ada
Effect Model merupakan model yang terbaik satu program pemerintah yang tidak signifikan
menggambarkan hubungan ketiga variable mempengaruhi angka kehamilan remaja
independen terhadap variable dependennya. Indonesia. Faktor yang mempengaruhi terutama
Berikut model data panel: karena pendidikan kesehatan seksual dan
reproduksi untuk remaja tidak diberikan secara
komprehensif oleh institusi pendidikan formal.
Dimana: Remaja cenderung mendapatkan informasi ini
= Presentase Kehamilan Remaja Indonesia melalui teman, jurnal, film, majalah, orang tua,
= Keterpanjangan Informasi Tentang Program Keluarga Berencana melalui Media Massa di Provinsi -i
= Indeks Jangkauan Program Keluarga Berencana di Provinsi -i
dan pelajaran biologi di sekolah (12). Penelitian
= Prevalensi Wanita Indonesia Menggunakan Alat Kontrasepsi di Provinsi -i Holzner dan Oetomo menyebutkan bahwa remaja
yang menjadi target penelitian tidak menyebutkan
Dari hasil metode REM ini, dengan α=10%, adanya pengetahuan kesehatan seksual dan
variabel Keterpanjangan Informasi Tentang reproduksi yang didistribusikan oleh pemerintah,
Program Keluarga Berencana melalui Media Massa NGO, ataupun internet (12. Program Pendidikan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Seksual dan Reproduksi remaja juga cenderung
tingkat kehamilan remaja di Indonesia. Sesuai menitikberatkan informasi kesehatan seksual dan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di reproduksi pada status pernikahan. Akibatnya,
AS, bahwa pemberian Informasi Tentang Program remaja dengan status tidak menikah tidak memiliki
Keluarga Berencana melalui Media Massa tidak akses untuk informasi tentang seksualitas dan
memberikan pengaruh yang signikan terhadap reproduksinya. Padahal dengan memberikan
masalah kehamilan remaja jika tidak dibarengi informasi yang komprehensif, remaja dapat
dengan program pengembangan diri remaja mengambil pilihan-pilihan berdasarkan informasi
lainnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurang (informed-choice) yang terima yang diharapkan
komprehensifnya informasi yang diberikan dan yang terbaik untuk remaja tersebut. Selain itu,
adanya diskriminasi terhadap pemberian informasi dengan informasi yang komprehensif diharapkan
terkait kesehatan seksual dan reproduksi yang dapat membangun remaja secara positif yang
dilakukan berdasarkan status perkawinan. dapat menjalankan haknya terhadap kesehatan
Disisi lain, variabel Indeks Jangkauan Program seksual reproduksi dan dapat bertanggung jawab
Keluarga Berencana dan Prevalensi Wanita terhadap kesehatan seksual dan reproduksinya
Indonesia Menggunakan Alat Kontrasepsi itu.
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
Presentase Kehamilan Remaja Indonesia. Kedua DAFTAR PUSTAKA
variable ini memiliki target yang berbeda. Untuk
Indeks Jangkauan Program Keluarga Berencana 1. Adding It Up: Costs and Benefits of Meeting
adalah program yang menyasar baik pria maupun the Contraceptive Needs of Adolescents |
wanita sedangkan Prevalensi Wanita Indonesia Guttmacher Institute [Internet]. [cited 2019 Dec
Menggunakan Alat Kontrasepsi menyasar 18]. Available from: https://www.guttmacher.
seluruh wanita berusia 15-49 tahun. Hal ini cukup org/report/adding-it-meeting-contraceptive-
menarik karena kasus di Indonesia membuktikan needs-of-adolescents
bahwa peran serta laki-laki cukup signifikan 2. Blum RW, United Nations Population Fund.
dalam pencegahan kehamilan remaja. Variabel Girlhood, not motherhood: preventing
Prevalensi Wanita Indonesia Menggunakan Alat adolescent pregnancy. 2015.
Kontrasepsi merupakan pendekatan terhadap 3. Buse K, Martin-Hilber A, Widyantoro N,
tingkat pengetahuan wanita tentang pentingnya Hawkes SJ. Management of the politics of
Program Keluarga Berencana yang terkait evidence-based sexual and reproductive
dengan kemungkinan wanita menggunakan alat health policy. Lancet Lond Engl. 2006 Dec
kontrasepsi. 9;368(9552):2101–3.
4. Evans I. Reproductive Health and Human
KESIMPULAN Rights: Integrating Medicine, Ethics, and Law.
J R Soc Med. 2004 Jan;97(1):43–4.
Dalam rangka menurunkan angka kehamilan 5. Stanger-Hall KF, Hall DW. Abstinence-Only
remaja, Pemerintah Indonesia lewat BKKBN Education and Teen Pregnancy Rates: Why
fokus pada program berbasis pendidikan. Akan We Need Comprehensive Sex Education in the
tetapi, berdasarkan hasil penelitian program U.S. PLOS ONE. 2011 Oct 14;6(10):e24658.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI , Vol. 09, No. 01 Maret 2020 • 59
Pengaruh Program Kesehatan Seksual dan Reproduksi : Teza Thalita

6. Kearney MS, Levine PB. Why is the teen birth 12. Holzner BM, Oetomo D. Youth, Sexuality and
rate in the United States so high and why does Sex Education Messages in Indonesia: Issues
it matter? J Econ Perspect J Am Econ Assoc. of Desire and Control. Reprod Health Matters.
2012;26(2):141–66. 2004 Jan 1;12(23):40–9.
7. Holpuch A. US teenage birth rates fall again 13. Angka Kehamilan di Kalangan Remaja Tinggi,
but still among highest in developed world. BKKBN Ubah Strategi [Internet]. suara.com.
The Guardian [Internet]. 2016 Sep 28 [cited 2016 [cited 2020 Jan 7]. Available from: https://
2020 Jan 7]; Available from: https://www. www.suara.com/lifestyle/2016/04/05/164816/
theguardian.com/us-news/2016/sep/28/us- angka-kehamilan-di-kalangan-remaja-tinggi-
teenage-birth-rates-fall-again bkkbn-ubah-strategi
8. Brindis CD. A PUBLIC HEALTH SUCCESS: 14. Susandijani. Begini Pemerintah Cegah
Understanding Policy Changes Related to Kehamilan di Usia Dini [Internet]. Tempo.
Teen Sexual Activity and Pregnancy. Annu 2017 [cited 2019 Dec 17]. Available from:
Rev Public Health. 2006;27(1):277–95. https://gaya.tempo.co/read/854980/begini-
9. Lavin C, Cox JE. Teen pregnancy prevention: pemerintah-cegah-kehamilan-di-usia-dini
current perspectives. Curr Opin Pediatr. 2012 15. Cunnington AJ. What’s so bad about teenage
Aug;24(4):462–9. pregnancy? J Fam Plann Reprod Health Care.
10. Jemmott JB, Jemmott LS, Fong GT. Efficacy of 2001 Jan 1;27(1):36–41.
a Theory-Based Abstinence-Only Intervention 16. Hsiao C. Analysis of Panel Data. Cambridge
over 24 Months: A Randomized Controlled University Press; 2014. 563 p.
Trial with Young Adolescents. Arch Pediatr
Adolesc Med. 2010 Feb;164(2):152–9.
11. Santelli JS, Kantor LM, Grilo SA, Speizer IS,
Lindberg LD, Heitel J, et al. Abstinence-Only-
Until-Marriage: An Updated Review of U.S.
Policies and Programs and Their Impact. J
Adolesc Health. 2017 Sep 1;61(3):273–80.

60 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 01 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai