Anda di halaman 1dari 31

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

“Apa yang Perlu Kamu Pahami tentang Partisipasi Anak


Muda yang Bermakna?”

Pertanyaan dan Jawaban serta Hasil Riset di Jakarta, Yogyakarta,


dan Surabaya mengenai Partisipasi Anak Muda yang Bermakna
dalam Program atau Penyusunan Kebijakan terkait Anak Muda

Tim Penulis: Ryan Fajar Febrianto, Luluk Nuriyah, Nursyfira,


Azzahra Ulya, Cindy Rahman
Penyunting: Ryan Fajar Febrianto
Penerjemah: Michael Permana Rinaldi
Tata Letak: Richardo Fransiscoli
1

Copyright. Jakarta, 2014.


Cetakan Pertama

Dituliskan dan diterbitkan oleh:


Divisi Penelitian dan Pengembangan
Yayasan Aliansi Remaja Independen
Jl. Tebet Timur Raya No. 15, Tebet, Jakarta Selatan
DKI Jakarta, Indonesia, 12820
Situs: http://aliansiremajaindependen.org
E-mail: info@aliansiremajaindependen.org
Pemerintah sendiri telah membuat program yang memiliki tujuan untuk menginformasi-
kan dan memberi pelayanan terhadap hak kesehatan seksual dan reproduksi kaum muda,
seperti program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR)6
yang dipimpin oleh BKKBN, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang dilakukan
oleh Kementrian Kesehatan, serta berbagai program lain yang bertujuan untuk pencega-
han HIV di kalangan remaja oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
dan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Lembaga PBB pun seringkali memberi
dukungan terhadap program-program pemerintah dan LSM terkait kesehatan seksual dan
reproduksi remaja, seperti contohnya penelitian, kegiatan pelayanan publik, hingga im-
plementasi pendidikan seksualitas, seperti yang dilakukan oleh UNESCO pada tahun 2012
yang mencoba mendukung implementasi International Technical Guidance on Sexual-
PRAKATA ity Education (ITGSE)7 bersama kementrian, lembaga masyarakat sipil, hingga kelompok
kepemudaan. Lebih dari itu, keseriusan pemerintah terhadap pengentasan permasalahan
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


kesehatan seksual dan reproduksi remaja pun dicantumkan pada salah satu poin dalam
Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan besar. Untuk pertama kalinya dalam se-
Millenium Development Goals (MDGs), dimana dua dari indikator nya adalah Persentase
jarah, Indonesia memperoleh bonus demografi dengan populasi usia produktif terbesar1
anak muda usia 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV
. Melihat hal tersebut, berbagai kebijakan, strategi, dan programpun banyak direncana-
dan AIDS dan penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi.
kan, dilaksanakan, dan dikembangkan guna membangun populasi muda tersebut agar
siap dan berkompeten menjadi agen perubahan dan pemimpin di lingkungannya. Hal ini
Berbagai kebijakan, strategi, dan program yang dilakukan lintas sektor tersebut
memperlihatkan dua arti bagi sebuah negara, banyaknya angkatan muda menjadi tan-
sayangnya belum dapat menunjang keberhasilan tujuan yang diharapkan. Seperti con-
tangan sekaligus peluang bagi pembangunan.
tohnya, dalam pencapaian MDGs, persentase penggunaan kondom pada hubungan seks
beresiko tinggi baru mencapai 35 persen dari target tahun 2012 sebesar 45 persen dan
Dalam konteks kependudukan, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa ber-
masih jauh dari target tahun 2014 sebesar 65 persen, serta persentase penduduk berusia
dasarkan sensus penduduk pada tahun 20102 , Indonesia memiliki 237,6 juta penduduk
15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV dimana ditarget-
dimana 17 persen nya atau sebesar 40,7 juta jiwa berusia 15-24 tahun. Jika digabungkan
kan untuk mencapai 85 persen pada 2012. Namun, berdasarkan survei cepat (rapid sur-
dengan penduduk usia 10-24 tahun, maka 27,6 persen atau 63 juta penduduk Indonesia
vey) pada tahun 2011, pendidikan komprehensif tentang HIV baru mencapai 20,6 persen8
berusia 10-24 tahun. Dalam pertumbuhannya, tercatat bahwa selama 10 tahun terakhir,
. Berbagai kegagalan dari pencapaian atas penuntasan permasalahan kesehatan seksual
jumlah populasi usia muda3 meningkat dari 20 persen pada tahun 2000 menjadi 27,6
dan reproduksi remaja juga dikarenakan belum diintegrasikannya program yang dilaku-
persen pada tahun 2010.
kan (masih bersifat sektoral) dan minimnya keterlibatan kaum muda secara partisipatif
dalam upaya peningkatan kualitas hidup terkait kesehatan seksual dan reproduksi kaum
Jumlah penduduk muda diatas juga ternyata dibarengi dengan semakin kompleksnya
muda, kebijakan dan program pemuda justru dibuat dengan perspektif “orang dewasa”.
permasalahan yang meliputi generasi muda saat ini, khususnya permasalahan seputar
seksualitas. Perilaku seks beresiko yang diakibatkan karena minimnya informasi men-
genai pendidikan seksualitas yang komprehensif serta minimnya pelayanan kesehatan
seksual dan reproduksi pun memberikan warna sendiri bagi kompleksitas masalah kaum
2

3
muda. Data dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menunjukkan bahwa
sekitar 10-20 persen kaum muda usia 15-24 tahun mengaku sudah melakukan hubungan
seks sebelum menikah4. Di sisi lain, informasi mengenai Hak dan Kesehatan Seksual dan
Reproduksi (HKSR) dan layanan kesehatan dirasakan masih sulit didapatkan oleh kaum
muda, hal tersebut terlihat pada studi PKBI mengenai Pengetahuan dan Sikap terhadap
Hak dan Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) remaja yang menyatakan sebesar 26,5
persen kaum muda mengalami kesulitan mengakses informasi tentang HKSR dan 46,7
persen merasa sulit mendapatkan kondom5 .

Di skala nasional, berbagai kebijakan, strategi, dan program pun telah banyak dilakukan
baik oleh Pemerintah, organisasi masyarakat sipil, hingga lembaga PBB dalam mengatasi
permasalahan kaum muda terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksi mereka.
Melalui metode pemetaan dari berbagai tinjauan pustaka, Buku ini berusaha memberi-
daftar isi
kan pemahaman mengenai partisipasi pemuda yang bermakna, baik dari sisi teoretis
serta aplikasinya di lapangan. Buku ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas ber- PRAKATA (2)
bagai program yang belum melibatkan anak muda secara bermakna. Dilengkapi dengan
studi Aliansi Remaja Independen kepada organisasi kepemudaan di wilayah Jakarta, Yo- BAGIAN 1
gyakarta, Surabaya, diharapkan buku ini dapat memberikan gambaran secara garis besar “Memahami Partisipasi Anak Muda Yang Bermakna” (6)
mengenai definisi, indikator, serta permasalahan yang terdapat dalam aplikasi partisipasi 1. Mengapa Anak Muda Perlu dilibatkan? ( 8 )
anak muda yang bermakna, khususnya keterkaitannya dengan kemitraan dan kolaborasi 2. Siapa Itu Anak Muda ( 8 )
bersama orang dewasa. 3. Apa Itu Partisipasi ? ( 10 )
4. Apa Saja Yang Perlu Diperlihatkan dalam Partisipasi? (11)
#Tangga Partisipasi Hart ( 17)
# Jalur Partisipasi Sheir ( 18 )
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

# Derajat Partisipasi Treseder ( 20 )

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


# Tipe Piramida ( 21)
# Tipe Bank Dunia ( 23)
7. Bagaimana Cara Mengetahui Program Yang Melibatkan Anak Muda
Secara Bermakna? ( 25 )

BAGIAN 2
“ Meninjau Implementasi Partispasi Anak Muda Yang Bermakna” ( 28 )
Metodologi (30)
Hasil Temuan (32)
#Ragam Definisi “Remaja” sebagai “Anak Muda” ( 32)
#Partisipasi Remaja Ideal (34)
#Gambaran Partisipasi Rremaja Ideal (34)
1. Dari sudut pandang pemerintah ( 35 )
2. Dari sudut pandang anak muda ( 36 )
#Gambaran Partisipasi Remaja Ideal Organasasi Anak Muda di
1. Surabaya (36)
2. Yogyakarta (38)
3. Jakarta ( 38 )
1. Dilansir dari Kompas: http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/24/23475745/Berguru.Pada.63.Juta.Anak.Muda, diakses 1 Maret
#Simpulan Gamabaran Partisipasi Remaja dari Ketiga Wilayah ( 40 )
2013 pukul 12.45 WIB. #Bentuk Ppartisipasi Remaja Ideal ( 40 )
2. Dilansir dari BPS: http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=336&wid=0, diakses 1 Maret 2013, pukul 12.30 WIB. 1. Tingkat Partisipasi Hart ( 40 )
4

5
3. Range umur yang biasa digunakan ketika merujuk pada populasi remaja adalah: 10-19 tahun (WHO, UNICEF, UNFPA) sementara
kesepakatan PBB mengenai definisi kaum muda untuk tujuan statistik adalah 15-24 tahun. Dalam tulisan ini, penulis merujuk pada 2. Model Partisipasi Sheir ( 41 )
definisi menurut PBB dengan range usia kaum muda dari 15-24 tahun yang biasa digunakan oleh program terkait Kesehatan Seksual 3. Derajat Partisipasi Treseder ( 41 )
dan Reproduksi oleh pemerintah.
4. Thematic Report, Global Survey ICPD Beyond 2014, UNFPA Indonesia, 2012. 4. Tipe Piramida ( 42 )
5. Dikutip dari Harian The Jakarta Globe, 28 Maret 2011 #Faktor - faktor yang berkontribusi terhadap partisipasi
6. Informasi lebih lanjut mengenai PIK KRR dapat dilansir melalui: http://www.k4health.org/sites/default/files/Bagian_II_Program_
Pemerintah_PIK-KRR.pdf Remaja Ideal ( 43 )
7. Dilansir dari UNESCO: http://portal.unesco.org/geography/en/ev.php-URL_ID=15802&URL_DO=DO_TOPIC&URL_SECTION=201. Kesimpulan ( 45 )
html, diakses 1 Maret 2013 pukul 13.15 WIB.
8. Dilansir dari Kompas: http://health.kompas.com/read/2013/02/06/08083978/Kunci.Penularan.HIV.pada.Pria.Risiko.Tinggi., diakses Rekomendasi ( 46 )
1 Maret 2013 pukul 11.00 WIB Tentang Program ( 47 )
Tentang Organisasi Pelaksana ( 51 )
Tentang Organisasi Mitra ( 52 )
Tentang Penulis ( 53 )
Daftar Pustaka ( 60 )
BAGIAN

1
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


“Jadi hambatan yang kami alami di daerah itu, saya melihatnya dari dua sisi.
Pertama, dari sisi orang dewasanya, mereka masih memiliki stigma bahwa
anak muda itu tidak bisa bekerja, anak muda itu sukanya hura hura, anak
muda gak paham program. Sedangkan dari sisi anakmudanya sendiri, kesa-
daran akan partisipasi mereka terkait pemenuhan hak kesehatan seksual dan
reproduksi masih sangat rendah.”
6

7
–Rofiq (Advokat Muda, Pati - Jawa Tengah )

“Kalau di Makassar sendiri, keterlibatan anak muda dan orang dewasa masih

MEMAHAMI PARTISIPASI
dianggap kurang. Contohnya Orang dewasa masih berpikiran bahwa anak
muda tidak bisa
membuat sesuatu yang berguna. kendala lainnya yaitu masalah hal birokrasi
ribetnya

ANAK MUDA YANG


birokrasi ketika anak muda ingin bekerja sama atau berpartisipasi dengan
orang dewasa”

BERMAKNA
–Reysa (Advokat Muda, Makassar - Sulawesi Selatan)
usia untuk masa remaja. Papalia, Old & Feldman (2008) menyatakan masa remaja dimulai
1. Mengapa Anak Muda Perlu Dilibatkan? pada usia 11 atau 12 tahun sampai masa remaja akhir atau sekitar usia awal dua puluhan.

• United Nations General Assembly mendefinisikan ‘children’ untuk mereka yang


Mengapa anak muda perlu dilibatkan dalam program/kebijakan terkait anak muda?
berusia di bawah 15 tahun. Berbeda dengan definisi ‘children’ dari Nations Convention
Setidaknya DFID (2010) mengungkapkan 3 alasan utama:
on the Rights of the Child yang merujuk pada mereka yang berusia sampai 18 tahun .
Roger Hart (1992) sendiri mendefinisikan ‘child’ sebagai usia pra-anak muda dan ‘youth’
1. Alasan demografis: Youth Bulge!
atau anak muda untuk anak-anak berusia 13–18 tahun10. Roger Hart juga menggunakan
Indonesia mengalami bonus demografi di penduduk usia muda hingga tahun
istilah young people yang mencakup kedua kelompok tersebut11 .
2050. Besarnya jumlah anak muda menjadikan anak muda sebagai tantangan dan investa-
si. Partisipasi anak muda yang bermakna dapat mendukung:
• United Nations Population Fund (UNFPA) mendefinisikan adolescents (remaja)
- Penguatan kemampuan dan kaya kritis anak muda untuk memenuhi kebutuhan-
untuk yang berusia 10-19 tahun, early adolescence (remaja awal) untuk yang berusia 10-
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


kebutuhan subsisten mereka
14 tahun, late adolescence (remaja akhir) untuk yang berusia 15-19 tahun, youth untuk
- Mencegah dan mengurangi kerentanan anak muda dari situasi ekonomi, politik, dan
mereka yang berusia 15-24 tahun dan terakhir young people untuk yang berusia 10-24
sosial yang tidak stabil
tahun.
- Memperkuat rasa kepemilikan dan mendukung keberlanjutan intervensi kepada anak
muda di masa yang akan datang
Program seringkali dirancang untuk kelompok yang spesifik, misalnya anak muda di se-
- Sebagai jembatan untuk menghubungkan praktisi dengan komunitas target dan mem-
kolah, anak muda LGBT, atau anak muda difabel. Namun, seringkali berbagai program
bangun serta memperkuat modal sosial antar orang dewasa (praktisi) dengan anak muda
terkait anak muda belum memiliki spesifikasi terkait kelompok anak muda mana yang in-
gin disasar, dan mengapa. Hal ini tentu berpengaruh pada efektivitas program. Dengan
demikian, penting untuk mengidentifikasi siapa anak muda yang ingin dilibatkan, baik
2. Membangun Efektivitas Program
berdasarkan status sosial ekonomi, geografis, hingga mempertimbangkan aspek gender.
Melibatkan anak muda secara bermakna juga melibatkan mereka sebagai
subyek aktif di lingkungan yang demokratis. Partisipasi anak muda membuat anak muda
mengasah kepekaan terhadap hak dan kewajiban sebagai wara negara, membuat
Beberapa anak muda seringkali terekslusi dari partisipasi dalam program/kebijakan terkait
berbagai kebijakan tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan anak muda, dan sebagai
anak muda. Save The Children (2014) mengelompokkan beberapa kelompok anak muda
bentuk akuntabilitas dan inklusivitas praktisi terhadap intervensi yang dilakukan.
yang seringkali terekslusi dari partisipasi program/kebijakan:

• Perempuan muda - di banyak masyarakat di dunia, perempuan muda dihara-


3. Membangun Lingkungan yang Positif antara Anak Muda - Orang Dewasa
pkan dapat berkontribusi secara signifikan pada aktivitas rumah tangga dan pengurusan
Kemitraan yang terbangun dengan menekankan pada proses saling memban-
anak. Banyak pula orangtua yang takut jika anak perempuannya terlibat dalam kegiatan
gun kekuatan antara anak muda-orang dewasa dapat mengubah nilai dan norma di
LSM / aktivitas lainnya karena dianggap dapat berisiko kepada keselamatan anak perem-
masyarakat yang memandang anak muda sebagai pihak yang tidak berdaya atau men-
puannya. Upaya protektif terhadap anak perempuan yang seringkali lebih ketat diband-
gubah pandangan bahwa orang dewasa tidak bisa bermitra secara positif dengan anak
8

9
ingkan anak laki-laki juga seringkali membuat perempuan muda tidak dapat berpartisi-
muda. pasi secara bermakna. Dengan demikian, dalam program, penting untuk melibatkan
perempuan muda dan laki-laki muda secara proporsional.

• Anak muda dengan Difabilitas - Di hampir seluruh wilayah di dunia, banyak


2. Siapa Itu Anak Muda? sekali anak muda dengan difabilitas yang tidak bersekolah ataupun disembunyikan diru-
mah. Mereka mengalami lapisan diskriminasi yang berlipat dan terkadang mengalami bul-
Definisi mengenai anak muda sangat bervariasi: lying serta terekslusi dari sekolah, aktivitas komunitas, hingga aktivitas bermain
• Papalia, Old & Feldman (2008) mendefinisikan masa remaja sebagai masa dengan teman sebayanya.
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung
perubahan besar pada fisik, kognitif dan psikososial9 . Papalia, Old & Feldman (2008) tidak
menyebutkan secara eksplisit batas
Papalia, D.E, Old, S.W., & Feldman, R.D. (2008). Human Development. New York : The MacGraw Hill Companies
9

Family Health International. (2008). Youth Participation Guide: Assessment, Planning, and Implementation.
10

11
Hart, R. 1992. Children participation : From tokenism to citizenship. Innocenti Essays No.4. Florence, Italia : UNICEF
• Anak muda Miskin, Berkasta Rendah, atau Anak Muda di Masyarakat Adat - DFID (2000) pun memberi definisi partisipasi dalam kerangka hak warga negara, bahwa
anak muda dalam kategori ini seringkali dimarginalisasi secara ekonomi dan sosial serta partisipasi:
seringkali gagal mengakses program LSM dan inisiatif komunitas. Di berbagai adatpun
anak muda masih dianggap kurang signifikan sehingga mereka tidak dapat terlibat secara “…memungkinkan masyarakat untuk merealisasikan hak-haknya untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan komunitas. dalam, dan mengakses informasi yang terkait dengan, proses-proses pengambilan kepu-
tusan yang mempengaruhi hidup mereka”
• Anak Muda Luar Sekolah - Beragam sekolah seringkali menyasar anak muda di
dalam sekolah yang seolah-olah melupakan fakta bahwa banyak anak muda yang tidak Secara operasionalpun, Partisipasi terbagi menjadi 4 tingkatan operasional, yakni terkait
sekolah atapun tidak bersekolah di sekolah formal. Hal ini mempersulit anak muda luar dengan:
sekolah untuk terlibat aktif dalam program-program terkait kepemudaan.
• Berbagi Informasi: Orang-orang terinformasi dalam rangka memfasilitasi tinda-
• Anak Muda dengan Usia yang Lebih Muda - Dengan alasan akses dan pen- kan individu dan tindakan kolektif
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


dekatan yang tidak terlalu menyulitkan, program banyak dilakukan kepada anak muda • Konsultasi: Orang-orang dikonsultasikan dan berinteraksi dengan organisasi,
berusia diatas 10 tahun. Padahal, anak berusia dibawah 10 tahun juga memiliki kerentan- dimana terdapat proses timbal balik yang diperhitungkan.
an dan kebutuhan tersendiri dan keterlibatan merekapun jarang dilihat sebagai sesuatu • Pengambilan Keputusan: Orang-orang memiliki peran ini, baik secara langsung
yang penting. ataupun bergabung dengan pihak lain, terkait dengan isu-isu spesifik dari sebuah kebija-
kan atau program;
• Anak Muda LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) - anak muda den- • Menginisiasi Tindakan: Orang-orang menjadi proaktif dan dapat menginisiasi
gan karakteristik ini seringkali mengalami diskriminasi yang berlapis hingga ditolak oleh tindakan.
masyarakat tempat mereka tinggal. Penting untuk melibatkan anak muda LGBT, terutama
dalam program terkait hak kesehatan seksual dan reproduksi. Meski demikian, perlu di- (Diadaptasi dari Bhatnagar dan Williams, 1992, untuk World Bank, dalam DFID, 2010).
pahami bahwa banyak anak muda LGBT yang masih bergulat dengan identitas, ekspresi,
hingga orientasi seksualnya. Dengan demikian, upaya pelibatan yang dilakukan kepada Youth Participation adalah kata yang paling sering digunakan dalam berbagai kegiatan
anak muda dengan karakteristik ini perlu dilakukan dengan pendekatan yang positif, terkait youth development, youth governance dan health. Kata tersebut juga digunakan
inklusif, dan sensitif. untuk menyatakan keterlibatan anak muda dalam kegiatan bersama kelompok marjinal,
seperti partisipasi orang yang tinggal bersama pengidap HIV dan AIDS. The U.S. National
Commission on Resources for Youth mendefinisikan partisipasi anak muda sebagai
keterlibatan anak muda untuk bertanggung jawab dan melakukan suatu tindakan den-
3. Apa itu Partisipasi? gan adanya kesempatan untuk merencanakan dan/atau membuat keputusan yang da-
pat mempengaruhi orang lain, baik yang di luar atau di dalam partisipasi anak muda itu
Partisipasi merupakan hak dasar bagi masyarakat. Hart (1992) menggunakan istilah par-
sendiri.13
tisipasi untuk menunjukkan suatu proses berbagi pengambilan keputusan yang mem-
pengaruhi kehidupan seseorang dan komunitas12 .
4. Apa Saja yang Perlu Dipertimbangkan dalam

11
10

Partisipasi merupakan konsep yang seringkali digunakan oleh praktisi pembangunan.


Definisi partisipasipun beragam, salah satu definisi partisipasi adalah yang dikemukakan
Partisipasi?
oleh Bank Dunia (1994):
Lebih dari sekadar model dan teori, partisipasi yang bermakna perlu diterjemahkan dalam
berbagai bentuk mekanisme yang dapat membantu mengukur sejauh mana program
“…sebuah proses dimana pemangku kepentingan mempengaruhi dan berbagai kontrol
yang dilakukan benar-benar mempraktikkan pendekatan yang partisipatoris kepada anak
atas inisiatif pembangunan, keputusan-keputusan serta sumberdaya yang mempen-
muda.
garuhi mereka”

13
Family Health International. 2008. Youth Participation Guide: Assessment, Planning, and Implementation
Meskipun banyak praktisi yang mengklaim mereka telah melibatkan anak muda secara 5. Bagaimana Memahami Jangkauan Partisipasi?
bermakna, seringkali berbagai program yang menyasar anak muda tidak memiliki standar
tertentu dalam mengukur sejauh mana partisipasi itu bekerja. Hal ini tentu dapat berpen- Sebelum memahami bagaimana partisipasi dapat diletakkan dalam pemrograman, dalam
garuh pada capaian program, sejauh mana suara anak muda didengar, bentuk keterli- siklus perencanaan, implementasi, hingga monitoring dan evaluasi program, setidaknya
batan yang mereka lakukan, dan sejauh mana efektifitas program yang ditujukan kepada terdapat berbagai aktivitas yang dilakukan untuk memaksimalkan capaian program,
anak muda. antara lain:

Dengan demikian, setidaknya terdapat 3 hal yang perlu dipertimbangkan praktisi dalam
mengukur partisipasi anak muda, yakni:

Jangkauan — sejauh mana partisipasi telah dicapai, sudah dalam tahap apa? Apa yang
telah anda lakukan dalam menjangkau anak muda?
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


Kualitas — apakah proses partisipatoris ini telah menggunakan standar etika yang efektif?
Bagaimana anda menggunakan standar tersebut?
Capaian — hal-hal apa saja yang telah dicapai ketika partisipasi ini dilakukan? Apa man-
faatnya? Apa bedanya dengan pendekatan non-partisipatoris?

13
12
4. Proses Pengukuran (Monitoring dan Evaluasi)
1. Proses Penggalian Masalah Dalam pemrograman, rasa kepemilikan atas program perlu dimiliki oleh anak
Anak muda dapat berkontribusi dalam memberi masukkan/input terhadap muda. Hal ini membuka ruang untuk mereka menyuarakan pendapat sekaligus mengem-
masalah yang diangkat. Anak muda saat ini memiliki kebutuhan dan kerentanan tersendi- bangkan program. Hal ini diwujudkan melalui proses pelibatan anak muda dalam moni-
ri terhadap masalah yang mereka hadapi yang mungkin berbeda dengan anak muda di toring dan evaluasi untuk memastikan efektivitas program dari sudut pandang penerima
era sebelumnya. Dengan membuka kesempatan bagi anak muda untuk berbicara dan sekaligus subyek program, yakni anak muda itu sendiri. Anak muda dapat dilibatkan
mengekspresikan keresahan dan kebutuhannya, praktisi kemudian dapat menjadikan dalam pertemuan evaluasi program dengan memberi mereka kesempatan secara terbuka
suara anak muda sebagai dasar masalah yang diangkat dalam pemrograman. Praktisi untuk memberi pendapat dan masukkan atas program yang dilaksanakan. Terkadang,
perlu memahami mungkin saja anak muda tidak memiliki pengetahuan, cara berekspresi, anak muda memiliki keengganan tersendiri dalam berkomunikasi dalam forum orang de-
hingga pandangan yang tajam terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian, prak- wasa. Dengan demikian, pendekatan yang ramah anak muda, seperti memberi mereka
tisi perlu untuk melakukan pendekatan yang ramah kepada anak muda, melalui upaya waktu khusus dalam pertemuan, atau secara sederhana mengajak mereka berpendapat
mendengarkan dan membuka diri terhadap pendapat dan ekspresi anak mudatanpa dan menghargai pendapat mereka adalah upaya yang penting untuk memastikan mereka
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


memberi mereka tekanan atau stigma tertentu terhadap ekspresi/pendapat yang mereka benar-benar diberi kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya tanpa tekanan ataupun
sampaikan. situasi yang memaksa. Seperti halnya hak dan kewajiban ketika menyampaikan pendapat,
anak muda juga perlu diberi hak untuk tetap diam jika memang tidak ingin menyatakan
2. Proses Penggalian Ide Solutif (perencanaan) pendapatnya.
Setelah menggali masalah yang dihadapi anak muda, anak muda juga dapat
berkontribusi pada upaya memberi masukkan terhadap apa saja hal-hal yang dapat me- 5. Proses Perbaikan atau Penguatan Program (timbal balik)
nyelesaikan masalah anak muda,. Dalam kata lain, menggali kebutuhan anak muda. Prak- Setelah poin-poin evaluasi atas program dilakukan, praktisi perlu memberi kes-
tisi dapat bekerjasama dengan anak muda dalam menentukan prioritas kebutuhan dan empatan bagi anak muda untuk memvalidasi poin-poin evaluasi tersebut sekaligus mem-
aksi-aksi konkret yang perlu dilakukan. Tak hanya itu, praktisipun dapat mendiskusikan beri mereka kesempatan secara terbuka untuk terlibat dalam perencanaan program di
peran-peran apa yang dapat dilakukan oleh anak muda dalam menyelesaikan masalah masa yang akan datang. Anak muda dapat diberi kesempatan untuk ikut berpikir menge-
yang mereka hadapi dan memberi mereka kesempatan untuk terlibat dalam tahap tahap nai bagaimana kerja-kerja yang telah dilakukan dapat diperkuat atau dipertahankan dan
implementasi program yang nantinya akan organisasi anda susun. Andapun dapat bek- rencana aksi bersama yang akan dilakukan di masa mendatang sebagai bentuk keberlan-
erjasama dengan organisasi anak muda dalam memahami kebutuhan anak muda secara jutan kemitraan antara anak muda dengan orang dewasa/organisasi penyelenggara.
lebih praktis dan mengidentifikasi ide-ide program yang dapat dikolaborasikan bersama.

3. Proses Pengambilan Tindakan (pelaksanaan)


Jika memungkinkan, libatkan anak muda secara nyata dalam aktivitas/kegiatan/
program yang dilakukan oleh organisasi Anda. Sebelumnya, sebagai praktisi, Anda perlu
mengidentifikasi apa saja kekuatan yang dimiliki anak muda yang dapat dikontribusikan
kepada program, dan identifikasi juga apa yang program/organisasi anda dapat berikan
kepada anak muda. Anak muda biasanya memiliki kekuatan dalam memobilisasi anak

15
14

muda lain dalam lingkungannya, dalam penggunaan teknologi seperti media sosial, atau
ide-ide segar, tenaga, dan semangat yang tinggi. Sebaliknya, pertimbangkan bagaimana
organisasi/program Anda dapat berkontribusi pada pengembangan anak muda, dengan
bagaimana anak muda mendapatkan sumberdaya (pengetahuan, pendapatan, hingga
jejaring yang luas), pengalaman, hingga kemampuan sosial. Partisipasi pemuda yang ber-
makna bukan berarti membagi proporsi yang seimbang terkait peran antara orang dewa-
sa dan anak muda dalam program, melainkan bagaimana kekuatan dan kebutuhan orang
dewasa (organisasi) ataupun anak muda dapat saling terbagi, berkontribusi dan saling
bermanfaat bagi kedua pihak.
#Tangga Partisipasi Hart (Hart’s Ladder of
Participation)
Tangga Partisipasi (The Ladder of Participation) dibuat untuk melihat sejauh apa partisipa-
si anak muda dalam suatu kegiatan tertentu serta sejauh apa kolaborasi anak muda ber-
sama orang yang lebih dewasa dibandingkan anak muda. Tangga Partisipasi ini terdiri dari
8 anak tangga. Menurut Hart, tidak semua pelibatan anak muda dapat dianggap sebagai
partisipasi anak muda. Dalam Tangga Partisipasi, anak tangga 1 sampai 3 disebut oleh Hart
sebagai non-partisipasi, yag terdiri dari manipulasi, dekorasi dan tokenisme. Sedangkan
anak tangga ke-4 sampai ke-8 sebagai tingkat partisipasi, yang memiliki tingkatan yang
berbeda dalam pelibatan anak muda dan dewasa dalam suatu kegiatan tertentu.
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


Tingkatan apa saja yang tidak bersifat partisipatif?

Manipulasi adalah anak tangga terendah dalam Tangga Partisipasi. Dalam manipulasi ini,
anak muda tidak memahami isu yang diangkat dan apa tujuan yang mereka lakukan. Con-
tohnya adalah ketika anak muda disuruh membawa poster atau pernyataan protes terha-
dap isu tertentu tetapi tidak
6. Apa Saja Bentuk-Bentuk Partisipasi yang tahu apa makna protes tersebut dan mengapa mereka melakukannya. Anak tangga kedua
Bermakna? adalah dekorasi, anak muda dilibatkan hanya untuk pemanis dan penggembira untuk
kepentingan orang dewasa walaupun kegiatan tersebut adalah kegiatan anak muda. Anak
Setidaknya, ada tiga tokoh dalam penelitian partisipasi anak muda yang modelnya ban- tangga ketiga adalah tokenisme, di mana anak muda memberikan pendapat, tetapi keny-
yak digunakan, yaitu Hart (1992) yang mengemukakan mengenai Tangga Partisipasi ataannya sedikit atau bahkan tidak ada kesempatan atau pilihan-pilihan sesuai kebutu-
(Ladder of Participation), Treseder (1997) yang mengemukakan terkait Tingkat Par- hannya anak muda sebenarnya.
tisipasi (Degrees of Participation), dan Shier (2001) yang membahas mengenai Jalur Apabila diamati, ketiga anak tangga tersebut memang melibatkan anak muda, namun
Partisipasi (Pathways to Participation). Selain itu, ada konsep tipologi baru yang dikemu- anak muda tidak benar-benar berpartisipasi di dalamnya. Anak muda juga tidak memi-
kakan oleh Wong & Zimmerman (2010), sebagai TYPE (Tipology of Youth Participation liki tanggung jawab tertentu atau inisiatif untuk melakukan berdasarkan keinginan atau
and Empowerment) yang berbentuk seperti piramida. Tipologi ini berusaha untuk me- kebutuhannya sendiri. Oleh karenanya ketiga anak tangga ini disebut Hart sebagai non-
lengkapi kelemahan atau hal-hal yang tidak bisa dijelaskan oleh tiga teori sebelumnya. partisipasi. Anak tangga selanjutnya disebut Hart sebagai Tingkat Partisipasi, dimana di
dalamnya sudah ada partisipasi anak dan dewasa tapi dengan tingkatan yang beragam.
Secara garis besar, Tipologi Hart, yaitu Tangga Partisipasi terdiri atas tiga anak tangga

17
16

non-partisipasi dan lima anak tangga yang berupa tingkat partisipasi anak muda. Sedan-
gkan Tipologi Shier biasanya digunakan bersama dengan Tangga Partisipasi yang dibuat
oleh Hart. Shier menggunakan tiga tahap komitmen yang digunakan dalam tiap ting-
kat partisipasi berdasarkan anak tangga Hart, yaitu pembukaan, peluang dan kewajiban.
Dalam tiap tahap dan tingkat partisipasi, Shier memberikan pertanyaan kunci yang dapat
digunakan untuk melihat sejauh apa tingkat dan tahap komitmen yang dimiliki antara
anak muda dan orang dewasa dalam suatu kegiatan atau lembaga (lebih lanjut dapat
dilihat Gambar 2.2). Sedangkan tipologi yang dikemukakan oleh Wong & Zimmerman
(2010) berbentuk seperti piramida. Konsep ini menunjukkan lima tipe partisipasi yang
digambarkan pada berbagai tingkat keterlibatan anak muda dan dewasa dalam bentuk 14
Wong, N.T. &Zimmerman, M.A.(2010).A Typology of Youth Participation and Empowerment for Child and Adolescent Health Promotion.
skema V, yaitu Vessel, Symbolic, Pluralistic, Independent dan Autonomous. Lebih lanjut Springer. Am J Community Psychol, 46, hal 100–114
15
Hart, R. 1992. Children participation : From tokenism to citizenship. Innocenti Essays No.4. UNICEF International Child Development Centre.
akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.
Tingkatan Apa Saja yang Bersifat Partisipatoris?

Tabel: Tingkat Partisipasi Hart

Tingkat Partisipasi Penjelasan


Ditugaskan tetapi Mema- Anak muda memahami tujuan dari kegiatan yang akan di-
hami (Assigned But In- lakukan, siapa yang akan melakukan pengambilan kepu-
formed) tusan dan mengapa, serta memutuskan sendiri keikutser-
taan dalam kegiatan tersebut
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


Dikonsultasi dan Mema- Kegiatan dijalankan oleh orang dewasa tetapi memper-
hami hatikan pendapat dari anak muda dan bahkan diterapkan
dalam menjalankan kegiatan tersebut.
Inisiatif orang dewasa Kegiatan diinisiasi oleh orang dewasa tetapi dari perenca-
tetapi diputuskan bersama naan sampai pelaksanaan kegiatan dilakukan dan dipu-
anak muda tuskan bersama anak muda
Inisiatif anak muda, tetapi Kegiatan diinisiasi oleh anak muda dan orang dewasa
diarahkan oleh orang de- membantu mengarahkan kegiatan
wasa
Inisiatif anak muda dan Kegiatan diinisiasi dan dijalankan oleh anak muda, baik
diputuskan bersama den- dari perencanaan sampai pelaksanaan. Kegiatan juga
gan orang dewasa dikonsultasikan kepada orang dewasa jika dibutuhkan.
Orang dewasa berperan untuk memberikan saran

Keterlibatan anak muda dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh orang de-
wasa dapat membangun kemampuan, penguasaan dan keahlian dari anak muda. Ketika
pengambilan keputusan tersebut dilakukan dalam kelompok, maka anak muda akan ter-
biasa menghadapi perbedaan cara berpikir, bagaimana melakukan pengambilan keputu-
san dan melakukan strategi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang dapat mening-
katkan perkembangan kognitif dan sosial .

19
18

Jalur Partisipasi Sheir


Tipologi yang dibuat oleh Shier digunakan bersama dengan model yang dibuat oleh Hart.
Jika dilihat pada Gambar 2.2, kita dapat melihat bahwa dalam Tipologi Shier berusaha
mengembangkan tipe partisipasi yang dibuat oleh Hart. Shier menggunakan tiga tahap
komitmen dalam tiap-tiap tingkat partisipasi, yaitu opening, peluang dan obligasi. Pada
tiap tingkat Shier juga memberikan pertanyaan kunci yang digunakan untuk melihat ting-
kat partisipasi atau desain kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh anak muda dan orang
dewasa.
16
Wong, N.T. &Zimmerman, M.A.(2010).A Typology of Youth Participation and Empowerment for Child and Adolescent Health
Promotion. Springer. Am J Community Psychol, 46, hal 100–114
Derajat Partisipasi Treseder
Tipe Piramida
Treseder mengemukakan bahwa penggunaan tangga dalam model yang dibuat oleh Hart
menyebabkan masing-masing anak tangga akan secara bertahap mencapai tangga ideal, Tipe piramida ini menunjukkan derajat partisipasi antara orang dewasa dan anak muda
yaitu anak tangga tertinggi, yaitu inisiatif anak muda dan diputuskan bersama dengan yang mempertimbangkan potensi masing-masing dalam tiap tahap. Oleh karena itu di-
orang dewasa atau Treseder menggunakan istilah youth-driven participation. Berbeda gunakan lima tipe partisipasi yaitu vessel, symbolic, pluralistic, independent dan autono-
dengan Hart, menurut Treseder, dalam beberapa kasus model tangga tertinggi atau mous. Konsep piramida ini biasa digunakan dalam kegiatan promosi kesehatan yang meli-
youth-driven participation tersebut tidak tepat dan seolah menggeneralisasi bahwa par- batkan partisipasi anak muda dan orang dewasa. Zimmerman (2000) juga berpendapat
tisipasi yang ber, oleh karena itu akan lebih baik untuk menyusun lima tingkat partisipasi bahwa potensi pemberdayaan (empowerment) bergantung pada kekuatan hubungan
tersebut dalam bentuk yang non-linier (lihat Gambar 2.3). Model Treseder atau yang dis- antara individu, organisasi dan komunitas mereka. Hubungan tersebut bergantung pada
ebut derajat partisipasi ini menunjukkan bahwa satu tipe partisipasi tidak lebih baik dari derajat partisipasi individu dan kelompok17 . Dengan bekerja bersama dengan anak muda,
tingkat lainnya. orang dewasa dapat menyediakan sumber daya seperti sumber daya manusia, pengeta-
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


huan dan informasi, atau keahlian yang dimiliki. Hal ini bisa difasilitasi dengan berdialog
atau berdiskusi dan mengembangkan kemampuan manajerial anak muda. Partisipasi
Gambar : Derajat Partisipasi Treseder anak muda dapat didorong menjadi kolaborasi aktif dan berbagi pengetahuan dengan
berdalog bersama (lihat Rappaport 1995; Wallerstein 1992; Zimmerman 2000). Dengan
kolaborasi tersebut anak muda dapat meningkatkan kemampuan, self-efficacy dan sense
of control dengan membangun kesadaran dan terlibat dengan lingkungan sekitar mereka
(Zimmerman 1995) . Anak muda biasanya tergantung dengan orang dewasa untuk mem-
bantu mereka misalnya dengan mengawasi, membimbing dan memberikan dukungan
sosial.

Untuk tipe partisipasi, Wong & Zimmerman (2010) menginisiasi tiga pendekatan dasar,
yaitu adult-driven, shared-control, dan youth-driven. Ketiga pendekatan tersebut kemu-
dian, diturunkan sehingga menjadi tipe partisipasi yang ada pada Gambar 2.4.

Gambar Tipe Piramida Wong & Zimmerman

21
20
Wong & Zimmerman (2010) mendefinisikan adult-driven participation sebagai aktivitas Tipe Bank Dunia
yang diinisiasi oleh orang dewasa dan dirancang untuk melibatkan anak muda. Sedan-
gkan shared-control merupakan proses transaksional yang terjadi antara orang dewasa Bank Dunia (2007) melalui DFID (2010) memaparkan mengenai partisipasi anak muda
dan anak muda, di mana shared-control yang dimaksudkan disini tidak perlu didefinisi- melalui kacamata tiga lensa untuk melihat dan mengimplementasikan partisipasi anak
kan bahwa orang dewasa dan anak muda memiliki partisipasi yang sama. Dalam hal ini muda yang bermakna.
orang dewasa dan anak muda dapat mengambil tugas dan tanggung jawab yang me-
manfaatkan kelebihan yang dimiliki masing-masing. Seperti yang dicontohkan oleh Wong gambar ilustrasi
& Zimmerman (2010) anak muda melakukan brainstorming ide baru dan orang dewasa
memberikan rekomendasi timeline dan prosedur untuk mengimplementasikan ide terse-
but. Selanjutnya adalah youth-driven participation, yaitu partisipasi yang diatur oleh anak
muda. Dalam tipe partisipasi ini sebenarnya bisa diinisiasi oleh anak muda atau orang de-
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


wasa, tetapi yang berperan dalam mengambil keputusan adalah anak muda.

Berdasarkan definisi tersebut, tipe partisipasi kemudian dibagi ke dalam berbagai vari-
asi. Adult-driven dapat dibagi menjadi vessel dan symbolic, control-shared hanya ada satu
tipe yaitu pluralistic., dan youth-driven yang terdiri dari independent dan autonomous.
Lebih lanjut akan dijelaskan dalam table 2.5 berikut.

Tabel : Tipe Partisipasi dalam Tipe Piramida

DFID (2010) menekankan bahwa bentuk diatas tidak bersifat ekslusif, dimana partisipasi
anak muda dalam pembangunan seringkali merupakan kombinasi dari ketiga bentuk,
sehingga bersift dinamis. Tak hanya itu, bagaimana praktisi menggunakan kacamata ini
juga bergantung pada konteks lokal dari intervensi pembangunan yang tepat dilakukan
oleh praktisi. Pendekatan/kacamata tiga lensa ini juga menekankan tujuan dari partisipasi
yang bermakna bagi anak muda berarti mengembangkan anak musa sebagai mitra serta
pemimpin pembangunan. Hal ini dilihat berdasarkan kebutuhan bagi anak muda untuk
memiliki kapasitas untuk bertindak serta kemampuan dan kapabilitas untuk mengubah
kehidupan mereka.

23
22

Untuk menjelaskan tiga lensa ini, berikut adalah penjelasannya.

18
Ibid, hal 106
Tahap Keterangan 7. Bagaimana cara mengetahui program yang
1. Bekerja untuk Anak Muda sebagai Didefinisikan sebagai dasar dari intervensi melibatkan anak muda secara bermakna?
Penerima Manfaat (Working for Youth as yang baik untuk anak muda:
Beneficiaries): • Anak muda sebagai penerima Salah satu cara untuk memahami apakah program yang dijalankan sudah melibatkan
manfaat berarti mereka juga adalah anak muda secara bermakna adalah dengan mengevaluasi program yang pernah dijalan-
sebuah kelompok target dan mereka kan sebelumnya untuk memahami indikator dalam menilai pelibatan tersebut. Save The
terinformasi dengan baik; Children (2014) berusaha memetakan indikator penilaian evaluasi program yang partisi-
• Secara eksplisit berfokus pada patoris dengan menggunakan 3 model partisipasi anak muda. Model ini penulis rasa da-
isu anak muda; pat merepresentasi berbagai model yang telah dipaparkan di bagian sebelumnya. Model
• Dapat mempersiapkan dasar tersebut antara lain:
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

bagi upaya bekerja dengan anak muda

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


sebagai mitra; Gambar

2. Menjadikan anak muda sebagai Mitra Didefinisikan sebagai:


(Engaging with Youth as Partners) • Intervensi kolaboratif, dimana
anak muda secara utuh dikonsultasikan
dan diinformasikan;
• Bermakna kerjasama antar
kedua belah pihak dan berbagi tanggung
jawab;
• Memahami bahwa anak muda
secara umum membutuhkan pengalaman
bekerja pada tingkatan ini sebelum secara
progresif menjadi pemimpin dan inisiator
pembangunan - sebuah tahap dimana 1. Partisipasi Konsultatif:
tidak semua anak muda ingin memimpin adalah kondisi partisipasi untuk perencanaan program. Partisipasi ini dilakukan oleh orang
atau tidak semua anak muda dapat mem- dewasa/anak muda untuk mendapatkan pandangan anak muda sebagai upaya memban-
impin gun pengetahuan dan realitas terkait kehidupan dan kebutuhan anak muda. Dengan kata
lain, proses ini adalah upaya mengidentifikasi masalah yang ingin diangkat dalam pro-
gram. Selain sebagai upaya menghargai perspektif anak muda, pendekatan ini juga me-
3. Mendukung Anak Muda sebagai Pem- Didefinisikan sebagai: matahkan asumsi bahwa orang dewasa memiliki jawaban tentang semua permasalahan
impin (Supporting Youth as Leaders) • Membiarkan dan mendukung anak muda. Proses ini biasanya dilakukan melalui riset sebelum suatu program dilakukan.

25
24

intervensi diinisiasi dan dijalankan oleh 2. Partisipasi Kolaboratif:


anak muda merupakan bentuk partisipasi anak muda dimana praktisi sudah mengidentifikasi
• Membuka ruang bagi anak masalah yang ingin diangkat dalam program lalu melibatkan anak muda dalam menyusun
muda untuk mengambil keputusan langkah tindak lanjut yang diwujudkan daam program yang dilakukan. Dengan kata lain,
(delegasi) dalam sebuah struktu, sistem, partisipasi kolaboratif merupakan bentuk kerjasama kemitraan antara orang muda den-
maupun proses pengambilan keputusan. gan orang dewasa. Partisipasi kolaboratif dapat berbentuk melibatkan anak muda dalam
proses perencanaan dan pelaksanaan riset, pengembangan kebijakan, pendidikan sebaya
dan konseling, atau melibatkan anak muda dalam konferensi dan menjadi representasi
pada struktur pengambilan keputusan. Partisipasi kolaboratif membuka kesempatan bagi
orang dewasa dengan anak muda untuk saling berbagi peran dalam proses pembuatan
keputusan.
3. Partisipasi yang Dipimpin Anak Muda/diarahkan: Mengukur apa Anak muda Anak muda Anak muda
yang terjadi ditanyakan bekerja ber- menentukan
merupakan bentuk partisipasi dimana anak muda diberi kesempatan dan ruang untuk (monitoring pendapatnya sama orang apa yang
menginisiasi aktivitas yang ingin dilakukan serta melakukan advokasi. Anak muda dalam dan evaluasi) mengenai apa- dewasa untuk seharusnya
model ini dapat membuat struktur organisasinya sendiri dan menentukan isu dan langkah kah program menentukkan dievaluasi,
apa yang ingin diangkat dalam program. Bentuk partisipasi ini bisa berupa menginisiasi yang dilakukan bagaimana dan dengan
organisasi anak muda untuk melakukan kegiatan advokasi, pemberian pelayanan, penya- sudah menca- mengevaluasi dukungan
daran publik dan pemberdayaan masyarakat. Peran orang dewasa dalam model ini ada- pai apa yang program orang dewasa,
lah sebagai fasilitator yang membantu anak muda menggali permasalahan dan tujuan, direncanakan melaksana-
memberikan informasi dan berbagi pengalaman, serta memberi dukungan dan nasihat. dalam tahap kan evaluasi
perencanaan program
Untuk menilai sejauh mana setiap model dapat melibatkan anak muda, berikut merupa-
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


kan tabel evaluasi yang dapat dijadikan rujukan. Bertindak Anak muda Orang dewasa Anak muda
terhadap data diminta untuk melibatkan merefleksi data
temuan (dis- memberikan anak muda temuan evalu-
Anak muda Partisipasi Partisipasi Partisipasi eminasi dan pendapat ten- dalam dis- asi dan menyu-
tidak terlibat Konsultatif Kolaboratif yang Dipimpin timbal balik) tang bagaima- kusi bersama sun rancangan
oleh Anak na merespons terkait imp- rencana tindak
Muda data hasil likasi data te- lanjut, yang
Proses peng- Anak muda dit- Anak muda Anak muda evaluasi muan evaluasi kemudian
galian masalah anya mengenai diminta untuk menyeleng- dan menggali hasilnya dikon-
(analisis situasi) pendapatnya berkontribusi garakan riset/ bagaimana sultasikan
terhadap pada proses proses analisis mereka dapat kepada orang
masalah tert- penggalian situasi denagn menggunakan dewasa
entu masalah yang anak muda data tersebut
mereka hadapi lainnya untuk untuk perenca-
mengidentifi- naan program
kasi masalah di masa men-
yang diangkat datang
Menentukan Perencanaan Anak muda Anak muda
apa yang akan memper- terlibat dalam menentukkan
dilakukan (per- timbangkan menentukkan sendiri isu/
encanaan) masalah- program apa masalah apa

27
26

masalah yang yang akan dip- yang ingin


dikemukakan rioritaskan dan mereka fokus-
oleh anak dikembangkan kan
muda
Mengambil Anak muda Anak muda Anak muda
tindakan (im- diminta untuk bekerjasama mengorgaisasi
plementasi) ambil bagian dengan orang dan mengatur
dalam program dewasa untuk program serta
merancang memiliki tang-
dan mengim- gung jawab
plementasikan penuh atas
program implementasi
BAGIAN

2
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


“Anak muda memang diharapkan untuk membawa hal yang berbeda, bring something
different on the table. Karena salah satu yang menjadi keterbatasan orang dewasa, mis-
alnya, kita mungkin relatif lebih lamban dalam merespon perubahan. Jadi, ketika kita
bermitra itu kita ingin mendengar aspirasi dari teman-teman, sebenernya apa sih yang
menjadi kebutuhan teman-teman, makanya keterwakilan itu penting sekali. Yang kedua,
teman-teman anak muda itu diharapkan lebih bisa berpikir diluar kotak, lebih bisa mem-
bawa ide-ide baru terutama tentang metodologi bagaimana kita (orang dewasa) bisa
melakukan intervensi secara berbeda, jadi berpikir diluar apa yang biasanya dilakukan.
Lalu yang ketiga juga kita berharap anak muda bisa membawa energi yang lebih dinamis.
Ya, mungkin, orang dewasa sudah memiliki banyak rambu-rambu pada banyak bidang-
bidang tertentu, ada yang dapat kita lakukan dan banyak juga yang tidak dapat kita laku-
kan. Kita juga berharap anak muda menjadi elemen yang melengkapi hal ini.”
Anissa Elok (UNICEF Indonesia)

“Biasanya, kelompok remaja yang beragam, seperti contohnya teman-teman yang hidup
di jalanan, kelompok remaja seperti ini biasanya memiliki kebutuhan yang khusus karena
keadaan sosial, ekonomi, serta stigma dimasyarakat membuat kelopok ini lebih rentan,

29
28

misalnya terhadap kekerasan. Kebutuhan khususnya tentunya harus direspon dengan


strategi khusus, salah satu caranya adalah dengan bagaimana melibatkan mereka dalam
proses advokasi sehingga mereka dapat berbicara on behalf of kebutuhan mereka. Na-
mun, tentu saja ketika kita mendorong mereka dalam proses advokasi , kita juga harus

MENINJAU IMPLEMENTASI berpikir bagaimana cara untuk dapat meningkatkan kapasitas mereka. Karena terkadang,
kelompok remaja ini masih memiliki kapasitas yang kurang terkait dengan proses ad-

PARTISIPASI
vokasi ataupun proses-proses strategis lainnya, sehingga proses advokasi dan tingkatan
kapasitas yang lebih beragam harus dipikirkan secara bersama.”
Setia Perdana(Aktivis Muda dari Fokus Muda, Young Key Population Community)

ANAK MUDA YANG BERMAKNA


Di periode Januari – Mei 2014, Aliansi Remaja Independen bersama kelompok riset KSM 2 Mengetahui ket- Kualitiatif Structured- Surabaya : PKBI
Eka Prasetya Universitas Indonesia melakukan penelitian terkait partisipasi organisasi anak erlibatan organ- interview Jatim, SeBAYA, GayA
muda yang bermakna terkait program dan kebijakan pemerintah dalam bidang keseha- isasi pemuda yang Nusantara, PERWA-
tan seksual dan reproduksi. Penelitian ini dilakukan di 3 wilayah, yakni Jakarta, Yogyakarta, mempresentasikan KOS, DIPAYONI, dan
Surabaya, yang merupakan bagian dari wilayah kerja program ASK (Access, Services, and populasi umum dan Posyandu Remaja
Knowledge) yang dijalankan oleh berbagai organisasi kemasyarakatan dan badan pemer- pemuda populasi Jakarta : Fokus
intah yang memiliki komitmen untuk memberi edukasi dan pelayanan kepada anak muda kunci (Orang den- Muda dan GWL
usia 10-24 tahun terkait hak kesehatan seksual dan reproduksi. gan HIV dan AIDS, Muda
LGBT, Lelaki Seks Yogyakarta : PKBI
Pada dasarnya, tujuan dari penelitian ini antara lain untuk: dengan Lelaki dan DIY dan Youth
1. Menganalisis bentuk partisipasi pemuda secara ideal dari sudut pandang Pemerintah Pekerja Seks) dalam Forum
dan anak muda
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


program kaum
2. Mengetahui keterlibatan organisasi pemuda yang mempresentasikan populasi umum muda terkait Hak
dan pemuda populasi kunci (Pemuda dengan HIV dan AIDS, LGBT, Lelaki Seks dengan Kesehatan Seksual
Lelaki dan Pekerja Seks) dalam program kaum muda terkait Hak Kesehatan Seksual dan dan Reproduksi
Reproduksi
3. Mengetahui harapan, tantangan, kesempatan dan hambatan (Analisis SWOT) terhadap 3 Mengetahui hara- Kualitiatif Focus-group Surabaya : SeBAYA,
partisipasi organisasi anak muda dalam keterlibatannya di isu HKSR pan, tantangan, discussion DIPAYONI, dan
4. Mengidentifikasi kesuksesan dan pembelajaran yang dapat diambil dari partisipasi pe- kesempatan dan Posyandu Remaja
muda yang bermakna dari organisasi yang telah menjalankannya hambatan (Ana- Jakarta : Fokus
lisis Mengetahui Muda dan GWL INA
harapan, tantangan, Yogyakarta : PKBI
kesempatan dan DIY dan Youth
METODOLOGI hambatan (Analisis Forum
SWOT) terhadap
Pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengguna- partisipasi organisa-
kan metode kualitatif dengan wawancara terstruktur dan FGD. Selain itu peneliti akan mel- si anak muda dalam
akukan assessment, berupa survei penerapan MYP ideal pada organisasi pemuda yang keterlibatannya di
bergerak dalam isu HKSR. isu HKSR
4 Mengetahui Kualitiatif Structured- Surabaya : PKBI
kesuksesan dan interview Jatim, SeBAYA, GayA
No Tujuan Penelitian Jenis Penelitian Metode Penelitian Representasi pembelajaran yang Nusantara, PERWA-
Informan dapat diambil dari KOS, DIPAYONI, dan

31
30

1 Mengetahui Kualitiatif Structured-inter- Direktorat Jenderal partisipasi pemuda Posyandu Remaja


pemaknaan view Bina Kesehatan yang bermakna Jakarta : Fokus
konsep partisipasi Anak Kemenkes dari organisasi yang Muda dan GWL INA
pemuda secara Yayuk (Asisten Koor- telah menjalankan- Yogyakarta : PKBI
ideal dari sudut dinator Penanggu- nya DIY dan Youth
pandang Pemer- langan PMTS, KPAN) Forum
intah
#Karakteristik Subjek “Remaja itu bagi kita itu cuma orang yang berusia 10-24 tahun, lebih kesitu. Biasanya re-
Karakteristik dari subjek yang akan dijadikan informan dalam penelitian ini adalah : maja itu kita menganggapnya istimewa. Karena kalau ngomongin umur ya gak semua
1. Instansi pemerintah seperti itu, tetapi dipukul rata untuk orang-orang yang sedang mencari jati diri...”
a. Bekerja dalam instansi pemerintah yang terkait dengan pemuda dan isu HKSR (SeBAYA)
b. Menjabat minimal satu tahun

2. Organisasi Pemuda Selain itu untuk remaja yang merupakan populasi kunci, batas usia remaja bisa mencapai
a. Tergabung dalam organisasi kepemudaan yang terkait isu HKSR minimal satu 27 sampai 30 tahun dan tergantung pada penerimaan diri yang berbeda-beda.
tahun
b. Berdomisili di Jakarta, Surabaya dan Jogyakarta “... kalau di kita itu pakai nya yang 17 sampai 30 tahun, soalnya yang organisasi LGBT nya
kan yang waria nya itu untuk menjadi transgender yang remajanya itu ya batasnya sampai
3. Populasi kunci 30 tahun” (GayA Nusantara)
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


Karakteristik subjek adalah sebagai berikut :
a. Berasal dari komunitas yang merepresentasi Orang dengan HIV dan AIDS, LGBT, Ketika berbicara mengenai remaja, terkadang kita mendefinisikan remaja berdasarkan
Lelaki Seks dengan Lelaki dan Pekerja Seks batasan usia, namun untuk populasi kunci batas usia untuk menjadi remaja tidak bisa dis-
b. Tergabung dalam organisasi kepemudaan yang terkait isu HKSR amaratakan. Hal ini sangat tergantung dengan penerimaan diri masing-masing remaja.
c. Berdomisili di Jakarta, Surabaya dan Jogyakarta Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ciri remaja adalah erat dengan upaya untuk mencari
jati diri. Papalia, Old & Feldman (2008) mendefinisikan masa remaja sebagai masa transisi
#Metode Pengumpulan Data perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung peruba-
han besar pada fisik, kognitif dan psikososial. Sehingga sebenarnya masa remaja tidak
Metode pengumpulan data penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, dan hanya dilihat dari batasan usia tetapi juga bagaimana aspek-aspek lain seperti perubahan
Focus Group Discussion. Kami melakukan wawancara terhadap responden utama kami fisik, kognitif dan psikososial yang terjadi pada seseorang.
dalam penelitian ini, yaitu instansi pemerintah dan organisasi pemuda yang bergerak
dalam isu yang berkaitan dengan HKSR, serta populasi kunci (Penderita HIV dan AIDS, Definisi remaja yang dinamis sangat berkaitan dengan program-program yang terkait
LGBT, Lelaki Seks dengan Lelaki dan Pekerja Seks) yang terlibat dalam organisasi pemu- orang muda, terutama populasi kunci. Beberapa program yang dilakukan untuk remaja
da yang bergerak di isu HKSR dan tersebar di wilayah Jakarta, Jogjakarta, dan Surabaya. biasanya diberikan batasan usia, dengan fleksibilitas usia orang muda (terutama populasi
Dalam pemilihan informan kami menggunakan metode purpossive. Karena kami sudah kunci) bisa memungkinkan remaja-remaja populasi kunci lainnya yang sudah lebih dari
memiliki karakter informan yang harus kami wawancarai. batas usia orang muda (10-24 tahun) untuk dapat terlibat dalam program.

Implikasi dari definisi remaja yang dinamis ini tentunya berpengaruh dalam program,
HASIL TEMUAN bagi remaja yang belum belum menemukan jati diri mereka biasanya masih berkutat
dengan dirinya sendiri sehingga belum memikirkan hal-hal terkait organisasi. Oleh kare-
#Ragam Definisi “Remaja” sebagai “Anak Muda”
na itu, organisasi dengan anggota yang sudah settled jati dirinya mengadakan program

33
32

bagi mereka yang belum menemukan jati dirinya. Untuk program bagi mereka yang su-
Istilah Remaja seringkali dipakai dengan makna yang sama dengan “anak muda” dalam
dah ‘menemukan’ jati diri program lebih dikhususkan dalam hal leadership skill sebagai
bahasa program. Dalam konteks ini, remaja umum dan populasi kunci yang berada dalam
upaya untuk ‘menciptakan’ pemimpin di kalangan undeserved group. Pada undeserved
organisasi remaja yang bergerak dalam isu HKSR mendefinisikan remaja dalam sudut
group, definisi remaja/orang muda tergantung dari konsensus yang terjadi dalam organ-
pandang yang berbeda-beda. Beberapa mendefinisikan remaja berdasarkan batasan usia
isasi masing-masing. Secara teoritis mereka tahu bahwa remaja/orang muda adalah yang
yang diberikan oleh United Nations Population Fund (UNFPA), yaitu 10-24 tahun. Remaja
berusia 10-24 tahun. Namun, dalam realitanya, mereka juga mempertimbangkan faktor-
juga didefinisikan sebagai kelompok usia yang sedang melakukan pencarian jati diri.
faktor yang terjadi dalam internal individu karena pelibatan seseorang dalam suatu or-
ganisasi sehingga dapat menjalankan program dengan baik menuntut kestabilan emo-
sional.
#Partisipasi Remaja Ideal 1. Dari sudut pandang Pemerintah

The U.S. National Commission on Resources for Youth mendefinisikan partisipasi anak Pemerintah sebagai induk dari program-program yang dilakukan belum banyak yang
muda sebagai keterlibatan anak muda untuk bertanggung jawab dan melakukan suatu melibatkan anak muda dalam proses program secara menyeluruh. Walaupun pengeta-
tindakan dengan adanya kesempatan untuk merencanakan dan/atau membuat kepu- huan untuk perlu melibatkan anak muda/remaja dari perencanaan sampai implemen-
tusan yang dapat mempengaruhi orang lain, baik yang di luar atau di dalam partisipasi tasi memang ada, namun memang impelementasi baru melibatkan remaja pada tahap
orang muda itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan dida- pelaksanaan saja.
patkan bahwa pengetahuan anak muda umum atau populasi kunci yang berada dalam
organisasi anak muda yang bergerak dalam isu HKSR terhadap meaningful youth partici-
pation masih belum merata. “.. Ya sebetulnya kalau bicara tentang remaja memang ga bisa lepas dari partisipasi re-
maja.tidak akan ada apa-apanya kalau program remaja tapi tidak melibatkan remaja dari
“... kita sendiri mendefinisikan meaningful youth participation, myp itu, kerjasama yang awal. Emm.. partisipasi itu adalah partisipasi yang dimulai dari harus melibatkan remaja
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


benar-benar sama. Misalnya pakai polling ni remaja nilainya satu ya pakai itu. Kita lebih ke dari mulai perencanaan sampai ke monitoring dan evaluasi. Kadang-kadang ada be-
situ. Bentuk kerjasama antara remaja dan orang dewasa...” (SeBAYA) berapa pihak yang melibatkan remaja tapi hanya pada pelaksanaannya. Hanya ketika
misalnya ketika mengisi acara. Nah, untuk yang namanya partisipasi remaja, acaranya
Partisipasi remaja ideal diartikan sebagai kerjasama antara remaja dan orang dewasa. hanya talkshow remaja tapi harusnya ketika kita bicara partisipasi remaja kita betul-betul
Partisipasi remaja juga didefinisikan sebagai kerjasama antara remaja dan orang dewasa libatin mulai dari bagaimana kita mengembangkan kerangka acuannya, pesertanya sia-
baik dalam tahap perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Kerjasama antara pa saja, anggaran yang dibutuhkan juga bisa direncanakan bareng-bareng sama remaja.
remaja dan orang dewasa bisa dalam bentuk apa saja, terutama yang memungkinkan Tempatnya sepeti apa dan lain-lain sebagainya itu juga direncanakan semuanya bareng
remaja untuk terlibat dalam semua tahap khususnya dalam pengambilan keputusan. remaja. Implementasinya, ya tentu melibatkan anak-anak remaja. Ya intinya .. ya tetapi
remaja juga ga mesti, kerjain sendiri semua , tetap harus ada kemitraan yang baik antara
“...Jadi kalau menurut saya partisipasi itu adalah bentuk keterlibatan secara aktif dan mem- remaja dan orang dewasa. Sampai pada monev program krena temen-temen remaja
berikan partisipasi yang nyata dalam semua tingkatan level terutama level-level yang di- sendiri yang bisa mngukur sudah efektif belum ya program yang direncanakan untuk
mana pengambilan keputusan mungkin dilakukan....” (Fokus Muda) kita remaja gitu...” (KPAN)

Beberapa remaja populasi kunci masih belum benar-benar mengetahui mengenai partisi-
pasi remaja ideal. Hal ini karena mereka masih fokus pada mengajak rekan-rekan remaja Selain itu, fokus lain pada Pemerintah adalah pada pengetahuan untuk partisipasi anak
lainnya untuk tergabung dalam komunitasnya dan belum melakukan advokasi terkait par- muda. Anak muda harus mengetahui mengenai partisipasi anak muda untuk akhirnya
tisipasi remaja dalam beberapa program Pemerintah. bisa diterapkan dalam konsep sikap atau perbuatan. Pemerintah pun juga melihat bahwa
anak muda sangat berpotensi untuk diintervensi dalam kelompok sebaya (peer group).
“...kalau kita itu partisipasinya itu kayak bikin-bikin acara, anak-anak yang biasanya non- Seperti yang disampaikan oleh informan dari Kementerian Kesehatan RI, anak muda me-
gkrong atau apa, ayo ikut, kamu bisanya apa, daripada kamu cuma nongkrong dari sore miliki kecenderungan untuk berkelompok. Dalam tataran program, perlu intervensi yang
sampai pagi, kamu bisa main gitar, nyanyi, atau apa, disini ada gurunya, kalau seandainya kuat dalam pengembangan kapasitas kelompok anak muda dan pelibatan orang muda

35
34

kamu mau main teater, nanti kamu ada pengembangannya. Dan gak Cuma latihan aja, secara bermakna. Selain itu, kelompok atau organisasi orang muda seringkali mewakili
karena nanti kamu juga bisa mentas. Jadi semuanya itu gak sia-sia. Dan mengisi waktu lu- latar belakang yang heterogen (beragam), sehingga mampu mewakili anak muda dari be-
ang kamu daripada nongkrong, daripada ngabisin uang atau apa, mending hari-hari kamu ragam latar belakang, dibanding melibatkan anak muda dalam level individual.
luangin lah beberapa jam, Cuma buat latihan aja, itu buat masing-masing kan, seandainya
kamu pengen ini ini, ayo, ini kayak model apa ya, ngerangkul anak-anak..” (DIPAYONI) Jadi partisipasi itu ada skemanya, sebelum jadi partisipasi itu remaja itu tahu dulu, tahu
itu akan diteruskan menjadi sikap, selanjutnya mereka akan melakukan, nah di tahap
#Gambaran Partisipasi Remaja Ideal melakukan ini lah mereka sudah berpartisipasi dengan baik, kalo di tahap sikap mereka
juga sudah berpartisipasi namun baru mulai saja. Nah partisipasi remaja itu bergantung
Partisipasi remaja ideal melibatkan dua subyek, yaitu orang dewasa dan remaja. Partisipasi kepada peer masing-masing. Pada partisipasi itu sesungguhnya paling banyak kena inter-
remaja ideal sangat erat dengan bagaimana remaja dan orang dewasa bekerja sama dari vensi di dalamnya. Contohnya mereka itu di’jejelin’ pengetahuan dari setiap lembaga, in-
tahap perencanaan sampai tahap monitoring dan evaluasi. Dari kerjasama antara orang stansi atau institusi. Selain peer group tadi yang berpengaruh itu keluarga juga termasuk.
dewasa dan remaja inilah kita bisa melihat dan mengevaluasi apakah sudah ada partisi- Kita harus bisa memetakan peer group dari tingkat yang paling sederhana, yang paling
sederhana, yang paling bawah. Mereka juga harus terkena intervensi, harus diwadahi. “.. Dari periode 2010-2014 ini partisipasi remajanya sudah ada walaupun subjektif men-
Kalau peer nya kuat dan bagus remaja akan lebih mau buat berpartisipasi, salah sa- urut saya itu partisipasi remajanya kurang aktif. Belum banyak mewarnai kebijakan di
tunya dengan alasan karena dia ikut dengan peer nya yang juga melakukan hal yang tingkat pengurus jadi istilahnya itu ya secara kapasitas kan tidak banyak, terus secara
sama. Selain itu keluarga juga bisa jadi sarana tempat disalurkannya pengetahuan dan kapasitas juga remaja kan belum dibekali juga belum berpengalaman. Secara program
sikap bagaimana seharusnya remaja berpartisipasi, itu seperti lewat PKK. Pokoknya perlu dan projek juga belum ada yang bisa mendanai aktivitas-aktivitas remaja hanya aktivi-
pemetaan peer group sesuai dengan minat. (Kemenkes) tas rutin tertentu saja. Semoga dengan adanya SK yang tadi itu akan sering ada pelati-
han-pelatihan kan nanti temen-temen bisa ikut tuh, mulai dari peserta dulu sampai jadi
Pemerintah, yang diwakili oleh Kemenkes juga membuat program-program yang bekerja fasilitator...”
sama dengan beberapa organisasi remaja, walaupun memang organisasi remaja tersebut
masih dilibatkan dalam perencanaan, namun ada harapan untuk bisa dilibatkan dalam Belum terlibatnya orang muda dalam partisipasi remaja ideal bisa disebabkan oleh ber-
evaluasi. bagai faktor, seperti yang disebutkan oleh informan sebelumnya adalah kesempatan
dan kemampuan. Dengan adanya SK yang mengatur 20% keterlibatan anak muda, maka
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


“.. kita ada program strategi nasional kesehatan remaja. Itu kita kerjasama kok sama ARI, akan memberikan kesempatan kepada orang muda untuk berpartisipasi.
PKBI, LSM itu WVI kalo ga salah, akademisi juga kita ajak kerjasama. Nah remajanya itu
sendiri partisipasinya itu dalam perencanaan dan pelaksanaan, tapi diharapkan bisa ber- Organisasi anak muda yang menjadi anak lembaga dari PKBI adalah SeBAYA, menurut in-
partisipasi sampai tahap evaluasi” (Kemenkes) forman, keterlibatan antara anak muda dan orang dewasa, bukan hanya anak muda yang
diberikan hak seluas-luasnya, bukan tanpa pengawasan orang dewasa. Orang dewasa
Program-program yang dilakukan oleh Kemenkes misalnya UKS dan PKPR. Walaupun dapat membantu untuk advokasi ke pemerintahan. Apabila anak muda sendiri yang
fasilitas sudah tersedia tapi keinginan remaja untuk datang masih kurang. Kegiatan untuk melakukan advokasi tanpa bantuan orang dewasa maka akan sulit dan bahkan tidak
mengobrol saja masih kurang apalagi untuk berobat. Oleh karena itu menurut informan dapat didengar. SeBAYA aktif melakukan advokasi ke lembaga Pemerintah yang terkait
dari Kemenkes perlu adanya inovasi agar remaja lebih tertarik untuk mengakses fasilitas seperti Dinas Kesehatan dan KPA terkait partisipasi orang muda dan sudah dilibatkan
yang sudah disediakan khusus untuk mereka. Selain itu ada program konselor sebaya, dalam semua program terkait anak muda di Dinas Kesehatan, dari perencanaan sampai
tetapi hambatannya terbatas pada sumber daya manusia dan fasilitasnya, terutama dari evaluasi (misalnya PKPR dan UKS). Selanjutnya, SeBAYA juga akan melakukan advokasi ke
pihak sekolah yang bisa diajak kerjasama. lembaga pemerintah lain seperti Dinas Sosial.

Dalam melakukan implementasi program PKPR, Kemenkes melibatkan remaja yang sebe- Selain SeBAYA, organisasi lain seperti GayA Nusantara, PERWAKOS, dan DIPAYONI cend-
lumnya mendapatkan pelatihan terlebih dahulu dari pusat. Namun sangat disayangkan erung belum melakukan advokasi terkait partisipasi anak muda dalam program Pemer-
sumber daya memang kurang dan pelatih yang memberikan pelatihan suka berpindah- intah. Organisasi-organisasi tersebut lebih fokus pada kegiatan-kegiatan terkait isu HKSR
pindah sehingga tidak efektif bagi petugas remaja yang dilatih. Walaupun demikian Ke- yang diangkat yang meliputi kegiatan-kegiatan yang diadakan untuk internal atau ek-
menkes tetap optimis akan berusaha untuk mencapai target minimal 4 puskesmas PKPR sternal (bekerja sama dengan LSM atau komunitas lain atau Universitas tertentu). Sep-
di kabupaten/kota. erti GayA Nusantara pada tahun 2012 akhir mengadakan kegiatan Youth Camp tentang
pembentukan stigma diri, akhirnya mulai membuat acara-acara di Universitas, penerbit-
2. Dari Sudut pandang Anak Muda kan jurnal penelitian tentang isu seksualitas sampai 3 volume (kontributor berasal dari

37
36

#Gambaran Pemaknaan Partisipasi Remaja Ideal Organisasi Orang Muda di Surabaya dosen universitas di Surabaya (misal UNAIR dan lain-lain), serta melakukan mapping
kebutuhan dari remaja dan melakukan pendekatan langsung ke remaja-remaja yang
Pada penelitian, informan yang diwawancarai di wilayah Surabaya adalah berasal dari sering nongkrong di Pattaya atau Taman Bungkul. Walaupun demikian, GayA Nusantara
PKBI Jatim, SeBAYA, DIPAYONI, GayA Nusantara, Pokja Remaja, dan PERWAKOS. Pemak- juga beberapa kali melakukan konsultasi ke KPA dan dilibatkan dalam penelitian yang
naan informan terkait partisipasi remaja ideal pun bervariasi. Ada yang sudah menjalan- dilakukan oleh KPA. Beberapa anggota juga sering diajak untuk berdiskusi oleh KPAN
kan partisipasi remaja yang ideal namun beberapa masih belum. yang di Jakarta. Namun memang belum sampai ke tahap pelibatan dalam pengambilan
keputusan. GayA Nusantara pernah mengajukan usul program kepada KPA dan terken-
Keterlibatan anak muda di PKBI Jatim didukung oleh adanya SK yang harus melibatkan dala masalah dana.
20% orang muda (10-24 tahun). Untuk saat ini pelibatan orang muda sudah 23%. Menurut
informan, walaupun partisipasinya belum ideal, tetapi setidaknya secara prosedural kuo-
tanya sudah terpenuhi. Di Periode 2010-2014 partisipasi orang muda ada tetapi belum
aktif. Orang muda masih belum banyak mewarnai kebijakan di tingkat pengurus.
Berbeda dengan SeBAYA dan GayA Nusantara yang mulai melakukan advokasi ke Pemer- “...Nah karena fokus muda isinya remaja maka memang pengambilan keputusan, imple-
intahan, Organisasi-organisasi remaja populasi kunci seperti DIPAYONI dan PERWAKOS, mentasi semua dilakukan oleh remaja. Tetapi karena kita merupakan kerja gabungan dari
masih fokus dalam kegiatan-kegiatan internal, seperti pengelolaan SDM dan pencerdasan tiap jaringan, dimana tiap jaringan ini kan dipimpin oleh orang dewasa sehingga kita
isu. Selain itu, PERWAKOS juga dilibatkan KPA dalam program “Anda Bisa Anda Tahu” yang selalu mendapatkan asistensi teknis dari jaringan tersebut. Dalam merencanakan strate-
ditujukan ke 10 waria muda dan DIPAYONI juga diajak kerjasama oleh KOMNAS Perem- gi, jaringan ini harus terlibat namun keputusan tetap berada di tangan remaja. Asistensi
puan. Namun keduanya dilibatkan sebatas sebagai peserta. teknis hanya sebagai pemberi masukan...”

Sedangkan Posyandu Remaja lebih fokus pada sosialisasi kesehatan seksual reproduksi ke- Di tingkat nasional, anggota dan jaringan sangat progresif mendukung partisipasi anak
pada remaja dan belum melakukan advokasi kepada Pemerintah terkait kontribusi remaja muda yang bermakna, tetapi ketika di daerah maka tantangannya akan menjadi jauh
dalam program Pemerintah. lebih besar. Hal ini karena budaya yang masih erat di daerah bahwa yang anak muda
dianggap sebagai pihak yang tidak berdaya dan suaranya dipandang tidak terlalu
#Gambaran Pemaknaan Partisipasi Remaja Ideal Organisasi Anak Muda di penting.
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


Yogyakarta
Strategi dan perencanaan program dilakukan oleh anak muda, implementasinya dikem-
Berdasarkan wawancara dengan informan didapatkan bahwa seperti halnya PKBI Jatim, balikan ke jaringan dan diintegrasikan, orang dewasa memberikan asistensi teknis kira-
dalam proses pengambilan keputusan sebanyak 20% adalah anak muda. Dalam hal ini kira bagaimana pelaksanaannya. Sejauh ini Fokus Muda juga berperan untuk melakukan
yang bertugas sebagai eksekutif program adalah anak muda, dan dalam pengambilan advokasi program, misalnya komunitas populasi kunci yang belum ada program HIV dan
keputusan pun juga seharusnya anak muda. Anak muda yang diorganisasi adalah anak AIDS dan melakukan pengembangan kapasitas (capacity building) secara nasional se-
muda yang tergabung dalam Youth Forum, dan anak muda pada komunitas ini adalah banyak 4 kali (1 pendanaan mandiri dan 3 kerjasama KPA), sampai saat ini sudah terdapat
remaja yang independen karena bukan bagian dari PKBI DIY dalam konteks sktruktural. 75 remaja populasi kunci yang dilatih selama satu tahun terakhir.
Dalam prakteknya, riset terkait kebutuhan (need assessment), penyusunan program dan
monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan dengan anak muda. Sedangkan untuk moni- Organisasi lain yang juga diwawancarai dalam penelitian ini adalah GWL Muda. Berdasar-
toring dan evaluasi dilakukan secara internal dan eksternal, mengundang PSKK (Pusat kan hasil wawancara, terkadang remaja masih belum memahami partisipasi yang ber-
Studi Kebijakan dan Kependudukan UGM). Selain itu PKBI DIY juga mengadakan pelati- makna itu seperti apa.
han mengenai peer-conselor, HKSR Dasar dan peer-advocate. Partisipasi ideal yang di-
harapkan remaja Jogja adalah pelibatan mereka dalam pembuatan kebijakan, misalnya “..Kan gue tergabung di GWL Muda sama pengurus inti populasi kunci, kalo gue nge-
kalau ada revisi kebijakan di Kota Jogja, saran atau masukan yang mereka berikan bisa liat program program yang ada, disini tuh sebenarnya udah ada kiat dari mereka buat
dipertimbangkan dan diimplementasikan. mengikutsertakan remaja. Cuma disini remajanya juga belum paham partisipasi yang
meaningful itu yang kaya gimana. Banyak yang diajak meeting aja tuh udah mengang-
gap kalo wah gue udah diajak berpartisipasi nih, padahal kan belum tentu diajak untuk
#Gambaran Pemaknaan Partisipasi Remaja Ideal Organisasi Anak Muda di Jakarta merumuskan program gitu apalagi kebijakan..” (GWL Muda)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, partisipasi remaja terutama dalam

39
38

pengambilan keputusan terkendala oleh banyak yang bekerja di usia yang masih san-
gat muda dan kurangnya kapasitas (pendidikan yang masih rendah), serta adanya PERDA
yang mengkriminalisasi homoseksual (UU No 44 tahun 2008 tentang pornografi yang
menyebutkan homoseksual sebagai perilaku yang menyimpang serta Perda DKI Jakarta
No 8 tahun 2007 tentang Ketertiban Umum). Dampak dari adanya UU atau PERDA terse-
but menyebabkan orang muda populasi kunci tidak bisa coming out di depan umum.
Sejauh ini Fokus Muda sudah melibatkan remaja dalam semua tahap implementasi pro-
gram, namun karena Fokus Muda ini merupakan kerja gabungan dari tiap jaringan, di-
mana tiap jaringan ini dipimpin oleh orang dewasa. Sehingga Fokus Muda selalu menda-
patkan asistensi teknis dari jaringan tersebut.
#Simpulan Gambaran Partisipasi Remaja Ideal dari Ketiga Wilayah dilibatkan dalam program Dinas Kesehatan atau KPA.

Berdasarkan pengambilan data wawancara yang dilakukan di Jakarta, Surabaya dan Yog- “...kita sudah dilibatkan di Dinas Kesehatan, semua program terkait remaja, di Dinas
yakarta, didapatkan kesimpulan bahwa : ka nada PKPR, ada UKS, terus apa lagi ya lupa, kita udah melakukan itu, dari perencanaan
1. Beberapa organisasi remaja sudah terlibat dalam program atau proses perumu- kita dilibatkan, dan kita gak hanya memasukkan sebaya, sebaya kan lembaga ya, gimana
san kebijakan terkait kehidupan anak muda ditandai dengan advokasi yang intens dilaku- caranya teman-teman remaja di luar sana juga dilibatkan, kita mendorong untuk itu, kita
kan kepada lembaga Pemerintah terkait dan dengan terlibat dalam berbagai program gak hanya sebagai lembaga yang dilibatkan. Tetapi sudah mulai melirik, diajak dong te-
Pemerintah dari perencanaan sampai monev. Namun belum ada evaluasi dari tiap organ- man-teman dampingannya, biar bisa langsung mengevaluasi, Diajak dong,bagi kita bisa
isasi (baik organisasi remaja maupun organisasi orang dewasa) mengenai sejauh mana lah dianggap keberhasilan. Karena gak semua itukan mau. Jadi selain itu dorongan juga
keterlibatan mereka dilakukan secara bermakna. sih, yang tadi dijelaskan tentang kenakalan remaja, bentuknya memang belum youth
2. Remaja masih belum mengetahui dan memahami implementasi dari Meaning- friendly. Tapi paling gak itu sudah ada lirikan lah untuk remaja...”(SeBAYA)
ful Youth Participation, terutama remaja populasi kunci baik yang di pusat maupun dae-
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


rah. Partisipasi seringkali dimaknai sebagai ketika remaja atau anak muda terlibat dalam Walaupun demikian, sebenarnya bukan berarti partisipasi remaja yang dilakukan Se-
proses implementasi program. BAYA atau organisasi lainnya yang di tangga ke 5 itu berarti melampaui atau memenuhi
3. Remaja membutuhkan pengembangan kapasitas atau capacity building men- tangga-tangga di bawahnya. Hal ini terjadi berdasarkan konteks program yang dilaku-
genai ketrampilan atau softskill yang dibutuhkan untuk memperkuat implementasi MYP, kan, apakah ide program berasal dari organisasi orang dewasa atau dari organisasi orang
seperti leadership, advokasi, keterampilan berbicara didepan publik serta kepercayaan muda.
diri.
4. Remaja membutuhkan pendampingan atau asistensi dari orang dewasa dalam Seperti contoh yang dijelaskan di bagian sebelumnya, program-program yang dijalan-
implementasi program, terutama dalam hal terkait manajerial program. kan oleh SeBAYA tidak sepenuhnya berasal dari orang dewasa. Tetapi juga bisa berasal
5. Remaja paling banyak dilibatkan dalam implementasi program (pelaksanaan) dari ide organisasi remaja kemudian dikonsultasikan ke orang dewasa dan orang dewasa
sebagai peserta, tidak banyak yang benar-benar dilibatkan dalam seluruh tahapan atau yang memberikan masukan atau saran terkait program yang akan dilakukan, dimana
proses dari perencanaan sampai monitoring evaluasi kalau di tangga partisipasi itu sudah masuk ke tangga teratas.

#Bentuk Partisipasi Remaja Ideal 2. Model Partisipasi Sheir

Pada bagian ini akan dibahas bagaimana partisipasi bermakna antara orang dewasa dan Berdasarkan model yang dibuat Shier, tingkat partisipasi pertama belum banyak juga
remaja yang ditunjukkan dalam tingkatan partisipasi dari Hart, Sheir, Treseder dan Type diterapkan orang dewasa dalam hal ini Pemerintah kepada organisasi-organisasi remaja
Piramida. terkait. Sehingga belum banyak suara remaja yang didengarkan.
Sebagai contoh, partisipasi dari SeBAYA yang ditahap sebelumnya sudah memasuki tang-
1. Tingkat Partisipasi Hart ga tingkat ke-5, maka dalam tiga tahap itu opening, peluang dan obligasi, menunjukkan
Tangga Partisipasi ini terdiri dari 8 anak tangga. Menurut Hart, tidak semua pelibatan re- pertanyaan kunci yang digunakan untuk melihat tingkat partisipasi atau desain kegiatan
maja dapat dianggap sebagai partisipasi remaja. Dalam Tangga Partisipasi, anak tangga 1 partisipasi yang dilakukan oleh remaja dan orang dewasa. Opening yang merujuk pada

41
40

sampai 3 disebut oleh Hart sebagai non-partisipasi, yag terdiri dari manipulasi, dekorasi kesiapan, maka memang Dinkes memang sudah mendengarkan pendapat dari SeBAYA,
dan tokenisme. Sedangkan anak tangga ke-4 sampai ke-8 sebagai tingkat partisipasi, yang selama proses pengambilan keputusan juga melibatkan remaja. Namun memang belum
memiliki tingkatan yang berbeda dalam pelibatan remaja dan dewasa dalam suatu keg- ada syarat kebijakan tertentu dalam memperhitungkan ide dari remaja.
iatan tertentu. Tipe partisipasi orang muda yang dikembangkan oleh Sheir ini relevan untuk dipahami
oleh orang dewasa, khususnya pemerintah. Sebab, model ini memaparkan pertanyaan-
Jika dibahas dari partisipasi yang sudah berjalan di organisasi remaja yang dijadikan in- pertanyaan reflektif yang merujuk pada implementasi di lapangan, apakah pemuda me-
forman dalam penelitian ini, maka tingkat partisipasinya pun berbeda-beda. Organisasi mang dilibatkan secara bermakna ataupun tidak
remaja di Surabaya yang sudah berhasil melakukan MYP dari tahap perencanaan sam-
pai monev bisa dikatakan sudah berada pada tingkat Inisiatif orang dewasa tetapi dipu- 3. Derajat Partisipasi Treseder
tuskan bersama remaja. Kegiatan diinisiasi oleh orang dewasa tetapi dari perencanaan
sampai pelaksanaan kegiatan dilakukan dan diputuskan bersama remaja. Hal ini tampak Treseder mengemukakan bahwa penggunaan tangga dalam model yang dibuat oleh
dari bagaimana organisasi remaja di Surabaya seperti SeBAYA atau GayA Nusantara yang Hart menyebabkan masing-masing anak tangga akan secara bertahap mencapai tangga
akan secara bertahap mencapai tangga ideal, yaitu anak tangga tertinggi, yaitu inisiatif Organisasi orang muda yang bergerak di isu HKSR biasanya cenderung fokus pada pen-
orang muda dan diputuskan bersama dengan orang dewasa atau Treseder mengguna- guatan identitas (khususnya orang LGBT) karena eksklusi sosial dan budaya heteronor-
kan istilah youth-driven participation. mativitas di masyarakat membuat mereka sulit untuk berpartisipasi secara bermakna.
Disisi lain mereka butuh dilibatkan terkait dengan kebutuhan spesifik mereka akan kes-
Berbeda dengan Hart, menurut Treseder, dalam beberapa kasus model tangga tertinggi ehatan seksual dan reproduksi. Dalam melibatkan organisasi anak muda yang masih be-
atau youth-driven participation tersebut tidak tepat, oleh karena itu akan lebih baik un- rada dalam kondisi yang diekslusi oleh masyarakat dan negara, pendekatan berbasis pe-
tuk menyusun lima tingkat partisipasi tersebut dalam bentuk yang non-linier. Model Tre- manfaatan kekuatan antara organisasi populasi kunci muda – orang dewasa diperlukan.
seder atau yang disebut derajat partisipasi ini menunjukkan bahwa satu tipe partisipasi Dengan kata lain, tipe ini relevan diimplementasikan dalam konteks organisasi populasi
tidak lebih baik dari tingkat lainnya. kunci muda ataupun organisasi orang muda secara umum yang masih memiliki keter-
batasan kemampuan dan keahlian terkait isu dan manajemen.
Misalnya dalam konteks tertentu tidak selalu remaja yang harus menginisiasi program,
bahkan ketika orang dewasa yang menginisiasi program namun melakukan konsultasi
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

Contoh konkrit yang bisa dikembangkan adalah dalam sebuah pertemuan konsultasi, or-

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


dengan remaja, maka itu juga bisa dikatakan MYP, seperti program yang diinisiasi oleh ganisasi orang muda populasi kunci dilibatkan dalam proses perencanaan hingga moni-
Dinkes dan dikonsultasikan ke SeBAYA. toring dan evaluasi dengan mempertimbangkan kekuatan organisasi, seperti kekuatan
dalam memobilisiasi kelompok/individu lain dengan karakteristik yang sama, dan organ-
Derajat partisipasi dari Treseder ini memiliki kelemahan, karena tidak dapat menjelaskan isasi orang dewasa yang menyelenggarakan dan menjadi sumber dana program. Dalam
bentuk hubungan yang baik antara orang dewasa dan orang muda itu seharusnya sep- konteks ini, penggunaan kekuatan dari kedua jenis organisasi ini dapat memperlihatkan
erti apa, yang diinisiasi dan dikerjakan oleh anakmuda atau orang dewasa. shared control yang merujuk pada partisipasi yang bermakna.

4. TYPE Piramida #Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap Partisipasi Remaja Ideal

Tipe yang selanjutnya adalah bentuk piramida. Disini Wong & Zimmerman (2010) memb- Banyak faktor-faktor yang berkontribusi pada bagaimana kualitas partisipasi anak muda
agi tipe partisipasi kemudian dibagi ke dalam berbagai variasi. Adult-driven dapat dibagi yang ideal. Berikut adalah faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang
menjadi vessel dan symbolic, control-shared hanya ada satu tipe yaitu pluralistic, dan dapat mempengaruhi partisipasi anak muda secara ideal :
youth-driven yang terdiri dari independent dan autonomous.
1. Faktor Kekuatan (Strenght)
Adult-driven participation sebagai aktivitas yang diinisiasi oleh orang dewasa dan diran- Faktor kekuatan yang dapat membantu terciptanya partisipasi remaja ideal dalam or-
cang untuk melibatkan anak muda. Sedangkan shared-control merupakan proses tran- ganisasi remaja adalah :
saksional yang terjadi antara orang dewasa dan anak muda, di mana shared-control yang a. Muncul dan bertahannya inisiatif, komunitas, hingga organisasi anak muda un-
dimaksudkan disini tidak perlu didefinisikan bahwa orang dewasa dan remaja memiliki tuk melakukan advokasi kepada lembaga Pemerintah atau pemangku kebijakan terkait
partisipasi yang sama. Dalam hal ini orang dewasa dan remaja dapat mengambil tugas b. Munculnya inisiatif pemerintah atau organisasi orang dewasa terkait pemeca-
dan tanggung jawab yang mengeksplorasi dan menggunakan kekuatan yang dimiliki han permasalahan anak muda
masing-masing. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan sebelumnya, kerjasama c. Pengembangan kapasitas anggota organisasi remaja melalui capacity building

43
42

yang dilakukan antara anak muda dan orang dewasa dapat dimaksudkan mengerjakan yang diadakan rutin
sesuai kapasitas masing-masing. Orang dewasa bisa menginisiasi program dan remaja d. Jaringan yang cukup luas dan kuat antar organisasi anak muda yang seringkali
berpartisipasi dalam implementasi atau monitoring dan evaluasi, atau bahkan jika me- berpotensi memberi dukungan antar organisasi, kolaborasi program, hingga pertukaran
mang sudah memiliki kapasitas yang memenuhi, anak muda dapat menginisiasi pro- sumberdaya.
gram dan orang dewasa bisa memberi masukan saja untuk pengembangan program. e. Pemahaman organisasi orang dewasa terhadap melibatkan orang muda dalam
Oleh karena itu sebaiknya partisipasi anak muda yang bermakna dimaknai sebagai ket- program maupun perumusan kebijakan terkait.
erlibatan antara orang dewasa dan anak muda yang mengerjakan sesuai kapasitas dan f. Dalam konteks tertentu (terutama di Jakarta), terbukanya kesempatan dari or-
kemampuan yang dimiliki masing-masing, karena tidak bisa dipungkiri orang dewasa ganisasi orang dewasa terhadap keterlibatan anak muda (apapun level partisipasinya)
memiliki pengalaman dan kematangan secara psikologis dibandingkan anak muda, na- menjadi titik awal yang baik dalam meningkatkan partisipasi pemuda yang bermakna
mun karena isu yang diangkat adalah remaja, maka sebenarnya anak muda yang pal- baik dari perencanaan, pengembangan, implementasi, dan monitoring-evaluasi pro-
ing tahu kondisi orang muda itu sendiri. Sehingga dalam partisipasi remaja bermakna, gram atau kebijakan terkait.
shared control ini sangat dibutuhkan antara remaja dan orang dewasa. g. Adanya Undang-Undang Kepemudaan dan RPJMN yang sudah mencantumkan
2. Faktor Kelemahan (Weakness) KESIMPULAN
a. Beberapa organisasi remaja belum melakukan advokasi kepada lembaga 1. Beberapa organisasi anak muda sudah melakukan partisipasi yang bermakna
Pemerintah terkait, salah satu penyebabnya karena masih fokus pada isu internal (pen- ditandai dengan advokasi dan kolaborasi yang intens dan kritis yang dilakukan bersa-
guatan manajerial ataupun pembentukkan identitas kelompok/penguatan identitas ma orang dewasa di organisasi induk atau organisasi mitra hingga lembaga Pemerintah
anggota organisasi) terkait melalui keterlibatan di program/proses penentuan kebijakan.
b. Belum adanya pencerdasan yang komprehensif terkait pentingnya MYP dan
penerapannya serta indikator dalam mengukur partisipasi pemuda, terlebih lagi jika 2. Anak muda masih belum mengetahui dan memahami implementasi dari Mean-
melihat definisi dan karakteristik anak muda di remaja populasi kunci yang memerlukan ingful Youth Participation, terutama orang muda populasi kunci baik yang bergerak di
strategi dan sensitifitas tersendiri dalam pelibatannya. pusat maupun daerah. Banyak dari organisasi anak muda yang masih berkutat pada pen-
c. Masih adanya stigma dan diskriminasi di masyarakat yang juga didukung oleh guatan manajemen organisasi, memperkuat pemahaman isu, hingga pembentukkan
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

kebijakan yang diskriminatif terhadap eksistensi organisasi orang muda populasi kunci.

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


identitas. Bagi organisasi remaja populasi kunci, definisi usia anak muda bersifat lebih
Ini adalah sedikit kutipan dari wawancara dengan informan terkait belum adanya peneri- fleksibel dan karakteristik yang khusus dalam kaitannya dengan identitas gender, ori-
maan diri masyarakat terhadap kelompok populasi kunci ini : entasi seksual dan kerentanan terhadap HIV dan AIDS membuat praktisi perlu memiliki
strategi tersendiri dalam melibatkan mereka dalam program terkait kepemudaan, den-
“..Kalau dari saya, terkait partisipasi remaja, adalah gunakan waktu, waktu remaja adalah gan upaya membuka diri dan memberi mereka ruang yang bermakna untuk berekspresi
waktu untuk berkreasi, salurkan potensi dan bakat lewat seni, boleh ngikutin tren tapi dan bersuara.
yang positif, kalau melakukan hal-hal yang positif jangan mut-mut-an. Kalau bisa ikut
kegiatan kita dari awal sampai selesai. Juga selain itu,harapannya ada penerimaan dari 3. Anak muda membutuhkan pengembangan kapasitas (capacity building) men-
masyarakat,diakui, dihargai, kalaupun mereka gak menerima gpp, tapi setidaknya har- genai ketrampilan atau softskill yang dibutuhkan untuk implementasi partisipasi yang
gailah, ini masih tabu isunya, selain itu orang dewasa memang yang lebih tahu, tetapi bermakna, seperti l
setidaknya jangan membatasi ruang gerak kita, pengennya dihargai, jangan dibatasi..”
(DIPAYONI) 4. Anak muda membutuhkan pendampingan atau asistensi dari orang dewasa
d. Selama ini, belum adanya pemahaman yang sama terkait partisipasi anak muda dalam implementasi program, terutama pada hal-hal terkait manajemen program atau
dari sisi orang dewasa yang membuat partisipasi anak muda terjadi secara berbeda di be- manajemen organisasi.
ragam instansi/lembaga, khususnya yang memiliki program dan kebijakan terkait anak
muda 5. Anak muda paling banyak dilibatkan dalam implementasi program (pelaksan-
e. Minimnya asistensi yang mendalam, pengembangan kapasitas atau transfer aan) sebagai peserta, tidak banyak yang benar-benar dilibatkan dalam seluruh tahapan
pengetahuan yang dilakukan organisasi orang dewasa kepada organisasi anak muda atau proses dari perencanaan sampai monitoring evaluasi. Secara spesifik dalam berba-
terkait manajemen organisasi dan tata kelembagaan dan birokrasi, yang seringkali me- gai proses pertemuan perumusan kebijakan, anak muda perlu dilibatkan sebagai bagian
nyulitkan organisasi anak muda dalam bekerjasama dengan organisasi orang dewasa. dari komite pengarah (steering committee) atau bagian perumus hasil rapat bersama
orang dewasa, untuk memastikan suara anak muda dibawa dalam hasil pertemuan, tidak
hanya sekadar didengar.

45
44

6. Faktor kekuatan yang dapat membantu terciptanya partisipasi anak muda ideal
dalam organisasi anak muda adalah munculnya inisiatif, komunitas, hingga eksistensi
organisasi anak muda untuk melakukan advokasi kepada lembaga Pemerintah terkait,
pencerdasan dalam internal organisasi terkait pentingnya partisipasi yang bermakna dan
penerapannya serta upaya mengukurnya, dan pengembangan kapasitas anggota organ-
isasi remaja melaui capacity building yang diadakan rutin dan komprehensif (baik secara
isu maupun kemampuan)

7. Faktor kelemahan yang dapat menghambat terciptanya partisipasi orang muda


yang ideal adalah situasi dimana beberapa organisasi anak muda belum melakukan
advokasi kepada lembaga Pemerintah terkait, salah satu penyebabnya karena masih
fokus pada isu internal, belum adanya pencerdasan terkait pentingnya partisipasi anak
muda dan penerapannya, khususnya populasi kunci di pusat dan daerah, belum adanya
pengembangan kapasitas (capacity building) yang dibutuhkan untuk implementasi MYP,
serta masih adanya stigma di masyarakat terkait eksistensi dari populasi kunci.

REKOMENDASI
1. Partisipasi Anak Muda Bermakna yang Ideal
Sesuai seperti hasil yang disampaikan mengenai bentuk partisipasi remaja bermakna
yang ideal yang disarankan adalah menggunakan shared control pada tipe Piramida.
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


Dalam hal ini remaja dan orang dewasa saling berbagi peran sesuai dengan kapasitas
dan kekuatan masing-masing.

2. Perlunya Asistensi dan Dukungan dari Orang Dewasa


Tidak bisa dipungkiri orang dewasa cenderung memiliki pengalaman, pengetahuan,
sumberdaya, dan kematangan secara psikologis dibandingkan anak muda, oleh karena
itu dalam menjalankan program anak muda membutuhkan asistensi dari orang dewasa
sehingga dapat menghasilkan kerja yang optimal, seperti memberi masukkan berdasar-
kan pengalaman yang dimiliki orang dewasa dalam pelaksanaan program serupa.

3. Pengembangan Kapasitas dan Manajemen Proyek


Berdasarkan faktor kelemahan yang dapat mempengaruhi implementasi adalah peng-
etahuan dan kapasitas yang kurang terkait partisipasi yang bermakna. Oleh karena itu
perlu dilakukan peningkatan kapasitas terkait pengetahuan dan implementasi partisipasi
yang bermakna. Selain itu, ketika organisasi anak muda sudah mengetahui dan menera-
pkan, hal yang perlu dikembangkan selanjutnya adalah kemampuan atau softskill yang
dibutuhkan terkait program, misalnya bagaimana mengatur suatu proyek atau manaje-
men organisasi dan pelaporan keuangan, etika kemitraan dalam program, leadership,
pemahaman advokasi, kepercayaan diri, dan kemampuan sosial lain yang dibutuhkan se-
lama implementasi partisipasi yang bermakna ini. Pengembangan kapasitas anak muda
sangat dibutuhkan agar pembagian peran yang dilakukan antara orang dewasa dan anak

47
46

muda juga bisa terus berkembang, mengingat kapasitas antara orang dewasa dan anak
muda menjadi poin penting yang diperhatikan dalam bentuk partisipasi ini.

TENTANG
4. Perlunya riset lanjutan terkait pemaknaan dan kebutuhan orang dewasa dalam
melibatkan Anak muda
Penelitian ini berfokus pada organisasi anak muda sebagai unit yang diteliti, sebab yang
digali adalah kebutuhan organisasi anak muda dalam berpartisipasi di program atau ke-
bijakan pemerintah. Dalam hal ini, informan dari pemerintah hanya sebagai data tam- /////////////////////////
bahan. Peneliti menyadari perlunya riset lanjutan terkait pemaknaan dan kebutuhan or-

PROGRAM
ganisasi orang dewasa (khususnya lembaga pemerintah) dalam melibatkan anak muda
dalam program atau kebijakan mereka, sebagai pembanding dari situasi dan kebutuhan
yang dimiliki anak muda.
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


ASK (The Access, Services and Knowledge, atau Akses, Pelayanan, dan Pengetahuan)
adalah program 3 tahunan yang didanai oleh Kementrian Luar Negeri Belanda dengan
tujuan untuk meningkatkan pelayanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi (KSR) anak
muda usia 10-24 tahun, termasuk kelompok marginal. Program ini diimplementasikan di
7 negara, antara lain di Kenya, Uganda, Ethiopia, Ghana, Senegal, Pakistan, dan Indone-
sia. Program ini dijalankan dalam kurun waktu 2013-2015. Tujuan programatik ASK ter-
masuk didalamnya pendidikan mengenai Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR),
pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, dan mempromosikan lingkungan yang
mendukung untuk pemenuhan HKSR dan pencegahan HIV. Program ini menempatkan
penekanan yang kuat pada penjangkauan kelompok-kelompok yang sulit dijangkau
dan keterlibatan langsung anak muda usia 10-24 tahun, termasuk dalam penelitian dan
pengembangan intervensi.

49
48

Di Indonesia, program ASK diimplementasikan oleh 9 mitra, antara lain RutgersWPF In-
donesia (sebagai koordinator nasional program), PKBI Pusat, Yayasan Pelita Ilmu, Yayasan
Aliansi Remaja Independen (ARI), Kementrian Sosial RI, PKBI DIY, CD Bethesda, dan PKBI
Jawa Timur. Program ASK diimplementasikan di 3 wilayah: Jakarta, Yogyakarta, dan Sura-
baya.

Melalui program ASK, Aliansi Remaja Independen berkomitmen dalam upaya pengua-
tan kapasitas organisasi kemasyarakatan dan advokat muda dalam memahami dan me-
nerapkan partisipasi pemuda yang bermakna dalam program dan proses penyusunan
kebijakan terkait kehidupan anak muda, khususnya di isu Hak Kesehatan Seksual dan
Reproduksi.
1. Kerjasama dengan Organisasi Riset Anak Muda Tentang Organisasi Pelaksana
Sebagai bentuk perluasan kerjasama, berbagi keahlian dan penguatan kapasitas riset,
ARI melakukan riset terkait partisipasi organisasi anak muda yang bermakna di isu HKSR
bersama organisasi riset berbasis kampus yakni KSM Eka Prasetya Universitas Indonesia.
Melalui seleksi internal, terpilih 4 orang periset muda yang akan ditempatkan di Jakarta,
Yogyakarta, dan Surabaya untuk melakukan diskusi terarah, wawancara, serta observasi
kepada kelompok muda yang bekerja di isu HKSR.

2. Pelatihan HKSR dan Partisipasi Anak Muda kepada Periset


ARI memberikan penguatan kapasitas kepada KSM Eka Prasetya UI terkait pemahaman
mengenai advokasi, Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi, dan partisipasi yang bermak-
na sebagai bekal dari pelaksanaan riset yang akan dilakukan.
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


3. Riset di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya
KSM Eka Prasetya UI dengan asistensi ARI melakukan riset kepada perwakilan pemerintah,
organisasi kemasyarakatan dan kelompok kepemudaan di 3 wilayah: Jakarta, Yogyakarta,
Surabaya. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, diskusi
terarah, serta observasi kegiatan organisasi.

4. Workshop “Partisipasi Pemuda yang Bermakna”, Jakarta Youth Network


Gathering
ARI menyelenggarakan workshop 1 hari bertemakan partisipasi pemuda yang bermakna Yayasan Aliansi Remaja Independen (ARI; Young People Independent Alliance, dalam ba-
yang mengundang beragam pembicara mulai dari akademisi, praktisi, perwakilan lem- hasa Inggris) adalah organisasi non-profit yang didirkan dan dijalankan oleh anak muda
baga PBB, aktivis muda daerah (Yogyakarta, Surabaya, Makassar, Pati), hingga masyarakat Indonesia secara independen (non-partisan dan tidak berdiri dibawah lembaga tert-
umum untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai partisipasi pemuda yang ber- entu). Diinisiasi pada tahun 2005 oleh Duta Remaja Nasional, ARI kini memfokuskan diri
makna. Hasil risetpun disampaikan kepada para peserta kegiatan sebagai upaya validasi pada upaya mengadvokasikan aspirasi anak muda Indonesia (dan global) terhadap isu
dan diseminasi hasil temuan penelitian. Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi, Pendidikan, dan Ketenagakerjaan. Saat ini, ARI
berada di 5 wilayah di Indonesia, yakni Jakarta (Nasional), Pati (Jawa Tengah), Lombok
5. Penyusunan Modul dan Buku Advokasi dan Partisipasi yang Bermakna (Nusa Tenggara Barat), Kupang (Nusa Tenggara Timur), serta Makassar (Sulawesi Selatan).
Sebagai bentuk dokumentasi dan penyediaan sumberdaya kepada praktisi dan advokat ARI mendorong anak muda Indonesia untuk memahami isu-isu anak muda serta mem-
muda, ARI beserta 3 orang penulis muda menyusun 2 buah buku seri, yakni buku terkait berikan kapasitas bagi anak muda untuk mengadvokasikan hak-haknya melalui pelati-
Advokasi dan Partisipasi Pemuda yang Bermakna yang ditujuan kepada praktisi maupun han dan pembangunan jejaring baik dengan sesama anak muda maupun kepada orang
aktivis muda pemula di isu hak kesehatan seksual dan reproduksi. Buku ini pun dijadikan dewasa. Berjejaring dan bermitra dengan berbagai kelompok anak muda adalah upaya

51
50

acuan pelatihan dan roadshow yang dilakukan kepada advokat muda. yang dilakukan oleh ARI dalam memaknai keberagaman anak muda, sesuai dengan
slogan yang diusung ARI, yakni “Merayakan Keberagaman Anak Muda” (Celebrating
6. Pelatihan dan Roadshow Partisipasi Pemuda yang Bermakna kepada Ad- Young People Diversity).
vokat Muda Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya
Bersama CHOICE for Youth and Sexuality, organisasi anak muda berbasis di Belanda, ARI
menyelenggarakan Pelatihan dan Roadshow terkait Memahami dan Mempraktikkan Par- Alamat: Jl. Tebet Timur Raya No. 15, Tebet, Jakarta Selatan
tisipasi yang Bermakna dalam Beradvokasi kepada Aktivis dan Advokat muda di wilayah DKI Jakarta, Indonesia, 12820
Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya. Pelatihan ini ditujuan sebagai upaya memperkuat ka- Website: www.aliansiremajaindependen.org
pasitas advokat muda dan pembentukkan jejaring advokasi di isu hak kesehatan seksual Email: info@aliansiremajaindependen.org
dan reproduksi.

KONTAK : Project Officer MYP – ARI: Ryan (ryan@aliansiremajaindependen.org)


Tentang Organisasi Mitra
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


TENTANG
PENULIS
Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) Eka Prasetya Universitas Indonesia adalah unit keg-
iatan mahasiswa (UKM) yang bergerak di bidang penalaran dan keilmuan yang berdiri
sejak 30 Juni 1983. Surat Keputusan Rektor Universitas Indonesia No. 051/SK-R/UI/1983.
KSM Eka Prasetya Universitas Indonesia berstatus badan otonom (BO) yang setara den-
gan lembaga-lembaga kemahasiswaan lainnya di Universitas Indonesia dan merupakan
bagian dari Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia (IKM-UI).
KSM Eka Prasetya UI berfokus pada kajian, penelitian, dan penulisan dengan didukung
oleh delapan departemen, yaitu Departemen Kajian, Departemen Penelitian, Departe-
men Penulisan, Departemen Hubungan Masyarakat, Departemen Pengembangan Sum-
ber Daya Manusia, Departemen Kesekretariatan, Departemen Bisnis dan Proyek, dan
Departemen Media Informasi Publikasi. Semua departemen yang ada berjalan secara
sinergi untuk menjalankan fungsi organisasi KSM Eka Prasetya UI sebagai pusat pengem-
bangan dan penyaluran minat mahasiswa Universitas Indonesia di bidang keilmuan dan

53
52

penalaran.

Sekretariat:
Ruang KSM Eka Prasetya UI
Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa UI Lantai 2
Jalan Prof. Dr. Fuad Hassan
Kampus Baru Universitas Indonesia, Depok
| e: ksmekaprasetyaui@gmail.com | t: @ksmepui
Narahubung: 085711803901
“Saya merasa sangat senang karena bisa berpartisi-
pasi dalam penelitian ini. Awalnya saya masih belum
memahami benar-benar mengenai MYP itu apa. Na-
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


mun setelah membaca jurnal dan membaca bebera-
pa bahan serta menyelesaikan laporan penelitian ini
saya akhirnya juga ikut tercerdaskan. Saya senang
Ryan Fajar Febrianto atau yang biasa dipanggil bisa bekerja sama dengan Fira, Zahra, dan Cindy.
Ryan saat ini merupakan Koordinator Divisi Riset Memang ini proyek pertama bareng-bareng kita, na-
dan Pengembangan di Aliansi Remaja mun saya senang ketika kita bersama-sama kita me-
Independen (ARI) yang juga merupakan lulusan nyelesaikan penelitian ini. Semoga lain kali kita bisa
Departemen Sosiologi, Universitas Indonesia. bersama-sama lagi, semangat tim ransel dan koper!”
Aktivismenya pada isu hak kesehatan seksual dan
reproduksi dimulainya sejak bergabung menjadi Saya adalah Luluk Nuriyah, mahasiswa Fakultas
relawan di berbagai organisasi kemasyarakatan, Psikologi Universitas Indonesia Angkatan 2009 pem-
seperti Yayasan Jurnal Perempuan, Komisi Nasion- inatan Klinis dan Pendidikan. Saya pernah menjabat
al Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Kadept Penelitian KSM Eka Prasetya UI, Research &
Perempuan), dan Yayasan Indonesia untuk Kema- Development Manager Gerakan UI Mengajar. Saya
nusiaan. Ryan merupakan inisiator dari Komuni- pernah menjadi runner-up karya tulis kategori so-
tas Youth for Humanity (UNITY), yakni komunitas sial UI Untuk Bangsa pada tahun 2010, menjadi pre-
anak muda peduli Hak Asasi Manusia di Indone- senter Conference of Communication for National
sia, serta sebagai Youth Leader di Global Citizen Student di Universitas Airlangga pada tahun 2011,
Corps Indonesia. Di tahun 2011, Ryan meraih dan menjadi salah satu dari 5 besar Mahasiswa Ber-
penghargaan sebagai Global Changemaker me- prestasi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
wakili Indonesia, sebuah program pemberdayaan
anak muda yang diinisiasi oleh British Council,

55
Saat ini saya sedang mengikuti survei yang diada-
54

United Kingdom. Sejak tahun 2011 hingga saat kan Dinas Kependudukan DKI Jakarta bekerja sama
ini, Ryan telah mempublikasikan berbagai buku dengan Lembaga Demografi FE UI tentang pola
dan tulisan terkait Hak Kesehatan Seksual dan mobilitas penduduk DKI Jakarta, selain itu saya juga
Reproduksi Remaja serta melakukan berbagai sedang aktif di salah satu kegiatan pemberdayaan
riset, seperti menjadi Lead Researcher sekaligus perempuan melalui bisnis sosial bunga flanel, ber-
Fasilitator pada program Action-Research terkait nama Flohope Indonesia, dan saya berada di bidang
Kebutuhan HKSR Remaja Pasca-Konflik di Indone- Research & Community Empowerment yang bertu-
sia (Aceh, Atambua, Ambon) dibawah organisasi gas untuk membuat desain penelitian hingga enga-
Peace Women Across the Globe, Indonesia. gament masyarakat untuk program Sanggar Bakat
yang fokus di bidang pendidikan.
Twitter: @febriantoryan
Email: ryanfajarfebrianto@gmail.com
“Menjadi bagian dari penelitian Meaningful Youth “Saya tidak tahu lagi harus berkata apa. Saya sudah
Participation merupakan pengalaman yang tak banyak bercerita ke orang-orang kalau penelitian
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


terlupakan dalam hidup saya karena disini saya ini keren banget. Saya benar-benar merasa berun-
bisa belajar banyak mengenai penelitian. Tidak tung bisa diikutsertakan dalam penelitian ini. Saya
hanya belajar mengenai penyusunan proposal berani sumpah, semua yang akan saya tuliskan
penelitian tetapi juga proses pengambilan data di disini bukan kesan yang bohong. Saya bisa ber-
lapangan. Pengalaman paling berkesan adalah ke- temu, berkunjung, mencoba, merasakan banyak
tika turun lapangan karena selama turun lapangan hal-hal yang baru. Dalam penelitian ini saya mel-
saya harus mewawancarai anggota komunitas un- atih diri saya untuk menjadi orang yang mandiri,
deserved group yang selama ini memang jarang disiplin, dan toleran. Materi penelitian yang tidak
bersentuhan dengan kehidupan saya.” biasa membuat saya bisa berinteraksi dengan
orang-orang luar biasa dari komunitas-komunitas
Saya Azzahra Ulya, saat ini sedang menempuh LGBT. Melalui penelitian ini saya melatih diri untuk
pendidikan S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu berani meninggalkan pola pikir yang normatif dan
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Se- diskriminatif. Dan saya merasa paling beruntung
lama kuliah pernah menjadi reporter Badan Oto- karena saya bisa jalan-jalan ☺. Saya sangat ber-
nom Pers, Suara Mahasiswa UI (2010-2011), staff harap bisa ikut serta lagi dalam penelitian seperti
divisi Riset dan Pengembangan Masyarakat KSM ini, sangat berharap!”
Eka Prasetya UI (2013-2014) serta Wakil Kepala
Biro Penelitian dan Pengembangan BEM FISIP UI Saya biasa dipanggil Fira dari nama lengkap
(2013-2014). Pernah terlibat dalam kegiatan Kuliah Nursyafira Salmah. Saya adalah orang yang bisa
Kerja Nyata Tematik 2013 dan tenaga magang di digambarkan dengan satu kata saja, “berwarna”.
Litbang Kompas tahun 2013. Saat ini juga terlibat Saya adalah mahasiswi Sosiologi Universitas In-

57
56

dalam kegiatan sosial di Swayanaka Jakarta. Di ta- donesia yang sangat senang dan antusias untuk
hun 2012 menjadi finalis Communication Student mencari pengalaman dan teman baru. Karena
Summit, Universitas Airlangga, dengan paper ber- saya sangat suka berbicara, maka itu menjadi ala-
judul ‘Alay Sebagai Produk Komodifikasi Media. san saya sangat menyukai penelitian kualitatif.
Studi pada Acara Musik Televisi’; dan tahun 2013 Tema LGBT merupakan salah satu tema yang san-
menjadi finalis Call For Research Competition, Uni- gat membuat saya ‘lapar’ untuk ‘membedahnya’
versitas Atmajaya Jogjakarta dengan judul paper dalam berbagai penelitian, karena menurut saya
‘Hate the Drug Love, Love The People : Peran Ko- LGBT itu “berwarna”. Jika kalian berkunjung ke UI,
munitas dalam Mengatasi Diskriminasi HAM terha- kalian bisa menemukan saya di lantai empat per-
dap Mantan Pecandu Narkotika. Studi Pada Komu- pustakaan pusat UI dengan teman-teman saya
nitas Sahabat Rekan Sebaya’. dari beberapa negara lain.
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


“Kesan saya selama mengikuti penelitian ini
sangat senang karena bisa menambah pengeta-
huan tentang permasalahan di dalam organisasi
anak muda yang berfokus pada isu HKSR (Hak
Kesehatan Seksual dan Reproduksi). Saya sangat
bersyukur dapat menjadi salah satu yang men-
gobrol langsung dengan individu yang berkec-
impung pada isu HKSR sehingga lebih memper-
kaya pemahaman permasalahan secara nyata.
Penelitian ini menurut saya dapat menjadi refer-
ensi perlindungan kesehatan masyarakat, khu-
susnya kesehatan reproduksi. “

Nama saya Cindy Rahman Aisyah. Saya lahir


di Padang tanggal 8 Oktober 1992. Saat ini
saya menjalani semester akhir di Departemen

59
58

Kesehatan Lingkungan, fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia. Di dalam pe-
nelitian MYP ini saya bertugas sebagai asisten
teknis.
Daftar Pustaka:
DFID. 2010. Youth Participation in Development, A Guide for Development Agencies and
Policy Makers. London: DFID.

Family Health International. 2008. Youth Participation Guide: Assessment, Planning, and
Implementation.

Hart, R. 1992. Children participation : From tokenism to citizenship. Innocenti Essays


No.4.Florence, Italia: UNICEF International Child Development Centre.
MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA

MEMAHAMI PARTISIPASI ANAK MUDA YANG BERMAKNA


Papalia, D.E, Old, S.W., & Feldman, R.D. (2008). Human Development. New York : The
MacGraw Hill Companies

Save the Children. 2014. A Toolkit for Monitoring and Evaluating Children’s Participation,
Chapter 3. London: Save the Children.

Shier, H. 2001. Pathways to Participation: Openings, Opportunities, and Obligations,


Young People and Society; Vol. 15 John Wley and Sons Ltd: USA. pp 107-117.

Thomas, N. 2007.Towards a theory of children’s participation.International Journal of


Children’s Rights, 15(2), 199‐218

Treseder, P. 1997. Empowering children and young people. London: Save the Children.

UNFPA Indonesia. 2012. Thematic Report, Global Survey ICPD Beyond 2014. Jakarta:
UNFPA Indonesia.

Wong, N.T. &Zimmerman, M.A.(2010).A Typology of Youth Participation and Empower-


ment for Child and Adolescent Health Promotion. Springer. Am J Community Psychol, 46,
hal 100–114

61
60

World Bank. 2007. ‘World Development Report 2007: Development and the Next Gener-
action ‘ Washington: World Bank.

Artikel:

UNESCO. (2013). Diunduhdarihttp://portal.unesco.org/ geography/en/ev.php-URL_


ID=15802&URL_DO=DO_ TOPIC&URL_SECTION=201.html, diakses 1 Maret 2014 pukul
13.15 WIB.

Anda mungkin juga menyukai