Anda di halaman 1dari 15

MINI RISET

“BAHAYA PERKAWINAN DI USIA DINI”

DISUSUN OLEH:

Aswan Hadi Nasution

(1805170165)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga saya berhasil menyelesaikan Mini Riset ini, yang berjudul
“Bahaya Perkawinan di Usia Muda” dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan
Mini Riset ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian saya telah berusaha
semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang ada.

Mini Riset ini dapat terselesaikan dengan baik tentu berkat keterlibatan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan hasil penelitian

Saya mengharapkan kritik dan saran mengenai materi dan cara penyajian yang sifatnya
membangun guna meningkatkan mutu Mini Riset ini, dan mudah-mudahan dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Akhir kata, saya ucapkan terimakasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.

Medan, 17 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang  .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan Penelitian  ..............................................................................................2

BAB II 

LANDASAN TEORITIS

A. Perkawinan Usia Pertama.....................................................................................3


B. Perkawinan Usia Muda........................................................................................4
C. Pengaruh Kehamilan dan Resikonya Bagi Remaja...................................................6
D. Remaja Dan Presepsinya......................................................................................8
BAB III  

PEMBAHASAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian...............................................................................10


B. Metode Penelitian..............................................................................................10
C. Teknik Pengambilan Populasi.............................................................................10
D. Terknik pengambilan sample .............................................................................10
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................11

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................12
B. Saran................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal. Keberhasilan pelayanan kesehatan ditentukan oleh penurunan angka
kematian ibu dan kematian parinatal, sedangkan kesejahteraanya ditentukan oleh
penerimaan gerakan KB.
Usia pada waktu menikah memberikan dampak terhadap kesehatan mereka
sendiri serta anak- anak dan keluarganya. Menikah pada usia muda menjadikan
mereka paling rawan terhadap resiko-resiko komplikasi pada waktu melahirkan.
Kematian pada waktu melahirkan (Motalitas internal) diantara wanita di bawah 20
tahun adalah 60% lebih tinggi dibandingkan dengan dengan mereka yang berusia 20-
29 tahun. Wanita yang menikah pada usia muda adalah juga paling besar
kemungkinannya melahirkan banyak anak, hasil menunjukan angka kematian bayi
meningkat dengan lebih dari 50% dan angka kematian ibu waktu melahirkan
meningkat dengan 100% di kalangan wanita yang melahirkan di bandingkan dengan
para ibu yang prioritasnya rendah. Perlunya penundaan usia kawin pertama dapat di
lihat dari segi kesejahteraan keluarga bahwa pekawinan yang dilaksanakan dalam
suatu masyarakat pada usia muda mempunyai pengaruh negative terhadap kesehatan
ibu dan anak.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di kemukakan bahwa penundaan usia
kawin pertama perlu mendapat perhatian yang sungguh- sungguh dari semua pihak.
Dengan kata lain perlu adanya penanganan yang serius mengenai penundaan usia
kawin pertama.
B. Rumusan Masalah
Mengingat luasnya aspek permasalahan seperti pada identifikasi masalah di atas,
maka dalam penelitian ini di rumuskan masalahnya sebagai berikut:
“Apakah faktor-faktor terjadinya perkawinan dan bahaya kehamilan di usia muda?”
C. Tujuan
1. Tujuan umum penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah umtuk mengetahui faktor-faktor
terjadinya perkawinan di usia muda dan bahaya kehamilan di usia muda.

2. Tujuan khusus penelitian

Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui usia perkawinan muda.


b. Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang kawin pada usia muda.
c. Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya perkawinan di usia muda.
d. Untak mengetahui bahaya kehamilan pada usia muda.
BAB II

LANDASAN TEORITIS

1. Pengkajian Teori
A. Perkawinan usia kawin pertama

Usia kawin adalah usia ketika seseorang memulai atau melangsungkan


perkawinan (perkawinan pertama). Masalah perkawinan adalah merupakan salah satu
bagian dari masalah kependidikan yang perlu di tangani secara serius, hal ini di
sebabkan karena perkawinan akan menimbulkan masalah baru di bidang
kependudukan yang pada gilirannya akan menghambat pembangunan.

Upaya untuk pendewasaan usia kawin dapat di tempuh melalui kesempatan


memperoleh pendidikan formal dan non formal, mengubah pandangan terhadap nilai
anak, peningkatan aktifitas olahraga dan kesenian, peningkatan peranan wanita dalam
pengambilan keputusan keluarga, penetapan dan peningkatan pelaksanaan Undang-
Undang yang mendukung pendewasaan usia kawin dan peningkatan pendidikan
agama.

Usia perkawinan pertama merupakan salah satu variable yang dapat


mempengaruhi tingkat produktifitas pada pasangan usia subur. Meningkatnya usia
kawin akan dapat memberikan sumbangan pada penurunan angka kelahiran. Bagi
masyarakat Indonesia, perkawinan di pandang sebagai perilaku yang bersifat
universal dalam arti bahwa kebanyakan penduduk akan melangsungkan perkawinan.
Salah satu ciri perkawinan Indonesia adalah pelaksanaan terjadi pada usia yang masih
cukup muda terutama bagi wanita di pedesaan.

Usia perkawinan yang rendah bagi seorang wanita berarti akan memperpanjang
masa untuk melahirkan. Seorang wanita mempunyai masa subur pada usia 15-49
tahun. Wanita yang kawin pada usia tua yaitu pada pertengahan atau mendekati umur
20-an, cenderung mempunyai anak lebih sedikit dari wanita yang kawin pada usia
muda.

Hampir semua Negara berkembang telah mengalami penurunan produktifitas dan


juga kenaikan yang mencolok dalam usia kawin wanita. Hal ini menimbulkan kesan
bahwa yang meningkat merupakan prasyarat penting untuk diterimanya metode
modern dalam membatasi produktifitas selama hidup perkawinan. Usia kawin tua
dapat mempengaruhi produktifitas secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut pengamatan para ahli kedokteran, mulai periode menstruasi hingga


monopause bagi seorang wanita dapat melahirkan sebanyak 27 kali meskipun
kenyataan ini jarang terjadi, hal ini disebabkan :

a. Usia subur pada usia manusia tidak tepat dengan pasangan usia subur (PUS)

b. Sistam kalender sering terjadi tanpa di sengaja

c. Kegagalan Zygot

d. Abortus

B. Perkawinan Usia Muda

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang wanita atau pria yang belum
kawin untuk mempercepat atau menunda usia kawinnya sampai batas tertentu antara
lain :

a. Keadaan sosial budaya dan adat istiadat

Keadaan sosial budaya dan adat istiadat akan mempengaruhi besar kecilnya keluarga.
Norma-norma yang berlaku di masyarakat juga mendorong motivasi seseorang untuk
beranak banyak atau sedikit. Hal ini dapat di tunjukan konsep-konsep yang berlaku di
masyarakat, misalnya banyak anak banyak rejeki, garis keturunan dan warisan yang
melekat pada jenis kelamin tertentu.

Konsep tentang garis keturunan dan warisan yang melekat pada jenis kelamin tertentu,
akan mendorong untuk beranak banyak. Adanya pandangan masyarakat yang tidak
cukup jika hanya memperoleh anak laki-laki atau anak perempuan saja telah
mendorong pasangan suami istri untuk melahirkan lagi. Untuk mengantipasi hal
tersebut, program Keluarga Berencana Nasional telah melaksanakan slogan Norma
Keluarga Kecil Sejahtera (NKKBS) dan dua anak cukup, laki-laki dan perempuan
sama saja.

b. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usia kawinnya.


Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara teoritis makin
tinggi pula usia kawin pertamanya. Seorang wanita yang tamat sekolah lanjutan
tingkat pertamanya, berarti sekurang-kurangnya ia kawin pada usia di atas 16 tahun ke
atas, bila kawin di usia lanjutan tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19
tahun dan selanjutnya bila kawin setelah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi
berarti sekurang-kurangnya berusia di atas 22 tahun.

Dari uraian tersebut di atas, telah menunjukkan bahwa pendidikan mempengaruhi


perilaku manusia dalam suatu masyarakat sehingga dapat merubah kebiasaan-
kebiasaan tradisional secara bertahap termaksud kebiasaan-kebiasaan kawin pada usia
muda. Keadaan semacam ini sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia, misalnya dalam
kehidupa sehari-hari sering kita mendengar wanita atau gadis yang akan di kawinkan
dengan alasan ingin melanjutkan atau menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu. Pada
keadaan lain, seorang wanita yang sudah dipinang dapat menunda perkawinannya
alasan masih sekolah.

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam berfikir, menelaah suatu


masalah, bersikap dan berbuat. Hampir dapat dipastikan bahwa makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, makin luas luas pula ruang lingkup jangkauan berfikirnya,
mudah menentukan sikap, mengambil langkah-langkah mengenai hal-hal yang sedang
di hadapi dan alternativ lain yang di temukannya. Sebaliknya seorang yang tidak
berpendidikan akan sulit mengembangkan dirinya, baik dalam berfikir maupun
bertindak.

Demikian pula halnya dengan besarnya keluarga seseorang yang mempunyai


pedidikan yang lebih tinggi akan berpikir lebih realistis dalam menentukan jumlah
anaknya, dan telah merencanakan masa depan anak sebaik-baiknya agar menjadi anak
yang berguna bagi keluarga, agama, nusa, dan bangsanya. Terlebih lagi seseorang
yang mempunyai pendidikan tinggi telah merencanakan dan mempersiapkan anak-
anaknya agar di kemudian hari dapat lebih baik dari orang tuanya lebih, dari segi
pendidikan maupun dari keadaan sosial ekonominya.

c. Lingkungan Sosial

Manusia sebagai mahluk sosial dalam menentukan sikap dan melangsungkan


hidupnya tak akan dapat melepaskan diri dari lingkungan masyarakat. Manusia tidak
akan dapat mengatasi segala macam kesulitan dan bahaya yang mengancam semasa
hidupnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya sendiri-sendiri tanpa bantuan dan
kerja sama dengan orang lain.

Hasil survey produktifitas Indonesia menunjukan bahwa rata-rata usia kawin pertama
wanita yang bekerja sebelum perkawinan sebesar 15,69% tahun di bandingkan dengan
usia rata-rata wanita yang bekerja sebesar 14,88% tahun. Kenyataan ini tetap
konsisten apabila di amati menurut kelompok usia pada waktu survey dilaksanakan.
Demikian juga kelompok wanita bekerja, dikategorikan menjadi keluarga pekerja
pada orang lain pekerja bebas.

B. Pengaruh Kehamilan dan Resikonya Bagi Remaja


a) Pengaruh kehamilan terhadap remaja

Kehamilan yang disebabkan karena pemikiran maupun akibat pergaulan bebas, yang
jika itu dialami oleh remaja maka akan memberikan dampak dan pengaruh yang besar
terhadap fisik,mental,sosial dan ekonomi. Dari segi fisik, alat reproduksi remaja
belum matang dan belum siap untuk di buahi, sehingga dapat merugikan ibu maupun
perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila
di tambah dengan tekanan(stress) psikologis, sosial dan ekonomi. Oleh karena itu
masa hamil sebaiknya dilakukan pada usia 20-30 tahun.

Masalah ketidaknyamanan yang umum ditemukan pada kehamilan seperti mual,


konstipasi, insomnia, dan nyeri punggung juga sering terjadi akibat perubahan
fisiologis. Citra tubuh merupakan aspek lain kehamilan yang memerlukan waktu
sebelum wanita beradaptasi. Perubahan pada ukuran tubuh, bentuk payudara dan
perut, penimbunan lemak, pigmentasi kulit, serta tanda regangan pada kulit yang
secara keseluruhan membuat tubuh wanita tersebut tampak jelek memberikan
pengaruh berarti bagi wanita yang ingin menjaga bentuk tubuh dan penampilannya.

Dari segi mental, emosi remaja belum stabil. Kestabilan emosi umumnya terjadi
antara usia 24 tahun. Karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa.
Usia 20-40 tahun dikatakan sebagai usia dewasa muda. Pada masa ini biasanya mulai
timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka kalau
pernikahan dilakukan dibawa 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin
berpetualang menemukan jati dirinya.
Setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap kehamilan. Bagi sebagian
orang tua mungkin timbul perasaan gembira terhadap kehamilan yang sudah
direncanakan, namun bagi remaja yang belum siap kehamilan dapat menjadi peristiwa
yang mengejutkan dan bahkan menimbulkan persepsi karena mendengar berita
tersebut, dan membayangkan masalah sosial serta financial yang harus
ditanggungnya. Dari segi sosial, transisi menjadi orang tua mungkin sulit bagi orang
tua yang masih remaja. Koping dengan tugas-tugas perkembangan orang tua yang
belum dipenuhi. Remaja dapat mengalami kesulitan dan menerima perubahan ciri-ciri
dan menyesuaikan peran-peran baru yang berhubungan dengan tanggung jawab
merawat bayi. Mereka mungkin merasa berbeda dari teman sebayanya, diasingkan
dari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan terpaksa masuk ke peran sosial orang
dewasa lebih dini.

b) Resiko Kehamilaan Bagi Remaja

Kehamilan dan persalinan pada remaja dianggap sebagai suatu situasi yang beresiko
tinggi, baik terhadap ibu belia yang mengandung maupun bagi anak-anak yang
dilahirkannya, karena remaja dilihat dari umurnya dianggap belum matang secara
optimal baik fisik maupun psikologis. Menurut Bobak (2004) secara medis,
kehamilan di usia remaja membawa dampak yang buruk. Dampak buruk itu antara
lain, kemungkinan terjadinya “kemacetan persalinan” akibat tidak seimbangnya antara
panggul ibu dan janinnya.

Pada wanita yang masih muda usianya, panggulnya belum berkembang sempurna.
Selain itu kehamilan di usia remaja juga dapat mengakibatkan :

 Bagi ibu: pendarahan pada kehamilan maupun pasca persalinan, hipertensi


selama kehamilan, solution plasenta, dan resiko tinggi meninggal akibat
pendarahan.
 Bagi bayi: kehamilan belum waktunya (Prematur), pertumbuhan janin
terhambat, lahir cacat dan berpenyakitan, kemungkinan lahir dengan berat
badan dibawah normal, dan meninggal 28 hari pertama kehidupannya.

Secara Psikologis Emosi Remaja masih labil, mereka ingin bersenang-senang


dengan dunianya dan masih mencari jati dirinya. Bayangkan kalau orang seperti itu
menikah, ada anak, si istri harus melayani Suami dan Suami tidak bisa kemana-mana
karena harus bekerja untuk belajar tanggung jawab terhadap masa depan keluarga. Ini
yang menyebabkan gejolak dalam Rumah Tangga sehingga terjadi perceraian, pisah
rumah, bahkan bisa mengalami depresi berat.

Depresi berat atau Neoritis Depresi akibat pernikahan dini, bisa terjadi pada
kondisi kepribadian yang berbeda. Pada pribadi Introfert (tertutup) akan membuat
Remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan
menjadi seorang yang schizophrenia atau dalam bahasa awam dikenal dengan orang
Gila. Sedang Depresi Berat pada Pribadi Ekstrovert (terbuka) sejak kecil, si Remaja
terdorong melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan amarahnya. Seperti memecah
piring, anak di cekik, dll.

C. Remaja dan Persepsinya


 Remaja

Istilah Adolescen (Remaja) berasal dari bahas latin adalascare yang berarti
“bertumbuh” sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah fisik, sosial dan
psikologis bergabung untuk menciptakan karasteristik, perilaku, dan kebutuhan yang
unik. Usia 10 –20 tahun sebagai batasan Usia Remaja dan membagi kurun usia
tersebut dalam 2 bagian yaitu : Remaja awal 10-14 tahun dan Remaja Akhir 15 – 20
tahun. Pedoman umur remaja di Indonesia menggunakan batasan Usia 11 -24 tahun
dan belum menikah. Awal masa remaja disebut sebagai masa puber atau Pubertas atau
masa akil baligh.

Menurut Bobak (2004) masa Remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran,
karena selama periode ini Individu mempunyai tugas perkembangan sebelum menjadi
individu dewasa yang matang. Tugas-tugas ini bervariasi sesuai budaya individu itu
sendiri, dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas Perkembangan ini terdiri dari:

Menerima citra tubuh


Menerima identitas seksual
Mengembangkan system nilai personal
Membuat persiapan untuk hidup mandiri
Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua
Mengembangkan keterampilan mengambil keputusan
Mengembangkan identitas seorang dewasa
Salah satu tugas penting remaja ialah mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan. Keputusan yang berkenan dengan aktifitas seksual kehamilan, dan menjadi
orang tua.

 Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang


diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan Pesan. Persepsi ialah
memberikan makna pada stimuli inderawi (sebsoris stumuli) (Rahmat, 2000). Persepsi
adalah proses internal yang memungkinkah kita memilih, mengorganisasikan, dan
menafirkan ransangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi
perilaku kita (Muliana, 2004).

Untuk lebih memahami Persepsi, berikut adalah beberapa definisi persepsi lainnya,
yang dikutip dari Muliana (2004); Brian fellows, Persepsi adalah proses yang
memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi. Persepsi
adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interprestasi) adalah inti persepsi.
Persepsi menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain
(Muliana, 2004). Semakin tinggi derajat kesamaan persesi antar Individu, semakin
mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya
semakin cenderung membentuk Budaya atau kelompok identitas.

Jadi Persepsi merupakan suatu tahapan yang sudah dicapai pengertian tentang hal-hal
yang sudah kita kenal yaitu kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
menginterprestasikan, meramalkan, dan mengeksplorasikan. Perilaku terbentuk
menakala seorang individu sudah melampaui proses pemahaman dimana didalamnya
terdapat komponen pengetahuan dan sikap individu itu sendiri.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kediaman Ibu Suriyani di Jln Kapt. Rahmad Buddin
Komp. KPUM Blok 15 No. 350 Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 Desember 2019.

B. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penyusun


mempergunakan metode wawancara dengan seorang perempuan berusia 15 tahun.
Kami juga mencari bahan dan sumber-sumber dari media massa dan internet.

C. Teknik Pengambilan Populasi

Definisi: populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki


kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam
suatu riset khusus. Populasi yang harus diteliti harus didefinisikan dengan jelas
sebelum penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini kami menggunakan populasi dari
daerah sekitar.

D. Teknik Pengambilan Sample

Definisi: sample yaitu sebagian atau wakil dari populasi yang


diteliti.Berhubung jumlah populasi relatif sedikit, praktis dapat dijangkau secara
keseluruhan, teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total
sampling, yaitu dari keseluruhan responden langsung dijadikan sampel oleh karena itu
sampel dalam penelitian ini berjumlah 1 orang. Adapun kriteria sampel adalah sebagai
berikut :

 Kriteria inklusi
Pasangan usia subur yang kawin mudah ( di bawah 20 tahun ) yang
berdomisili diwilayah Medan Marelan dan bersedia diteliti.
E. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu :
 Wawancara, yaitu pengamatan langsung pada tempat yang menjadi sasaran
pengambilan. Teknik ini di maksudkan guna memperoleh informasi yang
berhubumgan dengan data yang akan di kumpulkan.
 Dokumentasi, yaitu pengambilan data sekunder berupa dokumen yang
berhubungan dengan variabel-variabel yang akan diteliti.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Beberapa orang yang masih berusia muda memutuskan untuk menikah. Ada alasan
tertentu mereka melakukan pernikahan tersebut, dintaranya karena kesepakatan kedua
belah pihak, keadaan ekonomi pihak wanita, ketidaksanggupan untuk melanjutkan
pendidikan.

B. Saran

Berpikiralah secara matang sebelum melangkah jauh kejenjang pernikahan, karena


mempertahankan sebuah pernikahan bukanlah hal yang mudah dikarenakan usia
pernikahan yang masih muda, dan mampukah anda membangun rumah tangga diusia
yang masih muda?

Anda mungkin juga menyukai