DISUSUN OLEH:
(1805170165)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga saya berhasil menyelesaikan Mini Riset ini, yang berjudul
“Bahaya Perkawinan di Usia Muda” dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan
Mini Riset ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian saya telah berusaha
semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang ada.
Mini Riset ini dapat terselesaikan dengan baik tentu berkat keterlibatan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan hasil penelitian
Saya mengharapkan kritik dan saran mengenai materi dan cara penyajian yang sifatnya
membangun guna meningkatkan mutu Mini Riset ini, dan mudah-mudahan dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................................2
BAB II
LANDASAN TEORITIS
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................12
B. Saran................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal. Keberhasilan pelayanan kesehatan ditentukan oleh penurunan angka
kematian ibu dan kematian parinatal, sedangkan kesejahteraanya ditentukan oleh
penerimaan gerakan KB.
Usia pada waktu menikah memberikan dampak terhadap kesehatan mereka
sendiri serta anak- anak dan keluarganya. Menikah pada usia muda menjadikan
mereka paling rawan terhadap resiko-resiko komplikasi pada waktu melahirkan.
Kematian pada waktu melahirkan (Motalitas internal) diantara wanita di bawah 20
tahun adalah 60% lebih tinggi dibandingkan dengan dengan mereka yang berusia 20-
29 tahun. Wanita yang menikah pada usia muda adalah juga paling besar
kemungkinannya melahirkan banyak anak, hasil menunjukan angka kematian bayi
meningkat dengan lebih dari 50% dan angka kematian ibu waktu melahirkan
meningkat dengan 100% di kalangan wanita yang melahirkan di bandingkan dengan
para ibu yang prioritasnya rendah. Perlunya penundaan usia kawin pertama dapat di
lihat dari segi kesejahteraan keluarga bahwa pekawinan yang dilaksanakan dalam
suatu masyarakat pada usia muda mempunyai pengaruh negative terhadap kesehatan
ibu dan anak.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di kemukakan bahwa penundaan usia
kawin pertama perlu mendapat perhatian yang sungguh- sungguh dari semua pihak.
Dengan kata lain perlu adanya penanganan yang serius mengenai penundaan usia
kawin pertama.
B. Rumusan Masalah
Mengingat luasnya aspek permasalahan seperti pada identifikasi masalah di atas,
maka dalam penelitian ini di rumuskan masalahnya sebagai berikut:
“Apakah faktor-faktor terjadinya perkawinan dan bahaya kehamilan di usia muda?”
C. Tujuan
1. Tujuan umum penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah umtuk mengetahui faktor-faktor
terjadinya perkawinan di usia muda dan bahaya kehamilan di usia muda.
LANDASAN TEORITIS
1. Pengkajian Teori
A. Perkawinan usia kawin pertama
Usia perkawinan yang rendah bagi seorang wanita berarti akan memperpanjang
masa untuk melahirkan. Seorang wanita mempunyai masa subur pada usia 15-49
tahun. Wanita yang kawin pada usia tua yaitu pada pertengahan atau mendekati umur
20-an, cenderung mempunyai anak lebih sedikit dari wanita yang kawin pada usia
muda.
a. Usia subur pada usia manusia tidak tepat dengan pasangan usia subur (PUS)
c. Kegagalan Zygot
d. Abortus
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang wanita atau pria yang belum
kawin untuk mempercepat atau menunda usia kawinnya sampai batas tertentu antara
lain :
Keadaan sosial budaya dan adat istiadat akan mempengaruhi besar kecilnya keluarga.
Norma-norma yang berlaku di masyarakat juga mendorong motivasi seseorang untuk
beranak banyak atau sedikit. Hal ini dapat di tunjukan konsep-konsep yang berlaku di
masyarakat, misalnya banyak anak banyak rejeki, garis keturunan dan warisan yang
melekat pada jenis kelamin tertentu.
Konsep tentang garis keturunan dan warisan yang melekat pada jenis kelamin tertentu,
akan mendorong untuk beranak banyak. Adanya pandangan masyarakat yang tidak
cukup jika hanya memperoleh anak laki-laki atau anak perempuan saja telah
mendorong pasangan suami istri untuk melahirkan lagi. Untuk mengantipasi hal
tersebut, program Keluarga Berencana Nasional telah melaksanakan slogan Norma
Keluarga Kecil Sejahtera (NKKBS) dan dua anak cukup, laki-laki dan perempuan
sama saja.
b. Pendidikan
c. Lingkungan Sosial
Hasil survey produktifitas Indonesia menunjukan bahwa rata-rata usia kawin pertama
wanita yang bekerja sebelum perkawinan sebesar 15,69% tahun di bandingkan dengan
usia rata-rata wanita yang bekerja sebesar 14,88% tahun. Kenyataan ini tetap
konsisten apabila di amati menurut kelompok usia pada waktu survey dilaksanakan.
Demikian juga kelompok wanita bekerja, dikategorikan menjadi keluarga pekerja
pada orang lain pekerja bebas.
Kehamilan yang disebabkan karena pemikiran maupun akibat pergaulan bebas, yang
jika itu dialami oleh remaja maka akan memberikan dampak dan pengaruh yang besar
terhadap fisik,mental,sosial dan ekonomi. Dari segi fisik, alat reproduksi remaja
belum matang dan belum siap untuk di buahi, sehingga dapat merugikan ibu maupun
perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila
di tambah dengan tekanan(stress) psikologis, sosial dan ekonomi. Oleh karena itu
masa hamil sebaiknya dilakukan pada usia 20-30 tahun.
Dari segi mental, emosi remaja belum stabil. Kestabilan emosi umumnya terjadi
antara usia 24 tahun. Karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa.
Usia 20-40 tahun dikatakan sebagai usia dewasa muda. Pada masa ini biasanya mulai
timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka kalau
pernikahan dilakukan dibawa 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin
berpetualang menemukan jati dirinya.
Setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap kehamilan. Bagi sebagian
orang tua mungkin timbul perasaan gembira terhadap kehamilan yang sudah
direncanakan, namun bagi remaja yang belum siap kehamilan dapat menjadi peristiwa
yang mengejutkan dan bahkan menimbulkan persepsi karena mendengar berita
tersebut, dan membayangkan masalah sosial serta financial yang harus
ditanggungnya. Dari segi sosial, transisi menjadi orang tua mungkin sulit bagi orang
tua yang masih remaja. Koping dengan tugas-tugas perkembangan orang tua yang
belum dipenuhi. Remaja dapat mengalami kesulitan dan menerima perubahan ciri-ciri
dan menyesuaikan peran-peran baru yang berhubungan dengan tanggung jawab
merawat bayi. Mereka mungkin merasa berbeda dari teman sebayanya, diasingkan
dari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan terpaksa masuk ke peran sosial orang
dewasa lebih dini.
Kehamilan dan persalinan pada remaja dianggap sebagai suatu situasi yang beresiko
tinggi, baik terhadap ibu belia yang mengandung maupun bagi anak-anak yang
dilahirkannya, karena remaja dilihat dari umurnya dianggap belum matang secara
optimal baik fisik maupun psikologis. Menurut Bobak (2004) secara medis,
kehamilan di usia remaja membawa dampak yang buruk. Dampak buruk itu antara
lain, kemungkinan terjadinya “kemacetan persalinan” akibat tidak seimbangnya antara
panggul ibu dan janinnya.
Pada wanita yang masih muda usianya, panggulnya belum berkembang sempurna.
Selain itu kehamilan di usia remaja juga dapat mengakibatkan :
Depresi berat atau Neoritis Depresi akibat pernikahan dini, bisa terjadi pada
kondisi kepribadian yang berbeda. Pada pribadi Introfert (tertutup) akan membuat
Remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan
menjadi seorang yang schizophrenia atau dalam bahasa awam dikenal dengan orang
Gila. Sedang Depresi Berat pada Pribadi Ekstrovert (terbuka) sejak kecil, si Remaja
terdorong melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan amarahnya. Seperti memecah
piring, anak di cekik, dll.
Istilah Adolescen (Remaja) berasal dari bahas latin adalascare yang berarti
“bertumbuh” sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah fisik, sosial dan
psikologis bergabung untuk menciptakan karasteristik, perilaku, dan kebutuhan yang
unik. Usia 10 –20 tahun sebagai batasan Usia Remaja dan membagi kurun usia
tersebut dalam 2 bagian yaitu : Remaja awal 10-14 tahun dan Remaja Akhir 15 – 20
tahun. Pedoman umur remaja di Indonesia menggunakan batasan Usia 11 -24 tahun
dan belum menikah. Awal masa remaja disebut sebagai masa puber atau Pubertas atau
masa akil baligh.
Menurut Bobak (2004) masa Remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran,
karena selama periode ini Individu mempunyai tugas perkembangan sebelum menjadi
individu dewasa yang matang. Tugas-tugas ini bervariasi sesuai budaya individu itu
sendiri, dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas Perkembangan ini terdiri dari:
Persepsi
Untuk lebih memahami Persepsi, berikut adalah beberapa definisi persepsi lainnya,
yang dikutip dari Muliana (2004); Brian fellows, Persepsi adalah proses yang
memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi. Persepsi
adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interprestasi) adalah inti persepsi.
Persepsi menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain
(Muliana, 2004). Semakin tinggi derajat kesamaan persesi antar Individu, semakin
mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya
semakin cenderung membentuk Budaya atau kelompok identitas.
Jadi Persepsi merupakan suatu tahapan yang sudah dicapai pengertian tentang hal-hal
yang sudah kita kenal yaitu kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
menginterprestasikan, meramalkan, dan mengeksplorasikan. Perilaku terbentuk
menakala seorang individu sudah melampaui proses pemahaman dimana didalamnya
terdapat komponen pengetahuan dan sikap individu itu sendiri.
BAB III
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di kediaman Ibu Suriyani di Jln Kapt. Rahmad Buddin
Komp. KPUM Blok 15 No. 350 Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 Desember 2019.
B. Metode Penelitian
Kriteria inklusi
Pasangan usia subur yang kawin mudah ( di bawah 20 tahun ) yang
berdomisili diwilayah Medan Marelan dan bersedia diteliti.
E. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu :
Wawancara, yaitu pengamatan langsung pada tempat yang menjadi sasaran
pengambilan. Teknik ini di maksudkan guna memperoleh informasi yang
berhubumgan dengan data yang akan di kumpulkan.
Dokumentasi, yaitu pengambilan data sekunder berupa dokumen yang
berhubungan dengan variabel-variabel yang akan diteliti.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa orang yang masih berusia muda memutuskan untuk menikah. Ada alasan
tertentu mereka melakukan pernikahan tersebut, dintaranya karena kesepakatan kedua
belah pihak, keadaan ekonomi pihak wanita, ketidaksanggupan untuk melanjutkan
pendidikan.
B. Saran