Disusun oleh :
BANJARMASIN 2021/2021
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
1. Apa definisi telenursing?.............................................................................................................5
2. Apa prinsip prinsip dalam telenursing?......................................................................................5
3. Apakah manfaat telenursing?.....................................................................................................5
4. Apakah kelebihan dan kekurangan telenursing?.....................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................................................5
1. Menjelaskan definisi telenursing.....................................................................................................5
2. Menjelaskan prinsip prinsip dalam telenursing.............................................................................5
3. Menjelaskan manfaat telenursing...................................................................................................5
4. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan telenursing...................................................................5
1.4. Manfaat..........................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Definisi Trend dan Issu Keperawatan.....................................................................................6
2.2 Definisi Telenursing...................................................................................................................6
2.3 Prinsip-prinsip Telenursing......................................................................................................7
2.4 Manfaat Telenursing....................................................................................................................7
2.5 Kelebihan dan kekurangan Telenursing.................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................................9
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................................9
3.2 SARAN..........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gizi dan gizi seimbang.
4. Untuk mengetahui bagaimana peran gizi dalam menciptakan masyarakat yang sehat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gizi adalah suatu proses mekanisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-
zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya
dengan keseharan optimal. Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab “ghidza” berarti makanan. Di
satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan disisi lain dengan tubuh manusia. Batasan
klasik mengatakan bahwa ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan
sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta di eksekresikan sebagai sisa.
Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,yaitu
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan,serta mengatur proses-proses
kehidupan.
a. Memberi energi : Zat-zat gizi yang dapat memberikan enrgi adalah karbohidrat,
lemak,dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk
melakukan kegiatan atau aktivitas.
b. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh : Protein, mineral dan air adalah bagian
dari jaringan tubuh. Oleh karena itu diperlukan untuk membentuk sel-sel baru,memelihara dan
mengganti sel-sel yang rusak.
c. Mengatur proses tubuh : Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur
proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam
upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai pangkal organisme yang
bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh.
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ikatan
kimia yang dapat di ubah menjadi zat gizi oleh tubuh,yang berguna bila dimasukkan ke dalam
tubuh.
Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah:
2. Pengertian Gizi Seimbang
Menu seimbang yaitu menu yang terdiri dari beranekaragam makanan dengan jumlah dan
proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan
perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan
perkembangan. Peranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam piramida gizi
seimbang yang berbentuk kerucut. Populer dengan istilah “Tri Guna Makanan”.
a. Pertama, sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan
yang digambarkan di dasar kerucut.
b. Kedua, sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buah digambarkan bagian tengah
kerucut.
Tidak ada satu jenis pun bahan makanan yang mengandung semua zatgizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan danpemeliharaan tubuh serta untuk perkembangan otak dan
produktivitas kerja, kecuali Air Susu Ibu (ASI) yang diciptakan sebagai makanan sempurnah
bagi bayi sehat umur 0-6 bulan. Sesudah umur 6 bulan seseorang harus mengkonsumsi
beranekaragam makanan yang zat-zat gizinya saling melengkapi.
Kekurangan zat gizi tertentu dalam suatu jenis bahan makanan dapat dilengkapi oleh
zat gizi yang sama yang terdapat dalam bahan makanan lain. Oleh sebab itu makanan yang
beranekaragam akan menjamin terpenuhinya kebutuhan zat energi/tenaga, zat pembangun,
dan zat pengatur seseorang.
Menu sehari-hari hendaknya cukup mengandung energi agar seseorang dapat melakukan
kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolahraga, dan berinteraksi. Kebutuhan energy
dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein, dan
lemak. Cukup tidaknya konsumsi energi sehari-hari seseorang dapat dikdetahui dari normal
tidaknya berat badan. Bagi anak-anak dibawah 5 tahun (balita), anak sekolah, remaja, ibu
hamil, berat badan normal dapat diketahui dari kartu menuju sehat (KMS) sedangkan bagi
orang dewasa dan usia lanjut dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IM,T)
IMT =
Ada dua kelompok karbohidrat sederhana, yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat
sederhana. Bahan makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian
(beras, jagung, dan gandum), umbi-umbian (ubi, singkong, dan talas), dan sagu. Sumber
karbohidrat sederhana adalah berbagai jenis gula, seperti gula pasir, gula enau, gula
kelapa, dan gula palma.
Sumber karbohidrat kompleks juga mengandung zat gizi selain karbohidrat dalam jumlah
berbeda-beda, seperti protein, lemak, mineral dan vitamin. Sumber karbohidrat kompleks juga
mengandung serat yang diperlukan untuk melancarkan pergerakan usus dan buang air
besar. Sedangkan sumber karbohidrat sederhana hanya mengandung karbohidrat, sehingga
dinamakan juga sumber energi “kosong”.
Lemak dan minyak dalam makanan berguna untuk menghasilkan energi dalam
tubuh, membantu penyerapan dan pengangkutan vitamin-vitamin A,D,E,dan K ,serta
menambah lezatnya makanan.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan konsumsi lemak dan minyak
berasal dari minyak nabati, seperti minyak kelapa, kelapa sawit, kacang kedelai, kacang tanah
dan jagung karena banyak mengandung asam lemak tidak jenuh jamak dan trigliserida rantai
menengah (medium chain triglyceride) yang berpengaruh baik terhadap kesehatan. Proposrsi
asam lemak jenuh dan asam lemak trans sebaiknya masing-masing maksimal 88% dan 1% dari
kebutuhan energi total. Di antara lauk hewani, ikan paling sedikit mengandung lemak. Lemak
ikan terutama mengandung asam lemak tidak jenuh ganda.
Menggunakan garam beryodium dalam memasak dapat mencegah timbulnya Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY). Gangguan ini banyak terjadi pada daerah-daerah yang jauh dari
laut dan pegunungan,karena tanahnya kurang mengandung yodium yang bersumber dari laut.
Yodium merupakan bagian dari hormon toksin yang antara lain berperang mengontrol
percepatan pelepasan energi dari zat gizi yang menghasilkan energi, pemebentukan sel darah
merah,serta fungsi otot dan syaraf.menghambat kecerdasan otak anak serta pertumbuhan pada
anak-anak menyebabkan kekerdilan ( kretinisme ) dan dungu. Disamping itu terjadi bengkak
pada kelenjar tiroid, berat badan kurang dan mudah lelah. Umumnya akibat kekurangan yodium
dinamakan “Gondok” dan karena terdapat secara meluas di suatu daerah, dinamakan “Gondok
Endemik”.
Mengkonsumsi garam secara berlebihan juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang
menimbulkan sakit jantung dan stroke. Dianjurkan mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram
atau kurang lebih 1,5 sendok teh sehari.
6. Makanlah Makanan Sumber Besi
Kekurangan besi dapat menimbulkan Anemia Gizi Besi. Besi diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah. Hemoglobin membawa oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari seluruh sel ke paru-
paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Di samping itu besi berperan dalam metabolisme energi.
Besi juga merupakan bagian dari sel-sel otak yang berperan dalam transmisi saraf.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI mengandung semua zat gizi
dalam jumlah yang sesuai untuk proses tumbuh kembang bayi. Pemberian ASI memungkinkan
hubungan kejiwaan yang erat antara ibu dan bayi. Disamping itu ASI mengandung zat-zat anti
kekebalan. ASI yang keluar pada hari pertama disebut “kolostrum”. Kolostrum lebih kental dan
kekuning-kuningan yang mengandung zat anti kekebalan dan vitamin A yang
tinggi. ASI hendaknya merupakan makanan satu-satunya untuk bayi hingga umur 6 bulan (ASI
eksklusif).
Manfaat makan pagi adalah untuk memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan
tubuh, meningkatkan produktifitas kerja dan meningkatkan konsentrasi belajar. Kebiasaan
makan pagi, membantu memenuhi kecukupan gizi sehari-hari. Sedangkan resiko tidak
membiasakan makan pagi adalah gangguan kesehatan yang berupa menurunnya kadar gula
darah. Susnan makanan pagi merupakan menu seimbang, yang terdiri atas sumber energi, zat
pembangun, dan zat pengatur
Air berfungsi sebgai zat pembangun dan zat pengatur, antara lain sebagai pelarut dan alat
angkut zat-zat gizi, katalisator sebagai reaksi biologis dalam sel, fasilitator
pertumbuhan, pengatur suhu, pelumas sendi-sendi tubuh, dan sebagai peredam
benturan. Rata-rata seseorang membutuhkan 8 gelas atau 2 liter air sehari. Kehilangan air
terlalu banyak dapat menyebabkan dehidrasi atau kekeringan. Hal ini merupakan resiko untuk
menderita penyakit ginjal.
Kemampuan alkohol melarutkan lipid ayang terdapat dalam membran sel memungkinkan
dengan cepat masuk kedalam sel-sel tubuh dan menghancurkan sel tersebut. Alkohol dapat
merusak organ-organ penting seperti hati dan otak, Alkohol dianggap racun atau toksin bagi
tubuh.
Makanan yang aman bagi kesehatan adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung
mikroba dan bahan kimia berbahaya, serta diolah dengan cara yang benar sehingga keadaan
fisik dan gizinya tidak rusak. Agar makanan aman dikonsumsi, makanan harus diperlakukan
secara benar, sejak bahan makanan ditanam tau diternakkan, disimpan, ditransportasikan,
dipasarkan, diolah, hingga siap santap. Dalam pengelolahan, hendaknya tidak diguanakan
bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan atau bersifat racun, seperti boraks dan
formalin yang sering digunakan sebagai bahan pengawet, serta rhodamin B dan methanil
yellow sebagai bahan pewarna merah dan kuning. Makanan yang tidak aman dapat
menimbulkan keracunan yang bias berakhir dengan kematian.
Angka kecukupan gizi (AKG) merupakan nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut kelompok umur,
jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui.
AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok
umur, gender, dan aktivitas fisik. Dalam penggunaannya, bila kelompok penduduk yang
dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan,
maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila berat badan kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu
kurus, AKG dihitung berdasarkan berat badan idealnya. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan.
d. Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya untuk keadaan darurat: membantu para
transmigrasi dan penduduk yang terkena bencana alam serta memberi makanan tambahan
untuk balita, anak sekolah, dan ibu hamil. Pertimbangan yang dikemukakan pada butir 2 perlu
diperhatikan.
Rata-rata kecukupan zat gizi yang diperoleh dari rata-rata kebutuhan gizi berdasarkan hasil
penelitian terhadap sejumlah orang sehat. Rata-rata kecukupan zat gizi ini bila diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari mencukupi kecukupan 50% populasi sehat.
Angka kecukupan gizi yang bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan memenuhi
kebutuhan gizi 97.5% populasi sehat. RDA= EAR+2SD.
c. AI (Adequate Intake)
Angka yang menggambarkan kecukupan gizi berdasarkan asupan gizi orang sehat. Digunakan
bila belum cukup kajian kebutuhan atau kecukupan zat gizi tertentu pada populasi tertentu.
Angka tertinggi dari suatu anjuran kecukupan gizi yang bila dikonsumsi dalam jumlah tersebut
setiap hari tidsk menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan.
Sedapat mungkin, AKG ditetapkan dengan terlebih dahulu menerapkan kebutuhan faali rat-rata
tubuh terhadap zat gizi yang sudah diserap/distribusi. Nilai ini kemudian disesuaikan dengan
faktor kehilangan karena penyerapan tidak sempurna dan untuk menampung variasi kebutuhan
antar individu dan ketersediaan faali zat gizi antar sumber bahan pangan. Dengan demikian,
dalam AKG sudah dimasukkan faktor keamanan untuk zat gizi, yang berkaitan dengan
pengetahuan tentang zat gizi bersangkutan, ketersediaan faalinya, dan variasi antar penduduk.
Kebutahan bayi dan anak merupakan kebutuhan zat gizi yang memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang memuaskan, sedangkan untuk orang dewasa
merupakan jumlah yang dibutuhkan untuk memelihara berat badan normal dan mencegah
deplesi zat gizi dari tubuh yang diperkirakan melalui penelitian keseimbangan, serta
pemeliharaan konsentrasi normal zat gizi didalam darah dan jaringan tubuh. Untuk zat-zat gizi
tertentu, kebutuhan mungkin pula didasarkan atas jumlah yang diperlukan baik untuk mencegah
ketidakmampuan tubuh melakukan suatu fungsi khusus, maupun untuk mencegah timbulnya
tanda-tanda defisiensi khusus, yaitu jumlah yang mingkin sanagat berbeda dengan kebutuhan
guna mempertahankan simpanan tubuh. Dengan demikian, penetapan kebutuhan untuk setiap
zat gizi berbeda sesuai kriteria yang dipilih.
Langkah pertama dalam menyusun kecukupan gizi adalah menetapkan kebutuhan faali
rata-rata penduduk yang sehat dan mewakili tiap golongan umur dan gender menurut kriteria
yang telah diterapkan. Untuk itu, perlu diketahui perbedaan-perbedaan didalam tiap golongan
yang memungkinkan perkiraan jumlah yang perlu ditambahkan pada kebutuhan rata-rata untuk
memenuhi kebutuhan sesungguhnya semua orang sehat. Eksperimen demikian pada manusia
sangat mahal dan perlu waktu serta sering tidak dapat dilakukan karena alasan estis. Oleh
sebab itu, pemikiran kebutuhan dan variasinya sering dilakukan atas dasar informasi yang
terbatas.
Bila kebutuhan penduduk mengikuti distribusi normal, penambahan dua standar baru
(SB) terhadap kebutuhan rata-rataakan memenuhi kebutuhan sebagai besar (97,5%) populasi.
Dengan kemungkinan ada pengecualian tentang kebutuhan protein, hanya sedikit bukti yang
menunjukkan bahwa kebutuhan zat-zat gizi berdistribusi normal. Oleh karena itu, tiap zat gizi
diperlukan tersendiri guna memperhitungkan perubahan didalam suatu populasi.
Kecukupan untuk energi ditetapkan dengan cara berbeda dari pada kecukupan untuk
zat-zat gizi lain. AKG untuk energi mencerminkan rata-rata kebutuhan tiap kelompok penduduk.
Kebutuhan energi berbeda tiap perorangan. Tambahan kecukupan untuk memenuhi variasi ini
kurang tepat, karena untuk jangka waktu lama kelebihan ini akan menimbulkan obesitas pada
seseorang yang mempunyai kebutuhan rata-rata.
Angka kecukupan untuk protein dan zat-zat lain dinyatakan sebagai taraf suapan
terjamin (safe level of intake), yaitu rata-rata kebutuhan +2,5 standar baku yang memenuhi atau
melebihi kebutuhan hampir semua individu (97,5%) dalam kelompok bersangkutan. Perkiraan
demikian, memperhitungkan perbedaan kebutuhan individu didalam kelompok. Bila semua
orang mengonsumsi protein atau zat-zat gizi lain pada nilai yang sama atau sedikit lebih
besardari konsumsi yang dianggap aman, sedikit kemungkinan bahwa seseorang
mengkonsumsi jumlah yang tidak cukup. Jumlah yang sedikit lebih banyak ini tidak akan
menimbulkan akibat merugikan.
Karena masih kurangnya pengetahuan, AKG belum dapat ditetapkan untuk semua zat
gizi yang sudah diketahui. Akan tetapi AKG untuk zat-zat gizi yang sudah ditetapkan dapat
dijadikan pedoman, sehingga menu dapat bervariasi memenuhi AKG untuk zat-zat gizi tersebut
diharapkan cukup pula dalam zat-zat gizi lainnya. Oleh sebab itu, dianjurkan agar menu sehari-
hari terdiri atas bahan pangan bervariasi yang diperoleh dari berbagai golongan bahan pangan
(bukan dari suplementasi atau fortifikasi), dan supaya diperhitungkan pula kemungkinan
kehilangan zat-zat gizi selama pengolahan makanan. Di Indonesia pola menu seimbang
tergambar dalam menu 4 Sehat 5 Sempurna dan Pedomam Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Dalam menyusun menu, selain AKG perlu pula pertimbangan aspek akseptabilitas makanan
yang disajikan, karean sealain sebagai sumber zat-zat gizi, makanan juga mempunyai nilai
sosial dan emosional.
Data diperoleh dari hasil pengumpulan data oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi,
Departemen Kesehatan. Sifatnya masih terbatas pada beberapa kelompok dengan keadaan
gizi optimal dan aktivitas sedang. Pada tabel berikut menunjukkan berat badan patokan untuk
Indonesia dibandingkan dengan yang dianjurkan WHO dan yang digunakan Amerika Serikat
(AS).
Tabel 1.1 Berat badan patokan di Indonesia, anjuran WHO dan di Amerika (AS)
Pria
10-12 tahun 30 35 45
13-15 tahun 45 48 66
16-19 tahun 56 64 72
20-49 tahun 62 65 79
>50 tahun 62 65 77
Wanita
10-12 tahun 35 37 46
13-15 tahun 46 48 55
16-19 tahun 50 55 63
20-49 tahun 54 55 65
>50 tahun 54 55 65
AKG disusun berdasarkan rujukan dari WHO, FAO, dan AKG Amerika Serikat yang disesuaikan
dengan ukuran tubuh orang indonesia. AKG beberapa zat gizi mikro diambil langsung dari AKG
Amerika Serikat karena pengaruh keragaman berat badan tidak bermakna.
AKG yang ditetapkan pada Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional tahun 1998 meliputu zat-zat
gizi sebagai berikit; energi (kkal), protein (g), vitamin A (RE), vitamin D (mg), vitamin E (µg),
vitamin K (mg), tiamin (mg), riboflavin (mg), niasin (mg), vitamin B12 (µg), piridoksin (mg),
vitamin C (mg), kalsium (mg), fosfor (mg), besi (mg), seng (µg), iodium (mg), dan selenim (µg).
AKG disusun berdasarkan kelompok umur, gender, dan tambahan untuk ibu hamil dan ibu
menyusui. Daftar AKG lengkap dapat dilihat pada tabel 1.2 (lampiran). Untuk melihat angka
kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, dan air yang di anjurkan untuk orang
Indonesia dalam sehari dapat dilihat pada tabel 1.3 (lampiran).
Angka kecukupan gizi (AKG) setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi masing-
masing. Untuk mengukur AKG bagi orang dewasa secara cepat, kebutuhan kalori/energi dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
Prinsip untuk menentukan angka kecukupan energi didasarkan pada pengeluaran energi
dimana komponen Basal Metabolic Rate merupakan komponen utama. Nilai BMR ditentukan
oleh berat dan susunan tubuh serta umur dan jenis kelamin. Secara sederhana nilai BMR dapat
ditaksir dengan menggunakan rumus regresi linier sebagai berikut.
Laki-laki Perempuan
Keterangan :
Dengan komposisi makanan sehari 60% dari sumber karbohidrat, 20% dari protein dan 20%
dari lemak. Kecukupan protein yang dianjurkan adalah 0,8 gram/kgBB/hari. Konsumsi protein
yang berlebih dapat membebani fungsi ginjal. Pada kondisi tertentu, seperti gizi buruk atau
masa penyembuhan konsumsi protein dapat ditingkatkan antara 1,2 – 1,8 gram/kgBB/hari.
Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein dari protein nabati dan hewani dengan perbandingan
3:1. Widya Karya Pangan dan Gizi VI tahun 1998, menetapkan AKG bagi orang dewasa secara
nasional berdasarkan kebutuhan energi/kalori dari protein, sebagai berikut:
(9 gram protein ikan, 6 gram protein hewani lain dan 40 gram protein nabati)
AKG diatas bila kita jabarkan menurut takaran konsumsi makanan sehari pada orang dewasa
umur 20-59 tahun, yaitu: nasi/pengganti 4-5 piring, lauk hewani 3-4 potong, lauk nabati 2-4
potong, sayuran 1½-2 mangkok dan buah-buahan 2-3 potong. Dengan catatan dalam keadaan
berat badan ideal.
a. Bahan makanan mempunyai tiga fungsi bagi seseorang, yaitu fungsi biologi, psikologi
dan sosial.
b. Makanan dapat dikelompokkan menjadi lima golongan, yaitu makanan pokok, lauk pauk,
sayur-sayuran, buah dan susu.
c. Pemilihan bahan makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : keadaan psikologis,
pendidikan, pendapatan, sosial budaya dan geografi.
d. Dalam memilih bahan makanan perlu memperhatikan jenis dan tanda kerusakan bahan
makanan serta ciri-ciri bahan makanan yang baik.
e. Pengertian menu seimbang adalah susunan hidangan berbagai macam makanan yang
mengandung energi dan zat gizi secara cukup, baik jenis maupun jumlahnya.
f. Manfaat yang diperoleh dari menyusun menu seimbang adalah kebutuhan zat gizi dapat
terpenuhi, dapat memilih bahan makanan yang baik, dan sesuai keadaan sosial, ekonomi dan
budaya, mengurangi kehilangan zat gizi selama penyiapan makanan, serta mengurangi
kebosanan akan menu makanan.
h. Proses yang harus dilakukan dalam menyusun menu adalah menentukan kecukupan gizi,
menentukan hidangan, penentuan pemilihan bahan makanan, serta pengolahan bahan
makanan.
Pada saat ini, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah
miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada
lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu
seimbang, dan kesehatan.
b. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang di arahkan pada pemberdayaan
keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
c. Peningkatan upaya gizi terpadu dan sistem rujukan di mulai dari tingkat pos pelayanan
terpadu (posyandu).
d. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui sistem kewaspadaan pangan dan
gizi (SKPG).
e. Meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi masyarakat.
i. Upaya portifikasi bahan pangan dengan vitamin A, yodium dan zat besi.
Masalah gizi lebih baru muncul dipermukaan pada tahun-tahun terahir PJP1, yaitu pada awal
tahun 1990an. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama
diperkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama dalam pola makan. Pola
makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah lemak berupa
ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar, dan tinggi lemak sehingga
menggeser mutu makanan kearah tidak seimbang. Perubahan pola makan ini di percepat oleh
makin kuatnya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi,
informasi, dan globalisasi ekonomi.
Masalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energi dibandingkan dengan keluaran
energi. Penanggulangannya adalah dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi
melalui pengurangan makanan dan penambahan latihan fikik atau olahraga serta menghindari
tekanan hidup atau stress. Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi
konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol. Untuk itu diperlukan
upaya penyuluhan kemasyarakat luas. Disamping itu, diperlukan peningkatan teknologi
pengolahan makanan tradisional indonesia siap santap, sehingga makanan tradisional yang
lebih sehat ini disajikan dengan cara dan kemasan yang dapat menyaingi cara penyajian dan
kemasan makanan barat.
3. Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang energi protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi secara umum
dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan,
rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat
kecerdasan.
Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktifitas kerja dan derajat kesehatan sehingga
menyebabkan rentan terhadap penyakit. Status gizi balita diklasifikasikan dalam gizi buruk, gizi
kurang dan gizi baik. KEP berat pada orang dewasa yang disebabkan oleh kelaparan, pada
saat ini sudah tidak terdapat lagi. KEP berat pada orang dewasa dikenal sebagai honger
oedeem. KEP pada saat ini terutama terdapat pada anak balita.
Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari
kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro elemen yang esensisl bagi tubuh, sangat
diperlukan dalam pembentukan darah yakni dalam hemoglobin. Kekurangan zat besi pada
umumnya menyababkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya
kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan
penyembuhan luka.
Zat iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena merupakan komponen dari hormone
thyroxsin. Zat iodim ini dikonsentrasikan dalam kelenjar gondok (glandula thyroidea) yang
dipergunakan dalam sintesis hormon thyroxsin. Kekurangan zat iodium berakibat
kondisi hypothyroidisme dan tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan menambah
jaringan gondok. Akhirnya terjadi hypertrophi (membesarnya kelenjar tiroid), yang kemudian
disebut penyakit gondok. Penyakit gondok di Indonesia merupakan endemik terutama di daerah
terpencil seperti di pegunungan, yang air minumnya kekurangan zat iodium. Oleh sebab itu,
penyakit kekurangan iodium ini disebut gondok endemik. Untuk penanggulangan penyakit
akibat kekurangan iodium dapat dilakukan melalui program iodiumisasi, yaitu dengan
menyadiakan garam dapur yang diperkaya dengan iodium.
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A dalam tubuh. Gejala-
gejala penyakit ini adalah kekeringan epithel biji mata dan kornea, karana glandula
lacrimalis menurun. Terlihat selaput bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak. Fungsi
mata berkurang menjadi hemeralopia atau nictalpia, yang oleh orang awam disebut buta senja
atau buta ayam, yaitu tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium lanjut
dapat menimbulkan kebutaan. Fungsi vitamin A yakni : berfungsi dalam proses melihat, proses
metabolisme, dan proses reproduksi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gizi adalah suatu proses mekanisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-
zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) memuat 13 dasar yang dapat digunakan masyarakat
luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman
guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Angka
kecukupan gizi (AKG) merupakan nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk
hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin,
dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui.
3.2 SARAN
Demikian makalah ini kami buat sebagai tugas dari mata kuliah Dasar Ilmu Gizi Kesehatan
Masyarakat, diharapkan makalah ini dapat menjadi acuan pembuatan makalah tentang
“Konsep Gizi Seimbang dan Angka Kecukupan Gizi” selanjutnya dan makalah ini dapat
mempermudah mahasiswa ataupun lulusan Kesehatan Masyarakat untuk dapat memberikan
pemahaman mengenai konsep gizi seimbang kesehatan kepada masyarakat agar angka
kecukupan gizi dapat terpenuhi dan terhindar dari dampak kekurangan maupun kelebihan gizi.
Hanya sebatas ini kemampuan yang dapat kami tuangkan dalam makalah ini, kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah ini dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat berguna dan memberi manfaat bagi
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, Sunita. Dkk. 2011. “Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan”. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Notoadmojo, Soekidjo. 2011. “Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni”. Jakarta : Rineka Cipta.
Proverawati, Atikah dan Erna Kusuma Wati. 2011. ”Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan”. Yogyakarta : Nuha Medika.