Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEPERAWATAN PRIMER

Disusun Oleh:

I Putu Eka Shuada 1140970120056

Dalilah Puteri Dewi 1140970120048

Nahdea Khairunisa 1140970120064

Putri Rahma Karimah 1140970120072

Puji Apriliani 1140970120071

Dosen Pengampu:

M. Husni S.Kep., Ns., M.Kep

POLITEKNIK KESDAM VI/ BANJARMASIN

2022/ 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami selaku penulis dapat menyusun makalah
ini yang berjudul "KEPERAWATAN PRIMER DASAR" tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalampembelajaran Keperawatan Jiwa


Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat tuntunan Tuhan Yang
Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran
dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah.

Banjarmasin, 13 September
2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3

BAB I..................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN.................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................................5

C. Tujuan.......................................................................................................................... 5

BAB II.................................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN...................................................................................................................... 7

A. Konsep Dasar Epidemiologi........................................................................................7

1.1. Peran Perawat Dari Epidemiologi.........................................................................7

1.2................................................................................................................................... 7

B. Pengertian Keperawatan Komunitas..........................................................................8

C. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas.....................................................8

D. Prinsip Dasar Praktik Keperawatan Komunitas.........................................................9

E. Primary Heatly............................................................................................................ 10

F. Teori dan Model Konsep keperawatan Komunitas..................................................12

1. Model self care menurut Dorothy Orem.............................................................12

2. Model Health Care System menurut Betty Neuman..........................................15

3. Model Keperawatan Komunitas sebagai Mitra (community as partner)


menurut Anderson & Mc Farlane...............................................................................17

BAB III................................................................................................................................. 19

PENUTUP............................................................................................................................ 19

A. Kesimpulan........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epidemiologi berasal dari perkataan Yunani, dimana epi- yang
berarti”permukaan, diatas, menimpa, atau tentang”, demos yang berarti ang berarti
”orang, populasi, ”orang, populasi,  penduduk,  penduduk, manusia manusia ” serta
ologi berarti berarti “ilmu tentang”. tentang”. Secara etimologis, etimologis,
epidemiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi
lahir berdasarkan dua asumsi dasar. Pertama, penyakit pada populasi populasi
manusia manusia tidak terjadi terjadi dan tersebar tersebar begitu saja secara acak.
Kedua, penyakit penyakit pada manusia manusia sesungguhnya sesungguhnya
mempunyai mempunyai faktor penyebab penyebab dan berdasarkan asumsi
tersebut, tersebut, epidemiologi epidemiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari distribusi dan determinan determinan frekuensi penyakit dan status
kesehatan pada populasi manusia.
Definisi tersebut tersebut mengisyaratk syaratkan bahwa epidemiologi pada
dasarnya pada dasarnya merupakan ilmu empirik kuantitatif, yang banyak
melibatkan pengamatan dan pengukuran yang sistematik tentang frekuensi penyakit
dan sejumlah factor- faktor yang dipelajari hubungannya dengan penyakit. Tujuan
akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit, mengurangi dampak
penyakit dan meningkatkan status kesehatan status kesehatan manusia. Sasaran
epidemio Sasaran epidemiologi adalah populasi manusia, bukan adalah populasi
manusia, bukan indi!idu. ciri-ciri ini yang membedakan epidemiologi dari ilmu
kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik, yang lebih yang lebih memusatkan
perhatiann atkan perhatiannya kepada indi!idu,  jaringan, atau organ. Epidemiologi
berguna untuk mengkaj untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dan menjelaskan
dampak dari tindakan pengendalian kesehatan masyarakat, program pencegahan,
inter!ensi klinis dan pelayanan kesehatan terhadap penyakit atau mengkaji dan
menjelaskan faktor lain yang berdampak pada status kesehatan penduduk.
Epidemiologi penyakit juga penyakit juga dapat menyertakan menyertakan deskripsi
deskripsi keberadaannya di keberadaannya di dalam populasi dan populasi dan
faktor yang mengendalikan ada atau tidaknya penyakit tersebut.
Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta
bertambahnya penduduk dan masyarakat, maka perlu adanya perawat kesehatan
komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam hal pencegahan, pemeliharaan,
promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada
individu, keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut dengan
keperawatan komunitas. Keperawatan komunitas adalah pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan
pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Peran serta komunitas tersebut diartikan sebagai suatu proses di mana individu,
keluraga, dan komunitas bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri dengan
berperan sebagai pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatan berdasarkan asas
kebersamaan dan kemandirian. Bantuan diberikan oleh perawat komunitas karena
ketidak mampuan, ketidak tahuan, dan ketidak mauan masyarakat dalam mengenal
masalah kesehatan serta dengan menggunakan potensi lingkungan berusaha
memandirikan masyarakat. Namun pada kenyataannya belum semua tenaga
keperawatan komunitas mampu memerikan pelayanan sesuai dengan konsep. Hal
ini dapat disebabkan oleh pemahaman perawat komunitas yang belum sama
mengenai konsep dasar keperawatan komunitas dan peranannya dalam
keperawatan komunitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa peran perawat dalam epidemiologi?
2. Apa itu keperawatan komunitas?
3. Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan komunitas?
4. Apa saja prinsip dasar praktik keperawatan komunitas?
5. Bagaimana primary health care (PHC) di masa pandemic covid-19 dan new
normal life?
6. Apa saja teori dan model konsep keperawatan komunitas menurut Betty
Neuman, Orem, dan King’s?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa peran perawat dalam epidemiologi
2. Mengetahui apa itu keperawatan komunitas
3. Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan keperawatan komunitas
4. Mengetauhi apa saja prinsip dasar praktik keperawatan komunitas
5. Mengetahui bagaimana primary health care (PHC) di masa pandemic covid-19
dan new normal life
6. Mengetahui apa saja teori dan model konsep keperawatan komunitas
menurut Betty Neuman, Orem, dan King’s
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Epidemiologi
1.1. Peran Perawat Dari Epidemiologi
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor
penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka
epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam  bidang kesehatan masyarakat
berupa :

a. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan atau


penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk
pencegahan dan penanggulangannya.

b.   Menyiapkan data atau informasi untuk keperluan perencanaan program dengan
menilai status kesehatan masyarakat serta memberi gambaran tentang kelompok
penduduk yang terancam.

c.   Membantu menilai berbagai hasil dari setiap bentuk program kesehatan

d. Mencari dan mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakut serta cara


menanggulanginya, baik penyakit perorangan (dianalisis dalam kelompok) maupun
Kejadian Luar Biasa dalam masyarakat.

1.2 Epidemiologi dan kependudukan, aplikasi epidemiologi dalam keperawatan


komunitas
Epidemiologi kependudukan, merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi
yang menggunakan sistem pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi serta faktor-faktor yang
mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi di dalam masyarakat.

Aplikasi epidemiologi dalam keperawatan komunitas sebagai berikut:

1. Perawat perlu mengetahui dan mampu menggunakan epidemiologi


2. Perawat secara teratur mengumpulkan, melaporkan, menganalisis, menafsirkan, dan
mengomunikasikan data epidemiologi di banyak area tempat mereka bekerja
3. Perawat yang terlibat dalam perawatan orang dengan penyakit menular
menggunakan epidemiologi setiap hari sebagai mengidentifikasi, melaporkan,
mengobati, dan memberikan tindak lanjut kasus dan kontak TB, gonore, dan
gastroenteritis.
4. Perawat sekolah juga berfungsi sebagai epidemiologi, mengumpulkan data tentang
kejadian dan prevalensi kecelakaan, cedera, dan penyakit di populasi sekolah.
5. mereka juga merupakan pemain kunci dalam pendeteksian dan pengendalian
epidemiologi lokal, seperti wabah kutu
6. perawat di seluruh rangkaian praktik secara aktif terlibat dalam kegiatan yang
berkaitan dengan pencegahan primer, sekunder, dan tersier
B. Pengertian Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan praktik untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan
pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat.
Pengertian lain dari keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada kelompok risiko
tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas dengan menekankan upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif.

C. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas


Perkembangan keperawatan komunitas tidak terlepas dari tokoh metologi
yunani, yaitu Asclepius dan Hegeia. Berdasarkan mitos yunani, Asclepius
adalah seorang dokter yang tampan dan pandai meski tidak disebutkan skolah
atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya. Beliau dapat mengobati
penyakit bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu
(surgical procedure) dengan baik. Sementara Hegeia adalah asisten Asclepius
yang juga merupakan istrinya, beliau ahli dalam melakukan upaya-upaya
kesehatan.Jika diperhatikan,terdapat perbedaan dalam metode penanganan
masalah keshatan yang dilakukan oleh suami istri tersebut.
Perbedaan penanganan masalah kesehatan antara Asclepius dan Hegeia
: dimana Asclepius penangananya dilakukan setelah penyakit terjadi pada
seseorang, sedangkan Hegeia penanganan masalah melalui hidup seimbang,
menghindari makanan atau minuman beracun, memakan makanan yang
bergizi (cukup, istirahat yang cukup, olahraga. Dari perbedaan pendekatan
penanganan masalah kesehatan anatara Asclepius dan Hegeia tersebut,
akhirnya muncul dua aliran/pendekatan dalam penanganan masala-masalah
keshatan pada masyarakat, yaitu sbagai berikut:
a) Kelompok/Aliran 1
Aliran ini cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah
orang jatuh sakit. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan kuratif.
Kelompok  tersebut terdiri atas dokter, psikiater, dan praktisi-praktisi lain
yang melakukan perawatan atau pengobatan penyakit baik, fisik
maupun psikologis.
b) Kelompok 2
Aliran ini cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit
sebelum terjadinya penyakit. Kelompok ini antara lain perawat
komunitas.Dari uraian di atas, seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, maka dalam masyarakat
yang luas dapat kita amati seolah-olah timbul garis pemisah antara
kedua kelompok profesi tersebut, yaitu pelayanankesehatan kuratif dan
pelayan pencegahan.

D. Prinsip Dasar Praktik Keperawatan Komunitas


1. Prinsip keperawatan komunitas
Menurut Quad Council of public Health Nursing Organization, 2007, dalam Stanhope
& Lancaster (2016), ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
keperawatan komunitas. Prinsip ini disebut juga sebagai Eight Principles of Public
Health Nursing, antara lain:
a) Klien adalah populasi/masyarakat
b) Memberi beri manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas
c) Proses yang digunakan, termasuk bekerja dengan mitra yang sama
d) Pencegahan primer menjadi prioritas dalam aktivitas
e) Strategi khusus yang berfokus pada kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi
yang sehat dan komunitas,
f) Memberikan manfaat sebesar-besarnya pada aktivtas penelitian masyarakat
g) Penggunaan suber daya masyarakat secara optimal
h) Kolaborasi dengan profesi, organisasi, atau kesatuan lain, demi keefektifan
program peningkatan dan pemeliharaan kesehatan komunitas. ( Ratnawati,
2001, p.13)

Menurut Mubarak dan Chayantin, 2009, pertimbangan prinsip dalam melaksanakan


keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

a) Kemanfaatan, intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan


manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara
manfaat atau kerugian.
b) Otonomi. Pelaksanaan keperawatan komunitas diberikan kebebasan untuk
melalukan atau memilih alternatif terbaik yang disediakan untuk komunitas.
c) Keadilan. Perawat melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan
atau kapasitas komunitas. ( Wahid Iqbal Mubarak & Nurul Chayantin, 2009, p.10)

E. Primary Heatly
Pada masa pandemi COVID-19, upaya kesehatan masyarakat tetap
dilaksanakan dengan memperhatikan skala prioritas. Puskesmas tetap melaksanakan
pelayanan dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
dan dalam rangka pencapaian SPM kab/kota bidang kesehatan sebagaimana diatur
pada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
dan Permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Selain itu,
pemerintah daerah dapat menambahkan pelayanan sesuai permasalahan kesehatan
lokal spesifik terutama dalam hal mengantisipasi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) yang
pernah dialami daerah tersebut pada tahun sebelumnya di periode yang sama seperti malaria,
demam berdarah (DBD) dan lain sebagainya.
Pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang sudah terjadwal sebaiknya
dilihat kembali apakah tetap dapat dilaksanakan seperti biasa, dilaksanakan dengan metode
atau teknik yang berbeda, ditunda pelaksanaannya, atau sama sekali tidak dapat
dilaksanakan, tentunya dengan memperhatikan kaidah-kaidah Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) dan physical distancing guna memutus mata rantai penularan.

A. Promosi Kesehatan
Ruang lingkup Peran Promosi Kesehatan di Puskesmas dalam penanggulangan
COVID-19 adalah:
1. Melakukan kemitraan untuk mendapat dukungan dan menjalin kerjasama kegiatan
Puskesmas dalam pencegahan COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas. Sasaran
kemitraan diantaranya gugus tugas tingkat RW atau Relawan Desa, Ormas, TP
PKK, swasta, SBH, tokoh masyarakat, tokoh agama dan mitra potensial lainnya.
Puskemas perlu melakukan identifikasi status psikologis diri atau kondisi
masyarakat di wilayah kerjanya dalam menghadapi kondisi pandemi ini.
2. Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) dengan lintas sektor,
Ormas serta mitra potensial lainnya dalam optimalisasi kegiatan penanggulangan
COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas, termasuk sinkronisasi data terkait dengan
kelompok/individu berisiko antara data Puskesmas (PIS- PK dan pelayanan
perorangan) dan data dari gugus tugas tingkat RW dan/atau Relawan Desa.
3. Melakukan advokasi kepada penentu kebijakan untuk mendapatkan dukungan terhadap
optimalisasi kegiatan pencegahan COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas. Sasaran
advokasi dilakukan kepada Kepala Desa/Lurah, Ketua RW, Ketua RT, Ketua TP PKK
Kecamatan, Ketua TP PKK Desa/Kelurahan, Ketua Ormas, Pimpinan Perusahaan dll.
Langkah-langkah advokasi dijelaskan dalam lampiran Juknis ini.
4. Meningkatkan literasi serta kapasitas kader, toma, toga, dan kelompok peduli
kesehatan agar mendukung upaya penggerakan dan pemberdayaan keluarga dalam
pencegahan COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas. Peningkatan literasi serta kapasitas
dapat dilakukan melalui media daring seperti grup Whatsapp/ SMS/Video Call/telepon
atau melalui interaksi langsung dengan memperhatikan PPI dan physical distancing.
5. Melakukan pengorganisasian dan memobilisasi potensi/sumber daya masyarakat
untuk mengoptimalkan kegiatan Promkes dan pemberdayaan keluaga dalam
pencegahan COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas, termasuk melaksanakan Survei
Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) yang dilaksanakan
dengan tetap menerapkan prinsip PPI dan physical distancing. Puskesmas dapat
menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional
dalam pengendalian COVID19. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya asuhan
mandiri kesehatan tradisional melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA)
dan akupresur, yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta
mengatasi beberapa gangguan kesehatan ringan seperti meningkatkan nafsu makan,
mengatasi susah tidur, mengatasi stres, dan mengurangi keinginan merokok. Lima
tips meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara kesehatan tradisional dapat dilihat
pada lampiran bagian UKM.
6. Membuat media promosi kesehatan lokal spesifik dengan berdasarkan kepada
protokol-protokol yang ada seperti cara pencegahan di level individu, keluarga dan
masyarakat, kelompok rentan dan apa yang harus dilakukannya dll. Media tersebut
disebarluaskan melalui media daring seperti grup Whatsapp atau secara langsung
seperti poster, stiker, spanduk, baliho, dll.
7. Melakukan KIE bersama kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, ormas, kelompok
peduli kesehatan, UKBM serta mitra potensial lainnya guna meningkatkan literasi
dan memberdayakan kelompok/individu/anggota keluarga agar mau melakukan
PHBS pencegahan COVID-19. Sangat penting untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat dan lintas sektor terkait bahwa pemutusan rantai penularan COVID-
19 adalah tanggung jawab bersama mulai dari masyarakat, tokoh masyarakat, lintas
sektor, bidang kesehatan dan Pemerintah mulai dari pemerintah daerah sampai
pemerintah Pusat.
8. Melakukan tata kelola manajemen kegiatan promosi kesehatan dalam pencegahan
COVID-19 (P1, P2 dan P3).

Dan untuk masa new normal ada beberapa sebagai berikut:

a. Primer

Pencegahan primer dengan promosi kesehatan pada kasus


COVID-19 dapat dilakukan dengan cara:

1) menyaring informasi dari media sosial,

2) menerapkan etika batuk,

3) konsumsi makanan bergizi, dan

4) olah raga.

5) membersihkan tangan secara rutin,

6) menggunakan masker,

7) social distancing dan isolasi diri, dan

8) menghindari kontak tanpa pelindung dengan hewan liar.

b. Sekunder

1) Pengobatan di Rs

2) Rawat inap atau rawat jalan.

c. Tersier

1) Sistem rujukan di Rs.

F. Teori dan Model Konsep keperawatan Komunitas


Model keperawatan ini pada hakikatnya mengatur hubungan antara perawat
komunitas dengan klien, yaitu keluarga, kelompok, dan komunitas. Klien telah
memberikan kepercayaan dan kewenangannya untuk membantunya meningkatkan
kesehatan melalui asuhan keperawatan komunitas yang berkualitas. Seperti yang Anda
ketahui tentang berbagai model yang pernah dibahas pada topik lain, sebenarnya
banyak model yang dapat digunakan oleh perawat komunitas. Namun, pada topik ini
hanya dibatasi tiga model yang sering digunakan di komunitas, berikut uraiannya.
1. Model self care menurut Dorothy Orem
Model ini lebih menekankan kepada self care (mandiri) untuk mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan komunitas dalam keadaan, baik sehat
maupun sakit (Orem, 1971, dalam Marriner, 2001). Bila kita me-review empat konsep
sentral dalam paradigma keperawatan, maka model ini dapat dijelaskan sebagai
berikut.

a. Empat Konsep Sentral dalam Falsafah Keperawatan


1. Manusia. Orem (1971, dalam Marriner, 2001), memandang manusia sebagai
kesatuan yang utuh yang mempunyai fungsi biologis, sosial, mempunyai inisiatif,
dan mampu melakukan aktivitas perawatan diri untuk mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan komunitas. Kemampuan komunitas
untuk melakukan self care (mandiri) mencerminkan kekuatan komunitas yang
ada, dan ini sangat tergantung pada tingkat kematangan atau pengalaman,
tingkat pengetahuan, dan kesehatan komunitasnya.
2. Kesehatan. Model ini memandang bahwa kesehatan komunitas dapat tercapai
ketika komunitas mampu memenuhi kebutuhan self care-nya. Bila komunitas
tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi self care defisit.
Berikut kebutuhan self care yang harus dipenuhi oleh komunitas.
b. Model Orem menjelaskan ada tiga jenis kebutuhan self care (mandiri)
1. Universal self care dibutuhkan oleh semua manusia, seperti udara, air, makanan,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, serta interaksi sosial. Bila kebutuhan tersebut
terpenuhi, maka komunitas akan dapat mencapai kesehatan yang
diharapkannya. Contoh, Anda mungkin pernah melihat kekeringan di suatu desa,
akan sangat memengaruhi kehidupan komunitasnya. Masyarakat menjadi sulit
untuk mencari air bersih, dan bahkan untuk bercocok tanam pun menjadi sulit.
Penyakit akan banyak muncul dan kegagalan panen juga akan terjadi. Hal ini
tentu saja akan berpengaruh pada kehidupan komunitas di dalamnya.
2. Developmental self care, adalah kebutuhan yang mencakup proses kehidupan
untuk menjadi lebih dewasa. Contoh, akhir-akhir ini media massa sering
menayangkan kejadian tawuran antarwarga atau antarkelompok masyarakat.
Penyebabnya sangat bervariasi dari hal yang sepele sampai yang paling prinsip.
Sebenarnya yang terjadi adalah ketidakmampuan komunitas untuk berkembang,
ketika ada perubahan sedikit, masyarakat langsung bergejolak. Memang ketika
kebutuhan universal self care (mandiri), seperti di atas dapat terpenuhi
khususnya kemampuan membina interaksi sosial yang baik, maka komunitas
akan lebih dewasa dalam menghadapi permasalahan.
3. Health deviation self care, adalah kebutuhan komunitas untuk bertahan karena
adanya penyakit atau trauma yang dapat mengganggu fungsi struktur, fisiologis
dan psikologis manusia. Perubahan ini akan mengakibatkan komunitas
membutuhkan bantuan untuk tetap bertahan hidup. Contoh, Anda masih ingat
awal Juli 2013 terjadi gempa di Aceh Tengah yang menyebabkan sedikitnya 50
orang meninggal dunia, ratusan orang lukaluka, banyak rumah yang hancur,
sehingga tidak memiliki tempat tinggal. Gempa ini mengingatkan mereka pada
tragedi gempa dan tsunami tahun 2004, baru saja mereka berkembang untuk
menata kembali kehidupannya bencana sudah datang lagi. Tentu saja kejadian
ini menjadi trauma buat mereka. Dari kasus ini, keperawatan komunitas dapat
berperan memenuhi kebutuhan komunitas agar trauma tersebut tidak terlalu
lama memengaruhi fungsi manusia yang lain. Logikanya asuhan keperawatan
komunitas dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan komunitas dalam
melakukan self care (mandiri).
c. Keperawatan
model ini akan membahas tentang tiga sistem keperawatan yang dapat
digunakan perawat untuk membantu komunitas dalam memenuhi gangguan
kebutuhan, seperti uraian di atas. Tindakan self care (mandiri) adalah reaksi
komunitas terhadap tuntutan untuk memenuhi kebutuhan self care dalam upaya
mencapai kesehatan.
a) Tipe sistem keperawatan
1. Wholly Compensatory Nursing System Perawat komunitas mengambil
seluruh kegiatan self care untuk memenuhi kebutuhan komunitas secara
total. Contoh, daerah yang mengalami bencana alam, yang komunitasnya
tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhannya, maka perawat komunitas
dapat bermitra dengan lintas sektoral atau lintas program untuk membantu
memenuhi kebutuhan komunitas.
2. Partly Compensatory Nursing System Perawat komunitas dan masyarakat
bersama-sama memenuhi kebutuhan self care. Perawat mengidentifikasi
kebutuhan, kemampuan, dan kelemahan yang ada di komunitas. Untuk
kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh komunitas, perawat melakukan
tindakan keperawatannya, dan bila komunitasnya mampu, perawat tetap
memberikan motivasi agar kemampuan tersebut dapat dipertahankan atau
ditingkatkan. Kemitraan dengan komunitas pada sistem ini sangat
dibutuhkan. Contoh, daerah bencana alam yang tidak terlalu parah
kondisinya dan komunitasnya masih dapat diajak bekerjasama. Perawat
komunitas dapat melakukan perawatan luka pada klien yang mengalami
fraktur atau memberikan konseling trauma, sedangkan komunitasnya dapat
membantu mempertahankan kebersihan lingkungan dan memenuhi
nutrisinya.
3. Supportive Educative System Pada situasi ini komunitas mampu melakukan
pemenuhan kebutuhan self care, tetapi harus dengan bimbingan dan
dukungan dari perawat dalam hal mengambil keputusan, mengontrol perilaku,
memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Contoh: daerah yang
mengalami bencana, komunitasnya perlu diajarkan dan dibimbing tentang
manajemen stres dan pendampingan adaptasi dengan kondisi saat ini.
Komunitas yang tidak mampu memenuhi kebutuhan self care-nya karena
adanya gangguan kesehatan, penyakit atau keterbatasan komunitas, maka
komunitas tersebut akan mengalami self care defisit. Ketidakmampuan
tersebut akan mengakibatkan ketergantungan komunitas terhadap pihak lain,
salah satunya perawat. Perawat sebagai nursing agency adalah orang yang
dipercaya komunitas memiliki kemampuan dalam hal pengetahuan, dan
keterampilan yang diakui dapat membantu orang lain memenuhi kebutuhan
self care melalui tindakan keperawatan secara terapeutik. Kemampuan
komunitas memenuhi kebutuhan self care-nya bukan semata-mata, karena
adanya nursing agency, tetapi juga karena adanya kemampuan komunitas
untuk menjaga keseimbangan, struktur, dan fungsi yang dapat mendukung
tercapainya kesejahteraan dan kesehatan.
d. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai tempat, situasi maupun hal-hal
yang berinteraksi dengan individu, baik secara aktif maupun pasif.
Lingkungan dan individu akan sama-sama berpikir, menganalisis dan
membuat kesimpulan selama interaksi. Sifat lingkungan yang mungkin saja
berupa lingkungan hidup, seperti adanya individu lain dapat memengaruhi
lingkungan internal seseorang. Paradigma keperawatan dalam konsep
lingkungan ini adalah memandang bahwa lingkungan fisik, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual dapat memengaruhi kebutuhan dasar manusia selama
pemberian asuhan keperawatan dengan meminimalkan dampak atau
pengaruh yang ditimbulkannya sehingga tujuan asuhan keperawatan dapat
tercapai.

2. Model Health Care System menurut Betty Neuman


Model kedua yang akan dibahas adalah model health care system (Neuman,
1972, dalam Anderson & McFarlane, 2000). Model ini dikembangkan berdasarkan
philosophy primary health care (pelayanan kesehatan utama) yang memandang
komunitas sebagai klien. Kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga,
komunitas atau kumpulan agregat lainnya yang dipandang sebagai suatu sistem
terbuka yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback sebagai suatu pola
yang dinamis. Pandangan model ini terhadap empat konsep sentral paradigma
keperawatan adalah sebagai berikut.

a. Manusia
Model ini memandang manusia sebagai sistem terbuka yang berinteraksi
secara konstan dan dinamis seiring dengan adanya respon terhadap stresor baik
dari lingkungan internal maupun eksternal. Model ini juga memandang manusia
atau klien secara keseluruhan (holistik) yang terdiri atas faktor fisiologis,
psikologis, sosial budaya, perkembangan, dan spiritual yang berhubungan
secara dinamis dan tidak dapat dipisahpisahkan.
Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dalam lingkaran konsentrik yang
saling berkaitan. Struktur dasar meliputi faktor dasar kelangsungan hidup yang
merupakan gambaran yang unik dari sistem klien, seperti range temperatur
normal, struktur genetik, pola respon, kekuatan dan kelemahan organ, struktur
ego, dan pengetahuan atau kebiasaan. Stresor yang ada akan sangat
memengaruhi kondisi klien, contoh ketika di suatu daerah terdapat banyak
agregat remaja awal (usia 12-13 tahun) sudah banyak yang merokok, karena
mencontoh orang dewasa. Mengingat bahaya merokok usia dini sangat besar,
maka perawat komunitas akan melakukan upaya pencegahan primer dengan
memberikan pendidikan kesehatan pada remaja tersebut dengan melibatkan
orang dewasa di sekitarnya. Ini menunjukkan komunitas membutuhkan informasi
dan dukungan untuk melakukan perilaku sehat untuk mengatasi stresor.

b. Kesehatan
Kemampuan komunitas mempertahankan keseimbangan terhadap stresor
yang ada dan mempertahankan keharmonisan antara bagian dan subbagian
keseluruhan komunitas. Model ini pun menjelaskan bahwa sehat merupakan
respons sistem terhadap stresor dilihat dalam satu lingkaran konsentris core (inti)
dengan tiga garis pertahanan, yaitu fleksibel, normal, dan resisten, dengan lima
variabel yang saling memengaruhi, yaitu fisiologi, psikologi, sosiobudaya,
spiritual dan perkembangan.
c. Lingkungan Lingkungan adalah seluruh faktor internal dan eksternal yang berada
di sekitar klien, dan memiliki hubungan yang harmonis dan seimbang. Anda
harus mengenal stresor yang berasal dari lingkungan intrapersonal, interpersonal
dan extrapersonal, berikut uraiannya.
1. Lingkungan intrapersonal, yaitu lingkungan yang ada dalam sistem klien.
Contoh, melihat sekelompok pelajar SMP tawuran, perawat tentu harus
mengkaji mengapa remaja berperilaku demikian, apakah remaja memiliki
kepribadian yang mudah marah, gangguan konsep dirinya, atau tidak
terpenuhinya kebutuhan remaja, sehingga marah menjadi kompensasi
dari gangguan kebutuhan tersebut.
2. Lingkungan interpersonal yang terjadi pada satu individu atau keluarga
atau lebih yang memiliki pengaruh pada sistem.
3. Lingkungan extrapersonal, yaitu di luar lingkup sistem, individu atau
keluarga, tetapi ikut memengaruhi sistem komunitas. Contoh, sosial
politik, mungkin remaja tawuran, karena ada sisipan unsur politik untuk
mengalihkan permasalahan yang sedang terjadi di wilayah tersebut.
d. Keperawatan
Model ini menjelaskan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara
utuh untuk mempertahankan semua variabel yang memengaruhi respons klien
terhadap stresor. Melalui penggunaan model keperawatan ini, diharapkan dapat
membantu individu, keluarga dan kelompok untuk mencapai dan
mempertahankan level maksimum dari total wellness. Perawat membantu
komunitas menjaga kestabilan dengan lingkungannya dengan melakukan
prevensi primer untuk garis pertahanan fleksibel, prevensi sekunder untuk garis
pertahanan normal, dan prevensi tersier untuk garis pertahanan resisten.

3. Model Keperawatan Komunitas sebagai Mitra (community as partner) menurut


Anderson & Mc Farlane
Model komunitas sebagai mitra (community as partner) yang dikembangkan
berdasarkan model Neuman dengan pendekatan totalitas manusia untuk
menggambarkan masalah kesehatan yang ada. Model ini sekaligus menekankan
bahwa primary health care (PHC) sebagai filosofi yang mendasari komunitas untuk
turut aktif meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mengatasi masalah melalui
upaya pemberdayaan komunitas dan kemitraan. Perlu Anda ketahui bahwa ada tiga
pendekatan utama primary health care (PHC), yaitu memberikan pelayanan
kesehatan dasar dengan teknologi tepat guna, menjalin kerja sama lintas sektoral,
dan meningkatkan peran serta masyarakat. Oleh karenanya, model ini sangat
menitikberatkan pada kemitraan, melalui kemitraan komunitas akan merasa masalah
kesehatannya juga menjadi tanggung jawabnya.

Pada pembahasan sebelumnya tentang model health care system menurut


Neuman sudah dijelaskan, bahwa klien adalah sebagai sistem terbuka. Klien dan
lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis dan memiliki tiga garis
pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line of defense, dan resistance
defense. Intinya ada dua komponen penting dalam model ini, yaitu roda pengkajian
komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri atas dua
bagian utama, yaitu inti (core) sebagai intrasistem yang terdiri atas, demografi,
riwayat, nilai dan keyakinan komunitas. Ekstrasistemnya terdiri atas delapan
subsistem yang mengelilingi inti, yaitu lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,
ekonomi, dan rekreasi. Proses keperawatan yang dimaksud mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas,
1999; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002).
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan CHN sebagai alat meneliti
danmengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan
evaluasiliteratur riset epidemiologi. Ilmu bedah didefinisikan sebagai salah satu
disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengobatan dan penatalaksanaan berbagai
macam penyakit dengan cara pembedahan atau operasi. penyakit-penyakit yang
dikelompokkan sebagai penyakit yang dapat ditanganidengan pembedahan adalah:
penyakit infeksi, Kongenital, neoplasma,trauma/injuri/cedera. epidemiologi untuk
mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalahkesehatan dan
mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologidiharapkan mempunyai
peranan dalam keperawatan bedah, baik pra maupun pascaoperasi dalam bidang
kesehatan masyarakat

Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse health


family) juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas,Perkembangan
kesehatan masyarakat sebelum ilmu pengetahuan tidak  dapat dipisahkan dari
sejarah kebudayaan yang ada di dunia, di antaranya adalah budaya dari bangsa
Babilonia, mesir, yunani, dan romawi.

Bangsa-bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakukan usaha


untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. pada
abad 18-19 awal, pendekatan dalam  penanganan masalah kesehatan tidak hanya
memandang pada aspek   bilogis saja, tetapi sudah komprehensi& dan multisektoral.
perkembangam kesehatan masyarakat di indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu
di mulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang
sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu.

Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang


berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui
partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh
masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka
dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri
(self determination).
Pencegahan primer pada COVID-19 dapat dilakukan melalui promosi
kesehatan dan perlindungan khusus. Pencegahan primer dengan promosi kesehatan
dilakukan dengan selektif memilih informasi dari media sosial, menerapkan etika
batuk, konsumsi makanan bergizi, dan olahraga. Pencegahan primer dengan
perlindungan khusus dilakukan dengan resignasi. membersihkan tangan secara
rutin, menggunakan masker, social distancing dan isolasi diri, serta menghindari
kontak tanpa pelindung dengan hewan liar.
Model keperawatan ini pada hakikatnya mengatur hubungan antara perawat
komunitas dengan klien, yaitu keluarga, kelompok, dan komunitas. Klien telah
memberikan kepercayaan dan kewenangannya untuk membantunya meningkatkan
kesehatan melalui asuhan keperawatan komunitas yang berkualitas. Seperti yang
Anda ketahui tentang berbagai model yang pernah dibahas pada topik lain,
sebenarnya banyak model yang dapat digunakan oleh perawat komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, asrul.dr.m.ph. 1988. Pengantar epidemiologi. Jakarta: PT. Binarupa Aksar

Budiroro. B. 2007. Pengantar Epidemiologi edisi II. Semarang : Badan penerbit Undip

Mubarak, W., I. (2009). Keperawatan Komunitas 1. Jakarta; Salemba edika.

Mubarak, W., I., & Chayanti., N. (2011).  Ilmu Keperawatan Komunitas  Pengantar dan
Teori.

Jakarta; Salemba edika.

Anda mungkin juga menyukai