Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN AGREGAT KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT INFEKSI (TB PARU)

Dosen pengampu : Ns. Masmuri, M. Kep

Disusun Oleh Kelompok VII

1. Afifah Trisnaningtiyas
2. Eka Hindriyawanti
3. Mona Yunia Tejaningsih
4. Muhammad Ihsan
5. Muriyeh
6. Suci Ariyani
7. Wahyuni

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
TAHUN 2023/2024
Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran Allah
SWT. karena atas segala
limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik, dan Hidayah-
Nya makalah ini dapat
tersusun. Shalawat dan
salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada sang
uswatun hasanah Nabi
Muhammad SAW sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas
makalah kelompok
kami yang berjudul “Askep
Agregat dalam Komunitas
Kesehatan Populasi
Penyakit Infeksi (Demam
Typoid)”. Penyusunan
makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan komunitas II.
Harapan kami semoga
makalah ini dapat
menambah wawasan,
pengetahuan, dan
pengalaman bagi
para pembaca, khususnya dapat
dijadikan sebagai acuan dan
petunjuk bagi kami
para mahasiswa STIKES
Muhammadiyah Pontianak
Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran Allah
SWT. karena atas segala
limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik, dan Hidayah-
Nya makalah ini dapat
tersusun. Shalawat dan
salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada sang
uswatun hasanah Nabi
Muhammad SAW sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas
makalah kelompok
kami yang berjudul “Askep
Agregat dalam Komunitas
Kesehatan Populasi
Penyakit Infeksi (Demam
Typoid)”. Penyusunan
makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan komunitas II.
Harapan kami semoga
makalah ini dapat
menambah wawasan,
pengetahuan, dan
pengalaman bagi
para pembaca, khususnya dapat
dijadikan sebagai acuan dan
petunjuk bagi kami
para mahasiswa STIKES
Muhammadiyah Pontianak
Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran Allah
SWT. karena atas segala
limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik, dan Hidayah-
Nya makalah ini dapat
tersusun. Shalawat dan
salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada sang
uswatun hasanah Nabi
Muhammad SAW sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas
makalah kelompok
kami yang berjudul “Askep
Agregat dalam Komunitas
Kesehatan Populasi
Penyakit Infeksi (Demam
Typoid)”. Penyusunan
makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan komunitas II.
Harapan kami semoga
makalah ini dapat
menambah wawasan,
pengetahuan, dan
pengalaman bagi
para pembaca, khususnya dapat
dijadikan sebagai acuan dan
petunjuk bagi kami
para mahasiswa STIKES
Muhammadiyah Pontianak
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT. karena atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik, dan Hidayah-Nya makalah ini dapat tersusun. Shalawat dan salam semoga
senantiasa terlimpahkan kepada sang uswatun hasanah Nabi Muhammad SAW
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok kami yang berjudul
“Makalah keperawatan agregat komunitas Asuhan keperawatan pada penyakit infeksi
(TB PARU)” Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan komunitas. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
wawasan, pengetahuan, dan pengalaman bagi para pembaca, khususnya dapat
dijadikan sebagai acuan dan petunjuk bagi kami para mahasiswa.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang


telah terlibat dalam penyusunan makalah ini baik secara materi maupun non-
materi. Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami memerlukan masukan yang bersifat
membangun dari para dosen, teman mahasiswa yang lain, dan seluruh pembaca
makalah ini guna penyempurnaan
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam penyusunan makalah ini baik secara materi maupun non-materi. Makalah
ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
karena itu kami memerlukan masukan yang bersifat membangun dari para dosen,
teman mahasiswa yang lain, dan seluruh pembaca makalah ini guna penyempurnaan.

Pontianak, Oktober 2023

Kelompok VII
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah

Bab II Tinjauan Pustaka

1. Konsep dasar keperawatan komunitas


A. Defenisi
B. Defenisi keperawatan komunitas
C. Tujuan keperawatan komunitas
D. Fungsi keperawatan komunitas
E. Konsep dasar Agregat populasi infeksi
F. Penyakit Infeksi
2. Konsep dasar kasus
A. Defenisi
B. Etiologi
C. klasifikasi
D. Manifestasi klinis
E. patofisiologi
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan

Bab III Asuhan keperawatan TB PARU

Bab IV Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di
dunia. Disamping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas
hidup jutaan penduduk diberbagai Negara maju dan berkembang. Menurut WHO
sebanyak 25 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2011, sepertinganya dibebkan
oleh penyakit infeksi. (Health CareAssociated, 2012) Infeksi adalah penyakit yang
disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai
makhluk hidup tentunya ingin bertahan hidup dengan cara berkembang biak pada
suatu reservoir yang cocok dan mampu mencari reservoir baru dengan cara berpindah
atau menyebar. Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan bagi
orang-orang yang dalam kondisi sehat, dan lebih-lebih bagi orang- orang yang sedang
dalam keadaan sakit (penderita).
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (CHN,1977 cit R.
Fallen & R Budi Dwi K, 2019). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan
kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep
Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan professional terdepan
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan untuk
menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor
melalui pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan kesehatan berupa
pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian
langsung terhadap seluruh masyarakat dengan mempertimbangkan bagaimana
masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga dan
kelompok. Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan
suatu proses dalam upaya meningkatkan kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan. Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi
prosesnya memiliki kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan
masyarakat, seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu memberi perhatian
terhadap elemen-elemen tersebut yang akan tampak pada rangkaian kegiatan dalam
proses keperawatan yang berjalan berkesinambungan secara dinamis dalam suatu
siklus melalui tahap pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2019).
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara
lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh
kegiatan keperawatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah keperawatan
sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga, dan kelompok
dalam masyarakat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan
empat pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan
masyarakat. Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat pendekatan
yaitu pendekatan individu, keluarga,dan kelompok masyarakat dilakukan dengan cara
masing-masing mahasiswa mengelola satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu
dan keluarga binaan. Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersama-sama oleh
mahasiswa melalui pengkajian data kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan
Patuk sampai kegiatan evaluasi terhadap program yang dilakukan terkait masalah yang
muncul.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus
diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang
telah menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun
keberhasilan yang sudah dicapai belum dapat menuntaskan.problem kesehatan
masyarakat secara menyeluruh, bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan
cenderung semakin meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit
degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC,
DHF dan malaria). hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan.
Tantangan lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah
kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan dan perubahan dalam
bidang ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial budaya dan dampak globalisasi
yang akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan
masyarakat.
Pelaksanaan keperawatan komunitas menjadi penting sebagai upaya
mendukung pelayanan kesehatan yang bersifat preventif dan promotif. Pelaksanaan
asuhan keperawatan komunitas terdiri dari: menetapkan prioritas, menetapkan sasaran,
menetapkan tujuan, dan menetapkan rencana.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada agregat komunitas dengan
penyakit infeksi
2. Tujuan Khusus
a. Memahami Konsep dasar keperawatan komunitas
b. Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik penyakit infeksi
c. Untuk mengetahui permasalahan populasi penyakit infeksi
d. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan agregat pada populasi
infeski
C. Rumusan Masalah
a. Dapat memahami penyakit infeksi
b. Mengetahui apa gejala klinis, penanganan, komplikasi dari TB paru
c. Mengetahui pengertian dan peran perawat komunitas
d. Mengetahui askep komunitasTB paru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep dasar Keperawatan Komunitas


A. Definisi
. Komunitas adalah komponen penting dari pengalaman manusia sebagai bagian
dari pengalaman yang saling terkait dengan keluarga, rumah, serta berbagai ragam
budaya dan agama (Ervin, 2002). Keperawatan kesehatan komunitas adalah area
pelayanan keperawatan professional yang diberikan secara holistic (bio- psiko-sosio-
spiritual) dan difokuskan pada kelompok risiko tinggi yang bertujuan meningkatkan
derajat kesehatan melalui upaya promotif, preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitative dengan melibatkan komunitas sebagai mitra dalam menyelesaika masalah
(Hithcock, Scubert & Thomasy, 1999; Allender & Spradley, 2001, Stanhope &
Lancaster, 2016)
Perawat komunitas dalam memberikan asuhan keperawatan berfokus kesehatan
masyarakat, populasi, agregat, keluarga, maupun individu. Untuk itu, perawat
komunitas harus memahami pengertian kelompok yang ada di masyarakat sebagai
target untuk studi dan intervensi.

B. Definisi Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan


praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu
yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular.
Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan
dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang
mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015).

Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono,
2017)

C. Tujuan Keperawatan Komunitas


a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki. Tujuan proses
keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya- upaya sebagai berikut :
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu,keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu
Kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu,
dan kelompok
b. Tujuan Khusus
Secara spesifik, tujuan keperawatan komunitas yaitu mendorong
setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami,
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut,
3. Merumuskan dan memecahkan masalah kesehatan,
4. Mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi,
5. Mengevaluasi kemampuan dalam memecahkan masaIah, sehingga
dapat meningkatkan kapabilitas dalam memelihara kesehatan mandiri
(self care), yang berdampak di semua tingkat pencegahan
6. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan atau
keperawatan.
7. Mendorong dan menigkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan atau keperawatan.
8. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri.
9. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan

D. Fungsi Keperawatan Komunitas


a) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.
b) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
c) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat.
d) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan

E. Konsep Dasar Agreagat Populasi Infeksi


Populasi terdapat kelompok orang yang memiliki perbedaan karakteristik
secara individual atau yang lazim dinamakan agregat. Contoh dari agregat
adalah kelompok lansia dengan hipertensi, kelompok balita penderita epilepsy,
kelompok orang dewasa penderita diabetes, kelompok PSK yang terinfeksi
HIV/AIDS, kelompok remaja perokok dan lain sebagainya.Perawat komunitas
dalam memberikan asuhan keperawatan berfokus kesehatan masyarakat,
populasi, agregat, keluarga, maupun individu. Untuk itu, perawat komunitas
harus memahami pengertian kelompok yang ada di masyarakat sebagai target
untuk studi dan intervensi.

Pelaksanaan keperawatan komunitas menjadi penting sebagai upaya


mendukung pelayanan kesehatan yang bersifat preventif dan promotif.
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas terdiri dari: menetapkan prioritas,
menetapkan sasaran, menetapkan tujuan, dan menetapkan rencana.

F. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dari
waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat
ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia yang
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan
protozoa. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang berperan terhadap
prevalensi penyakit menular. Kondisi lingkungan yang buruk, perilaku bersig
masyarakat yang buruk, dan kurang sehat ditengarai menjadi penyakit masalah
penyakit infeksi atau menular.
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di dunia. Disamping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada
penurunan kualitas hidup jutaan penduduk diberbagai Negara maju dan
berkembang. Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian di seluruh dunia pada
tahun 2011, sepertinganya dibebkan oleh penyakit infeksi. (Health
CareAssociated, 2012)

2. Konsep dasar kasus


A. Defenisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru yang secara khas
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosi jaringan.
Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang
lain (Manurung, 2013).
B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis sejenis kuman
berbentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak
mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal dan terdiri dari lipoid
(terutama asam mikolat) dengan ukuran panjang 0,5-4 mikron, dan tebal 0,3-0,6
mikron. Kuman terdiri dari asam lemak, sehingga kuman lebih tahan asam dan
tahan terhadap gangguan kimia dan fisis (Kunoli, 2012).
C. klasifikasi
Klasifikasi Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB paru dibagi atas :
(1) Tuberkulosis paru BTA (+)
a) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberculosis aktif.
b) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
(2) Tuberkulosis paru BTA (-)
a) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberculosis aktif.
D. Manifestasi Klinis
Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukkan tanda dan gejala
yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah
jaringan parunya mengalami kerusakan, sehingga dapat meingkatkan produksi
sputum yang ditunjukkan dengan seringnya klien batuk sebagai bentuk
kompensasi pengeluaran dahak.
Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam hari
dan mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci tanda dan
gejala TB paru ini dapat dibagi atas dua golongan yaitu gejala sistemik (demam
dan malaise) dan gejala respiratorik (batuk, batuk darah, sesak nafas, dan nyeri
dada)
E. Patofisiologi
Kuman tuberculosis masuk ke dalam tubuh melalui udara pernafasan.
Bakteri yang terhirup akan dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat
dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Selain itu bakteri
juga dapat di pindahkan melalui sistem limfe dan cairan darah ke bagian tubuh
yang lainnya.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menekan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan bakteri
dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli
yang dapat menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2
sampai 10 minggu setelah pemajaman.
Massa jaringan baru yang disebut granuloma merupakan gumpalan basil
yang masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh makrofag dan membentuk
dinding protektif granuloma diubah menjadi jaringan fibrosa bagian sentral dari
fibrosa ini disebut tuberkel. Bakteri dan makrofag menjadi nekrotik membentuk
massa seperti keju.
Setelah pemajaman dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit
taktif karena penyakit tidak adekuatnya sistem imun tubuh. Penyakit aktif dapat
juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri. Turbekel memecah,
melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronchi. Tuberkel yang pecah
menyembuh dan membentuk jaringan parut paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak dan mengakibatkan terjadinya bronchopneumonia lebih lanjut
(Manurung, 2013).
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada klien TB Paru dapat berupa
malnutrisi, empiema, efusi pleura, hepatitis, ketulian dan gangguan
gastrointestinal (sebagai efek samping obat-obatan) (Manurung, 2013).
G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan TBC di Indonesia sesuai program nasional menggunakan
panduan OAT yang diberikan dalam bentuk kombipak, sebagai berikut :
1) Kategori I: 2 RHZE/4H3R3 Diberikan untuk Penderita baru TB Paru
dengan BTA (+), Penderita baru TB Paru, BTA (-), RO (+), dengan
kerusakan parenkim paru yang luas, Penderita baru TB dengan
kerusakan yang berat pada TB ekstra pulmonal.
2) Kategori II: 2 RHZES/HRZE/5R3H3E3 Diberikan untuk Penderita TB
Paru BTA (+) dengan riwayat pengobatan sebelumnya kambuh,
kegagalan pengobatan atau pengobatan tidak selesai.
3) Kategori III: 2 RHZ/4R3H3 Diberikan untuk Penderita baru BTA (-) dan
RO (+) sakit ringan, Penderita ekstra paru ringan, yaitu TB kelenjar
limfe, pleuritis eksudatif unilateral, TB Kulit, TB tulang.
2. Pengobatan Tuberkulosis Paru menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
dengan metode Directly Observed Treatment (DOTS):
1) Kategori I (2HRZE/4H3R3) untuk pasien TBC.
2) Kategori II(2HRZES/HERZE/5H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien
yang pengobatan kategori I nya gagal atau pasien yang kambuh).
3) Kategori III (2HRZ/4H3RE) untuk pasien baru dengan BTA (-). RO (+),
Sisipan (HRZE) digunakan sehingga tambahan bila pada pemeriksaan
akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II
ditemukan BTA (+). Obat diminum sekaligus 1 (satu) jam sebelum
makan.
Kategori
1) Tahap diberikan setiap hari selama 2 (dua) bulan (2HRZE): INH (H)
300mg-1 tablet, Rifanspisin (R): 450 mg – 1 kaplet, Pirazinamid (Z):
1500mg – 3 kaplet @500mg, Etambutol (E): 750-3 kaplet @250mg.
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali.
Regimen ini disebut KOMBIPAK II.
2) Tahap lanjutan diberikan 3 (tiga) kali dalam seminggu selama 4 bulan
(4H3R3): INH (H): 600mg – 2 tablet @300mg, Rifampisin (R): 450mg –
1 kaplet. Obat tersebut diminum 3 (tiga) kali dalam seminggu
(intermitten) sebanyak 54 kali. Regimen ini disebut KOMBIPAK III.
(Kunoli, 2012).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

pendekatan proses keperawatan community as partner yang meliputi pengkajian


status kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatakan kader
kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, pimpinan wilayah tersebut.
A. Pengkajian
1. Core/ inti komunitas
a. Histori
Histori merupakan suatu gambaran terkait sejarah yang berkaitan dengan
kondisi perkembangan suatu wilayah tertentu yang mencakup semua komponen
yang terdapat dalam wilayah tersebut termasuk di dalamnya adalah perbatasan
wilayah.
b. Demographic
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau penduduk dan
grafein yang berarti menulia. Jadi, demografi adalah tulisan-tulisan atau
karangan-karangan mengenai penduduk.(Mubarak Wahit dan Nurul Chayatin
2019).
Menurut A. Guillard (2017), demografi adalah elements de statistique humaine
on demographic compares. Defenisi demografi antara lain.
1) Demografi merupakan studi ilmiah yang menyangkut masalah
kependudukan, terutama dalam kaitannya dengan jumlah, struktur dan
perkembangan suatu penduduk.
2) Demografi merupakan studi statistik dan matematis tentang besar, komposisi,
dan distribusi penduduk, serta peruban-perubahannya sepanjang masa
melalui komponen demografi, yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, dan
mobilitas sosial.
3) Demografi merupakan studi tentang jumlah, penyebaran teritorial dan
komponen penduduk, serta perubahan-perubahan dan sebab-sebabnya.
4) Pendidikan
c. Ethnicitic
Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu
(kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang
mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya kepada generasi
berikutnya. Etnik berbeda dengan ras. Ras merupakan sistim pengklasifikasian
manusia berdasarkan karakteristik visik, pegmentasi, bentuk tubuh, bentuk
wajah, bulu pada tubuh, dan bentuk kepala. Sedangkan budaya merupakan
keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau yang diajarkan manusia kepada
generasi berikutnya. (Efendi ferry dan Makhfudli ,2019).
d. Values and beliefs
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenal apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai budaya adalah sesuatu
yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya baik atau buruk.
Sedangkan, norma budaya adalah aturan sosial atau patokan perilaku yang
dianggap pantas. Norma budaya merupakan sesuatu kaidah yang memiliki sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Nilai dan norma yang diyakini
oleh individu tampak di dalam masyarakat sebagai gaya hidup sehari-hari.
(Efendi ferry dan Makhfudli ,2019).

2. Subsistem
a. Lingkungan Fisik
Perumahan: rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi, dan
kepadatan.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi
c. Ekonomi
Tingkat social ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan
upah minimum regional (UMR), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya
kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuaran untuk konsumsi
jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
d. Transportasi dan Keamanan
Keamanan dan keselamatan lingkungan tempat tinggal: apakah tidak
menimbulkan stress.
e. Politik dan pemerintahan
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan diberbagai
bidang termasuk kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dimanfaatkan di komuitas tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, koran atau leaf let yang diberikan kepada komunitas.
g. Education
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meingkatkan
pengetahuan?
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka dan apakah biayanya terjangkau
oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk
megurangi stress. (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2020).

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka
kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam
masyarakat dan seberapa berat reaksi yang imbul pada masyarakat tersebut.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disusun diagnose keperawatan komunitas
dimana terdiri dari: masalah kesehatan, karakteristik populasi, dan karakteristik
lingkungan. (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2020).

C. Rencana Keperawatan
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa
yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan
tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai
dengan diagnose keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana
pelaksanaan kegiatan maka ada 2 faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan
dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber atau potensi
masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk
berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan
(Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara
bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan
kemampuan masyarakat berperan serta dalam pembangunan kesehatan di
wilayahya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
d. Tahap formasi dan kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap ahkir
Dengan melakukan supervise atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta
memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih
lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan
sebagai berikut:
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan
fisik dan laboratorium
4) Bekerja dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau
komunitas bila stressor dari lingkungan.
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

D. Implementasi
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah
kesehatan dan keperawat yang dihadapi. Hal-hal yang yang perlu dipertimbangkan
dalam pelaksaan kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah:
a. Melaksanakan kerja sama lintas program dan linytas sektoral dengan instansi terkait
b. Mengikut sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat dan kelompok dan
kelompok masyarakat dalam menghatasi masalah kesehatannya.
c. Memanfaatkan potensi dan sumbar daya yang ada di masyarakat
Level pencagahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas terdiri atas:
1) Pencegahan primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan diaplikasikannya
kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap
penyakit
2) Pencegahan sekunder
Pencagahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkatb
keparahan.
3) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidak mampuan sambil
stabil atau menetap, atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai
pencegahan primer lebih dari upaya penghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang optoimal dari ketidak
mampuannya.

E. Evaluasi
Evaluasi di dilakukan atas respons komunitas terhadap program kesehatan. Hal-
hal yang dievaluasi adalah masukan (input),pelaksanaan (proses),dan akhir akhir
(output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun semula .Ada 4 deminsi yang perlu
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian ,yaitu :Daya guna ,hasil guna ,
kelayakan ,kecukupan
Adapun dalam evaluasi difokuskan dalam :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efensiensi biaya
d. Efektifitas kerja
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/ menurun , dalam rangka waktu
berapa ?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini :

Keterangan:

= peran dari masyarakat

= Peran perawat

Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk mendirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan ,pada awalnya peran perawat lebih beser dari
pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat.
Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait lima
tugas kesehatan yaitu :mengenal masalah kesehatan ,mengambil keputusan tindakan
kesehatan ,merawat anggota keluarga ,menciptakan lingkungan yang dapat
mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta menfaatkan fasilitas
pelayanaan kesehatan yang tersedia ,sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan .

Studi Kasus:

Berdasarkan hasil wwancara dan observasi didapatkan, Masyarakat yang


menderita TB Paru jarang memeriksakan / mengontrol kesehatannya ke puskesmas.
Dan bahkan mereka tidak rutin mengambil obat TB ke Puskesmas sehingga sebagian
warga banyak yang mengalami putus obat dan kambuh akibat pengobatan yang tidak
tuntas atau juga karena bosan/ lupa tidak minum obat.

Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang perawatan TB Paru sehingga mereka


kadang-kadang meludah/ berdahak di sembarang tempat (kadang di got, di jalan
umum), Tidak ada pengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita dengan
orang yang sehat. Setelah dilakukan kunjungan dari 130 KK yang terdaftar di kelurahan
Banjar serasan RW 1 di dapatkan warga yang memiliki pengetahuan tentang TB paru
sebanyak 36,4%, Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak
63,6%.

A. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. DS: Kurang pengetahuan Resiko penularan
- Dari hasil wawancara dengan tentang perawatan penyakit TB paru di
warga bahwa Mayoritas penyakit TB paru wilayah kerja
masyarakat tidak tahu tentang Puskesmas Banjar
perawatan TB Paru sehingga serasan
mereka kadang-kadang
meludah/ berdahak di
sembarang tempat (kadang di
got, di jalan umum)
- Tidak ada pengkhususan alat
tenun dan alat makan antara
penderita dengan orang yang
sehat.
DO:
1. Warga yang memilki
pengetahuan tentang TB paru
sebanyak 36,4%
2. Warga yang tidak memilki
cukup pengetahuan TB paru
sebanyak 63,6%
3. Penerangan rumah oleh
matahari yang kurang
sebanyak 44 KK (23,10 %)
4. Hasil survey menunjukan
bahwa sekitar 32% rumah
warga kurang pencahayaan
sehingga tampak gelap dn
ruangan di dalam rumah
tampak gelap

2. DS: Kurang pengetahuan Resiko terjadi


- Dari hasil wawancara dengan tentang penyakit TB peningkatan
warga bahwa masyarakat paru prevalensi penyakit
yang menderita TB Paru tidak TB Paru di wilayah
memeriksakan / mengontrol kerja Puskesmas
kesehatannya ke puskesmas Banjar serasan
- Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa mayoritas
masyarakat tidak rutin
mengambil obat TB ke
Puskesmas
- Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa sebagian
masyarakat banyak yang
mengalami putus obat dan
kambuh akibat pengobatan
yang tidak tuntas atau juga
karena bosan/ lupa tidak
minum obat TB akibat
kesibukan kerja.
- Hasil wawancara menunjukan
bahwa sebanyak 60 % dari
warga yang memiliki ventilasi,
tidak pernah membuka
jendela nya
DO:
- Jumlah penderita TB Paru TB
Paru sebanyak 23 orang
(43,5%)
- Warga yang belum memiliki
ventilasi sebanyak 47 KK
(34,31 %)
- Penerangan rumah oleh
matahari yang kurang
sebanyak 44 KK (23,10 %)
- Hasil survey menunjukan
bahwa sekitar 32% rumah
warga kurang pencahayaan
sehingga tampak gelap dan
ruangan di dalam rumah
tampak gelap
3. DS: Kurangnya peranan Kurang
- Dari hasil wawancara ternyata fasilitas pelayanan pengetahuan
warga masyarakat belum kesehatan tentang perawatan
pernah mendapatkan informasi TB paru di wilayah
tentang penyakit TB paru baik kerja Puskesmas
dari tenaga kesehatan maupun Banjar serasan
melalui leaflet.
- Dari hasil wawancara ternyata
Pada daerah tersebut belum
pernah diadakan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit TB
Paru.
DO:
-fasilitas pelayanan kesehatan di
daerah tersebut hanya terdapat
1 buah puskesmas pembantu
-Warga yang tidak bersekolah
sebanyak 24 KK (6,3%)
-Warga yang memilki
pengetahuan tentang TB paru
sebanyak 36,4%
-Warga yang tidak memilki cukup
pengetahuan TB paru
sebanyak 63,6%

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko penularan penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Banjar serasan


berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TB paru
2. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di wilayah kerja Banjar
serasan berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di wilayah kerja Puskesmas
Banjar serasan berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan
kesehatan

C. Penapisan Masalah
Kemungkina
Perhatian Poin Tingkat
n untuk
Masalah Kesehatan masyarakat prevalens bahaya Skor
dikelola
i

Resiko penularan 4 3 4 3 14
penyakit TB paru
wilayah kerja
Puskesmas
Resiko terjadi 4 4 4 3 15
peningkatan prevalensi
penyakit TB Paru di
wilayah kerja
Puskesmas
Kurang pengetahuan 1 3 3 3 10
tentang perawatan TB
paru di wilayah kerja
Puskesmas

N KRITERIA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
O
1 2 3
1. Sesuai dengan peran perawat komunitas 5 5 5
2. Jumlah yang beresiko 4 5 4
3. Besarnya resiko 5 5 4
4. Kemungkinan untuk penkes 5 5 5
5. Minat masyarakat 2 4 4
6. Kemungkinan untuk diatasi 4 3 4
7. Sesuai dengan program pemerintah 5 5 5
8. Sumber daya tempat 4 4 3
9. Sumber daya waktu 3 4 3

10 Sumber daya dana 4 4 2


.
11 Sumber daya peralatan 3 4 2
.
12 Sumber daya orang 2 3 2
.
Jumlah skor 46 49 43

Keterangan:
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5 : Sangat Tinggi

D. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Utama


1. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru wilayah kerja Puskesmas
banjar serasan berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit TB
paru
2. Resiko penularan penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas banjar serasan
berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TB paru
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di wilayah kerja Puskesmas
banjar serasan berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan
kesehatan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menyimak pada permasalahan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas
banjar serasan dapat kita tarik kesimpulan bahwa masyarakat masih memerlukan
perhatian yang serius dari pemerintah baik oleh pemerintah daerah maupun oleh
pemerintah provinsi terutama di bidang pendidikan dan bidang kesehatan agar
masyarakat mampu dalam melakukan tindakan preventif, promotif dan rehabilitative.

B. Saran
1. Untuk puskesmas
a. Lebih memaksimalkan program pelayanan kesehatan yang bersifat promotif,
kuratif dan rehabilitative.
b. Adanya pembinaan pola hidup bersih dan sehat secara optimal

2. Untuk masyarakat
a. Masyarakat hendaknya lebih menyadari akan pentingnya kesehatan dan
pendidikan bagi keluarga agar tidak terjadi penularan
b. Masyarakat lebih meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah, termasuk program yang berhubungan dengan
kesehatan dan pendidikan

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kemenkes
RI; 2019.
Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2020. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soeparman & Waspadji (2020), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta
Crofton, Jhon, Norman Horne, Fred Miller. 2022. Tuberkulosis Klinis. 2nd ed. Muherman
Harun. Jakarta: Widya Medika
Riasmini, N. M., Permatasari, H., Chairani, R., Astuti, N. P., Ria, R. T. T. M., &
Handayani, T. W. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,
Kelompok, Dan Komunitas Dengan Modifikasi Nanda, Icnp, NOC Dan NIC Di
Puskesmas Dan Masyarakat. (J. Sahar, Riyanto, & W. Wiarsih, Eds.). Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai