1. Afifah Trisnaningtiyas
2. Eka Hindriyawanti
3. Mona Yunia Tejaningsih
4. Muhammad Ihsan
5. Muriyeh
6. Suci Ariyani
7. Wahyuni
Kelompok VII
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di
dunia. Disamping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas
hidup jutaan penduduk diberbagai Negara maju dan berkembang. Menurut WHO
sebanyak 25 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2011, sepertinganya dibebkan
oleh penyakit infeksi. (Health CareAssociated, 2012) Infeksi adalah penyakit yang
disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai
makhluk hidup tentunya ingin bertahan hidup dengan cara berkembang biak pada
suatu reservoir yang cocok dan mampu mencari reservoir baru dengan cara berpindah
atau menyebar. Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan bagi
orang-orang yang dalam kondisi sehat, dan lebih-lebih bagi orang- orang yang sedang
dalam keadaan sakit (penderita).
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (CHN,1977 cit R.
Fallen & R Budi Dwi K, 2019). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan
kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep
Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan professional terdepan
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan untuk
menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor
melalui pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan kesehatan berupa
pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian
langsung terhadap seluruh masyarakat dengan mempertimbangkan bagaimana
masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga dan
kelompok. Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan
suatu proses dalam upaya meningkatkan kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan. Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi
prosesnya memiliki kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan
masyarakat, seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu memberi perhatian
terhadap elemen-elemen tersebut yang akan tampak pada rangkaian kegiatan dalam
proses keperawatan yang berjalan berkesinambungan secara dinamis dalam suatu
siklus melalui tahap pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2019).
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara
lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh
kegiatan keperawatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah keperawatan
sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga, dan kelompok
dalam masyarakat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan
empat pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan
masyarakat. Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat pendekatan
yaitu pendekatan individu, keluarga,dan kelompok masyarakat dilakukan dengan cara
masing-masing mahasiswa mengelola satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu
dan keluarga binaan. Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersama-sama oleh
mahasiswa melalui pengkajian data kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan
Patuk sampai kegiatan evaluasi terhadap program yang dilakukan terkait masalah yang
muncul.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus
diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang
telah menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun
keberhasilan yang sudah dicapai belum dapat menuntaskan.problem kesehatan
masyarakat secara menyeluruh, bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan
cenderung semakin meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit
degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC,
DHF dan malaria). hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan.
Tantangan lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah
kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan dan perubahan dalam
bidang ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial budaya dan dampak globalisasi
yang akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan
masyarakat.
Pelaksanaan keperawatan komunitas menjadi penting sebagai upaya
mendukung pelayanan kesehatan yang bersifat preventif dan promotif. Pelaksanaan
asuhan keperawatan komunitas terdiri dari: menetapkan prioritas, menetapkan sasaran,
menetapkan tujuan, dan menetapkan rencana.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada agregat komunitas dengan
penyakit infeksi
2. Tujuan Khusus
a. Memahami Konsep dasar keperawatan komunitas
b. Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik penyakit infeksi
c. Untuk mengetahui permasalahan populasi penyakit infeksi
d. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan agregat pada populasi
infeski
C. Rumusan Masalah
a. Dapat memahami penyakit infeksi
b. Mengetahui apa gejala klinis, penanganan, komplikasi dari TB paru
c. Mengetahui pengertian dan peran perawat komunitas
d. Mengetahui askep komunitasTB paru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
F. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dari
waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat
ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia yang
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan
protozoa. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang berperan terhadap
prevalensi penyakit menular. Kondisi lingkungan yang buruk, perilaku bersig
masyarakat yang buruk, dan kurang sehat ditengarai menjadi penyakit masalah
penyakit infeksi atau menular.
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di dunia. Disamping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada
penurunan kualitas hidup jutaan penduduk diberbagai Negara maju dan
berkembang. Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian di seluruh dunia pada
tahun 2011, sepertinganya dibebkan oleh penyakit infeksi. (Health
CareAssociated, 2012)
ASUHAN KEPERAWATAN
2. Subsistem
a. Lingkungan Fisik
Perumahan: rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi, dan
kepadatan.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi
c. Ekonomi
Tingkat social ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan
upah minimum regional (UMR), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya
kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuaran untuk konsumsi
jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
d. Transportasi dan Keamanan
Keamanan dan keselamatan lingkungan tempat tinggal: apakah tidak
menimbulkan stress.
e. Politik dan pemerintahan
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan diberbagai
bidang termasuk kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dimanfaatkan di komuitas tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, koran atau leaf let yang diberikan kepada komunitas.
g. Education
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meingkatkan
pengetahuan?
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka dan apakah biayanya terjangkau
oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk
megurangi stress. (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2020).
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka
kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam
masyarakat dan seberapa berat reaksi yang imbul pada masyarakat tersebut.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disusun diagnose keperawatan komunitas
dimana terdiri dari: masalah kesehatan, karakteristik populasi, dan karakteristik
lingkungan. (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2020).
C. Rencana Keperawatan
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa
yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan
tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai
dengan diagnose keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana
pelaksanaan kegiatan maka ada 2 faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan
dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber atau potensi
masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk
berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan
(Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara
bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan
kemampuan masyarakat berperan serta dalam pembangunan kesehatan di
wilayahya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
d. Tahap formasi dan kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap ahkir
Dengan melakukan supervise atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta
memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih
lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan
sebagai berikut:
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan
fisik dan laboratorium
4) Bekerja dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau
komunitas bila stressor dari lingkungan.
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
D. Implementasi
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah
kesehatan dan keperawat yang dihadapi. Hal-hal yang yang perlu dipertimbangkan
dalam pelaksaan kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah:
a. Melaksanakan kerja sama lintas program dan linytas sektoral dengan instansi terkait
b. Mengikut sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat dan kelompok dan
kelompok masyarakat dalam menghatasi masalah kesehatannya.
c. Memanfaatkan potensi dan sumbar daya yang ada di masyarakat
Level pencagahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas terdiri atas:
1) Pencegahan primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan diaplikasikannya
kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap
penyakit
2) Pencegahan sekunder
Pencagahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkatb
keparahan.
3) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidak mampuan sambil
stabil atau menetap, atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai
pencegahan primer lebih dari upaya penghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang optoimal dari ketidak
mampuannya.
E. Evaluasi
Evaluasi di dilakukan atas respons komunitas terhadap program kesehatan. Hal-
hal yang dievaluasi adalah masukan (input),pelaksanaan (proses),dan akhir akhir
(output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun semula .Ada 4 deminsi yang perlu
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian ,yaitu :Daya guna ,hasil guna ,
kelayakan ,kecukupan
Adapun dalam evaluasi difokuskan dalam :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efensiensi biaya
d. Efektifitas kerja
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/ menurun , dalam rangka waktu
berapa ?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini :
Keterangan:
= Peran perawat
Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk mendirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan ,pada awalnya peran perawat lebih beser dari
pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat.
Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait lima
tugas kesehatan yaitu :mengenal masalah kesehatan ,mengambil keputusan tindakan
kesehatan ,merawat anggota keluarga ,menciptakan lingkungan yang dapat
mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta menfaatkan fasilitas
pelayanaan kesehatan yang tersedia ,sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan .
Studi Kasus:
A. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. DS: Kurang pengetahuan Resiko penularan
- Dari hasil wawancara dengan tentang perawatan penyakit TB paru di
warga bahwa Mayoritas penyakit TB paru wilayah kerja
masyarakat tidak tahu tentang Puskesmas Banjar
perawatan TB Paru sehingga serasan
mereka kadang-kadang
meludah/ berdahak di
sembarang tempat (kadang di
got, di jalan umum)
- Tidak ada pengkhususan alat
tenun dan alat makan antara
penderita dengan orang yang
sehat.
DO:
1. Warga yang memilki
pengetahuan tentang TB paru
sebanyak 36,4%
2. Warga yang tidak memilki
cukup pengetahuan TB paru
sebanyak 63,6%
3. Penerangan rumah oleh
matahari yang kurang
sebanyak 44 KK (23,10 %)
4. Hasil survey menunjukan
bahwa sekitar 32% rumah
warga kurang pencahayaan
sehingga tampak gelap dn
ruangan di dalam rumah
tampak gelap
B. Diagnosa Keperawatan
C. Penapisan Masalah
Kemungkina
Perhatian Poin Tingkat
n untuk
Masalah Kesehatan masyarakat prevalens bahaya Skor
dikelola
i
Resiko penularan 4 3 4 3 14
penyakit TB paru
wilayah kerja
Puskesmas
Resiko terjadi 4 4 4 3 15
peningkatan prevalensi
penyakit TB Paru di
wilayah kerja
Puskesmas
Kurang pengetahuan 1 3 3 3 10
tentang perawatan TB
paru di wilayah kerja
Puskesmas
N KRITERIA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
O
1 2 3
1. Sesuai dengan peran perawat komunitas 5 5 5
2. Jumlah yang beresiko 4 5 4
3. Besarnya resiko 5 5 4
4. Kemungkinan untuk penkes 5 5 5
5. Minat masyarakat 2 4 4
6. Kemungkinan untuk diatasi 4 3 4
7. Sesuai dengan program pemerintah 5 5 5
8. Sumber daya tempat 4 4 3
9. Sumber daya waktu 3 4 3
Keterangan:
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5 : Sangat Tinggi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menyimak pada permasalahan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas
banjar serasan dapat kita tarik kesimpulan bahwa masyarakat masih memerlukan
perhatian yang serius dari pemerintah baik oleh pemerintah daerah maupun oleh
pemerintah provinsi terutama di bidang pendidikan dan bidang kesehatan agar
masyarakat mampu dalam melakukan tindakan preventif, promotif dan rehabilitative.
B. Saran
1. Untuk puskesmas
a. Lebih memaksimalkan program pelayanan kesehatan yang bersifat promotif,
kuratif dan rehabilitative.
b. Adanya pembinaan pola hidup bersih dan sehat secara optimal
2. Untuk masyarakat
a. Masyarakat hendaknya lebih menyadari akan pentingnya kesehatan dan
pendidikan bagi keluarga agar tidak terjadi penularan
b. Masyarakat lebih meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah, termasuk program yang berhubungan dengan
kesehatan dan pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kemenkes
RI; 2019.
Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2020. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soeparman & Waspadji (2020), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta
Crofton, Jhon, Norman Horne, Fred Miller. 2022. Tuberkulosis Klinis. 2nd ed. Muherman
Harun. Jakarta: Widya Medika
Riasmini, N. M., Permatasari, H., Chairani, R., Astuti, N. P., Ria, R. T. T. M., &
Handayani, T. W. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,
Kelompok, Dan Komunitas Dengan Modifikasi Nanda, Icnp, NOC Dan NIC Di
Puskesmas Dan Masyarakat. (J. Sahar, Riyanto, & W. Wiarsih, Eds.). Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia