Anda di halaman 1dari 32

Dosen Pengampu : Ns. Mirnawati,S.

Kep

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DBD

DISUSUN OLEH :

RIF’AT AFIFAH

(183010016)

S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS PATRIA ARTHA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
asuhan keperawatan tentang DBD ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Kami sangat berharap asuhan keperawatan ini dapat berguna dalam
rangka menembah wawasan serta pengetahuan kita mengenai demam berdarah.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam asuhan keperawatan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan asuhan keperawatan yang telah kami buat
dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga asuhan keperawatan sederhana dapat dipahami bagi siapapun


yang membacanya. Sekiranya asuhan keperawatan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gowa, 12 juli 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang

Kesehatan adalah kebutuhan dasar yang merupakan modal utama untuk


hidup, karena setiap manusia berhak untuk hidup dan memiliki kesehatan.
Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki derajat kesehatan
yang optimal, karena berbagai masalah secara global diantaranya adalah
kesehatan lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang rendah yang
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi, pemeliharaan kesehatan
pendidikan dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu pelayanan kesehatan utama
merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk mencapai kesehatan bagi semua
pada tahun 2010 sebagai tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai
derajad kesehatan yang optimal. ( Depkes RI, 1992 ).

Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan mampu


mendorong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Berbagai upaya kesehatan
telah diselenggarakan. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yaitu melalui 
Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai rujukannya. Hal ini merupakan Sistem
Pelayanan Kesehatan yang dianut dan dikembangkan dalam Sistem Kesehatan
Nasional dengan melibatkan peran serta masyarakat.

Upaya untuk mengoptimalkan kesehatan masyarakat yang memerlukan


dukungan dan peran serta aktif masyarakat antara lain adalah : Pelayanan
Kesehatan dasar Puskesmas khususnya Kesehatan Ibu dan Anak, Perbaikan Gizi,
Keluarga Berencana, Pemberantasan Penyakit Menular, Penyuluhan Kesehatan,
Perawatan Kesehatan Masyarakat, Perawatan Usia Lanjut, dan sebagainya.
Oleh karena itu layanan kesehatan utama merupakan salah satu pendekatan
dan alat untuk mencapai kesehatan bagi semua pada 2010 sebagai tujuan
pembangunan kesehatan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal yang
telah dicanangkan oleh pemerintah pada pembukaan Rakernas Departemen
Kesehatan RI pada tahun 1999.

Namun masih banyak perumahan warga yang ventilasi kurang memadahi


dan pencahaannya kurang. Perkampungan dengan kondisi jalan yang rata, saluran
pembuangan yang cukup lancar, pembuangan sampah yang cukup tertib yaitu
dibuang dan dikumpulkan di TPS dekat makam setempat, dan terdapat sumber
polusi yaitu berupa air selokan sehingga memungkinkan terjadinya penyakit yang
berbasis pada lingkungan seperti demam berdarah.

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue Hemorragi


Fever(DHF), sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 sampai sekarang,
sering menjadi penyebab kematian terutama pada anak remaja dewasa. Penyakit
ini telah menyebar ke hampir seluruh wilayah Indonesia dan dari tahun ke tahun
penderitanya cenderung meningkat. (Christian Effendy, 1995)

Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali dicurigai di


Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologist baru diperoleh pada tahun
1970. kemudian DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Jogjakarta
(1972). Epidemiologi pertama di luar jawa dilaporkan pada tahun 1972 di
Sumatera Barat dan Lampung, di susul oleh Riau, Sulawesi Utara dan Bali.

Dengan masih tinggi nya kasus Demam Berdarah sampai saat ini,
membuat penulis tertarik untuk mengangkat kasus Demam Berdarah Dengue
dengan alokasi :

Merupakan penyakit menular yang tampak menjangkit masyarakat


terutama yang berekonomi rendah dan tinggi di daerah yang kebersihannya
kurang.
1. Kurangnya pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue dan cara
pencengahanya
2. Keluarga tidak mengetahui arti kebersihan yang sesungguhnya
3. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan penulis tentang penyakit Demam
berdarah Dengue.

1.2            Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada keluarga An “A” dengan


gangguan Demam Berdarah Dengue di kelurahan   kecamatan ilir timur II
palaembang.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan Umum :

Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga dengan kasus


Demam Berdarah Dengue di kelurahan

Tujuan Khusus :

a. Mampu melakukan pengkajian terhadap keluarga An “A” dengan kasus


Demam berdarah Dengue
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap keluarga dengan
kasus Demam Berdarah dengue
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada keluarga dengan Kasus
Demam Berdarah Dengue
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan Kasus
Demam Berdarah Dengue
e. Dapat melakukan pembahasan asuhan keperawatan pada kelurga dengan
kasus Demam Berdarah Dengue
f. Dapat melakukan evaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang di berikan
kepada keluarga dengan kasus Demam Berdarah Dengue

1.4 Ruang Lingkup Masalah


            Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, ruang lingkupnya hanya terbatas
pada hal-hal yang tercakup dalam bagian yang diajukan terhadap klien ” A” dalam
penulisan membahas permasalahan pada klien ”A” dengan Demam Berdarah
Dengue dalam bentuk asuhan keperawatan di puskesmas  kecamatan Ilir Timur II
palembang dengan pedoman pada :

1. Kegiatan di dalam gedung puskesmas seperti :

Merupakan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang dilakukan dirunag


jalur puskesmas.

2. Kegiatan diluar gedung puskesmas seperti :

a. Pembinaan kesehatan terhadap sasaran puskesmas dalam wilayah


kerja puskesmas melalui binaan keperawatan
b. Pembinaan terhadap kesehatan terhadap kelompok kasus
c. Pelayanan keperawatan terhadap kasus resiko tinggi rumah klien
termasuk pembinaan terhadap keluarga.
d. Pengkajian asuhan keperawatan keluaga di mulai dari tanggal 14
September 2013.

1.5 Manfaat Penulisan

1. Untuk Dinas Kesehatan

Memberikan gambaran tentang cara, penyebab, dan tanggapan


masyarakat atau keluarga dalam menyikapi penyakit Demam Berdarah
dengue sehingga ke depan pemerintah dapat mengambil langkah-langkah
yang tepat perenncanan kesehatan.

2. Untuk Puskesmas

Untuk memberikan dan menambah informasi sebagai pedoman


bagi perawat tentang perkrmbangan program yang telah dijalankan
sehingga kedepan dapat meningkatkan kriteria yang baik.
3. Untuk Keluarga

Agar keluarga dapat mengerti bagaimana cara merawat keluarga


yang menderita Demam Berdarah dan dapat memberikan pertolongan.

4. Untuk Mahasiswa

Adapun kegunaan laporan ini bertujuan untuk melengkapi salah


satu syarat untuk mengikuti evaluasi Praktek Klinik keperawatan Akademi
Perawata Pembina Palembang. Untuk menambah pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan dalam memeberikan asuhan keparwatan
khusunya pada klien An “A” atau keluarga dengan Demam Berdarah
BAB II

TINJAUAN TEORI TENTANG

2.1 KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah untuk mencapai hidup


sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan amsyarakat
yang optimal. Dengan demikian pembangunan di bidang kesehatan mempunyai
arti penting dalam kehidupan nasional khususnya dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan
pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu modal
dasar pembangunan nasional.

Berdasarkan tujuan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh


pemerintah Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk
menggalang potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dalat
berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri
melalui perawatan kesehatan komunitas.

2.2 Perawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan


kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan
keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas menurut
American Nurses Assicoation (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi:

a. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks


b. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen
pelayanan kesehatan
c. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
d. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas
perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.

Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan


komunitas adalah:

a. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat


diterima semua orang
b. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam
hal ini komunitas
c. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan
perlu terjalin kerjasama yang baik
d. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat
mendukung maupun mengahambat
e. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
f. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dkembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan
komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian etrhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas,
dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan.

Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama


yang ditujukan pada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau
landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar
komunitas. Salah satunya adalah konsep menurut (Christine Ibrahim, 1986)
keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 (empat) konsep pokok, yang meliputi
konsep manusia, kesehatan, masyarakat dan keperawatan. Paradigma keperawatan
ini menggambarkan hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang
mengatur teori-teori itu berhubungan satu dengan yang lain sehingga
menimbulkan hal-hal yang perlu di selidiki (Christine Ibrahim, !986).

2.3 Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas

2.3.1 Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga


tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan
sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.

2.3.2 Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok


khusus dan msyarakat dalam hal:

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi


b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah
kesehatan/keperawatan
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
(self care).

2.4 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai
masalah kesehatan/perawatan.

2.4.1 Individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut


mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat
diris endiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.

2.4.2 Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala


keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu
dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa
anggotat keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada
disekitarnya.

2.4.3 Kelompok Khusus

Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai kesamaan


jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat
rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:

Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan


petumbuhannya, seperti:

a. Ibu hamil
b. Bayi baru lahir
c. Balita
d. Anal usia sekolah
e. Usia lanjut

Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan


bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:

a. Penderita penyakit menular, seperti: DBD, TBC, Lepra, AIDS, penyekit


kelamin lainnya.
b. Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.

Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:

a. Wanita tuna susila


b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c. Kelompok-kelompok pekerja tertentu
d. Dan lain-lain

Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:

a. Panti wredha
b. Panti asuhan
c. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita

2.4.4 Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama


cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan
dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi,
saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan.

Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak


permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik
maupun kesehatan khususnya.
2.5             Peran Perawat Komunitas (PROVIDER OF NURSING CARE)

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat


diantaranya adalah:

1. Sebagai Pendidik (Health Education)


Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara
terorganisirdalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
2. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak
terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-
pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
3. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Servises)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat
dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama
dengan team kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam
sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikianpelayanan kesehatan yang
diberikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-
pisah antara satu dengan yang lainnya.
4. Sebagai Pembaharuan (Inovator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu
terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam
merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan
dan pemeliharaan kesehatan.
5. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan
motivasi dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya: kegiatan
posyandu, dana sehat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan tahap penilaian, sehingga ikut dalam berpartisipasi dalam kegiatan
pengembangan pengorganisasian masyarakat dalam bidang kesehatan.
6. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan
di contoh oleh masyarakat.
7. Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai
permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
sehari-hari. Dan perawat kesehatan diharapkan dapat membantu
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi.
8. Sebagai Pengelola (Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

2.6 Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya


peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya
kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

2.6.1 Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,


keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

a. Penyuluhan kesehatan masyarakat


b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks

2.6.2 Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan


gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:

a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil


b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas
maupun kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun
di rumah
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui

2.6.3 Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota


keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan
rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan
nifas.
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir

2.6.4 Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-


penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan
lainnya, dilakukan melalui kegiatan:

a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita


Kusta, patah tulang mapun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi
manual yang mungkin dilakukan oleh perawat

2.6.5 Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan


kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-
kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS.

2.7 Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas

Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat


mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan
kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik
keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu,
keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di
sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di
Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.
b. Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka
merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
c. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
d. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka
hadapi
e. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut
f. Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan
amsyarakat
g. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan
kesehatan
h. Melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan
masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehtan, pelaksanaan
dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan
sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
i. Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komuniti
j. Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait.
k. Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan
dengan keperawatan dan kesehatan.

2.8 Model Pendekatan

Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah


kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem
solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan
memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatkan dengan upaya kesehatan
dasar (PHC).

Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah


kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan
dapat diatsi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi
keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai
perawat kesehatan masyarakat.

Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan


pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach, maka bila
pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke Puskesmas
yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan
bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pendekatan yang dilakukan
terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan
partisipasi masyarakat disebut community approach.

2.9 Metode

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode


yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di
dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:

2.9.1 Pengkajian

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam


mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat adalah:

1)      Pengumpulan Data

Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah


kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi
dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam
menghimpun informasi.

Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta


faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut
Anderson dan MC. Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas, yaitu
meliputi demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat
individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan
adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi;
politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial;
komunikasi; ekonomi dan rekreasi.

Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang


sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.

2)      Analisa Data

Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah


diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam
menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.

Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar


faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang
timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa
keperawatan. Menurut Mueke (1987) maslah tersebut terdiri dari:

a. Masalah sehat sakit


b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan

3)      Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan


Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan
prioritasnya. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan dapat aktual,
ancaman resiko atau wellness.

Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat


antara lain:

a. Masalah yang ditetapkan dari data umum


b. Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan
kesehatan
c. Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan
tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap
dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan
dengan mempertimbangkan:
d. Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
e. Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat
f. Kemampuan dan sumber daya masyarakat
g. Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat

Kriteria skala prioritas:

Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap,


keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi.

Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan


pada suatu kurun waktu tertentu

Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut


dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.

Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan


mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara
pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, srana
yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul,
1995).

2.9.2 Perencanaan

a. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:


b. Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
c. Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan
d. Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan
dilakukan.

2.9.3 Pelaksanaan

Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat
adalah:

a. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan


instansi terkait
b. Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya
c. Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat

Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas:

a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat
untuk menghambat proses patologis, sehingga memprependek waktu sakit
dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi ketidakmampuan
sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali.
Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat
proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat
berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.

2.9.4 Penilaian/Evaluasi

Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan.


Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan
hasil akhir (output).

Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai,


sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:

a. Daya guna
b. Hasil guna
c. Kelayakan
d. Kecukupan

Fokus evaluasi adalah:

a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan


b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efisiensi biaya
d. Efektifitas kerja

Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu


berapa?
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang
terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan
keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia,
sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan
yaitu melalui proses keperawatan
BAB III

TINJAUAN TEORI TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH

3.1 Pengertian
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina) (Christian
Effendy. Skp,1995)
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit demam akut dengan
ciri-ciri dengan manifestasi pendarahan, dan bertendesi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyababkan kematian. (Kapaita Selekta)

3.2 Etiologi
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue sejenis
virus Arovirus. (Suriadi, Skp dan Rita Yuliani, Skp, 2002: 57)
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue yaitu virus Dengue
yang tergolong dalam famili flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe di
Indonesia, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
(Hendarwanto,1996)

3.3 Patofisiologi

-          Virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia yang


mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada
kulit(petekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi 
seperti pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran
limpa(spenomengali)

-          Peningkatan permeabilitas kapiler mengakibatkan berkutangnya


volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
-          Hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit 20 %) menunjukkan
adanya kebocoran plasma leakage sehinnga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena

-          Renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia


jaringan, metabolik asidosis, dan kematian (Christian Effendy,1995)

3.4 Tanda dan Gejala


a. Demam tinggi selama 2-7 hari
b. Pendarahan pada kulit( petekie, ekimosis, hematom)
c. Pendarahan lain efitaksis, hematemesis, hematuri, dan melana
d. Keluhan pada saluran pencernaan, mual, muntah, tak ada nafsu makan
(anoreksia), diare, konstipasi
e. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, takanan darah
menurun, gelisah capillary refiul lebih dari 2 detik, nadi cepat dan
lemah( christantie effendy, 1995)

Adapun klasifikasi Demam Berdarah Dengue( WHO,1997) :

Derajat I         : Demam dengan uji bendung positif

Drajat II          : Derajat 1 disertai pendarahan spontan di kulit atau pendarahan


lain

Derajat III       : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulilt dingin, lembab
dan pasien menjadi gellisah

Derajat IV          : Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah
tidak dapat diukur

3.5 Penatalaksanaan Terapeutik


a. Tirah baring
b. Diet makan lunak
c. Minum banyak ( 2-2,5 liter/ 24 jam)
d. Pemberian cairan intra vena
e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam ( suhu,nadi,tensi, pernafasan)
f. Periksa HB, HT, dan tromosit setiap hari
g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen,
eukini, atau dipiron juga pemberian kompres dingin
h. Pemberian obat antibiotik bila trdapat infeksi sekunder( kolaborasi
dengan tim dokter)
i. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum dan
hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk
3.6 Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah
dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit
terdapatnya kasus DHF.
b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor
pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita
viremia sembuh secara spontan.
c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu
di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

a. Menggunakan insektisida. Yang lazim digunakan dalam program


pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk
membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh
jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan
pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah
dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana
tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm
atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
b. Tanpa insektisida Caranya adalah :
1) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7–10
hari).
2) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan
benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

3.7 Perawatan Kesehatan Keluarga


Pengartian
Perawatan kesehatan keluarga menurut Salivicin G. Balion dan
Aracelis Maglaya (1978): Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat
perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau di pusatkan pada
keluargasebagai unit atau suatu kesatuan yang dirawat dengan sehat
sebagai tujuan dan melalui perawatan sebagai ssaran. Perawatan
kesehatan keluarga adalah suatu perawatan esensial yang berdasarkan
kemanusiaan atau cinta kasih untuk mempertahankan kesejah teraaan
keluarga dari masing-masing anggota keluarga.

Definisi Keluarga
Keluraga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI
1988)
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan dan pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain
didalam perananya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.
Tujuan Keperawatan Kesehatan Keluarga
Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan
keluarga sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarga sehingga
dapat meningkatkan status kesehatan keluarga.

Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang di hadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemamouan keluarga dalam menangulangi
masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarganya yang sakit dan dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga

Sasaran :

Perawatan kesehatan keluarga adalah semua anggota keluarga baik


yang sehat maupun yang sakit serta lingkungan.

Alasan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan Kesehatan

a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang


menyangkut kehidupan masyarakat
b. Keluarga sebagai suatu kelompok masyarakat yang dapat menimbulkan,
mencegah, menggambakan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan
dalam keluarga
c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apa bila salah satu
anggota keluarga mempunyi masalah kesehatan dan berpengaruh terhadap
anggota keluarganya lain
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu, klien
keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbgai
upaya kesehatan masyarakat.

Tugas-tugas keluarga :

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya


b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada didalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
msing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarganya dalam masyarakat
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga   

Diagnosa komunitas tentang penyakit demam berdarah

a. Kurangnya volume cairan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A


denganketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah An. L yang
mengalami DHF( Dengue Haemorragic Fever ).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn.
Adengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang
mengalami DHF( Dengue Haemorragic Fever) 
c. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentang penyakit Demam
Berdarah Dengue
d. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
Demam Berdarah Dengue
e. Kurangnya pengetahuan pada An. L dikeluarga Tn. A dengan
ketidakmampuankeluarga dalam mengenal masalah An. L yang
mengalami DHF ( Dengue Haemorragic Fever ).
f. Ketidaktahuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang baik
behubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya
sanitasi lingkungan yang baik
g. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentag usaha pencegahan
penyakit DBD
h. Ketidaktahuan tentang penyakit sehubungan kurangnya informasi tentang
penyakitnya
i. Kurang pengetahuan warga b.d kurangnya informasi tentang DBD.
j. Kurang Pengetahuan warga tentang tanda dan gejala DBD b.d. kurangnya
informasi tentang DBD.
k. Kurang pengetahuan warga tentang pencegahan DBD b.d kurang
mendapat informasi tentang DBD.
l. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentag usaha pencegahan
penyakit DBD
m. Ketidaktahuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang baik
behubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya
sanitasi lingkungan yang baik
n. Resiko terjadi peningkatan kasus penyakit berhubungan dengan kurangnya
kemampuan masyarakat dalam memelihara lingkungan
o. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan belum adanya
pembinaan kesehatan
p. Resiko terjangkit penyakit demam berdarah (DHF) diwilayah RW II
Kelurahan Wiyung berhubungan dengan tingginya kepadatan vector
q. Risiko tinggi terkena DBD b.d kurang pengetahuan warga
r. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian penyakit Demam Berdarah b.d
Lingkungan yang kurang memadai
s. Resiko terjadinya penyakit infeksi akibat lingkungan yang kurang sehat
(Diare, DBD) pada masyarakat di RT 12,13,14 dan 15 b.d pemeliharaan
lingkungan yang tidak adekuat
t. Resiko terjadinya penyakit ( DBD ) pada anggota keluarga Tn kadir
sehubungan dengan lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
u. Potensial peningkatan pencegahan penyakit infeksi pada masyarakat di
RT 12,13,14 dan 15 b.d Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan
lingkungan
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan pada bab sebelumnya maka
dapat kami simpulkan sebagai berikut :
a. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian penyakit Demam Berdarah
b.d Lingkungan yang kurang memadahi, ditandai dengan Pembuangan
sampah yang masih dekat dengan pekarangan
b. Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
antara lain adalah memberikan penyuluhan kesehatn tentang DBD dan
pemeriksaan jentik – jentik nyamuk di sekitar  rumah yang ada
disekitar rumah tersangka DBD
c. Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan dari
masyarakat sekitar

5.2 SARAN
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :
a. Masyarakat
Peran serta dari keluarga dan masyarakat, ditingkatkan terus dalam
berbagai kegiatan dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan seoptimal mungkin. Antara lain warga aktif
mengadakan kerja bakti bersih lingkungan agar tidak menjadi sarang
nyamuk.

b. Puskesmas dan Kelurahan


Diharapkan adanya bantuan dana dan prasarana, serta supervisi
dari pihak puskesmas dan kelurahan yang berkesinambungan untuk
memantau kegiatan kesehatan yang dilakukan oleh warga

Anda mungkin juga menyukai