Anda di halaman 1dari 58

Samp

LAPORAN AKHIR
PRAKTIK KEP. KOMUNITAS PROFESI NERS ANGKATAN X. 02
DI LINGKUNGAN RT. 02 DUSUN MANGEMPANG
DESA MONCONGLOE LAPPARA’
KABUPATEN MAROS

Tanggal : 04-14 Desember 2019

KELOMPOK IV
Selmita Sari T, S. Kep (A1 C119 040)

Tati Hully, S. Kep (A1 C119 052)

TUSI

(Ayu Lestari, S.Kp., M.Kes) (Risna Damayanti, S.Kep., Ns., M.Kep)


NIDN. 0916107301 NIDN.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR

i
2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkah dan anugerah-Nya sehingga penyusunan Laporan Akhir
Kepaniteraan Manajemen Keperawatan Mahasiswa Profesi Ners Kelompok IV
Universitas Mega Rezky Makassar di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar ini
dapat terselesaikan.

Kegiatan Keperawatan Komunitas dan penyusunan laporan ini dapat


diselesaikan atas bantuan teman-teman Kelompok IV, bimbingan Ayu Lestari, S.Kp.,
M.Kes dan Risna Damayanti, S.Kep.,Ns., M.Kep sebagai CI Institusi dan Ibu
Nueaeni, S.Kep.,Ns. Sebagai CI Lahan Manajemen Keperawatan Kelompok IV dan
kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada
yang ikut membantu.

Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
permohonan maaf kami hanturkan sebelumnya serta segala kritikan saran sangat kami
harapkan.

Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
berkepentingan di dalamnya, khususnya seluruh Staff Rumah Sakit dan juga
Mahasiswa Profesi Ners lainnya.

Makassar , 18 Desember 2019

Penyusun,

Kelompok IV

iii
DAFTAR ISI

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Posko II


Lampiran 2 Daftar Hadir Kelompok III
Lampiran 3 Daftar Hadir Kelompok IV
Lampiran 4 Dokumentasi

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

C. Manfaat

1. Untuk mahasiswa

2. Untuk Masyarakat
3. Untuk Pendidikan
4. Untuk Profesi Ners
D. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktek

E. Rancangan Kegiatan

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Komunitas

Menurut WHO (1959) keperawatan komunitas bidang perawatan khusus yang


merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan bantuan social, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi social,
perbaikan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar,
ditunjukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Model keperawatan komunitas disusun mengacu kepada model atau teori
keperawatan dan teori yang terkait dengan kesehatan masyarakat. Banyak para
pakar dan ahli mendefinisikan tentang keperawatan komunitas, diantaranya
menurut chang (1982), keperawatan komunitas adalah menyeluruh mampu
berfungsi sebagai tim dalam memberikan memberikan pelayanan kesehatan
masyarakat, mampu berkomunikasi dan memotipasi ,masyarakat untuk
memecahkan masalah pada masyarakat tersebut, sedangkan Ruth B. Freeman
(1981) mendifinisikan perawat komunitas adalah kesatuan yang unik dari
praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang di tujukan kepada
pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatn baik sediri sebagai
perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau
masyarakat, pelayanan ini tercakup dalam spektrum pelayan kesehatn untuk
masyarakat.
Keperawatan komunitas sebai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama
yang di tijuhkan kepada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau
landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar
komunitas. Banyaknya konseptual model keperawatan di kembangkan oleh parah

2
ahli,salah satunya adalah Betty Neouman (1972), yang menekankan pada
pendekatan system untuk mengatasi masalah kesehatan.
Model teori Neuman didasari oleh teori system dimana terdiri dari individu,
keluarga atau kelompok dan kumunitas yang merupakan target pelayanan
kesehatan. Kesehatan masyarakat di tentukan oleh hasil interaksi yang dinamis
antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga
tingkat pencegahan yaitu pencegahan primer,sekunder dan tersier.
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau di
aplikasi akan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini
mencakup kegiatan mengindentifikasi factor resiko terjadinya penyakit,
mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatn dan pendidikan dalam
komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada
umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang di lakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan di temukannya masalah
kesehatan.pencegahan sekunder menekannakan pada diognosa dini,
intervensi yang tepat , memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan
atau keseriusan penyakit.
3. Pencegahan tersier
Focus pada tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan
setelah terjadi gangguan beberapa system tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan
pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya,
tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat yang berfungsi optimal
dari ketidakmampuannya. Model teori Neuman mengambarkan bahwa
komunitas adalah system terbuka yang mempunyai sumber energy ( infra
struktur ) dan mempunyai lima variable yang saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya dalam komunitas yaitu biologis ,psikologis, sosio
kultural, perkembangan dan spiritual.

3
Pada dasarnya keperawatan kesehatan masyarakat merupakan sintesa dari
konsep keperawatan dengan konsep kesehatan masyarakat serta di dukung oleh
ilmu – ilmu lain. Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu
keperawatan, kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang
cukup luas. Azrul Azwar ( 2000 ) memdefenisikan ketiga kata tersebut sebagai
berikut :

1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak


terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat di pengaruhi
perubahan,penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit
yang terdapat dalam system hayati tubuh manusia, baik secara individu,
keluarga, ataupun masyarakat ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai
dari tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap
unit dalam system hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub dengan
tingkat system tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih
sering di bandingkan dengan manusia lain yang berada di luarnya serta
saling ketergantungan memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting
untuk menunjang kehidupan sehari- hari.

B. Paradigma Keperawatan Komunitas

Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu


manusia , keperawatan, kesehatan dan lingkungan ( Logan dan Dawkins,1987).
Paradigma keperawatan komunitas memandang sebagai mahluk biopsikososial
dan spiritual yang utuh serta unik ,dalam arti merupakan satu kesatuan yang utuh
dari aspek jasmani rohani serta unik karena mempunyai berbagai macam
kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya.

4
Manusia selalu berusaha untuk memahami kebutuhannya melalui berbagai
upaya antara lain dengan selalu belajar dan menembangkan sumber-sumber yang
di perlukan sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki nya.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia terus menerus menghadapi perubahan
yang terjadi dilingkungan sekitarnya dan selalu berusaha beradaptasi terhadap
pengaruh lingkungan.

C. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas

1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi
masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan
dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan dirumah,dipanti dan dimasyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tidak lanjut
dan usaha keperawatan dirumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi
yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan dirumah dan
dipuskesma.
g. Teratasinya dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan social untuk
menuju keadaan optimal.

5
D. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu.


Keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok
bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson (1988) sasaran komunitas dari tiga tingkat yaitu:
1. Tingkat individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil, dll)
yang dijumpai dipoliklinik, puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian
pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga
yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber
daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan perawatan kesehatan difokuskan pada keluarga
rawan yaitu:
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan yaitu keluarga
dengan ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya
ditolong oleh dukun dan neonates, balita tertentu, penyakit kronis
menular yang tidak bisa di intervensi oleh program, penyakit endemis,
penyakit kronis tidak menular atau keluarga kecacatan tertentu (mental
dan fisik)
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang
memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat ataupun kurang

6
energy kronis, keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti
pendarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BMG,
keluarga neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau
keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut kerawatan
1) Drop out tertentu seperti ibu hamil. Bayi, balita, dengan
keterlambatan tumbuh kembang, penyakit kronis atau endemis.
2) Kasus pasca keperawatan seperti kasus pasca perawatan yang
dirujuk dari institusi pelayanan kesehatan kasus katarak yang
dioperasi di puskesmas atau persalinan dengan tindakan.
3. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga
dilihat sebagai atau kesatuan dalam komunikasi. Asuhan ini diberikan
untuk kelopok beresiko atau untuk masyarakat wilayah binaan dengan
memandang komuntas sebagai klien. Individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat baik sehat atau yang sakit atau yang mempunyai masalah
kesehatan karena ketidaktahuan,ketidakmauan, dan ketikmampuaan.

E. Karakteristik Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan


keperawatan yang diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok. Focus
pelayanan utama adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan
keperawatan diberikan secara komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan
pertisipasi klien/masyarakat, klien memiliki otonomi yang tinggi, focus perhatian
dalam pelayanan keperawatan lebih kearah pelayanan pada kondisi sehat,
pelayanan memerlukan kolaborasi interdisiplin, perawat secara langsung dapat
mengkaji dan mengintervensi klien dan lingkungan dan pelayanan didasarkan
pada kewaspadaan epidemiologi.

7
F. Peran Perawat Komunitas

1. Pemberian pelayanan keperawatan secara langsung


Perawat dalam memberikan pelayanan selalu melibatkan klien dalam
setiap proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi. Selain itu perawat juga menggunakan prinsip-prinsip epidemiologi
dan intervensi yang sifatnya preventif. Intervensi dilakukan dengan
memberikan pelayanan primer dan mencakup perawatan fisik, dukungan
emosional serta pembelajaran kepada klien. Pemberian pelayanan biasanya
dilakukan ditatanan rumah,sekolah, klinik maupun tempat kerja.
2. Pemberi pelayanan keperawatan komunitas
Pelayanan keperawatan komunitas diberikan dengan menerapkan
proses keperawatan komunitas dalam menyelesaikan masalah kesehatan
komunitas. Proses ini dapat diselenggarakan secara mandiri dan bekerjasama
dengan tim kesehatan lainnya, dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat
dan penerima pelayanan.
3. Penentu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan
atau wabah. kegiatan ini dilakukan dengan mengamati dan mendeteksi
keadaan serta tanda-tanda dini masalah kesehatan melalui hubungan atau
kontak yang terus menerima dengan klien sbagai penerapan metode
epidemiologis.
4. Pendidik
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan yang memungkinkan
klien membuat pilihan dan mempertahankan autonominya. Perawat selalu
mengkaji dan memotivasi belajar klien dan kegiatan pendidikan kesehatan
dapat dilaksanakan setiap tingkatan pelayanan kesehatan mesyarakat. Isi
pendidikan kesehatan berbeda-beda sesuai dengan masalah dan situasi yang
ada.

8
5. Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara
untuk dirinya. Perawat juga memberikan perlindungan kepada klien untuk
mendapatkan hak yang sama dalam pemberian pelayanan kesehatan dengan
klien yang lainnya. Pelayanan diberikan merupakan upaya bersama dengan
disiplin lain mulai dari penentuan tujuan, dan penyusunan rencana dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Managemen kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan
menyediakan pelayanan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta
meningkatkan kualitas hidup klien.
7. Kolabolator
Perawat komunitas juga baru bekerjasama dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota Tim kesehatan yang optimal. Kolaborasi dimulai dengan
menjalin penerimaan, kepercayaan, saling bertukar informasi, menyusun
tujuan bersama mengontrol diri dan interdependen sebagai bagian klien.
8. Konselor
Perawat sebagai narasumber bagi klien didalam mengatasi masalah
kesehatan. Perawat memberikan alternative pemecahan masalah berkaitan
dengan masalah yang dihadapi klien tanpa harus ikut serta dalam pengambilan
keputusan. Kegiatan kongseling membawa klien kearah proses pemecahan
,asalah. Keputusan yang diambil dalam menetukan tindakan yang sesuai
dengan masalahnya ditentukan oleh klien sendiri.
9. Panutan
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi
setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang seruai dengan
peran yang diharapkan. Dapat menjalankan kegiatannya dengan baik apabila
perbuatannya sesuai dengan apa yang dikatakannya. Perawat dituntut
diperilaku sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari hari.

9
10. Peneliti
Peneliti dalam asuhan keperawatan dapat membantu
mengidentifikasikan serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang
merupakan dasar dari praktek keperawatan. Penelitian juga dapat menunjang
pengembangan metode dan teknik baru dalam pemberian asuhan keperawatan.
Keperawatan kesehatan komunitas juga turut serta dalam penelitian atau studi
kesehatan masyarakat yang ada kaitannya dengan tugas keperawatan
komunitas kesehatan.
11. Pembaharuan
Perawatan kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen
pembaharuan terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
terutama dalam perubahan perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya
dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

G. Asuhan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang


didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditunjukan kepada masyarakat
dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (keluarga resiko tinggi, daerah
tertinggal, miskin atau tidak terjangkau) dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
serta tidak mengabaikan perawatan dan rehabilitasi. Pelayanan yang diberikan
dapat terjangkau oleh masyarakat dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam
pemberian pelayanan keperawatan.
Keperawatan komunitas adalah di tunjukkan kepada individu , keluarga dan
masyarakat dan pelayanan yang di berikan sifatnya berkelanjutan dengan
menggunakan proses keperawatan dengan sifat asuhan yang menyeluruh dan
umum. Pendekatan yang di gunakan dalam keperawatan komunitas adalah
pendekatan keluarga binaan ,kelompok kerja komunitas. Strategi yang di gunakan

10
untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat
guna serta memanfaatkan kebijakan pemerintah.
Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan masyarakat menangulangi
masalah kesehatan sendiri. Kegiatan di lakukan secara berkesinambungan atau
yang berkelanjutan dan menggunakn metode /.;prose keperawatan yang di
lakukan melalui lima tahap sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengakajian komunitas menurut Anderson dan Mc.forlace (1985),
yaitu terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi, populasi , nilai -
nilai keyakinan, riwayat individu termasuk riwayat kesehatan, factor – factor
lingkungan adalah : lingkungan fisik , pendidikan , keamanan , transportasi ,
politik dan pemerintahan , pelayanan kesehatan dan social, komunitas dan
rekresi.
Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan langsung , penggunaan
data statistic , angket, wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh agama
dan aparat pemerintah.
2. Analisa data dan diagnosa keperawatan
Dari hasil pengkajian di peroleh data-data yang kemudian di analisa
untuk mengetahui stressor yang mengancam masyarakat dan seberapaberat
reaksi yang muncul dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya dirumuskan
masalah dan diagnose keperawatan menurut Mueke (1987),yang terdiri dari :
a. Masalah sehat sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
3. Perencanaan ( intervensi )
Strategi intevensi keperawatan komunitas mencakup tiga aspek yaitu
primer, sekunder, dan tersier, melalui pendidikan kesehatan dan kerja sama
dan proses kelompok serta mendorong peran serta masyarakat dalam
memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi yang akhirnya untuk
menumbuhkan kemandirian masyarakat, maka diperlukan pengorganisasian

11
komunitas yang dirancang untuk membuat perubahan. Menurut Rhotman
(1968), ada tiga model pendekatan pengorganisasian komunitas yaitu
pendekatan perencanaan perencanaan social (locality development) dan
pendekatan social action, namun yang dominasi adalah dengan pendekatan
(locality development) yang berarti mengembangkan masyarakat
berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki,serta mampu
mengurangi hambatan yang ada.
Pendekatan pengembangan masyarakat (localitydevelopment)
dirancang untuk menumbuhkan kondisi kemajuan social dan ekonomi
masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat dan penuh percaya diri
dalam memecahkan masalah – masalah yang di hadapi dan memotivasi
mereka untuk berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah kesehatan
sendiri.
4. Pelaksanaan ( implementasi )
Dalam pelaksanan praktek keperawatan komunitas berfokus pada
tingkat pencegahan ( Anderson dan Mc. Forlane, 1985) :
a. Pencegahan primer
Dalam arti sebenarnya, di lakukan sebelum sakit . pencegahan ini
mencakup peningkatan kesehatan dan perlindungan khusus terhadap
penyakit.
b. Pencegahan sekunder
Menekankan pada diognosa dini dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses penyakit atau kelainan, sehingga memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan ini di mulai saat cacat atau tidak dapat di perbaiki lagi
( irreversible). Kegiatan rehabilitasi selain bertujuan menghambat
proses penyakit juga mengembalikan individu ke fungsi yang optimal,
intervensi atau tindakan yang di lakuakn untuk pencapaian tujuan
secara :

12
1. Aktivitas kegiatan program
2. Pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan ( POKJAKES)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan respon komunitas atau masyarakat terhadap
program kesehatan yang telah di laksanakan meliputi masukan ( input),
pelaksanaan ( proses ), hasil (output ). Sedangkan focus evaluasi
pelaksanaan komunitas adalah:
a. Relevansi antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses : apakah sesuai dengan
perencanaan, bagaimana dengan peran serta staf atau pelaksana tindakan
fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya : pencarian sumber dana dan penggunaannya
d. Efetifitas kerja : apakah tujuan tercapai dan apakah masyarakat merasa
puas.
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat setelah di lakuakn
intervensi.

Untuk mengimplementasikan konsep keperawatan komunitas yang


telah di pelajari , maka mahasiswa melakuakn praktek Profesi Ners
Keperawatan Komunitas, Keluarga, Gerontik dan Jiwa di Dusun
Mangempang RT.02 Desa Moncongloe Lappara Kecamatan Moncongloe
Kabupaten Maros Laporan kegiatan praktek mahasiswa akan dilaporkan
secara rinci pada BAB berikut.

13
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan komunitas adalah suatu kerangka untuk memecahkan


masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematika dan rasional yang
didasarkan pada kebutuhan dan masalah masyarakat. Penerapan ilmu dan kiat asuhan
keperawatan komunitas yang ada dimasyarakat dapat dilakukan dengan melakukan
kegiatan untuk dapat mencapai tujuan yang kita harapkan. Pelaksanaan kegiatan
mahasiswa praktik Profesi Ners keperawatan komunitas di Dusun Mangempang
RT.02 Desa Moncongloe Lappara Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros,
selama 6 minggu dari tanggal 04 November sampai 14 Desember 2019 dengan
keggiatan sebagai berikut.

Dari pengkajian di Dusun Mangempang RT.02, Desa Moncongloe Lappara selama 3


hari (07-09 November 2019) didapatkan data baik wawancara dan pengamatan
melalui komponen windshield survey sebagai berikut.

KOMPONEN WINDSHIELD SURVEY


Elemen Deskripsi
Perumahan dan lingkungan  Bangunan
(daerah) RT.02 : Mayoritas Bangunan terbuat dari Beton (Rumah
Permanen)
 Arsitektur
RT.02 : Bentuk rumah di Wilayah RT.02 hampir sama
anatara satu rumah dengan yang lain. Hampir semua
rumah berbentuk rumah Beton, rata-rata disetiap rumah
terdapat jendela, sebagian besar pencahayaan terang dan

14
jarak antar-rumah saling berdekatan.
 Halaman
RT.02: sebagian besar rumah memiliki halaman yang agak
luas dan digunakan sebagai halaman dan juga menanam
beberapa tanaman bunga, sayur dan buah-buahan.
 Luas
Lingkungan terbuka RT.02 : Tempat terbuka banyak digunakan untuk berternak
dan tempat buang sampah.
 Batas daerah
RT.02 :
Utara : Bonto Bulu
Batas
Barat : Dusun Ballapati
Timur : Kabupaten Goa
Selatan : Nipa-Nipa
 Tingkat sosial
RT.02: Masyarakat mempunyai hubungan sosial yang baik
antar-tetangga, kegiatan warga dapat berjalan, jarak
masing-masing rumah sebagian besar saling berdekatan
Tingkat sosial ekonomi tetapi ada beberapa juga yang agak jauh.
 Tingkat ekonomi
RT.02: Sebagian besar menengah ke atas, pekerjaan
sebagian besar adalah wiraswasta, petani dan Ibu rumah
tangga
Kebiasaan  Dewasa tua
Pada pagi dan sore hari sebagian warga bekerja.
Sedangkan. Pada malam hari kadang-kadang warga
mempunyai kegiatan mengikuti pengajian dirumah secara
bergilir. Beberapa warga juga menggunakan waktunya
untuk mengikuti kegiatan yang ada didaerahnya khusunya
pengurus RT, Kader dan kegiatan lainnya
 Anak-anak

15
Pada pagi hari mayoritas pergi ke sekolah, siang hari
sampai sore bermain dengan teman sebaya.
 Menggunakan kendaraan pribadi untuk mobilisasi dengan
menggunakan motor dan mobil. Selain itu, beberapa warga
melakukan jalan kaki.
 Situasi jalan yang masuk RT.02 sebagian jalanan di aspal
Transportasi
namun sudah mulai agak rusak. Dari pagi sampai sore hari
jalanan ramai karena merupakan jalan pintas dari malino
sehinggah banyak mobil truk yang lewat. Pada malam hari
jalanan agak sepi.
 Kesehatan
Terdapat Puskesmas Moncongloe sebagai puskesmas
induk,juga poskesdes Moncongloe Lappara’ dan juga
terdapat posyandu untuk ibu dan anak dan juga Lansia
 Sekolah
Terdapat : TK/RA 1, SD/MI 1, SMP/MTS 1.
 Agama
Musholla dan Masjid
Fasilitas umum  Ekonomi
Terdapat mini market, market bengkel, pedagang kaki
lima, pedagang keliling, warung makan.
 Agen-agen
Air isi ulang dan jual Gas Elpiji
 Toko, Warung, Pusat Belanja
Terdapat beberapa toko swalayan, , bengkel, counter
Handphone, warung. Di jalan dapat ditemui pedagang
keliling (bakso dan roti/kue)
Suku bangsa Suku Makassar dan Bugis
Agama Sebagian besar msyarakat beragama Islam
Kesehatan dan angka Penyakit terbanyak yang terjadi di masyarakat selama 6 bulan
kesakitan terakhir untuk umur >45 Tahun adalah Hipertensi dan untuk

16
anak-anak adalah penyakit batuk pilek. Sedangkan pada lansia
penyakit yang terbanyak diderita adalah hipertensi dan Asam
Urat.
Media Rata-rata warga mempunyai televisi, radio, handphone.

A. Informasi Kepala Keluarga


Tabel 3. 1
Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Kelompok Usia di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Usia Jumlah %
0 – 5 tahun 26 12,6
6 – 11 tahun 29 14,1
12 – 16 tahun 14 6,8
17 – 25 tahun 29 14,1
26 – 35 tahun 46 22,3
35 – 44 tahun 21 10,2
45 – 55 tahun 22 10,2
55 – 65 tahun 11 5,3
> 65 thn 8 3,9
Total 206 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.1 menunjukkan bahwa dari 206 penduduk RT 02


Dusun Mangempang Moncongloe Lappara didapatkan kelompok usia tertinggi
adalah usia 26-35 tahun dengan jumlah 46 penduduk (22,3%) dan terendah usia >
65 tahun dengan jumlah 8 penduduk (3,9%).

17
Tabel 3. 2
Distribusi Kepala Keluarga berdasarkan Status Hubungan di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Hubungan dengan KK Jumlah %


Kepala rumah tangga 50 24,3
Istri 49 23,8
Anak 95 46,1
Orang tua/mertua 5 2,4
Family lain 5 2,4
Nenek 1 0,5
Saudara 1 0,5
Total 206 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.2 menunjukkan bahwa dari 206 penduduk


didapatkan status hubungan dengan kepala keluarga tertinggi adalah anak dengan
jumlah 95 penduduk (46,1%) dan terendah adalah nenek dan saudara dengan
jumlah masing-masing 1 penduduk (0,5%).

Tabel 3. 3
Distribusi Jenis Kelamin Penduduk RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Jenis kelamin Jumlah %


Laki – Laki 105 51
Perempuan 101 49
Total 206 100%

18
Berdasarkan distribusi tabel 3.3 menunjukkan bahwa dari 206 penduduk
didapatkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 105
penduduk (51%) dan yang terendah adalah perempuan dengan jumlah 101
penduduk (49%).
Tabel 3. 4
Distribusi Tingkat Pendidikan di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Pendidikan Jumlah %
Tidak pernah sekolah 4 1,9
Belum sekolah 34 16,5
PAUD/TK 3 1,5
SD/MI 55 26,7
SMP/MTs 32 15,5
SMA/MA 61 29,6
Diploma/S1 17 8,3
Total 206 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.4 menunjukkan bahwa dari 206 penduduk


didapatkan tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA/MA dengan jumlah 61
penduduk (29,6%) dan terendah adalah PAUD/TK dengan jumlah 3 penduduk
(1,5%).

Tabel 3. 5
Distribusi Pekerjaan di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Pekerjaan Jumlah %
Belum bekerja 39 18,9

19
Pekerjaan Jumlah %
Sopir 1 5
Swasta 1 5
Pelajar 49 23,8
Wiraswasta 24 11,7
Tukang Becak 4 1,9
Buruh harian 7 3,4
Karyawan 12 5,8
Petani 16 7,8
IRT 39 18,9
Mahasiswa 9 4,4
PNS 5 2,4
Total 206 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.5 menunjukkan bahwa dari 206 penduduk


didapatkan pekerjaan teringgi adalah pelajar dengan jumlah 49 penduduk
(23,8%) yang terendah adalah sopir dan swasta dengan jumlah 1 penduduk
(0,5%).

Tabel 3. 6
Distribusi Asuransi Kesehatan anggota keluarga di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Asuransi Kesehatan Jumlah %


KIS/Jamkesmas 4 1,9
Askes 4 1,9
Askesin 2 1
BPJS 10 4,9

20
Jamskesmas 3 1,5
Umum 183 88,8
Total 206 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.6 menunjukkan bahwa dari 206 penduduk


didapatkan asuransi kesehatan anggota keluarga tertinggi adalah BPJS dengan
jumlah 10 penduduk (4,9%) dan terdapat anggota keluarga yang asuransi
kesehatan askesin sebanyak 2 penduduk (1%).

B. Informasi Rumah Sehat


Tabel 3. 7
Distribusi Sumber Air Bersih di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Sumber Air Jumlah %


Sumur 43 84,3
PDAM 8 15,7
Total 51 100

Berdasarkan distribusi tabel 3.7 menunjukkan bahwa dari 51 kepala keluarga


terdapat 43 keluarga (84,7%) yang PDAM menggunakan 8 keluarga (15,7%).

Tabel 3. 8
Distribusi Tempat Sampah di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lapparra
Kabupaten Maros 2019

21
Masalah Jumlah %
Pribadi 42 82,4
Umum 9 17,6
Total 51 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.8 menunjukkan bahwa dari 51 kepala keluarga


terdapat 42 kepala keluarga (90.0%) yang menggunakan tempat sampah pribadi
dan 9 kepala keluarga (10.0%) yang menggunakan tempat sampah umum.

22
Tabel 3. 9
Distribusi Olah Sampah di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Olah sampah Jumlah %


Bakar 41 80,9
Tumpuk 8 15,7
Dibiarkan 2 3,9
Total 51 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.9 menunjukkan bahwa dari 51 kepala keluarga


didapatkan cara mengolah sampah tertinggi adalah dibakar dengan jumlah 41
kepala keluarga (80,9%) dan terendah adalah dibiarkan dengan jumlah 2 kepala
keluarga (3,9%).

C. Informasi Lanjut Usia


Tabel 3. 10
Distribusi Umur Lansia di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Usia lansia Jumlah %


45 – 59 tahun 25 61
60 – 74 tahun 13 31,7
75 – 90 tahun 3 7,3
Total 41 100

23
Berdasarkan distribusi tabel 3.10 menunjukkan bahwa dari 41 lansia terdapat 25
lansia (61%) yang berusia 45 - 59 tahun , 13 lansia yang berusia 60-74 tahun
(31,7%) dan 3 lansia yang berumur 75-90 tahun.

24
Tabel 3. 11
Distribusi Penyakit Lansia 6 Bulan Terakhir di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Penyakit Jumlah %
Sehat 16 39
Asma 2 4,9
Diabetes Melitus 1 2,4
Hipertensi 8 19,5
Asam Urat 6 14,7
Rheumatic 7 17,1
TBC 1 2,4
Total 41 100,0

Berdasarkan distribusi tabel 3.11 menunjukkan bahwa dari 41 lansia didapatkan


yang sehat dengan jumlah 16 lansia (39%) dan terendah adalah penyakit TBC
dengan jumlah 1 lansia (2,4%).
Tabel 3. 12
Distribusi Jenis Kelamin Lansia di RT.02
Dusun Mangempang Moncongloe Lappara Kabupaten Maros 2019

Jenis Kelamin Jumlah %


Laki-laki 20 48,8
Perempuan 21 51,2
Total 41 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.12 menunjukkan bahwa dari 41 lansia didapatkan


lansia yang berjenis kelamin tertinggi adalah perempuan berjumlah 21 lansia
(51,2%) dan terendah bejenis kelamin laki-laki berjumlah 20 lansia (48,8 %).

25
26
D. Informasi Balita
Tabel 3. 13
Distribusi Jumlah Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Jenis Kelamin Jumlah %


Laki-laki 13 50
Perempuan 13 50
Total 26 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.13 menunjukkan bahwa dari 26 balita didapatkan


balita yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 13 balita (50%) dan yang berjenis
kelamin perempuan 13 balita (50%).

Tabel 3. 14
Distribusi kelompok usia balita di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Usia Balita Jumlah %


0 – 12 bulan 12 46,2
1 – 3 tahun 5 19,2
4 – 5 tahun 9 34,6
Total 26 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.14 menunjukkan bahwa dari 26 balita didapatkan


usia tertinggi adalah usia 0-12 bulan dengan jumlah 12 balita (46,2%) serta
terendah adalah usia 1-3 tahun dengan jumlah 5 balita (19,2%)

27
28
Tabel 3. 15
Distribusi jumlah balita berdasarkan ASI di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

ASI Jumlah %
Ya 19 73,1
Tidak 7 26,9
Total 26 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.15 menunjukkan bahwa dari 26 balita didaptakan


balita yang minum ASI yaitu 19 balita (73,1%)

Tabel 3. 16
Distribusi Jumlah Balita Berdasarkan Imunisasi di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Imunisasi Jumlah %
Lengkap 11 42,3
Belum lengkap 15 57,7
Total 26 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.16 menunjukkan bahwa dari 26 balita didapatkan


balita yang belum mendapatkan imunisasi lengkap ada 15 balita (57,7%) dan
yang mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 11 balita (42,3%)

29
Tabel 3. 17
Distribusi Penyakit Balita 3 Bulan Terakhir di RT.02
Dusun Mangempang Moncongloe Lappara Kabupaten Maros 2019

Penyakit 3 bulan terakhir Jumlah %


Sehat 6 23,1
Batuk pilek 10 38,5
Demam 6 23,1
Diare 1 3,8
Ispa 3 11,5
Total 26 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.17 menunjukkan bahwa dari 26 balita didapatkan


penyakit yang paling sering dialami balita adalah batuk pilek 10 kejadian
(38,5%) dan penyakit yang paling jarang dialami balita adalah diare 1 kejadian
(3,8%)

30
E. Informasi Anak dan Remaja
Tabel 3. 18
Distribusi Jumlah Anak Berdasrkan usia di RT.02
Dusun Mangempang Desa Mongcongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Usia Jumlah %
6 tahun 5 16,7
7 tahun 5 16,7
8 tahun 4 13,3
9 tahun 3 10
10 tahun 5 16,7
11 tahun 3 10
12 tahun 5 16,7
Total 30 100%

Berdasarkan distribusi tabel 3.18 menunjukkan bahwa dari 30 anak dengan


jumlah usia tertinggi pada usia 6 tahun, 7 tahun, 10 tahun, 12 tahun adalah 5 anak
(16,7%) dan terendah pada usia 9 tahun, 11 tahun berjumlah 3 anak (10%)

Tabel 3. 19
Distribusi Jumlah Anak Berdasarkan Jenis Kelamin di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Jenis Kelamin Jumlah %


Laki-laki 15 50
Perempuan 15 50
Total 30 100%

31
Berdasarkan distribusi tabel 3.19 menunjukkan bahwa dari 30 orang anak berjens
kelamin laki-laki berjumlah 15 anak (50%) dan perempuan berjumlah 15 anak
(50%).
Tabel 3. 20
Distribusi Penyakit Anak 6 Bulan Terakhir di RT.02
Dusun Mangempang Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Penyakit 6 Bulan Terakhir Jumlah %


Sehat 10 33,3
Batuk pilek 13 43,3
Diare 2 6,7
Amandel 1 3,3
Cacar 2 6,7
Demam 2 6,7
Total 30 100%

Berdasarkan tabel 3.20 menunjukkan bahwa dari 30 anak dengan penyakit yang
sering terjadi selama 6 bulan terakhir adalah 13 anak (43,3%) dan jumlah
terendah penyakit pada anak 6 bulan terakhir adalah amandel 1 anak (3,3%).

Tabel 3. 21
Distribusi Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin Di RT.02
Dusun Mangempang Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Masalah Jumlah %
Laki-laki 11 42,3
Perempuan 15 57,7
Total 26 100%

32
Berdasarkan tabel 3.21 menunjukkan bahwa dari 26 remaja didapatkan jenis
kelamin tertinggi adalah perempuan berjumlah 15 orang (57,7%) dan terendah
adalah perempuan berjumlah 11 orang (42,3%)

33
Tabel 3. 22
Distribusi Remaja Berdasarkan Usia di RT.02
Dusun Mangempang Desa Moncongloe Lappara
Kabupaten Maros 2019

Usia Jumlah %
13 tahun 2 7,7
14 tahun 3 11,5
15 tahun 2 7,7
16 tahun 2 7,7
17 tahun 2 7,7
18 tahun 5 19,2
19 tahun 3 11,5
20 tahun 3 11,5
21 tahun 4 15,4
Total 26 100%

Berdasarkan tabel 3.22 menunjukkan bahwa dari 26 remaja didapatkan jumlah


usia remaja tertingan adalah 18 tahun berjumlah 5 remaja (19,2%) dan terendah
berusia 13 tahun, 15 tahun, 16 tahun, 17 tahun berjumlah 2 remaja (7,7%).
F. Analisa Data
Data Subjektif (DS) Data Objektif (DO) Diagnosa
1. Warga mengatakan kerja bakti 1. 43 KK (84,3%) dari 51 KK menggunakan Defisiensi
dilakukan sekali-kali jika ada sumur sebagai sumber air berhubunga
kesempatan 2. 42 KK (82,4%) dari 51 KK membuang sampah sumber
2. Warga mengatakan petugas kesehatan ditempat pribadi masyarakat
jarang melakukan kunjungan di rumah 3. 41 KK (80,9%) dari 51 KK mengolah sampah lingkungan
warga dengan dibakar
3. Warga mengatakan jarang membuang 4. 8 KK (15,7%) dari 51 KK mengolah sampah
sampah di tempat sampah, namun dengan ditumpuk
mereka membuang sampah disekitar 5. 2 KK (3,9%) dari 51 KK mengolah sampah

34
rumah lalu dibakar sendiri karena dengan dibiarkan
petugas kebersihan jarang datang 6. 7 Balita ( 26,9%) dari 26 Balita yang tidak
mengangkut sampah diberikan ASI sejak lahir
1. Warga mengatakan jarak puskesmas 1. 15 Balita (57,7%) dari 26 Balita didapatkan Ketidakefe
cukup jauh sehingga jarang melakukan belum lengkap mendapatkan imunisasi berhubunga
pemeriksaan kesehatan kecuali sakit yang 2. Penyakit yang diderita balita RT 02 dalam 3 pengetahua
sudah tidak bisa di tahan. bulan terakhir: khusunya
2. Warga mengatakan jika penyakit yang 1) Dari 26 Balita terdapat 10 (38,5%) yang pemelihara
tidak terlalu serius lansia kadang kadang menderita batuk dan pilek
diobati sendiri atau dibiarkan dengan 2) Dari 26 Balita terdapat 6 (23,1%) yang
alasan nanti sembuh sendiri menderita demam
3. Kader mengatakan di puskesmas maupun 3. Penyakit yang diderita anak usia 6-12 tahun
posyandu jarang melakukan dan dalam 6 bulan terakhir didapatkan 13 (43,3%)
mengadakan senam lansia karena jarang dari 30 anak menderita batuk dan pilek
lansia yang mau datang 4. Penyakit yang diderita lansia RT 02 dalam 6
4. Kader mengatakan mengadakan bulan terakhir:
posyandu lansia sekali dalam sebulan dan 1) Dari 41 lansia terdapat 8 (19,5%) yang
itu untuk 3 Dusun dan belum pernah mendertita Hipertensi
posyandu lansia dilaksanakan di Dusun 2) Dari 41 lansian terdapat 7 (17,1%) yang
Mangempang menderita Reumatik
3) Dari 41 lansia terdapat 6 ( 14,7%)
yangmenderita Asam Urat

G. Skoring

Kriteria Jumlah
No. Diagnosa Keperawatan
A B C D E F G H I J K L
1. Defisiensi kesehatan 2 4 3 5 2 4 3 5 5 1 5 4 43 Krite
komunitas berhubungan A. Se
dengan ketidakcukupan ko

35
sumber daya atau B. Re
pengetahuan masyarakat C. Re
tentang akibat dari D. Po
lingkungan yang kurang ke
bersih (00215). E. Int
F. Ke
G. Re
H. Te
I. Te
J. Te
K. Te
L. Te

Keter
1. Sa
2. Re
3. Cu
4. Ti
5. Sa
2. Ketidakefektifan 2 4 3 4 2 4 3 4 4 1 5 4 40 Krite
pemeliharaan kesehatan A. Se
berhubungan dengan ko
kurangnya pengetahuan dan B. Re
kesadaran masyarakat C. Re
khususnya keluarga dalam D. Po
usaha pemeliharaan ke
kesehatan (00080) E. Int
F. Ke
G. Re
H. Te

36
I. Te
J. Te
K. Te
L. Te
Keter
1. Sa
2. Re
3. Cu
4. Ti
5. Sa

H. perioritas Diagnosa
No. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan ketidakcukupan sumber daya atau penge
masyarakat tentang akibat dari lingkungan yang kurang bersih (00215).
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan
kesadaran lansia dalam usaha pemeliharaan kesehatan (00080)

37
I. Intervensi Keperawatan Komunitas
No DATA Diagnosa Keperawatan NOC
Kode Diagnosa Kode Hasil Kode
.
Data Pendukung Masalah Kesehatan Komunitas
1. Data Subjektif (DS) 000215 Defisiensi kesehatan Prevalensi primer Pre
1. Warga mengatakan kerja bakti komunitas 1805 Pengetahuan perilaku 8700 1.
dilakukan sekali-kali jika ada berhubungan dengan kesehatan
kesempatan ketidakcukupan 1823 Pengetahuan promosi
2. Warga mengatakan petugas sumber daya atau kesehatan
kesehatan jarang melakukan pengetahuan 1855 Pengetahuan gaya hidup
kunjungan di rumah warga masyarakat tentang sehat.
3. Warga mengatakan jarang akibat dari lingkungan 1632 Perilaku patuh: aktivitas
membuang sampah di tempat yang kurang bersih 1602 yang disarankan
sampah, namun mereka 1606 Perilaku promosi kesehatan
membuang sampah disekitar Partisipasi dalam keputusan
rumah lalu dibakar sendiri perawatan kesehatan
karena petugas kebersihan 6520 Pre
jarang datang mengangkut 1600 Prevalensi sekunder 1.
sampah 1902 Kepatuhan perilaku
1924 Kontrol resiko
Data Objektif (DO)
1910 Kontrol resiko proses infeksi
1. 43 KK (84,3%) dari 51 KK
Keamanan lingkungan rumah
menggunakan sumur sebagai
1504 Prevensi Tersier
sumber air
221108 Dukungan Sosial
2. 42 KK (82,4%) dari 51 KK
Penggunaan sumber yang
membuang sampah ditempat
ada di komunitas
pribadi
3. 41 KK (80,9%) dari 51 KK
mengolah sampah dengan
dibakar
4. 8 KK (15,7%) dari 51 KK
mengolah sampah dengan
ditumpuk
5. 2 KK (3,9%) dari 51 KK

38
mengolah sampah dengan
dibiarkan
6. 7 Balita ( 26,9%) dari 26 Balita
yang tidak diberikan ASI sejak
lahir 2.

2. Data Subjektif (DS) 00080 Ketidakefektifan Prevensi Primer 7400 1.


1. Warga mengatakan jarak pemeliharaan 1823 Pengetahuan promosi
puskesmas cukup jauh sehingga kesehatan Kesehatan
jarang melakukan pemeriksaan berhubungan dengan 1805 Pengetahuan perilaku sehat
kesehatan kecuali sakit yang kurangnya 1855 Pengetahuan gaya hidup
sudah tidak bisa di tahan. pengetahuan dan sehat
2. Warga mengatakan jika kesadaran lansia 1600 Prevensi Sekunder
penyakit yang tidak terlalu dalam usaha 1602 Kepatuhan perilaku
serius lansia kadang kadang pemeliharaan Perilaku promosi kesehatan
diobati sendiri atau dibiarkan kesehatan 1902 Kontrol resiko
dengan alasan nanti sembuh 1934 Keamanan dan kesehatan
sendiri serta perawatan lingkungan
3. Kader mengatakan di puskesmas 221108 Prevensi tersier
maupun posyandu jarang Penggunaan sumber yang

39
melakukan dan mengadakan ada di komunitas 2.
senam lansia karena jarang
lansia yang mau datang
4. Kader mengatakan mengadakan
posyandu lansia sekali dalam
sebulan dan itu untuk 3 Dusun
dan belum pernah posyandu
lansia dilaksanakan di Dusun
Mangempang

Data Objektif (DO)


1. 15 Balita (57,7%) dari 26
Balita didapatkan belum
lengkap mendapatkan
imunisasi
2. Penyakit yang diderita balita
RT 02 dalam 3 bulan
terakhir:
1) Dari 26 Balita terdapat 10
(38,5%) yang menderita
batuk dan pilek
2) Dari 26 Balita terdapat 6
(23,1%) yang menderita
demam
3. Penyakit yang diderita anak
usia 6-12 tahun dalam 6
bulan terakhir didapatkan 13
(43,3%) dari 30 anak
menderita batuk dan pilek
4. Penyakit yang diderita lansia
RT 02 dalam 6 bulan

40
terakhir:
1) Dari 41 lansia terdapat 8
(19,5%) yang mendertita
Hipertensi
2) Dari 41 lansian terdapat
7 (17,1%) yang
menderita Reumatik
3) Dari 41 lansia terdapat 6
( 14,7%) yangmenderita
Asam Urat

41
J. Planning Of Action (POA)
Masalah Waktu
Rencana Kegiatan Tujuan Umum Sasaran Biaya
Keperawatan Frekuensi Tanggal
1. HealthDefisiensi Edukasi Pra Sekolah: Setelah dilakukan Masyarakat Mahasiswa 1 Kali 15 Nov
kesehatan Mengenal Huruf & tindakan Dusun 2019
komunitas Mewarnai Gambar keperawatan Mangempang
Heath Education PHBS: Mahasiswa 1 Kali 28 Nov
berhubungan kepada khususnya
Cuci Tangan 6 Langka 2019
dengan Masyarakat RT.02
Health Education PHBS: Mahasiswa 1 Kali 28 Nov
ketidakcukupan Dusun
Kebersihan Gigi, Mulut 2019
sumber daya atau Mangempang
dan Kuku
pengetahuan Health Education khususnya RT.02 Mahasiswa 1 Kali 19 Nov
masyarakat tentang Hipertensi: Lansia Mampu 2019
akibat dari Kerja Bakti: Minggu mengaplikasikan, Mahasiswa 1 Kali 17 Nov

lingkungan yang Bersih mempertahankan, 2019


Senam Lansia Mahasiswa 1 Kali 19 Nov
kurang bersih meningkatkan dan
2019
2. Ketidakefektifan Health Education Asam menerapkan Mahasiswa 1 Kali 06 Des
pemeliharaan Urat perilaku hidup 2019
kesehatan Health Education Rematik bersih dan sehat. Mahasiswa 1 Kali 06 Des
berhubungan 2019
Health Education Mahasiswa 1 Kali 06 Des
dengan kurangnya
Hipertensi 2019
pengetahuan dan Senam Sehat Mahasiswa 2 Kali 29 Nov &
kesadaran lansia 06 Des
dalam usaha 2019
pemeliharaan Health Education Napza Mahasiswa 1 Kali 09 Des
kesehatan dan Merokok 2019
Health Education Mahasiswa 1 Kali 09 Des
Kesehatan Reproduksi 2019
Health education Mahasiswa 1 Kali 11 Des
Pencegahan Stunting 2019

Pengadaan Tempat Mahasisa 1 Kali 06 Des


Sampah 2019

42
K. Implementasi Keperawatan Komunitas
Diagnosa Waktu
Rencana Kegiatan Tujuan Umum Sasaran Biaya Frekuensi Tanggal Tempat
Keperawatan
1. Defisiensi Edukasi Pra Setelah dilakukan Masyarakat Mahasiswa 1 Kali (terlaksana) RA DDI
kesehatan Sekolah: Mengenal tindakan RT.02 15 Nov 2019 Mangempan
komunitas Huruf dan keperawatan Dusun
berhubungan Mewarnai Gambar kepada Mangempa
Health Education Mahasisa 1 Kali (terlaksana) MI DDI
dengan Masyarakat ng
PHBS: Cuci 28 Nov 2019 Mangempan
ketidakcukupan Dusun
Tangan 6 Langka
sumber daya Mangempang
atau RT.02 Desa
Health Education Mahasiswa 1 Kali (terlaksana) RA DDI
pengetahuan Moncongloea
PHBS: Kebersihan 28 Nov 2019 Mangempan
masyarakat Lappara Kec.
Kuku, Gigi dan
tentang akibat Moncongloe
Mulut
dari lingkungan Health Education Mampu Mahasiswa 1 Kali (terlaksana) Rumah Ketu
yang kurang Hipertensi : Lansia mengaplikasikan, 19 Nov 2018 RT.01
bersih mempertahankan,
2. Ketidakefektifa meningkatkan dan
n pemeliharaan menerapkan
kesehatan perilaku hidup
berhubungan bersih dan sehat.
dengan
kurangnya Kerja Bakti: Mahasiswa 1 Kali (terlaksana) Dusun

pengetahuan Minggu Bersih 17 Nov 2019 Mangempan

dan kesadaran
lansia dalam
usaha
pemeliharaan
kesehatan

Senam Lansia Mahasiswa 1 Kali (terlaksana) Rumah Ketu


19 Nov 2019 RT.01

43
Health Education Mahasiswa 1 Kali (terlaksana) RT.02 Ruma
Asam Urat 06 Des 2019 Ibu Rabbasia

Health Education Mahasiswa 1 Kali (terlaksana) RT.02 Ruma


Rematik 06 Des 2019 Ibu Rabbasia

Health Eucation Mahasiswa 1 Kali (terlaksana) RT.02 Ruma


Hipertensi 06 Des 2019 Ibu Rabbasia

Senam Sehat Mahasiswa 2 Kali (terlaksana) RT.02 Ruma


29 Nov & 06 Ibu Rabbasia
Des 2019

Health Education Mahasiswa 1 Kali (terlaksana) MTS DDI


Bahaya Napza dan 09 Des 2019 Mangempan
Merokok

Health education Mahasiswa 1 Kali (terlaksana) MTS DDI


Kesehatan 09 Des 2019 Mangempan
Reproduksi Wanita

Health Education Mahasiswa 1 Kali (terlaksana) Posyandu


Pencegahan 11 Des 2019 Ballapati
Stunting Mangempan

Pengadaan Tempat Mahasiswa 1 Kali (terlaksana) Dusun


Sampah 06 Des 2019 Mangempan

44
L. Evaluasi Asuhan Keperawatan Komunitas
Diagnosa Opportunity Threa
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
Keperawatan (Kesempatan) (Anca
Defisiensi kesehatan 1. Masyarakat Dusun 1. Tingkat pekerjaan Sejalan dengan Kurangny
komunitas Mangempang penduduk yang rata-rata beberapa kegiatan kesehatan
berhubungan dengan Khususnya RT.02 sangat petani dan ada Wiraswasta program pemerinta melakukan
ketidakcukupan mendukung dan sehingga saat dilakukan setempat dan kunjungan
sumber daya atau berpastisipasi dengan kegiatan banyak yang tidak puskesmas sehingga i
pengetahuan berbagai program kerja bisa ikut serta Moncongloe yang didap
masyarakat tentang yang telah dilaksanakan 2. Waktu pelaksanaan masyaraka
akibat dari lingkungan seperti pendidikan beberapa kegiatan kesehatan
yang kurang bersih kesehatan yang diberikan bertepatan dengan jam kerja
( penyuluhan kesehatan), masyarakat sehingga
kerja bakti massal, mangharuskan untuk
2. Fasilitas seperti masjid menjemput warga terlebih
dapat digunakan sebagai dahulu untuk bersedia
sarana informasi untuk datang
menyampaikan kepada 3. Warga tidak percaya diri
penduduk tentang akan dan merasa malu dalam
dilakukannya kegiatan mengajukan pertanyaan
program kerja. terkait dengan beberapa
penyuluhan yang telah
dilaksanakan.
4. Kurangnya sponsor dana
yang dapat bertanggung
jawab untuk beberapa
kegiatan yang
membutuhkan pembiayaan
besar (Pemeriksaan
Kesehatan dan Pengadaan

45
Tempat Sampah
Percontohan)
Ketidakefektifan 3. Adanya dukungan dari Beberapa warga tidak Sejalan dengan Kurangny
pemeliharaan pemerintah kelurahan, mengikuti kegiatan karena beberapa kegiatan kesehatan
kesehatan RT dan puskesmas diadakan di wilayah RT lain program melakukan
berhubungan dengan Moncongloe contohnya proker yang pemerintah kunjungan
kurangnya 4. Sesuai dengan program digabungkan setempat dan
pengetahuan dan puskesmas puskesmas
kesadaran lansia 5. Tingginya partisipasi Moncongloe
dalam usaha dari kalangan
pemeliharaan masyarakat
kesehatan

46
47
LAMPIRAN POSKO
Lampiran 1 Struktur Organisasi

KOORDINATOR DUSUN
Muh. Ridwan

SEKRETARIS BENDAHARA
Nur Amelia Abas Fitriani M Basri

KELOMPOK III KELOMPOK IV


KETUA KETUA
Abdilla Rolobessy Indra Rifaldi
SEKRETARIS SEKRETARIS
Wardah Tajuddin Selmita Sari Todingrongko’
BENDAHARA BENDAHARA
Chusnul Asiah Dwi Nurfaidah
ANGGOTA ANGGOTA
Rahmi Ridawati Muh. Ridwan
Sulfiana Risna
Sri Nirsa Bahar Rostinah
Sofyariana Weti Tati Hully
Jusni

48
49
Lampiran 4 Dokumentasi

50
51
52

Anda mungkin juga menyukai