Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan “Laporan Kegiatan KKN Tematik” dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semogah terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnyakepada Dosen
pembimbing kami Irwansyah, S.kep.,MSN. Yang telah membimbing kami dalam menulis
laporan ini.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurnadan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharap kritik serta saran
dari pembaca untuk laporan ini, supaya nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semogah laporan ini dapat ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Pangkep, 18 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Tujuan Penyuluhan. ......................................................................
BAB II PELAKSANAAN ............................................................................
A. Persiapan Pelaksanaan .............................................................
B. Proses Pelaksanaan . ..................................................................
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................
D. Materi Penyuluhan . ..................................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan . .............................................................................
B. Saran .........................................................................................
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini negara Indonesia sedang menghadapi masalah gizi ganda, yakni gizi lebih dan
gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari kemajuan jaman pada latar sosial
masyarakat tertentu yang pada umumnya disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang
gizi, menu seimbang, dan kesehatan. Masalah gizi kurang diakibatkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan makanan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), adanya
daerah miskin gizi (yodium), serta kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan
kesehatan (Almatsier, 2009).

Status gizi dapat dilihat dari tingkat konsumsi, yaitu kualitas hidangan yang
mengandung semua kebutuhan tubuh. Apabila tidak dijaga dengan baik dapat menimbulkan
gizi lebih maupun gizi kurang atau sering disebut dengan gizi salah (malnutrition). Masalah
gizi yang sering dialami oleh balita (bawah lima tahun) antara lain kurang energi dan kurang
protein, kekurangan vitamin A, yodium, zat besi, vitamin, dan mineral lainnya (Santoso,
2009).

Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan
yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Anak yang menderita stunting akan
lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit
degeneratif. Dampak stunting tidak hanya pada segi kesehatan tetapi juga mempengaruhi
tingkat kecerdasan anak.

Anak merupakan aset bangsa di masa depan. Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi
sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang jika saat ini banyak anak
Indonesia yang menderita stunting. Dapat dipastikan bangsa ini tidak akan mampu bersaing
dengan bangsa lain dalam menghadapi tantangan global.

Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah mencanangkan program intervensi pencegahan


stunting terintegrasi yang melibatkan lintas kementerian dan lembaga. Pada tahun 2018,
ditetapkan 100 kabupaten di 34 provinsi sebagai lokasi prioritas penurunan stunting. Jumlah
ini akan bertambah sebanyak 60 kabupaten pada tahun berikutnya. Dengan adanya
kerjasama lintas sektor ini diharapkan dapat menekan angka stunting di Indonesia sehingga
dapat tercapai target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2025 yaitu
penurunan angka stunting hingga 40%.
Pembangunan pangan dan gizi dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010-2014 dan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015
telah menentukan penurunan prevalensi kekurangan gizi yang terjadi pada balita termasuk
stunting sebagai sasaran melalui program dan kegiatan pembangunan nasional. Pada tataran
global sasaran utama gerakan perbaikan gizi ditujukan pada kelompok 1000 hari pertama
kehidupan yang disebut dengan Scaling Up Nutrition (SUN). Di Indonesia, gerakan ini
disebut dengan Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi pada
1000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK). SUN merupakan wujud respon dari
negara-negara di dunia terhadap tidak meratanya Tujuan Pembangunan Milenium/MDGs.
Melalui program ini diharapkan dapat memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan
perbaikan gizi, terutama penanganan gizi sejak 1000 hari dari masa kehamilan hingga anak
usia 2 tahun (Lancet, 2013).

B. Tujuan Penyuluhan
Mengubah pola pikir masyarakat tentang Stunting melalui Penyuluhan Pentingnya
Kebutuhan Gizi Pada Masa Kehamilan.
BAB II
PELAKSANAAN

A. Persiapan Pelaksanaan
Persiapan penyuluhan terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Berdiskusi dengan pemegang program di Desa Bulu Cindea
2. Survei tempat serta meminta izin kepada Kepala Desa dan pihak yang bersangkutan
untuk peminjaman tempat penyuluhan
3. Penyusunan materi penyuluhan
4. Penguasaan materi penyuluhan
5. Penguasaan cara-cara komunikasi atau penyampaian pesan
6. Persiapan media penyuluhan berupa Microphone dan slide untuk memudahkan
pemahaman materi penyuluhan
7. Persiapan Konsumsi

B. Proses Pelaksanaan
1. Tim penyuluh meminta izin kepada Kepala Desa Bulu Cindea
2. Tim penyuluh menyiapkan alat dan materi di tempat penyuluhan
3. Peserta dikumpulkan di Pustu Jollo
4. Penyampaian materi
5. Diskusi dan tanya jawab materi penyuluhan

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari/ Tanggal : Minggu, 30 Juni 2019
Waktu : 09.00 WITA- Selesai
Tempat : Pustu Jollo
D. Materi Penyuluhan
1. Pengertian
1,000 Hari Pertama Kehidupan ialah usia 0-24 bulan ( 1.000 hari pertama kehidupan)
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga sering
diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat
diwujudkan apabila pada masa ini bayi memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk
tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila pada masa ini bayi tidak memperoleh
asupan makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi
periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang, baik pada saat ini maupun masa
selanjutnya.
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and
Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus
dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30
menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian
ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan
makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan,
dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari
bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food).
Untuk mencapai target di atas, dilakukan sejumlah kegiatan yang bertumpu kepada
perubahan perilaku dengan cara mewujudkan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Melalui
penerapan perilaku keluarga sadar gizi, keluarga didorong untuk memberikan ASI
eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan dan memberikan MP-ASI yang
cukup dan bermutu kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan. Bagi keluarga mampu,
pemberian MP-ASI yang cukup dan bermutu relatif tidak bermasalah. Namun, pada
keluarga miskin, pendapatan yang rendah menimbulkan keterbatasan pangan di rumah
tangga yang berlanjut kepada rendahnya jumlah dan mutu MP-ASI yang diberikan
kepada bayi.
2. Faktor penyebab
a. Kemiskinan
Kemiskinan dan rendahnya pendidikan dipandang sebagai akar penyebab
kekurangan gizi. Oleh karena kedua masalah gizi tersebut terkait erat dengan masalah
gizi dan kesehatan ibu hamil dan menyusui, bayi yang baru lahir dan anak usia di
bawah dua tahun (baduta). Apabila dihitung dari sejak hari pertama kehamilan,
kelahiran bayi sampai anak usia 2 tahun, maka periode ini merupakan periode 1000
hari pertama kehidupan manusia. Periode ini telah dibuktikan secara ilmiah
merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena itu periode ini
disebut sebagai periode emas, periode kritis, dan window of opportunity.
b. Masalah Gizi
Indonesia merupakan negara yang cukup rawan terjadi bencana, dimana bayi dan
ibu hamil termasuk korban bencana yang rentan terhadap masalah gizi. Masalah gizi
yang biasa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun
(baduta), bayi tidak mendapatkan air susu ibu karena terpisah dari ibunya, dan
semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat yang sebelum bencana
memang dalam kondisi bermasalah. Kondisi ini diperburuk dengan bantuan makanan
yang sering terlambat, tidak berkesinambungan, serta terbatasnya ketersediaan pangan
lokal. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan kurangnya pengetahuan dalam
penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan baduta.
Anak usia 0-12 bulan merupakan kelompok yang rawan ketika harus mengalami
situasi darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan dengan perubahan
konsumsi makanan dan kondisi lingkungan yang terjadi tiba-tiba.
Intervensi gizi terhadap bayi yang menjadi korban bencana dapat dilakukan dengan
cara bayi tetap diberi ASI. Apabila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak
dapat memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor. Apabila
tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu formula
dengan pengawasan atau didampingi oleh petugas kesehatan.
c. Status Gizi Ibu Hamil
Sejumlah hal yang mempengaruhi status gizi ibu hamil, yaitu status sosial
ekonomi, status kesehatan ibu, jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak
pertama, paritas dan usia kehamilan pertama. Status gizi ibu menjadi lebih penting
karena selain tingginya berbagai keadaan kurang gizi, persentase kehamilan pada usia
muda cukup tinggi.
Kelompok umur 21-35 tahun merupakan umur ideal seorang ibu untuk menjalani
proses kehamilan dan persalinan. Usia yang rentan terhadap kelainan kehamilan
adalah usia remaja atau usia di atas 35 tahun. Kelahiran prematur pada umumnya
terjadi pada ibu hamil usia remaja. Hal tersebut dapat terjadi karena kurang matangnya
organ reproduksi, gizi buruk, kurang perawatan selama periode prakelahiran, atau
karena kondisi ekonomi-sosial yang rendah.Sedangkan pada ibu yang berusia di atas
35 tahun juga harus diwaspadai karena semakin bertambah umur maka akan mudah
terjadinya kekurangan gizi yang akan berpengaruh terhadap berat badan selama
kehamilan dan juga pada bayi yang akan dilahirkan. Pada usia ini juga kadang-kadang
dapat menimbulkan down syndrome yaitu keterbelakangan mental.
Kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan kondisi yang sangat diperlukan bagi janin
untuk menjadi sehat. Jika tidak, maka dari awal kehidupan manusia akan bermasalah
pada kehidupan selanjutnya. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat
menentukan kualitas anak yang dilahirkan. Keadaan gizi ibu yang kurang baik
sebelum hamil dan pada waktu hamil cenderung untuk melahirkan bayi dengan BBLR,
bahkan kemungkinan bayi meninggal dunia. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan
rendah berpotensi menjadi bayi dengan gizi kurang bahkan menjadi buruk. Gizi buruk
pada bayi berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan atau IQ. Lebih jauh lagi
dampak yang diakibatkan adalah meningkatnya kejadian kesakitan bahkan kematian.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk memenuhi nutrisi 1000 hari pertama


kehidupan
1. Pada masa pra kehamilana. Berusaha mencapai dan mempertahankan berat badan
yang ideal.
2. Mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang.
3. Mengkonsumsi makanan sumber asam folat dan suplemen asam folat selama 3
bulan prakehamilan.
4. Olahraga teratur.
5. Menghindari rokok, kafein dan minuman beralkohol.
d. Pada masa kehamilan
Memenuhi asupan kalori yang cukup untuk mendukung peningkatan berat
badannya dengan pola makan yang seimbang. Ibu hamil tidak dianjurkan untuk
mencoba menurunkan berat badan atau menghindari peningkatan berat badan yang
normal. Kalaupun berat badan meningkat terlampau cepat, sebaiknya berkonsultasi
dengan tenaga medis dan tidak menanganinya sendiri.
Meningkatkan asupan zat besi. Pada ibu hamil kebutuhan zat besi meningkat
sebesar 200-300% untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah. Untuk
memenuhinya dapat diasup baik dari makanan maupun dari suplemen (karena
kebutuhan sebesar ini sulit dicapai hanya dari asupan makanan saja). Sumber zat Besi
contohnya daging, ayam, ikan, sayuran hijau, serealia tumbuk, kacang-kacangan, hati
sapi.
Meningkatkan asupan asam folat. Asam folat ini berperan dalam pembentukan
sistem saraf dan sel-sel. Jika asupannya kurang memadai dapat menimbulkan kelainan
bawaan pada bayi seperti: anenchepaly (lahir tanpa batok kepala), spina bifida (tulang
belakang tidak tersambung), anemia makrositik, dan lain-lain. Untuk memenuhinya
dapat diasup baik dari sumber makanan dan suplemen. Sumber Asam folat contohnya
sayuran hijau, daging tanpa lemak, biji-bijian, kacang tanah, jeruk.
Meningkatkan asupan Kalsium. Kalsium berperan dalam pembentukan gigi, tulang,
hati, saraf dan otot pada bayi. Sumber utama Kalsium adalah susu dan olahannya
seperti : whole milk, skimmed milk, yoghurt, keju, serta beberapa bahan makanan
nabati dalam sayuran hijau tua.
Meningkatkan asupan Vitamin D. Vitamin D berperan dalam meningkatkan
penyerapan Kalsium dalam tubuh, mengurangi resiko infeksi selama kehamilan, dan
mengurangi gejala preeklampsia. Sumber vitamin D contohnya kuning telur,susu dan
olahannya, mentega.
Memenuhi kebutuhan Yodium. Kekurangan Yodium selama hamil mengakibatkan
janin menderita hipotiroidisme yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
kretinisme di kemudian hari. Sumber Yodium contohnya makanan laut seperti ikan,
udang, kerang. Menghindari rokok, kafein dan minuman beralkohol Cukup istirahat
dan menjaga perasaan gembira Pada masa kehidupan pertama bayi.
e. Setelah bayi lahir
Lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) segera setelah melahirkan serta upayakan
bayi mendapatkan kolostrum (ASI yang pertama kali keluar dan berwarna jernih
kekuningan).
Berikan hanya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama keidupan bayi. Setelah bayi
berusia 6 bulan berikan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI). Pada usia ini alat
pencernaan bayi sudah lebih matang untuk mencerna makanan non-ASI. Bahan
makanan yang digunakan untuk membuat MP-ASI ini hendaknya merupakan bahan
makanan yang biasa dimakan dalam keluarga yang dibuat sesuai dengan kemampuan
mengunyah dan menelan bayi. Dalam pembuatannya sebaiknya hindari penambahan
gula dan garam <1 tahun.
f. MP-ASI
MP-ASI yang ideal adalah yang mengandung: (1) makanan pokok (2) sayuran dan
kacang-kacangan, (3) lauk nabati, (4) lauk hewani, (5) buah-buahan. Pada awal
pengenalannya hendaknya bayi dikenalkan pada makanan tunggal agar ia mengenal
rasa asli dari makanan tersebut dan untuk memudahkan evaluasi jika muncul gejala
alergi, secara bertahap berikan secara majemuk dengan menyampurkan sejumlah
bahan makanan Menjaga nutrisi 1.000 hari pertama
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sikap kerjasama dari semua pihak guna menyukseskan program yang dimana
melibatkan seluruh elemen yang ada termasuk para Kader Posyandu yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat dalam pemenuhan informasi dan upaya preventif langsung
masyarakat.

B. Saran
Kiranya dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya para peserta penyuluhan dapat
lebih aktif dalam hal kehadiran dan juga keterlibatan dalam menjalankan program yang
dilaksanakan selama proses KKN.

Anda mungkin juga menyukai