Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI RT 02/RW 04 KELURAHAN BATIPUH PANJANG,


KECAMATAN KOTO TANGAH, KOTA PADANG

OLEH :
KELOMPOK 2

AFRI MURSAL ALPAN SYUKRI GULTOM


BUNGA LATIFA DIA PINKE SARI
LILIA MAWADDAH MIFTAHUL KHAIRIYAH
QURROTA AINI ROFIFAH RANA GEMITA SARI
SRI MARISA ANANDA SUFIA MUKHTI RANI

DOSEN PEMBIMBING :
N. Rachmadanur, S.KP.,MKM

PRODI D3 KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta
bertambahnya penduduk dan masyarakat, perlu adanya perawat kesehatan komunitas
yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan, pemeliharaan, promosi
kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada individu,
keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut dengan keperawatan
komunitas.
Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang optimal bagi
setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan tujuan dari
keperawatan, khususnya keperawatan komunitas (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Komunitas adalah sekelompok orang yang berbagi kesamaan dan berinteraksi
satu sama lain. Mungkin menunjukkan komitmen satu sama lain, yang mungkin tidak
berbalai oleh batas geografis. Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya
keperawatan komunitas. Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan
tidak melupakan upaya-upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi yang
sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit.
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga
(Sumijatun dkk, 2006).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi berbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-
hari (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan tidak
melupakan upaya-upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi yang sedang
menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit (Wahit Iqbal
dkk, 2011).
Masalah kesehatan di RT 01 RW 08 Kelurahan Batipuh Panjang, Kecamatan
Koto Tangah, Kota Padang pada umumnya berhubungan dengan kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap suatu penyakit yang diderita dan masih banyaknya
perilaku – perilaku masyarakat yang berisiko terhadap kesehatan seperti kebiasan
merokok dan makan makanan yang berlemak, serta banyaknya anak-anak dengan gigi
berlobang yang ditemukan d RT 01 ini. Jarak fasilitas kesehatan seperti puskesmas,
dan Rumah sakit cukup jauh dari wilayah RT 01.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu proses keperawatan
komunitas. Perawat sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan yang mempunyai
peran penting dalam mengatasi masalah yang terdapat dalam komunitas tersebut.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan komunitas di RT 01 RW
08 di Kelurahan Batipuh Panjang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan komunitas
b. Mahasiswa mampu melakukan pengolahan data, analisa data dan
menentukan diagnosa keperawatan komunitas
c. Mahasiswa mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan komunitas
dan kelompok khusus, kemudian menjabarkannya dalam bentuk plan of
action (POA)
d. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan komunitas
f. Mahasiswa mampu bekerjasama dengan lintas sektor dan program dalam
melakukan setiap aktifitas sesuai tahapan asuhan keperawatan komunitas
g. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindak lanjut (RTL) asuhan
keperawatan komunitas
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KOMUNITAS DAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Menurut Allender, Rector and Warner (2014), komunitas merupakan sekumpulan
orang yang berinteraksi satu sama lain memiliki kepentingan yang sama dimana
karakteristik yang dimiliki membentuk dasar bagi sebuah rasa kesatuan dan
kepemilikan.
WHO mendefinisikan komunitas adalah sebuah kelompok sosial yang ditentukan
oleh batas-batas geografis dan/atau nilai dan kepentingan umum; anggota komunitas
yang dikenal berinteraksi satu sama lain; fungsi komunitas dalam struktur sosial
tertentu, dan komunitas menciptakan norma-norma, nilai-nilai, dan lembaga-lembaga
sosial.
Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan praktik untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan
pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat.
Pengertian lain dari keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan
profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada
kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas dengan
menekankan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak
mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

B. TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS


Model keperawatan diartikan sebagai kerangka pikir suatu cara melihat
keperawatan atau suatu gambar tentang lingkup keperawatan (Anderson &
McFarlane, 2006). Model konsep dan teori keperawatan digunakan untuk
memberikan pengetahuan dalam praktik keperawatan.
1. Model Keperawatan Komunitas menurut Dorothea E. Orem
Model konsep keperawatan orem dikenal dengan model self care (perawatan
diri) yang memandang bahwa setiap individu mempunyai kemampuan untuk
merawat diri sendiri (self care) guna memenuhi kebutuhan hidup, memelihara
kesehatan, dan kesejahteraannya sesuai dengan keadaan sehat-sakit. Teori orem
berfokus pada kebutuhan pelayanan diri klien sehingga klien dapat merawat
dirinya sendiri sebagai bagian dari kebutuhan dasar manusia.
Menurut orem, kebutuhan dasar manusia terdiri dari pemeliharaan dalam
pengambilan udara (oksigen), pemeliharaan pengambilan air, pemeliharaan dalam
pengambilan makanan, pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi, pemeliharaan
keseimbangan aktivitas dan istirahat, pemeliharaan dalam keseimbangan antara
kesendirian dan interaksi sosial sesuai dengan potensi, pengetahuan, dan
keinginan manusia.
Model self care terdiri dari:
a. Self care merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu yang dilaksanakan
oleh individu dalam memenuhi serta mempertahankan kesehatan dan
kesejahteraan.
b. Self care agency merupakan kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan,
sosiokultural, kesehatan, dan lain sebagainya.
c. Therapeutic self care demand merupakan tuntutan atau permintaan dalam
waktu tertentu untuk perawatan diri menggunakan metode dan alat yang
tepat.
d. Self care requisites (kebutuhan perawatan diri sendiri) merupakan tindakan
yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri yang merupakan
aktivitas sehari-hari (activity daily living) dan berhubungan dengan proses
kehidupan manusia dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh.
e. Self care deficit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum
dimana segala perencanaan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan.
Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas
untuk melakukan self care secara terus menerus. Dalam pemenuhan self care
deficit, orem membagi bantuan yang diberikan menjadi 3 kategori, yaitu :
1) Sistem bantuan penuh (wholly compensatory system) yaitu bantuan
menyeluruh yang diberikan kepada klien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan secara mandiri seperti pergerakan, pengontrolan, ambulasi,
serta dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2) Sistem bantuan sebagian (partially compensatory system) yaitu bantuan
sebagian yang diberikan kepada klien dengan keterbatasan gerak
karena sakit atau kecelakaan.
3) Sistem pendukung dan edukatif (supportive educative) yaitu dukungan
pendidikan yang diberikan pada klien yang memerlukan bantuan
belajar, dengan tujuan agar klien mampu melakukan asuhan
keperawatan mandiri.
Empat Konsep Sentral dalam Falsafah Keperawatan
a. Manusia, Orem (1971, dalam Marriner, 2001), memandang manusia sebagai
kesatuan yang utuh yang mempunyai fungsi biologis, sosial, mempunyai
inisiatif, dan mampu melakukan aktivitas perawatan diri untuk
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan komunitas.
Kemampuan komunitas untuk melakukan self care (mandiri) mencerminkan
kekuatan komunitas yang ada, dan ini sangat tergantung pada tingkat
kematangan atau pengalaman, tingkat pengetahuan, dan kesehatan
komunitasnya.
b. Kesehatan, model ini memandang bahwa kesehatan komunitas dapat tercapai
ketika komunitas mampu memenuhi kebutuhan self care-nya.
c. Keperawatan, model ini akan membahas tentang tiga sistem keperawatan
yang dapat digunakan perawat untuk membantu komunitas dalam memenuhi
gangguan kebutuhan, seperti uraian di atas.
d. Lingkungan, paradigma keperawatan dalam konsep lingkungan ini adalah
memandang bahwa lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual
dapat memengaruhi kebutuhan dasar manusia selama pemberian asuhan
keperawatan dengan meminimalkan dampak atau pengaruh yang
ditimbulkannya sehingga tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai.

2. Model Keperawatan Komunitas menurut Florence Nightingale


Konsep Nightingale merupakan model awal keperawatan yang menempatkan
lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan yang dikenal dengan istilah
environmental model. Konsep Nightingale memberikan perawat cara berpikir
tentang klien dan lingkungannya. Nightingale tidak melihat perawat secara sempit
yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih
berorientasi pada pemberian udara yang bersih, pencahayaan (penerangan),
kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi yang adekuat.
Lingkungan eksternal tersebut menurut Nightingale yang mempengaruhi proses
penyembuhan dan kesehatan individu.
3. Model Keperawatan Komunitas menurut Sister Calista Roy
Roy menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk bio, psiko, sosial, sebagai
satu kesatuan yang utuh. Asumsi dasar model teori adaptasi Roy ada 2. Pertama,
setiap individu selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun negatif.
Kemampuan adaptasi seseorang dipengaruhi oleh 3 komponen penyebab utama
terjadinya perubahan, terjadinya perubahan itu sendiri dan pengalaman
beradaptasi terhadap perubahan yang ada. Kedua, individu selalu berada dalam
rentang sehat-sakit, yang berhubungan dengan efektivitas koping yang dilakukan
untuk mempertahankan kemampuan adaptasi.
Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia selalu dihadapkan pada berbagai
persoalan kompleks. Hal itu menuntut manusia untuk melakukan adaptasi.
Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri adalah respon dalam
melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri dari
keadaan rentang sehat sakit dari keadaan lingkungan sekitarnya. (Faisalado
Candra Widyanto, 2014)

4. Model dalam Keperawatan Komunitas menurut Imogene King “Sistem”


Model sistem King menjelaskan bahwa komunitas merupakan suatu sistem
yang terdiri subsistem keluarga dan supra sistemnya adalah sistem sosial yang
lebih luas. Subsistem yang ada di komunitas saling berinteraksi, interelasi, dan
interdependensi antara satu dengan yang lainnya. Jika terdapat gangguan pada
subsistem pelayanan kesehatan dan sosial, maka masyarakat yang sakit akan
kehilangan sarana untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau
sehingga membutuhkan intervensi keperawatan. Keluarga sebagai subsistem
komunitas merupakan sistem terbuka dimana terjadi hubungan timbal balik
sekaligus umpan balik antara keluarga dan komunitas.
Kerangka kerja konsep sistem king terdiri dari tiga subsistem yaitu sistem
personal, sistem interpersonal, dan sistem sosial. Sistem personal merupakan
sistem terbuka yang terdiri atas konsep mengenai persepsi dirinya, pola tumbuh
kembang, body image, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan. Sistem
interpersonal mengenai interaksi manusia, masyarakat, transaksi, peran, dan
stress. Sedangkan sistem sosial meliputi organisasi, otoritas, kekuatan, status dan
pembuatan keputusan.
Maka berdasarkan model sistem king ini, untuk mengetahui masalah
komunitas perlu dilakukan pengkajian pada keluarga yang merupakan bagian dari
subsistem komunitas. Oleh sebab itu, intervensi keperawatan yang diberikan
melibatkan dua sasaran yaitu keluarga dan komunitas sebagai unit pelayanan
dasar di masyarakat atau komunitas. (Faisalado Candra Widyanto, 2014)

5. Model Keperawatan Komunitas sebagai Mitra (community as partner) menurut


Anderson & Mcfarlane
Model komunitas sebagai mitra yang dikembangkan berdasarkan model
neuman dengan pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan masalah
kesehatan yang ada. Model ini sekaligus menekankan bahwa primary health care
sebagai filosofi yang mendasari komunitas untuk turut aktif meningkatkan
kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah melalui upaya pemberdayaan
komunitas dan kemitraan. Ada tiga pendekatan utama primary health care, yaitu
memberikan pelayanan kesehatan dasar dengan teknologi tepat guna, menjalin
kerjasama lintas sektoral, dan meningkatkan peran serta masyarakat. Oleh
karenanya, model ini sangat menitikberatkan pada kemitraan, melalui kemitraan
komunitas akan merasa masalah kesehatannya juga menjadi tanggung jawabnya.
Pada pembahasan sebelumnya tentang model health care system menurut
neuman sudah dijelaskan, bahwa klien adalah sistem terbuka. Klien dan
lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis dan memiliki tiga garis
pertahanan, yaitu fleksibel line of defense, normal line of defense, dan resistance
defense. Intinya ada dua komponen penting dalam model ini, yaitu roda
pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas
terdiri atas dua bagian utama, yaitu inti (core) sebagai intrasistem yang terdiri atas
demografi, riwayat, nilai, dan keyakinan komunitas. Ekstra Sistemnya terdiri dari
delapan subsistem yang mengelilingi inti, yaitu lingkungan fisik, pendidikan,
keamanan dan transportasi, politik, dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan
sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi. Proses keperawatan yang dimaksud
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

6. Model dalam Keperawatan Komunitas menurut Betty Neuman “Health Care”


Terkait dengan keperawatan komunitas, teori ini menekankan 3 level
pencegahan yang mencakup primary, secondary, dan tertiary prevention. Model
ini memberikan sebuah perspektif sistem untuk memahami person, environment,
health, dan aktual dan potensial komunitas.
Model ini dikembangkan berdasarkan philosophy primary health care
(pelayanan kesehatan utama) yang memandang komunitas sebagai klien.
Kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan
agregat lainnya yang dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki
siklus input, proses, output dan feedback sebagai suatu pola yang dinamis.
Peran perawat terkait dengan promosi dan perlindungan kesehatan, serta
bertindak sebagai fasilitator, catalyst, dan advocate for health. Diharapkan
komunitas secara keseluruhan dapat melakukan control untuk berespon terhadap
stress.

7. Model dalam Keperawatan Komunitas menurut Pender’s Health Promotion


Model
Pender, Murdaugh, & Parsons (2011) mendefinisikan promosi kesehatan
sebagai berikut; “ Health Promotion is actions that are directed toward increasing
the level of wellbeing and self actualization in individuals or groups”. Promosi
kesehatan adalah aksi – aksi yang ditunjukkan terhadap peningkatan level
kesejahteraan dan aktualisasi diri dalam individu maupun kelompok.
Dalam model ini disampaikan bahwa persepsi orang – orang dapat
mempengaruhi motivasi mereka untuk memulai promosi kesehatan (health
promotion behaviors). Persepsi tersebut mencakup control terhadap kesehatan,
manfaat perilaku promosi kesehatan, dan hambatan dalam melakukan promosi
kesehatan. Ada lima tipe modifying factor influence people’s perceptions tentang
perilaku promosi kesehatan yang mencangkup (Allende et al, 2014):
a. Faktor demografi, misalnya umur, ras, dan lain lain
b. Karakteristik biologi, misalnya tinggi badan dan berat badan
c. Pengaruh interpersonal, misalnya harapan terhadap orang lain
d. Faktor yang bersifat situasional, misalnya makanan sehat
e. Faktor perilaku, misalnya pola mengatasi stress perawat dapat
menggunakan model ini untuk mengkaji persepsi masyarakat yang ada
hubungannya dengan perilaku promosi kesehatan.
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Pengkajian Keperawatan Komunitas
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan analisis sehingga masalah kesehatan
yang dihadapi masyarakat maupun individu, kelompok, dan keluarga yang
menyangkut permasalahan psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual
yang dapat ditentukan. Pengkajian keperawatan komunitas ini merupakan
suatu proses tindakan komunitas
a. Tahap pengkajian keperawatan komunitas
1) Data Inti / Community Core
a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan
informal di komunitas dan studi dokumentasi sejarah
komunitas tersebut. Menguraikan termasuk data umum
mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan praktek
keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, tipe komunitas
(masyarakat rural atau urban), keadaan demografi, struktur
politik, distribusi kekuatan komunitas dan pola perubahan
komunitas.
b) Data demografi
Mengkaji jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin,
siklus perkawinan, ras atau suku, bahasa, tingkat pendapatan,
pendidikan, pekerjaan, agama, dan komposisi keluarga.
Sumber informasi data dapat diperoleh dari catatan
pemerintah.
c) Vital statistic
Jabarkan atau uraikan data tentang : angka kematian kasar atau
CDR, penyebab kematian, angka pertambahan anggota, dan
angka kelahiran. Angka kematian dilihat berdasarkan umur
serta penyebab kematian. Sumber informasi data diperoleh
dari dinas kesehatan dan puskesmas.
d) Distribusi ras/etnis
Identifikasi berbagai suku dan etnis yang dijumpai di
komunitas. Sumber informasi data dapat diperoleh dari catatan
pemerintah.
e) Sistem nilai/value
Identitas nilai dan keyakinan dalam masyarakat. Apakah
terdapat rumah ibadah? Apakah terlihat homogen? Sumber
informasi data dapat diperoleh dari kontak personal serta
observasi

2) Subsistem Komunitas
a) Lingkungan
Meliputi pemeriksaan fisik individu maupun komunitas
b) Pelayanan kesehatan dan sosial
Setelah fasilitas pelayanan kesehatan dan social teridentifikasi,
kategorikan data tersebut mungkin berdasarkan jenis
pelayanan (RS, Klinik, perawatan lanjut, dll), menurut ukuran
atau kepemilikan
c) Ekonomi
Meliputi harta kekayaan, penghasilan rumah tangga,
pengeluaran rumah tangga per bulan, pendapatan perkapita,
status ketenagakerjaan, jenis pekerjaan dan lain-lain. Sumber
informasi berdasarkan : hasil sensus, perdagangan/pasar,
departemen ketenagakerjaan, kantor serikat buruh setempat.
d) Transportasi dan keamanan
Meliputi pelayanan terhadap kebakaran, polisi, sanitasi dan
pelayanan terhadap transportasi seperti pelayanan bus, kereta
api, pesawat. Sumber informasi : kantor perencanaan, dinas
pemadam kebakaran, dinas kepolisian , dll.
e) Politik dan pemerintahan
Keaktifan dalam berorganisasi dan berpolitik. Sumber
informasi : berdasarkan hasil pemilu dalam memilih anggota
pemerintahan, informasi dari berbagai organisasi yang
dikembangkan di daerah tersebut
f) Komunikasi
Meliputi komunikasi formal (berasal dari ekstra komunitas :
Koran, radio, televisi, pelayanan pos) dan informal (berasal
dari intra komunitas seperti : papan pengumuman, poster,
brosur, surat kabar di tempat ibadah). Sumber informasi :
kantor penerbit Koran, survey, wawancara warga
g) Pendidikan
Meliputi warga yangs sekolah, usia lulus sekolah, bahasa yang
digunakan dll. Sumber informasi : data sensus, dinas
pendidikan setempat, staf pendidik, dll.
h) Rekreasi
Kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi.

3) Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita
acuh, mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat ataupun kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai
suatu penyakit.

2. Diagnosa Keperawatan Komunitas


Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah kesehatan
yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah kesehatan potensial
adalah masalah kesehatan yang mungkin timbul kemudian
Berikut adalah komponen utama diagnosa keperawatan :
a. Problem (masalah)
Kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya
terjadi
b. Etiologi (penyebab)
Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, meliputi :
1) Perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
2) Lingkungan fisik, biologis, psikologis dan sosial
3) Interaksi perilaku dan lingkungan
4) Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa
5) Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
c. Tanda dan gejala

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien.
Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa
keperawatan komunitas yang muncul di atas adalah :
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit kardiovaskuler
b. Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan relaksasi
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit kardiovaskuler
melalui pemeriksaan tekanan darah
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diit yang tepat
bagi yang beresiko
e. Lakukan olahraga secara rutin sesuai dengan kemampuan jantung
f. Lakukan kerjasama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat untuk
memperbaiki lingkungan atau komunitas apabila ditemui adanya
penyebab stress
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4. ImplementasiAsuhan Keperawatan Komunitas


Implementasi keperawatan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan komunitas yang telah disusun. Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan
anggota kesehatan lainnya dalam hal ini melibatkan pihak puskesmas, bidan
desa, dan anggota masyarakat. Perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan yang bersifat :
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit kardiovaskuler di
komunitas
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang, dalam hal ini berperilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit kardiovaskuler
d. Sebagai advokat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas

5. Evaluasi Asuhan Keperawatan Komunitas


Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, tetapi evaluasi
terkait dengan pengkajian yang merupakan tahap awal dari proses
keperawatan. Praktik keperawatan adalah siklus yang dinamis. Agar intervensi
berfokus komunitas dapat diukur secara relevan dan tepat waktu, maka data
base komunitas, diagnosa keperawatan, dan rencana program kesehatan harus
dievaluasi secara rutin. Efektifitas intervensi keperawatan komunitas
bergantung pada pengkajian ulang yang dilakukan berkesinambungan
terhadap kesehatan komunitas dan juga bergantung pada perbaikan yang tepat
terhadap intervensi terencana.
Perawat mengevaluasi respon dari komunitas terhadap program kesehatan
dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan objektif program. Data
evaluasi juga merupakan hal yang krusial untuk memperbaiki database dan
diagnosa keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis pengkajian data
komunitas.


BAB III
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. PERSIAPAN
1. Persiapan ke Masyarakat
Sebelum ke masyarakat kelompok 4 mempersiapkan instrumen pengukuran
yang terdiri dari tensimeter, timbangan dan pengukur tinggi badan serta kuesioner
yang telah disediakan yang terdiri dari kuesioner data dasar, kuesioner perilaku
keluarga tentang covid-19 dan Vaksinasi, kuesioner ibu hamil dan menyusui,
kuesioner bayi, kuesioner balita, kuesioner pra sekolah, kuesioner anak usia
sekolah, kuesioner remaja, kuesioner PTM. Kelompok juga menyiapkan diri dan
mental dalam menghadapi masyarakat yang tinggal di wilayah praktek ini.

2. Persiapan Teknis
Teknik pengumpulan data adalah sebelumnya kelompok melapor dan
meminta izin kepada ketua RW 08/ RT 01 dan meminta data jumlah seluruh KK
yang ada di RT 01 RW 08 serta batas batas wilayah dan rumah yang termasuk ke
dalam RT 01 RW 08. Lalu selanjutnya anggota kelompok dibagi menjadi 3
kelompok kecil dan menyiapkan target responden untuk capaian kelompok.
Kelompok kecil melakukan pendataan pada setiap rumah, jika ada responden
yang bersedia maka kelompok langsung melakukan pendataan pada keluarga
tersebut dengan instrumen kuesioner yang sudah disiapkan. Responden yang
diambil yaitu keluarga yang berada dalam satu rumah.
Setelah semua data terkumpul maka kelompok melakukan entri data kedalam
master tabel yang telah disepakati dengan pembimbing. Setelah pengolahan data
menggunakan master tabel selesai kelompok melanjutkan pengolahan data
melalui aplikasi SPSS dan didapatkanlah tabel distribusi frekuensi dari
pengolahan data tersebut.

B. PELAKSANAAN
1. Pengkajian (Community as Partner)
a. Pengumpulan Data
1) Hasil Winshield Survey
Pada saat dilakukan wawancara dengan Ketua RT, Ketua RT
mengatakan ada 40 KK di RT 01 RW 08. Sedangkan pada
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara
langsung terhadap sasaran komunitas termasuk lingkungannya, dari
hasil observasi yang dilakukan di RT 01 RW 08 kelurahan Batipuh
Panjang kepadatan penduduk didapatkan adalah kurang lebih 40 KK
dan yang berhasil kelompok data untuk sweeping KK sebanyak 34
KK.
Kepadatan penduduk di RT 01 RW 08 tidak terlalu padat. Rumah
penduduk banyak yang diarah perbukitan, penyebaran rumah di RT
01 RW 08 tidak merata dan umumnya rumahnya berdekatan dengan
saudaranya. Biasanya masyarakat tampak berkumpul di warung-
warung, dan di pos pemuda. Jika ada penyuluhan dari ketua RT
biasanya dilakukan dimesjid yang berada di RT 02/ Rw 08
Sarana umum di RT 01/RW 08 terdapat warung-warung kecil
yang menjual kebutuhan sehari-hari. Warung ini juga berfungsi untuk
tempat berkumpul warga di sekitar.
RT 01 RW 08 tidak memiliki fasilitas kesehatan, biasanya warga
daerah ini pergi berobat ke puskesmas Anak Aia yang berada cukup
jauh dari RT tersebut atau berobat ke Bidan dan Dokter yang tinggal
di RT 01 RW 05.
Transportasi yang sering digunakan oleh warga yaitu kendaraan
bermotor, sepeda, mobil tapi mayoritas kendaraan yang dimiliki oleh
warga RT.01 RW. 08 yaitu sepeda motor. Umumnya setiap rumah
mempunyai satu sepeda motor. Kondisi jalan yang ada di daerah ini
cukup baik, waktu pertama kali memasuki daerah ini kondisi jalannya
bagus dan sudah beraspal. Saat memasuki gang-gang kecil di RT
tersebut kondisi jalannya belum diaspal dan hanya jalan tanah yang
banyak lubangnya. Keadaan geografis RT.01 RW.08 terdapat banyak
sawah yang digunakan warga sebagai tempat mata pencaharian warga
setempat dan ada juga kali kecil yang digunakan sebagian warga
untuk BAB dan keperluan lainnya serta irigasi untuk sawah.
Batas wilayah RT. 01 daerah berbatasan dengan RT 02 RW 08,
berbatasan dengan RT 01 RW 05 , berbatasan dengan daerah selatan
berbatasan dengan RT 01 RW 04 dan daerah timur berbatasan dengan
RT 03 RW 04.
Kebersihan di RT 01 RW 08 kurang bersih, awalnya pada saat
memasuki RT 02 jalanan nya cukup bersih tetapi pada saat memasuki
gang-gang kecil terlihat banyak sampah bertebaran dan jarak tempat
pembakaran sampah dengan rumah warga sangat dekat. Tingkat
kebisingan di RT.01 RW. 08 tidak terlalu bising karena sebagian
besar warga banyak beraktifitas di dalam rumah tapi sumber
kebisingan yaitu dari suara kendaraan yang lewat di jalan. Sarana
informasi masyarakat RT. 01 RW 08 memanfaatkan mikrofon mesjid
wassalam yang berada di RT 02/Rw 08. Jadi setiap informasi yang
ingin disampaikan ke warga diumumkan melalui mesjid.

2) Data Inti Masyarakat


a) Demografi
Dari hasil pengamatan kelompok, warga RT 02 RW 04
kelurahan Batipuh Panjang tidak terlalu padat. Dalam satu
rumah terdapat banyak anggota keluarga di dalamnya dan
rumah antar warga tampak tidak terlalu rapat.
Jumlah Kepala Keluarga : 45 KK
Dari hasil pengamatan kelompok pada saat windshield
survey banyak terdapat kelompok usia. Kelompok usia yang
sering dijumpai di daerah RT.02 RW. 04 yaitu kelompok usia
dewasa dan anak dengan sekolah. Kelompok ini sering dijumpai
pada siang hari sampai sore hari karena kebanyakan ibu-ibu di
daerah ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan membuka
usaha rumahan sendiri

b) Agama
Di RT 02 RW 04 terdapat dua surau yang biasa digunakan
warga untuk menjalankan ibadah. Dari hasil wawancara
kelompok pada saat survey (15 dan 16 November 2021) secara
keseluruhan kepala keluarga responden beragama islam yaitu 45
KK (100%).
c) Distribusi Ras/Etnis
Dari hasil wawancara yang kelompok dapatkan masyarakat
yang berada di RT 02 RW 04 kelurahan Batipuh Panjang
memiliki suku minang yaitu kebanyakan suku guci dan melayu,
Kecuali bagi masyarakat pendatang biasanya suku nya kecuali
suku guci dan melayu tetapi masih suku minang.

3) Subsistem
a) Lingkungan Fisik
Jenis perumahan yang dijumpai sama seperti rumah di
perkampungan pada umumnya yaitu tidak terlalu padat, tetapi
penyebaran rumah di daerah ini banyak yang di tepi jalan dan
ada beberapa rumah yang terletak dibagian belakang, dan
banyak rumah tidak berpenghuni, beberapa rumah terlihat
kotor. Di RT 02 RW 04 warga banyak memelihara ayam dan
kucing dan juga ada beberapa yang memelihara anjing. Di RT
02 RW 04 juga terdapat kali/sungai kecil yang biasanya
digunakan masyarakat untuk mencuci dan irigasi sawah.

b) Ekonomi
Pekerjaan warga kebanyakan buruh ,petani dan pedagang.
Masih ada warga RT 02 RW 04 yang kurang mampu, tetapi
kebanyakan kaum golongan menengah. Rumah warga pada
umumnya sudah permanen.

c) Pelayanan Kesehatan
Biasanya warga daerah ini pergi berobat ke puskesmas
Anak Air yang berada cukup jauh dari RT tersebut atau berobat
ke Bidan dan Dokter yang tinggal di RT 01 RW 05. Untuk
imunisasi biasanya diadakan sekali sebulan di RT.01
d) Transportasi dan Keamanan
Dari hasil pengamatan kelompok, suasana disana cukup
tenang. dari hasil wawancara dengan Pak RT beliau mengatakan
bahwa di RT ini keamanannya baik dan jarang ada kasus
kriminal. Di RT 02 RW 04, pada umum nya warga mayoritas
memiliki kendaraan roda dua yang digunakan untuk berpergian.
Umumnya setiap rumah mempunyai satu sepeda motor.
Dari hasil pengamatan kelompok di wilayah RT 02 RW 04
kelurahan Batipuh Panjang mempunyai seorang ketua RT,ketua
pemuda, Kader dan tokoh agama.
e) Komunikasi
Dari hasil pengamatan kelompok jika ada informasi penting
yang akan disampaikan oleh ketua RT, maka akan disampaikan
melalui toa surau. Jadi setiap informasi yang ingin disampaikan
ke warga diumumkan melalui surau. Bahasa sehari-hari yang
digunakan yaitu bahasa minang.
f) Pendidikan
Dari hasil wawancara yang kelompok lakukan mayoritas
Pendidikan kepala keluarga di RT 02 RW 04 adalah SLTA.

b. Analisa Data
Dari pengkajian keperawatan yang telah dilakukan didapatkan
beberapa masalah keperawatan di RT 02/RW 04 ini. Masalah pertama
yaitu Defisit Kesehatan Komunitas yang disebabkan oleh program kurang
didukung masyarakat. Data-data yang menunjang untuk tegaknya masalah
ini, yaitu:
1) 55,2% keluarga memiliki sikap “cukup baik” terhadap covid 19
2) 62,1% keluarga memiliki tindakan “tidak patuh” terhadap covid 19
3) 97,4% responden “tidak pernah” melakukan pemantauan kesehatan
selama pandemi
4) 100% responden tidak pernah mengikuti Posbindu PTM
5) 52,3% keluarga belum mendapat vaksin satupun.
6) Dari hasil winshield survey ditemukan banyak masyarakat yang tidak
mematuhi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, memakai
masker, dan mencuci tangan.
7) Masih banyaknya masyarakat yang berkumpul-kumpul di tempat
umum seperti warung dan mushola tanpa mematuhi protokol
kesehatan.
Permasalah kedua yang ditemukan di RT 02/RW 04 berdasarkan
pengkajian keperawatan komunitas yang telah dilakukan adalah Perilaku
Kesehatan Cenderung Berisiko yang disebabkan pemilihan gaya hidup
tidak sehat, seperti merokok, kurang olahraga, dan konsumsi makanan
berlemak. Data-data yang mendukung untuk ditegakkannya permasalahan
ini adalah:
1) 9,0% responden menderita hipertensi
2) 78,2% responden tidak ada berolahraga
3) 20,5% responden sering mengonsumsi makanan, seperti jeroan,
makanan bersantan, dan seafood.
4) 26,9% responden merokok

Selanjutnya, permasalahan ketiga yaitu defisit koping komunitas tidak


efektif yang disebabkan paparan bencana (covid 19). Data-data yang
mendukung permasalahan ini, yaitu:

1) 24,1% keluarga meragukan covid 19 itu ada


2) 31% keluarga setuju bahwa prokes sulit diterapkan di keluarga
3) 62,1% keluarga setuju bahwa vaksin covid 19 banyak efek
sampingnya
4) 72,4% keluarga tidak pernah memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita selama covid 19
5) 52,3% responden usia di atas 12 tahun belum mendapatkan vaksin
covid satupun.

Permasalahan terakhir yang ditemukan di RT 02/RW 04 adalah


pemeliharaan kesehatan tidak efektif dengan data pendukung sebagai
berikut:

1) Kebersihan di RT cukup bersih dan asri, namun masih banyak


sampah daun yang terlihat berserakan
2) Ada juga tempat pembakaran sampah di dekat rumah warga
yang merusak pemandangan.
3) Pemusnahan sampah biasanya dilakukan dengan cara dibakar.

c. Prioritas Masalah
Dari masalah-masalah yang telah ditemukan, maka dilakukanlah
proses untuk menentukan prioritas masalah. Berikut prioritas masalah
keperawatan di RT 02/RW 04:
1) Defisit kesehatan komunitas berhubungan dengan program tidak atau
kurang didukung masyarakat
2) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan
pemilihan gaya hidup tidak sehat.
3) Koping komunitas tidak efektif berhubungan dengan paparan bencana
covid 19
4) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan mengatasi masalah

2. Perencanaan
a. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang didapatkan dari analisa data yaitu :
1) Defisit kesehatan komunitas berhubungan dengan program
tidak atau kurang didukung masyarakat
2) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan
pemilihan gaya hidup tidak sehat.
3) Koping komunitas tidak efektif berhubungan dengan paparan
bencana covid 19
4) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan mengatasi masalah
Berdasarkan hasil Musyawarah Masyarakat RT (MMRT) Diagnosa
keperawatan yang akan diatasi yaitu:
1) Defisit kesehatan komunitas berhubungan dengan program
tidak atau kurang didukung masyarakat
2) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan
pemilihan gaya hidup tidak sehat.

b. Tujuan
Untuk diagnosa pertama, yaitu Defisit Kesehatan Komunitas memiliki
masalah kesehatan utama yaitu banyaknya responden yang belum
mendapatkan vaksin. Sehingga rencana tindakan yang akan dilakukan
yaitu dengan melakukan penyuluhan mengenai vaksinasi covid 19 yang
bertujuan agar masyarakat mengetahui dan memahami tentang vaksinasi
covid 19 sehingga mau untuk divaksin.
Diagnosa keperawatan kedua, yaitu Perilaku Kesehatan Cenderung
Beresiko memiliki masalah kesehatan utama, yaitu banyaknya masyarakat
yang mengalami hipertensi, masyarakat yang menjalani gaya hidup tidak
sehat seperti merokok, tidak berolahraga, dan makan makanan berlemak.
Sehingga rencana tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut, yaitu dengan melakukan penyuluhan mengenai Penyakit Tidak
Menular yang bertujuan agar masyarakat dapat mengetahui dan
memahami tentang vaksin covid sehingga mau untuk divaksin.
Rencana kedua yang akan dilakukan yaitu melakukan skrining PTM
yang bertujuan untuk mengetahui adanya masyarakat yang memiliki
faktor risiko PTM atau yang telah mengalami PTM. Selanjutnya akan
dilakukan senam jantung sehat agar dapat mengurangi faktor risiko
penyakit menular.

c. Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil Musyawarah Masyarakat RT ada 4 rencana
tindakan/kegiatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang ada di masyarakat, yaitu:
1) Melakukan penyuluhan mengenai covid 19 dan vaksinasi covid yang
akan dilakukan pada 26 November 2021.
2) Melakukan skrining PTM yang sejalan dengan senam jantung sehat
yang akan dilakukan pada 28 November 2021
3) Melakukan penyuluhan PTM yang akan dilakukan pada 01 Desember
2021.

3. Implementasi
Implementasi untuk diagnosa Defisit Kesehatan Komunitas dilakukan
dengan melaksanakan penyuluhan tentang Covid 19 dan vaksinasi covid 19
yang telah dilakukan pada 26 November 2021 pada jam 20.00-21.00 WIB.
Lalu, implementasi untuk diagnosa Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko
dilakukan dengan melaksanakan skrining PTM dan senam jantung sehat yang
telah dilakukan pada Minggu, 28 November 2021 jam 06.30-08.00 WIB.
Kegiatan terakhir yaitu melakukan penyuluhan PTM yang telah dilakukan
pada 01 Desember 2021 jam 20.30-22.00 WIB.

4. Evaluasi
Untuk kegiatan penyuluhan covid dan vaksinasi covid 19 telah terlaksana
dengan baik dan 75 % peserta mampu mengulang kembali apa yang sudah
disampaikan oleh penyaji.
Untuk kegiatan skrining PTM dan senam jantung sehat tidak mencapai
target yang diinginkan, yaitu hanya kurang lebih 50% target yang dapat hadir
mengikuti kegiatan.
Untuk kegiatan penyuluhan PTM telah terlaksana dengan baik dan 85 %
peserta mampu mengulang kembali apa yang sudah disampaikan oleh penyaji.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan windshield survey dan kuesioner pengkajian
komunitas. Pada saat pengkajian, diharapkan terdapat 50 KK, namun hanya 25 KK
yang memenuhi syarat KK binaan yaitu yang memiliki keluarga inti.

B. Perencanaan
Pada perencanaan, terdapat 4 kegiatan yang akan dilakukan sesuai hasil MMRT,
dan semua kegiatan tersebut terlaksana sesuai perencanaan.

C. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan penyuluhan, diharapkan tokoh masyarakat dapat hadir dan
masyarakat dapat mengikutinya, terutama keluarga yang memiliki masalah kesehatan,
namun hanya beberapa yang dapat datang. Selain itu, pada kegiatan skrining dan
senam jantung sehat, peserta yang datang tidak memenuhi target. Banyak juga peserta
yang datang terlambat , sehingga tidak dapat mengikuti kegiatan dari awal.

D. Evaluasi
Pada evaluasi, tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Masyarakat dapat
memahami materi yang diberikan saat penyuluhan, yaitu tentang vaksinasi covid dan
penyakit tidak menular. Begitupun saat skrining dan senam jantung sehat, masyarakat
dapat merasakan manfaat dari kegiatan tersebut.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pendataan yang dilakukan di RT 02 RW 04 terdapat 45 KK dan hanya
29 KK yang memenuhi syarat untuk dijadikan responden yaitu keluarga yang
memiliki keluarga inti. Kelompok telah melakukan asuhan keperawatan komunitas di
RT 02/RW 04. Asuhan dimulai dari pengkajian komunitas, analisis masalah,
penegakkan diagnosa, merumuskan perencanaan, implementasi, hingga evaluasi
keperawatan.
Masyarakat RT 02/RW 04 dengan antusias mengikuti asuhan keperawatan yang
telah diberikan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

B. Saran
Saran dari kelompok, yaitu:
1. Pengkajian komunitas harap dilakukan dengan baik agar data yang didapatkan
dapat diolah dengan baik.
2. Masyarakat hendaknya dengan jujur memberikan data yang dibutuhkan dalam
pengkajian
3. Perawat hendaknya mampu menarik perhatian masyarakat sehingga
masyarakat mau berkoordinasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di
komunitas
4. Tokoh masyarakat hendaknya dapat mewakili masyarakat dan memfasilitasi
setiap kegiatan yang dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar,M. A. 2019. Buku ajar konsep-konsep dasar dalam keperawatan


komunitas.Yogyakarta : Deepublish.

Anderson & McFarlane, 2011. Community As Partner: Theory And Practice In


Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Fallen R & Dwi K, R. Budi. 2010. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas.


Yogyakarta: Nuha Medika

Harnilawati.2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi: Pustaka As


Salam

Hasnidar,DKK.2020.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Yayasan Kita Menulis

Kartiningrum,Eka Diah, dkk .2017. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas.


Mojokerto:Stikes Majapahit Mojokerto

Khodijah, Nur Siti dan Widagdo, Wahyu.2016. Modul Keperawatan Keluarga dan
Komunitas. Jakarta: PPSDM

Pakphan, Martika, dkk. 2020. Keperawatan Komunitas. Jakarta : Yayasan Kita


Menulis

Swarjana, I Ketut. 2016.Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta :


PENERBIT ANDI

Swarjana, Ketut. 2016. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta : CV. Andi


offset

Widyanto, Falsalado Candra Widyanto. 2014. Keperawatan Komunitas dengan


Pendekayan Praktis. Yogyakarta : Nuha Medika

Widagdo, Wahyu. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas.Jakarta : Pusdik SDM


Kesehatan KEMENKES RI
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai