Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PATOFISIOLOGI 1

MENGIDENTIFIKASI PATOFISIOLOGI GAKY

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

DIAN ISLAMI : (NH0722004)


ELFIRA YULIA SERAN : (NH0722005)
ELI INDRIYANTI : (NH0722006)

PROGRAM STUDI S1 GIZI


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Dasar ilmu gizi tepat pada waktu. Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen
pembimbing yang selalu memberikan dukungan dan bimbingannya Makalah ini kami
buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas kami. Tak hanya itu, kami juga berharap
makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis khususnya pada pembaca. Walaupun demikian,
kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya
kata, kami berharap semoga makalah dasar ilmu gizi ini bisa memberikan informasi dan
ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami juga mengucapkan terima kami kepada para
pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir.
DAFTAR ISI

BAB I.................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................................5
2.1 Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKY).....................................................................5
2.2 Konsumsi Garam Beriodium..................................................................................................8
2.4 Keterkaitan Antara Ketersediaan dan Kebijakan Garam Beriodium....................................11
BAB III............................................................................................................................................12
PENUTUP........................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................12
3.2 Saran.......................................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Defisiensi yodium berkaitan erat dengan faktor geografis, seperti daerah pegunungan,
yang lapisan humus tanah sebagai tempat menetapnya yodium, sudah tidak ada, akibat erosi
tanah secara terus menerus, terkikis oleh banjir, lahar, hujan tropik pada lahan miring, tanah
berkapur dan yodium larut dalam air, yang terbawa sampai ke muara sungai dan laut, serta
karena adanya pembakaran hutan. Beberapa kondisi geografis tersebut, menyebabkan keadaan
tanah, air, dan bahan pangan kurang mengandung yodium. Suatu wilayah yang mempunyai
karakteristik yang menyebabkan berkurangnya kandungan yodium dalam tanah ini disebut
sebagai daerah endemis Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) (WHO, 2014).

GAKY adalah sekumpulan gejala yang muncul pada tubuh akibat kurangnya asupan
yodium pada tubuh, sehingga berdampak pada semua kalangan umur mulai dari janin sampai
usia dewasa (Zimmermann dan Boelaert, 2015). Spektrum GAKY meluas pada semua
kelompok umur, mulai dari janin dalam kandungan, bayi neonatal, anak dan remaja, kelompok
dewasa termasuk Wanita Usia Subur (WUS), ibu hamil dan menyusui, serta kelompok lanjut
usia (Eastman dan Zimmerman, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian gaky?

2. Faktor-faktor penyebab gaky?

3. Apa saja upaya penanggulangan gaky?

4. Apa keterkaitannya konsumsi garam beriodium dengan gaky?

5. Apa pengertian garam beriodium?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu Patofisiologi
Gaky secara umum sampai dengan gangguan serta pengaruhnya terhadap kesehatan apabila
kekurangan dan kelebihan iodium (GAKY)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKY)


A. Pengertian GAKY
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan segala gangguan yang
timbul pada suatu populasi dimana semua gangguan akan tercegah dengan asupan iodium
yang cukup pada penduduknya. GAKI adalah semua akibat dari kekurangan iodium pada
pertumbuhan dan perkembangan manusia yang dapat dicegah dengan pemberian unsur
iodium (Ajinata et al., 2015). Iodium merupakan mineral yang diperlukan oleh tubuh dalam
jumlah yang relative kecil, namun memiliki peran penting dalam pembentukan hormon
tiroksin. Kelebihan iodium dapat meningkatkan kejadian iodine-indocedhypert hyroidism
(IIH), penyakit autoimun tiroid dan kanker tiroid. Sedangkan kekurangan iodium dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik (Safitri, 2019). Iodium
dalam tubuh sekitar 5-20 mg. Sebagian besar iodium yaitu sekitar 70-80% terdapat pada
kelenjar tiroid. Di dalam tubuh, iodium terdapat dalam beberapa bentuk yaitu iodine, iodin,
mono yodo tironin (MIT), di iodo tironin (DIT), triodo tironin (T3), dan tetra iodo torinin
(T4) atau Tiroksin (Gizi Departemen, 2016).

B. Faktor-Faktor Penyebab GAKI


Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan
seperti pembesaran kelenjar tiroid dan keterbelakangan mental seperti tingkat kecerdasan
anak yang menurun. Hal tersebut terjadi karena masih rendahnya penggunaan garam
beriodium pada rumah tangga yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
menyebakan terjadinya GAKI menurut (Pattola et al., 2020) yaitu:
a. Penyebab Langsung
1.) Difisiensi iodium
Penyebab utama terjadinya GAKI adalah tidak tercukupinya iodium dari konsumsi
makanan dan minuman sehari-hari. Iodium merupakan zat gizi mikro yang
diperlukan oleh tubuh manusia untuk membentuk hormon tiroksin. Bila tubuh
kekurangan iodium, kadar tiroksin dalam darah menjadi rendah.
2.) Zat goitrogenik pada makanan
Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat menganggu struktur dan fungsi tiroid
secara langsung dan tidak langsung. Contoh yaitu tiosianat dan isotiosianat yang
terdapat dalam sayuran kol, sawi, lobak, brokoli, yang secara langsung menghambat
uptake yodida organik oleh kelenjar tiroid (Yanti, 2018).
3.) Defisiensi protein
Asupan protein yang rendah dalam makanan menyebabkan gangguan pengambilan
iodium oleh kelenjar tiroid. Protein merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
transportasi kelenjar tiroid. Jika asupan protein rendah maka kemungkinan dapat
menghambat tranportasi hormon tiroid yang dibutuhkan.
4.) Unsur sekelumit (Trace Element)
Ada beberapa unsur sekelumit seperti timah hitam (Pb), rubidium (Rb), air raksa
(Hg), dan tembaga (Cu) serta unsur sekelumit tertentu lainnya yang berkaitan dengan
kasus GAKI. Asupan yang berlebihan dari unsur-unsur ini akan membentuk ikatan
yang kuat dengan iodium dalam tubuh, sehingga terbentuk senyawa kompleks yang
sulit dipecahkan yang berakibat iodium di dalam tubuh tidak dapat digunakan yang
akan berdampak pada kurangnya hormon tiroid yang akan terlefleksi dengan
meningkatnya produksi Thyroid Stimulating Hormon (TSH).
5.) Ekses Iodium
Ekses iodium yang bersifat akut dapat menyebabkan hipotiroid karena terjadi
hambatan pelepasan hormon tiroid oleh kadar iodium yang tinggi. Jika keadaan ini
berlangsung lama (kronik) dapat meningkatkan aktivitas kelenjar tiroid dan
menyebabkan hipertiroidisme yangdikenal sebagai iodine-induced hyperthyroidisme
(IIH). Apabila asupan iodium lebih besar dari kebutuhan, maka akan terjadi
kelebihan zat gizi tersebut.
6.) Genetik
Pembesaran kelenjar gondok pada keluarga yang kekurangan iodium mempunyai
hubungan dengan factor genetik. Sebuah keluarga yang memiliki satu penderita
gondok mempunyai resiko dua kali lebih besar dibandingkan keluarga non gondok.
Sehingga hal tersebut dipercaya sebagai penyebab langsung dari GAKI walaupun
kemungkinannya sangat kecil.
b. Penyebab Tidak Langsung
Adapun faktor penyebab GAKI secara tidak langsung menurut (Adriani & Wijatmadi,
2016) yaitu:
1.) Faktor geografis
Beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan rendahnya kandungan iodium
dalam tanah adalah:
a.) Adanya erosi yang menyebabkan iodium hilang ke laut
b.) Tanah sarang (tanah lahar, kapur) yang tidak dapat menyimpan air, sehingga air
bersama iodium yang larut di dalamnya akan meresap ke lapisan tanah yang
lebih dalam. Hal tersebut menyebabkan akar tanaman pangan dan sayuran tidak
dapat menjangkaunya, sehingga kadar iodium dalam tanaman akan rendah
c.) Eksploitasi tanah yang berlebihan dan pencemaran limbah tanah pertanian
sehingga tanah menjadi terlalu asam/basa.
2.) Faktor non geografis
Faktor non geografis berperan untuk daerah dengan suplai makanan utama, di mana
daerah tersebut suplai makanannya sangat tergantung pada daerah lain, di mana
daerah tersebut termasuk daerah gondok endemis yang air dan tanahnya
mengandung iodium yang rendah. Daerah Nett Importir ini biasanya daerah
pinggiran kota yang lahan pertanian mengalami penyempitan oleh indrustrialisasi,
dan juga daerah dataran rendah ataupun daerah pantai yang suplai makanannya
bergantung pada daerah subur.
C. Upaya Penanggulangan GAKI
Penanggulangan GAKI harus ditingkatkan karena masih rendahnya persediaan
garam beriodium di suatu daerah karena masih kurangnya sosialisasi mengenai
pentingnya konsumsi garam beriodium. Untuk menanggulangi masalah GAKI di
Indonesia, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Dalam RPJMN 2015-2019
tercantum sasaran yang ingin dicapai dalam Program Indonesia Sehat yaitu meningkatkan
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat dengan melakukan upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung perlindungan finansialdan pemerataan
pelayanan. Pada kegiatan pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
(TTKEK) mengelola kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan
kesehatan dan epidemiologi klinik yang dikelola oleh tiga satuan kerja yaitu Pusat
Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik dan Balai Litbang Gangguan
Akibat Kekuarangan Iodium (GAKI) Magelang serta dapat melibatkan unit lain dengan
mekanisme keseminatan, dimana indikator pencapaian sasaran kegiatan tahun 2015-2019
sudah dibuat secara rinci setiap tahun. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
sasaran kegiatannya yaitu sosial dan kebijakan yaitu pemetaan (2015-2018), bioteknologi
yaitu rapid diagnostik kit (2015), teknologi pangan yaitu suplementasi (2016), tumbuh
kembang yaitu asesmen kemampuan (2016), dan epidemiologi klinik yaitu uji pengaruh
diet (2018) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2015).
2.2 Konsumsi Garam Beriodium
A. Pengertian Konsumsi Garam Beriodium
Konsumsi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mengambil
kegunaan dari suatu produk dan jasa. Produk dan jasa dapat berupa barang atau benda,
serta berupa sebuah jenis jasa atau pelayanan. Tujuan konsumsi yaitu untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat penting atau hanya bersifat kesenangandalam memenuhi
kepuasan dalam waktu singkat. Konsumsi garam beriodium yaitu suatu kegiatan yang
mengambil kegunaan atau fungsi dari garam beriodium untuk memenuhi kebutuhan, yang
fungsi iodium yaitu sebagai bahan utama dalam sintesis hormon tiroid guna untuk
mengatur metabolisme tubuh (Rini et al., 2017). Konsumsi iodium sangat bervariasi
antar-berbagai wilayah di dunia. Adapun kecukupan iodium yang dianjurkan untuk orang
Indonesia menurut Angka Kecukupan Gizi Permenkes RI No.28 Tahun 2019 antara lain :

B. Pengertian Tingkat Konsumsi Garam Beriodium


Tingkat konsumsi garam beriodium adalah membandingkan garam iodium yang
dikonsumsi oleh seseorang dengan kecukupan/ rata-rata intake garam beriodium ke dalam
tubuh per orang per hari dibandingkan dengan kecukupan (6gram beriodium)(Wijayanti,
2018). Konsumsi garam beriodium yang dianjurkan berdasarkan Standar Nasional
Indonesia adalah kandungan iodium sebesar 80-150 ug/hari (30-80 ppm) dan ini
dapat terpenuhi dengan mengkonsumsi garam beriodium sebanyak 6-10 gram per hari
(Depkes.RI., 1998).
2.3 Pengertian Garam Beriodium
Garam beriodium adalah garam yang diperkaya dengan mineral iodium dalam
bentuk KIO3 (kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Jika pada rumah tangga menggunaan
garam beriodium ≥ 30 ppm disebut sebagai konsumsi kandungan iodium cukup dan jika
konsumsi < 30 ppm maka disebut konsumsi iodium kurang (Susanti & Citerawati, 2018).
Garam beriodium merupakan garam yang telah diperkaya dengan iodium yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Tetapi iodium dalam garam bisa hilang
karena cara penggunaan garam beriodium pada makanan saat memasak serta tempat
penyimpanan garam yang kurang baik dan benar. Cara penggunaan garam yang benar
yaitu dengan membubuhi masakan pada saat hangat-hangat kuku (Fadilah, 2018).

A. Ketersediaan Garam Beriodium


Ketersediaan garam beriodium yaitu jumlah persediaan garam beriodium yang
ada baik ditingkat pedagang maupun tingkat rumah tangga. Ketersediaan garam
beriodium dapat dipengaruhi oleh beberapafaktor seperti struktur pasar, daya beli
masyarakat dan kelompok-kelompok pengguna yang berkepentingan. Ketersediaan garam
beriodium yang tidak merata menyebabkan masyarakat tidak mengkonsumsi garam
beriodium yang standar (Eka Putri, 2019). Data ketersediaan garam beriodium di rumah
tangga diperoleh dengan cara mencatat berat garam beriodium pada kemasan garam yang
digunakan. Setelah diketahui berat garam kemudian dibagi hari penggunaan dan jumlah
keluarga yang makan dalam satu dapur. Setelah
mendapatkan konsumsi garam beriodium per orang per hari, selanjutnya
ketersediaan garam dikategorikan menjadi dua yaitu:
1. Ketersediaan garam beriodium baik jika konsumsi >10 gram/orang/hari dengan
kandungan iodium >30 ppm.
2. Ketersediaan garam beriodium tidak baik jika konsumsi <10 gram/orang/hari dengan
kandungan iodium >30 ppm.

B. Kebijakan Garam Beriodium


Kebijakan merupakan suatu petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi arah
dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku dan
pelaksanaan kebijakan (Rusdiani, 2017). Kebijakan biasanya dituangkan dalam bentuk
peraturan agar tercapainya kesejahteraan masyarakat melalui peraturan yang dibuat oleh
pemerintah.Salah satu kebijakan program garam beriodium untuk menanggulangi masalah
GAKI yaitu dari Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (TTKEK),
dimana kebijakan kegiatan yang dilakukan salah satunya yaitu pemetaan GAKI. Perda
Provinsi Sumatera Barat No.19 Tahun 2018 Tentang Penanggulangan Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium merupakan suatu kebijakan untuk meningkatkan kualitas dan
Kesehatan masyarakat(Gubernur Sumatera Barat, 2018).Selain itu, Balai Penelitian dan
Pengembangan Akibat Kekurangan Iodium (Balai Litbang GAKI) Magelang juga
membuat kebijakan yang bertujuan untuk memberikan masukan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pengetahuan lain yang diperlukan untuk menunjang pembangunan
kesehatan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Adapun
arah kebijakan dan sasaran yang telah disepakati bersama yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesehatan masyarakat
2. Meningkatkan pengendalian penyakit menular dan karatina
3. Meningkatkan akses dan mutu fasilitas Kesehatan
4. Meningkatkan kemandirian, akses dan mutu sediaan farmasi dan alat Kesehatan
5. Meningkatkan jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga Kesehatan
6. Meningkatkan integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan evaluasi
7. Meningkatkan sinergitas antar kementerian/Lembaga
8. Meningkatkan daya guna kemitraan (dalam dan luar negeri)
9. Meningkatkan koordinasi dan efektivitas penelitian dan pengembangan Kesehatan
10. Meningkatkan kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan
11. Meningkatkan tata kelola yang baik dan bersih
12. Meningkatkan sistem informasi kesehatan integrasi.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2010


Tentang Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Di Daerah juga
menetapkan peraturan tentang kebijakan garam beriodium. Bahwa pemerintah daerah
melaksanakan penanggulangan gangguan akibat kekurangan iodium sebagai bagian dari
urusan pemerintahan bidang Kesehatan sebagai urusan pemerintahan yang bersifat wajib
serta diarahkan untuk peningkatan indeks pembangunan manusia, bahwa kekurangan
iodium secara terus menerus di dalam tubuh manusia akan mengakibatkan terganggunya
kesehatan, sehingga perlu dilakukan penanggulangan secara cepat dan terpadu dengan
mengikutsertakan masyarakat, bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b,perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang
Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Daerah(Menteri
Dalam Negeri RI, 2010).
2.4 Keterkaitan Antara Ketersediaan dan Kebijakan Garam Beriodium
Kurangnya ketersediaan garam beriodium di Indonesia salah satunya karena kurangnya
sosialisasi kebijakan pemerintah terkait program garam beriodium. Kebijakan pemerintah
merupakan suatu hal yang berpengaruh terhadap ketersediaan garam beriodium di masyarakat
khususnya rumah tangga. Pentingnya pelaksanaan peraturan kebijakan pada pemerintah untuk
mendorong masyarakat agar mengkonsumsi garam beriodium demi kesehatan masyarakat
yang optimal.
.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dengan demikian antara ketersediaan dan kebijakan program garam beriodium ada
keterkaitan, dimana kebijakan program pemerintah sangat berperan dalam ketersediaan
garam beriodium di rumah tangga. Apabila tidak ada kebijakan pemerintah terkait
penggunaan garam beriodium, maka ketersediaan garam beriodium akan rendah karena
masyarakat khususnya rumah tangga tidak mengetahui pentingnya penggunaan garam
beriodium, selain itu masalah GAKI akan bertambah kembali.

3.2 Saran
Penanggulangan GAKI harus ditingkatkan karena masih rendahnya persediaan garam
beriodium di suatu daerah karena masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya konsumsi
garam beriodium. Untuk menanggulangi masalah GAKI di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Herbawani CK, Ruthin ZG, Ramadhania L, Situmeang AMN, Karima UQ. (2021). Pemanfaatan
Instagram Live sebagai Sarana Edukasi Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi Covid
19. WARTA. 24(2): 196-206.

Liu X, Chen H, Zhou Q, Zhang H, Asawasirisap P, Kearney J. (2020). Knowledge, Attitude and
Practices (KAP) towards Diet and Health among International Students in Dublin: Cross-
Sectional Study. Int. J. Environ. Res. Public Health, 17, 3182:1-13.

Supriyanto, Pratama GW, Nurdayati. (2020). Penggunaan Media Flipchart untuk Meningkatkan
Pengetahuan Peternak terhadap Pencegahan Cacing Ascaridia Galli pada Ayam
Kampung. Jurnal Pengembangan Penyuluhan Peternakan. 17(31): 83-93.

Weerasekara PC, Withanachchi CR, Ginigaddara GAS, and Ploeger A. (2020) Food and
NutritionRelated Knowledge, Attitudes, and Practices among Reproductive-age Women
in Marginalized

Areas in Sri Lanka. International Journal of Environmental Research and Public Health. 17,
3985;

doi:10.3390/ijerph17113985

Anda mungkin juga menyukai