Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah Swt Atas Berkat Rahmatnya lah kami dapat menyelesaikan Tugas ini tepat waktu, dalam makalah ini kami
akan membahas mengenai MYASTHENIA GRAVIS.
Adapun tujuan makalah ini di buat untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu. Sebagai penyusun, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik ataupun saran dari
mahasiswa / mahasiswi serta dosen pembimbing agar makalah ini dapat menjadi
jauh lebih sempurna dari yang sebelumnya.
Kami berharap agar makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak baik pembaca, mahasiswa serta masyarakat dalam menambah
wawasan dan pengetahuan yang ada saat ini tentamg meastenia gravis.
Pekanbaru,Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
2.1 Definisi...............................................................................................................4
2.2 Epidemiologi......................................................................................................4
2.3 Klasifikasi...................................................................................................4
2.4 Etiologi...............................................................................................................6
2.5 Patofisiologis.....................................................................................................7
2.6 Tanda dan Gejala...............................................................................................8
2.7 Komplikasi......................................................................................................10
2.8 Diagnosa.10
2.9 Tatalaksana terapi.16
2.9.1 Terapi non-farmakologi17
2.9.2 Terapi farmakologi18
2.10 Prognosis19
BAB 3 KESIMPULAN & SARAN................................................................................23
3.1. Kesimpulan.........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
ii
1.1
LATAR BELAKANG
Hormon tiroid sangat penting untuk metabolisme energi, nutrisi, dan ion
organik, termogenesis serta merangsang pertumbuhan dan perkembangan
berbagai jaringan, Pada periode kritis juga untuk perkembangan susunan syaraf
pusat dan tulang. (Faizi, 2012). Hormon ini mempengaruhi beberapa jaringan dan
sel melalui berbagai pola aktivasi genomik dan sintesis protein serta reseptor yang
mempunyai arti penting untuk berbagai aktivitas. Hormon tiroid berpotensiasi
dengan katekolamin (efek yang menonjol adalah hipertiroidisme), dan berefek
pada pertumbuhan somatik dan tulang diperantai oleh stimulasi sintesis dan kerja
hormon pertumbuhan dan IGF. (Ogilvy-Stuart, 2008).
Disfungsi tiroid pada masa bayi dan anak dapat berakibat kelainan
metabolik yang ditemukan pada dewasa, berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan, karena maturasi jaringan dan organ atau jaringan spesifik yang
merupakan pengatur perkembangan bergantung pada efek hormon tiroid, sehingga
konsekuensi klinik disfungsi tiroid bergantung pada usia mulai timbulnya pada
masa bayi dan anak.
Apabila hipotiroidisme pada janin atau bayi baru lahir tidak diobati,
menyebabkan kelainan intelektual dan atau fungsi neurologik yang menetap, ini
menunjukan betapa pentingnya peran hormon tiroid dalam perkembangan otak
saat masa tersebut. Setelah usia 3 tahun , sebagian besar perkembangan otak yang
tergantung hormon tiroid sudah lengkap, hipotiroidisme pada saat ini
mengakibatkan pertumbuhan lambat dan keterlambatan maserasi tulang, biasanya
tidak menetap dan tidak berpengaruh pada perkembangan kognitif dan neurologik,
sehingga perlu dilakukan skrinning untuk deteksi dan terapi dini. (Faizi, 2010)
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari hipotiroid?
2. Bagaimana epidemiologi hipotiroid?
3. Apa saja klasifikasi dari hipotiroid?
1.3
TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi dari hipotiroid?
2. Mengetahui epidemiologi hipotiroid?
3. Mengetahui klasifikasi dari hipotiroid?
4. Mengetahui etiologi dari hipotiroid?
5. Mengetahui gejala dan tanda dari hipotiroid?
6. Mengetahui patofisiologi dari hipotiroid?
7. Mengetahui diagnosis dari hipotiroid?
8. Mengetahui komplikasi dari penyakit hipotiroid?
9. Mengetahui tata laksana terapi dari hipotiroid?
10. Mengetahui prognosis dari hipotiroid?
1.4
TUJUAN PEMBELAJARAN
Dapat mengetahui definisi hipotiroid serta faktor pemicu terjadinya
hipotiroid dan mengetahui terapi yang tepat dalam penanganan hipotiroid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.1
DEFINISI
Definisi mengenai hipotiroidisme adalah berkurangnya efek hormon tiroid
EPIDEMIOLOGI
The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES
III) yang melakukan survey pada 17.353 individu yang mewakili populasi di
Amerika Serikat melaporkan frekuensi hipotiroidisme sebesar 4,6% dari populasi
(0,3% dengan klinis jelas dan 4,3% sub klinis). Lebih banyak ditemukan pada
wanita dengan ukuran tubuh yang kecil saat lahir dan indeks massa tubuh yang
rendah pada masa kanak-kanak. Dan prevalensi hipotiroidisme ini lebih tinggi
pada ras kulit putih (5,1%) di bandingkan dengan ras hispanik (4,1%) dan AfrikaAmerika (1,7%).
I.3
KLASIFIKASI
Hipotiroid dapat diklasifikasikan menjadi (Anwar R, 2005):
1. Hipotiroidisme Kongenital
a. Hipotiroid Kongenital menetap
b. Hipotiroid Kongenital transien
2. Hipotiroidisme Didapat (Acquired)
a. Hipotiroidisme Primer (kelainan pada kelenjar tiroid)
b. Hipotiroidisme Sekunder (kelainan pada hipofisis)
c. Hipotiroidisme tersier (kelainan hipotalamus)
Hipotiroid
biokimia
ETIOLOGI
c. Resisten TSH
Sindrom resistensi hormone, bermanifestasi sangat luas, sebagai
akibat dari berkurang atau tidak adanya respon end organ terhadap
hormone yang biologis aktif. Hal ini dapat disebabkan karena defek
pada reseptor atau post reseptor, TSH resisten adalah suatu keadaan
kelenjar tiroid refakter terhadap rangsang TSH. Hilangnya fungsi
reseptor TSH , akibat mutasi reseptor TSH defek molekuler pada
sebagian keluarga kasus dengan resisten TSH yang ditandai dengan
kadar serum TSH tinggi , dan serum hormon tiroid normal atau
menurun, disertai kelenjar tiroid normal atau hipoplastik.
d. Sintesis atau sekresi TSH berkurang
Hipotiroidisme sentral disebabkan karena kelainan pada hipofisis
atau hipotalamus. Pada bayi sangat jarang dengan prevalensi antara 1 :
25.000 sampai 1: 100.000 kelahiran.
e. Menurunnya transport T4 seluler
kelainan
neurologi
seperti
kelambatan
perkembangan
makanan.
6. Kekurangan iodium jangka panjang (Ismail, 2008).
Penyebab hipotiroid dapat dibagi menurut pembagian gangguan
tersebut, yaitu :
1. Hipotiroid primer :
Mungkin disebabkan oleh kongenital dari tiroid (kretinisme),
sintesis hormon yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan
postnatal), obat anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk
hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto,
amylodosis dan sarcoidosis.
2. Hipotiroid sekunder :
Ini terjadi ketika adanya stimulasi yang tidak memadai dari
kelenjar tiroid normal, sehingga jumlah tiroid stimulating hormon (TSH)
meningkat. Ini mungkin awal dari suatu malfungsi dari pituitary atau
hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap
hormon tiroid.
3. Hipotiroid tertier/pusat :
Ini terjadi ketika hipotalamus gagal untuk memproduksi tiroid
releasing hormon (TRH) dan akibatnya hipotalamus tidak dapat
menstimulasi TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/lesi
destruktif lainnya diarea hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter
sederhana, yaitu endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya
disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine.
I.5
2.4 PATOFISIOLOGI
1. Hipotiroid dapat disebabkan karena adanya malfungsi hipotalamus,
pituitary, atau kelenjar tiroid itu sendiri, dengan mekanisme umpan balik
negatif yang sama. Namun, gangguan pada hipotalamus dan pituitary
jarang (hanya sedikit) yang menyebabkan hipotiroid. Namun, yang paling
sering terjadi hipotiroid primer, yaitu gangguan pada kelenjar tiroid itu
sendiri. Selain kelenjar tiroid, antibodi dapat mengurangi efek hormon
tiroid melalui 2 jalur, yaitu antibodi memblokir reseptor TSH dan
mencegah produksi TSH. Yang lainnya antibodi antitiroid dapat
menyerang sel tiroid.
2. Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk mensintesis dan mensekresi
hormon tiroid. Jika seseorang kekurangan iodine atau jika produksi dari
hormon tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar
sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormon. Pada keadaan
seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi
hormon tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk
meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid
untuk mensekresi T4 lebih banyak ketika level T4 dalam darah rendah.
Biasanya, kelenjar akan membesar dan hal tersebut akan menekan struktur
di leher dan dada yang menyebabkan gejala respirasi disfagia.
3. Penurunan hormon tiroid lama-lama akan mempengaruhi BMR secara
keseluruhan. Perlambatan ini mempengaruhi seluruh proses fisiologi
dalam tubuh, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan produksi asam
lambung, penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi (penurunan denyut
jantung), penurunan fungsi pernafasan, dan suatu penurunan produksi
panas tubuh. Perubahan yang paling penting adalah mempengaruhi
metabolisme lemak, sehingga menyebabkan peningkatan kolesterol dalam
serum dan level trigliserida, dimana hal ini dapat berakibat seseorang
berpotensi mengalami arterosklerosis dan penyakit jantung koroner.
Adanya akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial, seperti
rongga pleural, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
a. Komplikasi
kardivaskular
meliputi
hiperkolesterolemia
yang
apabila
terjadi
defisiensi
hormon
tiroid,
dapat
dengan tingkat darah normal T4, TSH. Hormon tiroid diberikan untuk
menambah atau mengganti produksi endogen (Syahbuddin S, 2000).
Pada pengobatan hipotiroidisme yang perlu diperhatikan adalah dosis awal
dan cara menaikkan dosis tiroksin. Tujuan pengobatan hipotiroidisme adalah :
a. Meringankan keluhan dan gejala
b. Menormalkan metabolism
c. Menormalkan TSH (bukan mensupresi)
d. Membuat T3 (dan T4) normal
e. Menghindarkan komplikasi dan resiko
2.7.1 Terapi Farmakologi
Berikut ini merupakan terapi farmakologi penyakit hipotiroid (Dipiro, 2005).
1.
L
evot
i
r
oksin
Nama dagang :
Euthyrox
Mekanisme kerja:
Menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambat oksidasi
dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin (Tan
tjay. 2007)..
5. Liotriks (T4 & T3)
Nama Dagang : Thyrolar
Mekanisme kerja
: Menggantikan T4 dan T3 (Tan hoan tjay. 2007).
suhu tingggi. Padahal kita selama ini memasak makanan pada suhu yang
panas saat menambah garam yang mengandung yodium, sehingga yodium
yang kita masak sudah tidak berfungsi lagi karena rusak oleh panas.
Untuk itu, sebaiknya kita menambahkan garam pada saat makanan sudah
panas dan cukup dingin sehingga tidak merusak kandungan yodium yang
ada pada garam.
Selain itu, makan-makanan yang tidak mengandung pengawet juga
diperlukan. Asupan kalori disesuaikan apabila BB perlu di kurangi.
Apabila pasien mengalami letargi dan defisit perawatan diri, perawat
perlu memantau asupan makanan dan cairan.
2. Aktivitas
Kelelahan akan menyebabkan pasien tidak bisa melakukan
aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan lainnya. Kegiatan dan istirahat
perlu diatur agar pasien tidak menjadi sangat lelah. Kegiatan ditingkatkan
secara bertahap.
Pada masa kehamilan hindari penggunaan obat-obatan antitiroid
secara berlebihan, yodium profilaksis pada daerah-daerah endemik,
diagnosis dini melalui pemeriksaan penyaringan pada neonatus.
Sedangkan pada hipotiroidisme dewasa dapat dilakukan dengan
pemeriksaan ulang tahunan.
3. Terapi sulih hormon
Standar perawatan hipotiroid adalah penggunaan synthetic thyroid
hormone levo thyroxine (contoh: Levothroid, Synthroid), untuk
menormalkan kembali kadar hormon. Selama 1 atau 2 minggu awal
perawatan, penderita akan merasa lemah dan cepat lelah. Pengobatan ini
juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan menaikan berat badan. Bila
fasilitas untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel
berikut :
Umur
0-3 bulan
3-6 bulan
8-10
6-12 bulan
6-8
1-5 tahun
5-6
2-12 tahun
4-5
> 12 tahun
2-3
a. Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid tidak ada, dapat dilakukan
therapeutic trial sampai usia 3 tahun dimulai dengan dosis rendah
dalam 2-3 minggu. Bila ada perbaikan klinis, dosis dapat ditingkatkan
bertahap atau dengan dosis pemberian + 100 g/m2/hari.
b. Penyesuaian dosis tiroksin berdasarkan respon klinik dari uji fungsi
tiroid T3, T4, dan TSH yang dapat berbeda tergantung dari etiologi
hipotiroid.
4. Pembedahan
Tiroidektomi dilaksanakan apabila goiternya besar dan menekan
jaringan sekitar. Tekanan pada trakea dan esofagus dapat mengakibatkan
inspirasi stridor dan disfagia. Tekanan pada laring dapat mengakibatkan
suara serak.
2.7 PROGNOSIS
Makin muda dimulai pemberian nhormon tiroid, makin baik
prognosisnya. Untuk tercapainya IQ yang normal, bisanya tergantung dari
cepatnya diagnosis. Bila diagnosis bisa ditegakkan < 3 bulan rata-rata IQ
mencapai 89, bila 3-6 bulan rata-rata IQ 70, dan bila diagnosis dilakukan > 7
bulan, rata-rata IQ yang dapat dicapai hanya hanya 54. Bila diagnosis
dilakukan dengan menangani etiologi yang mencetuskan penyakit ini, rata-rata
IQ yang dapat dicapai dapat > 85. Untuk pertumbuhan badan dapat baik bila
ditangani secara baik. Pada hipotiroidisme didapat dengan pengobatan yang
baik, prognosisnya akan lebih baik. (Satriono, 2006)
DESKRIPSI KASUS
Mrs. Smith, who is 35 years old, comes into your pharmacy with her 1year-old daughter and gives you a prescription for levothyroxine 50
micrograms tablets take one daily. This is the first time she has taken
the drug. She has gained a lot of weight since the birth of her daughter
and has not been able to shift it even by sticking to a calorie controlled
diet. She feels cold all the time, oven on a hot day, and her hair is
thinning. She has no energy at all, whereas before the birth of her
daughter she used to go to aerobics at least three times a week.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN KASUS DENGAN METODE SOAP
1. Subjektif
Nama pasien : Mrs. Smith
Umur : 8 tahun
Riwayat penyakit : Hipotiroid kongenital
Riwayat pengobatan : Levothyroxine 1 tab 1 x sehari
Keluhan : Kenaikan berat badan, merasa dingin meskipun
dalam keadaan panas, rambut kasar dan merasa lemah dan
2. Objektif
3. Assesment
Berdasarkan diagnosis, pasien menderita hipotiroid sedang, dimana
hal ini dapat dilihat dari tanda dan gejalanya yaitu berat badan
bertambah, merasa dingin meskipun dalam keadaan panas, merasa
lemah dan capai setiap saat, serta rambut kasar. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa pasien terkena hipotiroid sedang, karena pasien
baru mengalami tanda dan gejala pada waktu yang belum lama, singkat.
4. Plan
Tujuan Terapi:
a. Meringankan keluhan dan gejala
b. Menormalkan metabolism
c. Menormalkan TSH (bukan mensupresi)
1
bertahap.
Pada masa kehamilan hindari penggunaan obat-obatan
antitiroid secara berlebihan, yodium profilaksis pada
daerah-daerah endemic.
Pada hipotiroidisme dewasa dapat dilakukan dengan
pemeriksaan ulang tahunan.
c. Monitoring
Lakukan pemeriksaan kadar T3, T4, dan TSH secara berkala
untuk mengontrol kadar T3, T4, dan TSH pada pasien Ny.
Smith.
d. KIE
Mengedukasi pasien tentang penyakit hipotiroid terkait tanda dan
gejala, efek yang ditimbulkan, cara pencegahan, komplikasi yang
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
(T3)
yang
pembentukannnya
dipengaruhi
oleh
Hormon (TSH).
Normalnya, jika produksi hormon tiroid meningkat, maka TSH
menurun dan sebaliknya jika produksi hormon tiroid tidak mencukupi
metabolism tubuh.
Tanda dan gejala dari penyakit hipotiorid antara lain kurangnya energi,
lesu, mudah lupa, obstipasi, metabolisme yang rendah menyebabkan
bradikardia (penurunan denyut jantung), tak tahan dingin, berat badan
naik dan anoreksia, gejala pada psikologisnya adalah depresi, pada