Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI SISTEMIK 2

FASCIO CHOLANGIOHEPATITIS DAN LEUCYTOZOON MYOSIS


1 Maret 2021

Disusun Oleh:

Fauzan Daffa Novisyach – 130210180016

PROGRAM STUDI KEDOKTERAH HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2021
Fasciola Cholangihepatitis

1.1 Etiologi
Fasciola Cholangiohepatitis adalah peradangan pada buluh empedu dan akan
mengakibatkan sirosis hati, fasciola cholangiohepatitis ini disebabkan karena infeksi
dari fasciola hepatica atau fasciola gigantica dimana kedua parasit ini tertelan oleh
domba dan akan bermigrasi dari usus hinggal mencapai kantung empedu dan akan
tumbuh dan bertelur disana, hal inilah yang membuat peradangan pada hati karena
terdapat benda asing yang masuk kedalam kantung empedu hingga sel – sel akan
merespon akan perespon peradangan sehingga membuat buluh empedu menebal dan
bila semakin parah akan berefek juga terhadap hati dan akan menyebabkan sirosis hati.
Fasciola hepatica ditemukan di semua benua yang berpenghuni, di lebih dari
70 negara, terutama di mana domba atau sapi dibesarkan. Infeksi manusia telah
dilaporkan di beberapa bagian Eropa, Timur Tengah, Amerika Latin (misalnya Bolivia
dan Peru), Karibia, Asia, Afrika, dan jarang di Australia. Meskipun kondisi siklus hidup
F. hepatica ada di beberapa bagian Amerika Serikat, sebagian besar kasus infeksi.
Fasciola gigantica ditemukan di daerah tropis dan subtropis.

Cacing Fasciola merupakan parasit yang host utamanya adalah ruminansia,


telur fasciola dikeluarkan dari feces ruminansia yang terinfeksi faciolosis, kemudian
telur akang berada di lingkungan luar dan berkemabang menjadi telur yang berembrio
dan kemudian menjadi miracidia dan mencari inang sementara yaitu siput untuk
tumbuh menjadi sporokista, radia, dan cercaria. Cercaria akan keluar dari siput dan
mencari tempat untuk enkistasi menjadi metacercaria yang berpotensi termakan oleh
ruminansia karena berada di tumbuhan dan rerumputan, tertelan dan tumbuh didalam
buluh empedu dan menyebabkan Fasciola Cholangiohepatitis.

1.2 Patogenesa
Fasciola Cholangiohepatitis disebabkan oleh infeksi dua spesies patogen utama
yaitu Fasciola hepatica atau Fasciola gigantica, keduanya termasuk dalam genus
Fascial dari famili Fasciolidae dari ordo Plagiorchiida dari filum Platyhelminthes dari
kingdom Animalia . Semua mamalia rentan terhadap infeksi parasit ini, amun kondisi
ini menyebabkan disfungsi hati yang signifikan pada sapi . Siklus hidup dimulai ketika
inang terakhir yang terinfeksi melepaskan telur yang mengandung satu miracidium
dengan feses ke lingkungan, pelepasan miracidium dari telur untuk menginfeksi siput
lymnaeid yang dianggap sebagai inang perantara, miracidium ini berkembang menjadi
cercaria di dalam tubuh bekicot untuk kemudian ditumpahkan di rumput. untuk
berkembang menjadi metacercaria di bawah pengaruh curah hujan, metacercaria
mempertimbangkan tahap infektif ke inang akhir (sapi) melalui konsumsi, kemudian
metacercaria exocyst di duodenum untuk menyerang dinding usus kemudian mencapai
hati dan saluran empedu, di mana mereka tumbuh menjadi cacing dewasa, setelah
Beberapa minggu perkembangan cacing dewasa melepaskan telur bersama tinja ke
lingkungan. Keberadaan cacing dewasa dalam sistem empedu akan menyebabkan
iritasi terus menerus yang mengakibatkan reaksi inflamasi kronis . Inflamasi kronis ini
ditandai dengan infiltrasi sel inflamasi terutama makrofag dan limfosit dengan jumlah
eosinofil yang sedikit, hiperplasia fibrosit yang menyebabkan fibrosis di sekitar area
portal, dengan metaplasia dan fibrosis pada cuniculi empedu. Ada banyak studi
patologis baru-baru ini di Irak dan negara lain yang berfokus pada lesi yang disebabkan
oleh Fasciola spp pada hati sapi, domba, dan kambing.
1.3 Gambaran Mikroskopis

Gambar 1. Hati kambing yang terkena fasciola cholangio hepatitis.

Gambar 2. Metaplasia sel goblet pada hati kambing.


Cacing Fasciola. Spp menyebabkan peradangan buluh empedu dan menyebar
hingga ke hati dan bisa menyebabkan sirosis pada hati yang berakibat lebih fatal
karena peradangan semakin parah, cacing fasciola. Spp ditemukan didalam duct
biliferus sehingga menyebabkan, Proliferasi duct biliferus, Metaplasia sel goblet
(berubah bentuk menjadi lebih banyak dan tidak beraturan), Infiltrasi sel radang dan
menyebabkan fibrosis diantara lobus hepatis, sehingga terjadi Fasciolosis
Cholangiohepatitis, yang ditandai dengan histopatologi sebagai berikut :
• Infistrasi sel radang disekitar buluh empedu
• Fibrosis diantara lobus hepatis
• Metaplasia sel goblet pada buluh empedu
• Cacing Fasciola. Spp didalam buluh empedu
• Proliferasi buluh empedu
Leukocytozoon myosis

2.1 Etiologi
Leukocytozoon myosis merupakan penyakit parasitik pada unggas yang
disebabkan oleh protozoa dari genus Leucocytozoon. Leucocytozoon sp.
diklasifikasikan sebagai protozoa dari phylum apicomplexa, kelas sporozoa,
ordo eucoccidiidae, famili plasmodiidae. Protozoa ini hidup sebagai parasit di
dalam sel darah putih. Di Asia Tenggara, terdapat dua spesies yang paling sering
ditemukan menyebabkan Leucocytozoonosis pada ayam, yaitu Leucocytozoon
caulleryi dan Leucocytozoon sabrazesi. Penyakit ini sering terjadi pada
peternakan di negara beriklim tropis terutama pada peternakan yang dekat
dengan sumber air seperti kolam dan danau. Hal tersebut dikarenakan sumber
air merupakan habitat hidup bagi vektor perantara Leucocytozoon sp. yaitu
Simulium sp. dan Culicoides arakawae. Selain ayam, Leucocytozoon juga dapat
menginfeksi unggas air, dan kalkun.
Ayam, unggas air, dan kalkun merupakan hewan yang rentan terhadap
penyakit Leukocytozoon myosis .Leukocytozoon myosis pada hewan
disebabkan oleh spesies yang berbeda. Leucocytooonosis pada ayam dapat
disebabkan oleh Leucocytozoon caulleryi, L. andrewsi, L. schoutedeni, dan L.
sabrazesi, pada unggas air seperti bebek dan angsa disebabkan oleh L. simondi,
dan pada kalkun disebabkan oleh L. smithi.

2.2 Patogenesis
Penularan Leukocytozoon myosis memerlukan bantuan vektor biologis
Simulium sp. dan C. arakawae. Kedua arthropoda tersebut akan menginjeksikan
sporozoit Leucocytozoon sp. ke dalam pembuluh darah inang. Sporozoit yang
telah masuk ke dalam pembuluh darah kemudian akan berkembang membentuk
dua tipe skizon, yaitu skizon hepatic dan megaloskizon. Skizon hepatic akan
terbawa oleh aliran darah menuju hati dan berkembang di sel-sel kupffer hati.
skizon tersebut berukuran kecil dan akan berkembang membentuk merozoit.
Kumpulan dari merozoit yang berukuran kecil (20,2x18,5 μm sampai 300x248
μm dengan rata-rata 120x 100 μm) disebut cytomere. Megaloskizon jumlahnya
lebih banyak daripada hepatic skizon. Megaloskizon berkembang pada sel-sel
darah seperti sel limfoid dan sel makrofag. Megaloskizon yang terdapat pada
sel–sel darah akan beredar ke berbagai organ tubuh seperti otak, hati, paru-paru,
ginjal, saluran pencernaan, dan ginjal setelah 6 hari infeksi. Setelah 7 hari
infeksi, Hepatic skizon dan megaloskizon akan mengalami robek dan
mengeluarkan merozoit yang telah berkembang di dalam skizon. Merozoit
tersebut akan beredar bersama darah mengikuti sirkulasi darah perifer. Merozoit
tersebut kemudian berkembang membentuk makrogamet dan mikrogamet
(gametogony). Mikrogamet dan makrogamet akan berkembang menjadi masak
dan melakukan fertilisasi membentuk oocyt di dalam saluran pencernaan vektor
nyamuk. Oocyt kemudian melakukan penetrasi ke dinding saluran pencernaan
nyamuk dan memproduksi sporozoit. Sporozoit tersebut akan menuju kelenjar
ludah dan akan diinjeksikan ke dalam tubuh inang ketika nyamuk menghisap
darah inang. Proses sporogony ini memerlukan waktu kira-kira satu minggu.
Penyakit Leucocytozoonosis lebih sering menyerang unggas muda.
Unggas muda yang terkena Leukocytozoon myosis akan bersifat akut
sedangkan infeksi pada unggas dewasa akan bersifat kronis. Penyakit
Leukocytozoon myosis mengganggu sirkulasi darah perifer unggas sehingga
unggas yang terinfeksi mengalami anemia, kelemahan, dan kematian. Organ
lain yang terganggu akibat infeksi agen ini adalah hati. Hati unggas yang
terserang akan menunjukkan lesi berupa bintik nekrotik.
Leukocytozoon myosis akut menyebabkan unggas mengalami anemia,
leukocytosis, tachypnea, anorexia, lesu, diare berwarna hijau, dan gangguan
syaraf. Pada ayam layer, Leucocytozoonosis menyebabkan produksi telur
menurun. Gejala klinis muncul setelah satu minggu infeksi. Jika tidak diobati,
kematian dapat terjadi setelah 7 hingga 10 hari setelah gejala klinis muncul.
Hewan yang mampu bertahan hidup akan mengalami gangguan pertumbuhan,
penurunan produksi dan infeksi biasanya bersifat laten.
Unggas yang terinfeksi Leukocytozoon myosis akan menunjukkan lesi
berupa adanya bercak-bercak perdarahan pada paha, dada, abdomen, kulit, dan
kulit sekitar mata. Bercak-bercak perdarahan juga dapat ditemui pada hampir
seluruh organ dalam unggas. Hati dan limpa terkadang ditemukan mengalami
pembesaran.
2.3 Gambaran Mikroskopis

Gambar 3. Leukocytozoon myosis pada otot ayam.

Gambar 4. Kista Leukocytozoon dengan sel darah merah dan sel radang.
Dalam kasus Leukocytozoon gamparan histopatologi yang ditemui adalah :
• Myositis
• Nekrosa otot
• Steatitis (perlemakan)
• Jaringan ikat yang mengelilingi kista leukocytozoon
• Kista leukocytozoon yang berisi ; sel darah merah dan sel radang, dan terdapat
limfosit, makrofag serta sel rasasa tipe benda asing.

peradangan disebabkan oleh cista leucytozoon yang berisi rbc,sel radang, diselubungi
limfosit, makrofag, giand sel dan jaringan ikat
Referensi

M. C. Ferreras; M. J. García-Ilesias; M. Y. Manga-González; C. Pérez-Martínez; Y.


Mizinska; V. Ramajo; M. C. González-Lanza; A. Escudero; J. F. García-Marín
(2000). Histopathological and Immunohistochemical Study of Lambs Experimentally
Infected with Fasciola hepatica and Schistosoma bovis,47(10), 763–773.
Al-Mahmood, Saevan & Al-Sabaawy, Hadil. (2019). Fasciolosis: grading the
histopathological lesions in naturally infected bovine liver in Mosul city. Iraqi Journal
of Veterinary Sciences. 33. 379-387.
Pertanian, K. (2014). Manual Penyakit Unggas. Jakarta: Subdit Pengamatan Penyakit Hewan
Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai