Disusun oleh :
Baiq Amira Fatmaharani (020.06.0007)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
TAHUN 2021
DAFTAR ISI
DESKRIPSI MASALAH
Pada skenario LBM 2, setelah kami berdiskusi didapakkan asumsi bahwa keluhan
yang dirasakan wanita tersebut berkaitan dengan riwayat ia melakukan oprasi
pengangkatan kelenjar tiroid. Setelah pengangkatan dari kelenjar tiroidnya sangat
berkaitan dengan keluhan yang dia rasakan karna mempengaruhi metabolisme
tubuhnya. Maka dari skenario kita dapat mengkaitkan gejala yang diderita apakah
iay hipotiroid, hipertiroid, hipoparatiroid, dan hiperparatiroid.
BAB II
PEMBAHASAN
FISIOLOGI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid memiliki fungsi utama untuk mensuplai hormon tiroid untuk
pengaturan fungsi tubuh seperti metabolisme dan penggunaan energi. Kelenjar
tiroid mensekresikan hormon primer, yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Hormon-hormon tersebut memiliki fungsi meningkatkan kecepatan metabolisme di
dalam tubuh. Pada setiap molekul T4 terdapat 4 atom yodium dan setiap molekul
T3 terdapat 3 atom yodium. Kedua hormon tersebut dirangsang pengeluarannya di
lobus anterior kelenjar hipofisis oleh thyroid stimulating hormon (TSH). TSH
adalah hormon yang mengatur pertumbuhan dan fungsi tiroid dari janin hingga
dewasa Hormon T3 dan T4 dibentuk oleh yodium sebagai bahan dasar yang dapat
ditemukan pada beberapa jenis makanan dan minuman
Produksi dan sekresi hormon tiroid diatur oleh mekanisme regulasi yang kompleks.
Fungsi kelenjar tiroid diatur oleh suatu mekanisme aksi stimulasi oleh Tiroid
Stimulating Hormon (TSH) di hipotalamus pada kelenjar pituitary anterior.
Modulasi pelepasan TSH diatur oleh pengaruh hormon tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3) bebas yang terdapat di perifer melalui umpan balik negatif
(Kumorowulan & Supadmi, 2010).
Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak
adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering
disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi
paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar
paratiroid (secara congenital)
Etiologi
Jarang sekali terjadi hipoparatiroidisme primer, dan jika ada biasanya terdapat pada
anak-anak dibawah umur 16 tahun. Ada tiga kategori dari hipoparatiroidisme:
2) Hipomagnesemia.
Patofisiologi
Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid
karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama
adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar
paratiroid. Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang
berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua
berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak
anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah
yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal
ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak
pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara
sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat
dibuat segera sesudah operasi.
Manifestasi Klinik
Tetanus merupakan hipertonia otot yang menyeluruh disertai tremor dan kontraksi
spasmodik atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk
melakukan gerakan volunter. Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa,
kesemutan dan kram pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua
belah tangan serta kaki. Pada keadaan tetanus yang nyata, tanda-tanda mencakup
bronkospasme, spasme laring, spasme karpopedal (fleksi sendi siku serta
pergelangan tangan dan ekstensi sensi karpofalangeal), disfagia, fotopobia, aritmia
jantung serta kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas, iritabilitas, depresi dan
bahkan delirium. Perubahan pada EKG dan hipotensi dapat terjadi.
Pemeriksaan Diagnostik Tetanus laten ditunjukan oleh tanda trousseau atau tanda
Chvostek yang positif. Tanda trousseau dianggap positif apabila terjadi spasme
karpopedal yang ditimbulkan akibat penyumabtan aliran darah ke lengan selama 3
menit dengan manset tensimeter. Tanda Chvostek menujukkan hasil positif apabila
pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba didaerah nervous fasialis tepat di
kelenjar parotis dan disebelah anterior telinga menyebabkan spasme atau gerakan
kedutan pada mulut, hidung dan mata.
Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa nyeri
dan pegal-pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan membantu.
Biasanya hasil laboratorium yang ditunjukkan, yaitu:
1. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar
dari 5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.
4. Foto Rontgen:
Komplikasi
Penatalaksanaan
Tujuan adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl (2,2-2,5
mmol/L) dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta hipokalsemia. Apabila
terjadi hipokalsemia dan tetanus pascatiroidektomi, terapi yang harus segera
dilakukan adalah pemberian kalsium glukonas intravena. Jika terapi ini tidak segera
menurunkan iritabilitas neuromuskular dan serangan kejang, preparat sedatif
seperti pentobarbital dapat dapat diberikan.
Pemberian peparat parathormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi
hipoparatiroidisme akut disertai tetanus. Namun demikian, akibat tingginya
insidens reaksi alergi pada penyuntikan parathormon, maka penggunaan preparat
ini dibatasi hanya pada hipokalsemia akut. Pasien yang mendapatkan parathormon
memerlukan pemantauan akan adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi
alergi.
Ham, Maria Francisca. 2020. Buku Ajar Patologi Dasar. Singapore: Elsevier