Oleh:
KELOMPOK 3
Ahmad Syarif 1814201210003
Annisa Hafizah 1814201210008
Annesia Stefani Ismail 1814201210006
Antos Anggrawan 1814201210009
Aulia Fitriani 1814201210011
Erna Lidia Sari 1814201210018
Ermina 1814201210017
Ervina Oktaviani 1814201210021
Farid Ma’ruf 1814201210024
Fenny Rahmanoor Astuti 1814201210026
Helena Adventia 1814201210031
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid janin berasal dari endoderm foregut yang kemudian bermigrasi ke
inferior sampai ke daerah kartilago tiroid. Segala sesuatu yang terjadi selama proses
migrasi ini dapat menyebabkan terjadinya tiroid ektopik. Pada usia 7 minggu, kelenjar
tiroid sudah terdiri dari 2 lobus.
Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) mulai terdapat dalam neuron pada
neonatus saat usia 4 minggu sedangkan Tiroid Stimulating Hormone (TSH) mulai
dihasilkan oleh hipofisis pada usia 9 minggu, dan dapat dideteksi dalam sirkulasi pada
usia 11 sampai 12 minggu. Kadar TSH dalam darah mulai meningkat pada usia 12
minggu sampai aterm. Pada usia 4 minggu, janin mulai mensintesis tiroglobulin.
Aktivitas tiroid mulai tampak pada usia 8 minggu kehamilan. Pada usia kehamilan 8
sampai 10 minggu, janin dapat melakukan ambilan (trapping) iodium dan pada usia 12
minggu dapat memproduksi T4 yang secara bertahap kadarnya terus meningkat sampai
mencapai usia 36 minggu. Produksi TRH oleh hipotalamus dan TSH oleh hipofisis
terjadi dalam waktu yang berrsamaan, tetapi integrasi dan fungsi aksis hipotalamus-
hipofisis-tiroid dengan mekanisme umpan baliknya belum terjadi sampai trimester
kedua kehamilan.
Sebelum memasuki trimester kedua kehamilan, perkembangan normal janin
sangat bergantung pada hormon tiroid ibu. Kira-kira sepertiga kadar T4 ibu dapat
melewati plasenta dan masuk ke janin. Apabila ibu hamil mengalami kelainan tiroid
atau mendapatkan pengobatan anti tiroid, misalnya penyakit Grave’s maka, obat anti
tiroid juga melewati plasenta sehingga janin beresiko mengalami hipotiroid.
Sesudah bayi lahir terjadi kenaikan TSH mendadak yang menyebabkan
peningkatan kadar T3 dan T4 yang kemudian secara perlahan-lahan menurun dalam 4
minggu pertama kehidupan bayi. Pada bayi prematur kadar T4 saat lahir rendah
kemudian meningkat mencapai kadar bayi aterm dalam usia 6 minggu. Semua tahap
1
2
hormon mulai berperan penting dalam mengatur pertumbuhan setelah lahir. Faktor
genetik dan nutrisi juga sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini.
Kelenjar tiroid yang bekerja dibawah pengaruh kelenjar hipofisis, tempat
diproduksinya hormon tireotropik. Hormone ini mengatur produksi hormone tiroid,
yaitu tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Kedua hormone tersebut dibentuk dari
monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin. Untuk itu diperlukan dalam proses metabolic
didalam badan, terutama dalam pemakaian oksigen. Selain itu juga merangsang sintesis
protein dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan vitamin. Hormon ini
juga diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin A. Hormone tiroid esensial
juga sangat penting untuk pertumbuhan tetapi ia sendiri tidak secara langsung
bertanggung jawab menimbulkan efek hormone pertumbuhan. Hormone ini berperan
permisif dalam mendorong pertumbuhan tulang, efek hormone pertumbuhna akan
maksimum hanya apabila terdapat hormone tiroid dalam jumlah yang adekuat.
Akibatnya, pada anak hipotiroid pertumbuhan akan terganggu, tetapi hipersekresi
hormone tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan berlebihan.
Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium dalam makanan
dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini
harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan
kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila
ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus jaringan endokrin yang menyatu di
bagian tengah oleh bagian sempit kelenjar, sehingga kelenjar ini tampak seperti
dasi kupu-kupu. Kelenjar ini bahkan terletak di posisi yang tepat untuk
pemasangan dasi kupu-kupu, yaitu berada di atas trakea, tepat di bawah laring.
Sel-sel sekretorik utama tiroid tersusun menjadi gelembung- gelembung
berongga, yang masing-masing membentuk unit fungsional yang disebut folikel.
Dengan demikian sel-sel sekretorik ini sering disebut sebagai sel folikel. Pada
potongan mikroskopik, folikel tampak sebagai cincin-cincin sel folikel yang
meliputi lumen bagian dalam yang dipenuhi koloid, suatu bahan yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan untuk hormon tiroid.
Konstituen utama koloid adalah molekul besar dan kompleks yang dikenal
sebagai tiroglobulin, yang di dalamnya berisi hormon-hormon tiroid dalam
berbagai tahap pembentukannya. Sel-sel folikel menghasilkan dua hormon yang
mengandung iodium, yang berasal dari asam amino tirosin, yaitu tetraiodotironin
(T4 atau tiroksin) dan triodotironin (T3). Awalan tetra dan tri serta huruf bawaan
4 dan 3 menandakan jumlah atom Iodium yang masing-masing terdapat di dalam
setiap molekul hormon. kedua hormon ini yang secara kolektif disebut sebagai
hormon tiroid, merupakan regulator penting bagi laju metabolisme basal
keseluruhan.
Di ruang interstisium di antara folikel-folikel terdapat sel sekretorik jenis
lain, yaitu sel C (disebut demikian karena mengeluarkan hormon peptida
kalsitonin), yang berperan dalam metabolisme kalsium. Kalsitonin sama sekali
tidak berkaitan dengan kedua hormon tiroid utama di atas. Seluruh langkah
sintesis hormon tiroid berlangsung di molekul besar tiroglobulin, yang kemudian
4
5
hormon tiroid tetap disimpan dalam bentuk ini di koloid sampai mereka dipecah
dan disekresikan. Diperkirakan bahwa jumlah hormon tiroid yang secara normal
disimpan di koloid cukup untuk memasok kebutuhan tubuh untuk beberapa
bulan.
2. Fisiologi
Kelenjar tiroid janin berasal dari endoderm foregut yang kemudian
bermigrasi ke inferior sampai ke daerah kartilago tiroid. Segala sesuatu yang
terjadi selama proses migrasi ini dapat menyebabkan terjadinya tiroid ektopik.
Pada usia 7 minggu, kelenjar tiroid sudah terdiri dari 2 lobus.
Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) mulai terdapat dalam neuron pada
neonatus saat usia 4 minggu sedangkan Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
mulai dihasilkan oleh hipofisis pada usia 9 minggu, dan dapat dideteksi dalam
sirkulasi pada usia 11 sampai 12 minggu. Kadar TSH dalam darah mulai
meningkat pada usia 12 minggu sampai aterm. Pada usia 4 minggu, janin mulai
mensintesis tiroglobulin. Aktivitas tiroid mulai tampak pada usia 8 minggu
kehamilan. Pada usia kehamilan 8 sampai 10 minggu, janin dapat melakukan
ambilan (trapping) iodium dan pada usia 12 minggu dapat memproduksi T4 yang
secara bertahap kadarnya terus meningkat sampai mencapai usia 36 minggu.
Produksi TRH oleh hipotalamus dan TSH oleh hipofisis terjadi dalam waktu
yang bersamaan, tetapi integrasi dan fungsi aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid
dengan mekanisme umpan baliknya belum terjadi sampai trimester kedua
kehamilan.
Sebelum memasuki trimester kedua kehamilan, perkembangan normal
janin sangat bergantung pada hormon tiroid ibu. Kira-kira sepertiga kadar T4 ibu
dapat melewati plasenta dan masuk ke janin. Apabila ibu hamil mengalami
kelainan tiroid atau mendapatkan pengobatan anti tiroid, misalnya penyakit
Grave’s maka, obat anti tiroid juga melewati plasenta sehingga janin berisiko
mengalami hipotiroid. Sesudah bayi lahir terjadi kenaikan TSH mendadak yang
menyebabkan peningkatan kadar T3 dan T4 yang kemudian secara perlahan-
7
lahan menurun dalam 4 minggu pertama kehidupan bayi. Pada bayi prematur
kadar T4 saat lahir rendah kemudian meningkat mencapai kadar bayi aterm
dalam usia 6 minggu. Semua tahap yang melibatkan sintesis hormon tiroid
termasuk trapping, oksidasi,organifikasi, coupling dan sekresinya berada di
bawah pengaruh TSH.
B. Definisi
Kretinisme adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak. Ini terjadi akibat
kurangnya hormon tiroid. Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam
perkembangan fisik maupun mentalnya. Kretinisme dapat diderita sejak lahir atau
pada awal masa kanak-kanak (Adrian, 2011). Kretinisme yaitu perawakan pendek
akibat kurangnya hormon tiroid dalam tubuh (Qeeya, 2010).
Kretinisme adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh kurangnya kelenjar
tiroid mengeluarkan secret pada waktu bayi, berupa hambatan pertumbuhan mental
dan fisik (Pearce, 2002).
Hipotiroidisme neonatal adalah penurunan produksi hormon tiroid pada bayi
baru lahir. Dalam kasus yang sangat langka, tidak ada hormon tiroid yang
diproduksi. Jika bayi lahir dengan kondisi tersebut, maka disebut hipotiroidisme
kongenital. Jika berkembang segera setelah lahir, hal itu disebut hipotiroidisme
diperoleh pada periode baru lahir.
Hipotiroidisme Kongenital merupakan penyebab retardasi mental tersering
yang dapat diobati, disebabkan karena tidak adekuatnya produksi hormone tiroid
pada bayi baru lahir. Hal ini terjadi karena defek anatomic kelenjar tiroid, “inborn
error” metabolisme tiroid, atau defesiensi yodium. Di seluruh dunia, defesiensi
yodium merupakan penyebab terbanyak hipotiroidieme congenital. Pada daerah
dengan defesiensi yodium yang sangat berat, hipotiroidisme congenital
endemic(cretin endemic) secara klinis ditandai dengan retardasi mental,perawakan
pendek, bisu tuli, dan kelainan neurologi spesifik. Sedangkan hipotiroidisme
sporadic (cretin sporadic) terjadi di daerah nonendemik, dan penyebabnya adalah
8
tidak ada atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid, 80% disebabkan oleh agenesis dan
disgenesis tiroid. (Susanto, 2009)
3) Sintesis atau sekresi TSH berkurang. Gangguan pada otak yang mengatur
produksi hormon tiroid. Gangguan ini adalah penyebab hipotiroid
kongenital yang paling jarang (<5%) dan bisa bersifat keturunan atau tidak.
Ini disebabkan kelainan pada hifofisis atau hipotalamus, prevalensi antara
1: 25.000 sampai 1:100.000 kelahiran. Walaupun jarang, ini sangat penting
karena berhubungan dengan defisiensi hormone hifofisis lain yang dapat
menyebabkan kematian karena hipoglikemia.
4) Menurunnya transport T4 seluler. Kelainan kongenital dari kerja tiroid
terbaru adalah ditemukan penurunan transport T4 ke dalam sel target.
(susanto,2009). Hal ini disebabkan mutasi gen MCT8(Monocarboxylate
transporter), yang berlokasi pada kromosom Xq13.2, merupakan fasilitator
seluler aktiv transport tiroid ke dalam sel. Ekspresigen ini terutama pada
jaringan khususnya otak, jantung, paru, plasenta, ginjal dan otot skeletal,
serta hepar sehingga kelainan ini menyebabkan hipotiroidisme yang
terbatas pada laki-laki.
5) Resistensi hormon tiroid. Ditemukan pertama kali oleh Refetoff, dkk pada
tahun 1967, merupakan sindrom akibat tidak responsifnya jaringan target
terhadap hormon tiroid. Tampilan klinis biasanya sangat heterogen, bisa
didapatkan goiter, gangguan belajar disertai dengan hiperaktif, kelambatan
pertumbuhan , dan sinus takikardi. Biasanya baru terdiagnosis pada
kehidupan lanjut, kecuali ada skrinning dengan pemeriksaan TSH, bayi
yang terkena asimpomatik,insiden diperkirakan 1:50.000 bayi baru lahir.
b. Hipotiroidisme kongenital transien (sementara)
Variasi sangat besar, tergantung bagaimana keadaan ditemukan pada skrining.
Ada sekitar 1:40.000 orang bayibaru lahir atau 10% bayi baru lahir mengalami
hipotiroidisme jenis ini di Amerika utara. Penyebabnya (Brown RS, Huang S.
(2007):
10
5) Kelainan hipofisis
6) Defisiensi spesifik TSH
Penyebab paling sering dari kekurangan hormon tiroid adalah akibat
kurangnya bahan baku pembuat. Bahan baku terpenting untuk produksi hormon
tiroid adalah yodium. Kretinisme dapat terjadi bila kekurangan berat unsur yodium
terjadi selama masa kehamilan hingga tiga tahun pertama kehidupan bayi. Hormon
tiroid bekerja sebagai penentu utama laju metabolisme tubuh keseluruhan,
pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta fungsi saraf. Sebenarnya gangguan
pertumbuhan timbul karena kadar tiroid yang rendah mempengaruhi produksi
hormon pertumbuhan, hanya saja ditambah gangguan lain terutama pada susunan
saraf pusat dan saraf perifer.
D. Patofisiologi
Kecepatan pertumbuhan tidak berlangsung secara kontinu selama masa
pertumbuhan, demikian juga faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan.
Pertumbuhan janin, tampaknya sebagian besar tidak bergantung pada kontrol
hormon, ukuran saat lahir terutama ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan.
Faktor hormon mulai berperan penting dalam mengatur pertumbuhan setelah lahir.
Faktor genetik dan nutrisi juga sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini.
Kelenjar tiroid yang bekerja di bawah pengaruh kelenjar hipofisis, tempat
diproduksinya hormon tireotropik. Hormon ini mengatur produksi hormon tiroid,
yaitu tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Kedua hormon tersebut dibentuk dari
monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin. Untuk itu diperlukan dalam proses
metabolisme di dalam badan, terutama dalam pemakaian oksigen. Selain itu juga
merangsang sintesis protein dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak
dan vitamin. Hormon ini juga diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin
A. Hormon tiroid esensial juga sangat penting untuk pertumbuhan tetapi ia sendiri
tidak secara langsung bertanggung jawab menimbulkan efek hormon pertumbuhan.
Hormon ini berperan permisif dalam mendorong pertumbuhan tulang, efek hormon
12
pertumbuhan akan maksimum hanya apabila terdapat hormon tiroid dalam jumlah
yang adekuat. Akibatnya, pada anak hipotiroid pertumbuhan akan terganggu, tetapi
hipersekresi hormon tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan berlebihan.
Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium dalam makanan
dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar
ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan
kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun.
Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme
E. Manifestasi Klinis
Gangguan pertumbuhan dan retardasi mental merupakan gejala yang tersering
dan yang paling dirasakan. Namun selain itu terdapat pula gejala-gejala yang
tampak secara fisik seperti: pembesaran kelenjar tiroid atau gondok, frekuensi
buang air besar yang berkurang, suara serak, kulit dan rambut tampak kering, anak
tampak pucat dan frekuensi denyut jantungnya lebih jarang dari anak normal.
Namun seorang anak yang menderita hipotiroid kongenital tidak selalu memiliki
semua gejala-gejala tersebut. Gejala dapat timbul segera setelah lahir atau setelah
anak tersebut mengalami proses belajar, tergantung dari faktor penyebab dan
beratnya penyakit.
Pada bayi, manifestasi klinis sulit ditemukan, 95 % bayi yang terkena tidak
menunjukkan gejala secara klinis, karena masih didapat dari ibu melalui plasenta,
sehingga meskipun tidak memproduksi sama sekali namun kadar tiroid masih 25 %-
50% dari kadar normal. Namun, bayi dengan hipotiroidisme berat sering memiliki
penampilan yang unik, termasuk:kusam terlihat, kulit belang-
belang(mottling),Puffy wajah(wajah sembab)Tebal lidah yang menonjol(besar) dan
kasar serta bercelah-celah(scrotal tongue), kepala agak kecil dan brakisefalik
dengan daerah oksipital mendatar. Muka lebar, tulang pipi tinggi, hidung pesek,
mata letaknya berjauhan serta sipit miring ke atas dan ke samping, iris mata
13
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
TSH meningkat, T3 serta T4 menurun. Kadar T4 serum rendah, kadar T3 serum
dapat normal, Kadar prolaktin serum meningkat, Kadar Tg serum biasanya
rendah
2. Pemeriksaan Radiologis
a. Roentgenographi
1) Tidak ada distal femoral epiphysis
2) epifisis disgenesis
3) Deformitas (retak) dari vertebra thorakalis 12 atau ruas lumbal 1 atau 2
4) Foto tengkorak menunjukkan fontanela besar dan sutura lebar
5) Keterlambatan pada pembentukan dan erupsi gigi.
b. Ultrasonographic
Rendahnya level TG serum menunjukkan agenesis dan peningkatan Tg serum
ada pada kelenjar ektopik dan gondok,
c. Elektrokardiogram
Fungsi ventrikel kiri jelek dan efusi perikardial.
G. Penatalaksanaan
Untuk hipotiroid kongenital yang sementara (transient) sebenarnya tidak
diperlukan pengobatan karena fungsi dari kelenjar tiroid akan kembali normal
setelah lahir dalam waktu yang bervariasi tergantung penyebabnya. Namun kadang
diperlukan pengobatan untuk masa yang bervariasi karena kadang sulit diketahui
apakah ini tergolong sementara atau permanen pada awal kelahiran.
Pada hipotiroid kongenital yang permanen yang merupakan penyebab
tersering hipotiroid kongenital, kekurangan hormon tiroid tidak dapat dicegah
namun gejala akibat kekurangan hormon tiroid dapat dicegah dengan pemberian
pengganti atau suplemen hormon tiroid dalam bentuk tablet. Pemberian obat ini
harus dimulai sedini mungkin (usia < 1 bulan) dan diberikan seumur hidup, terutama
15
pada usia 0-3 tahun. Dengan pemberian hormon tiroid yang teratur dan terkontrol,
anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Setelah ditetapkan diagnosis, harus secepatnya diberikan pengobatan dengan
LT4 dan orang tua harus dijelaskan tentang penyeba hipotiroidisme yang terjadi
pada bayinya,dan jelaskan bahwa pengobatan dini dan adekuat akan memperbaiki
prognosis bayinya. Dosis yang dianjurkan adalah 10-15 Ug/KgBB agar T4 kembali
normal secepatnya. Pada bayi dengan hipotiroidisme berat (kadar T4 < 5 Ug/L atau
64 nmol/L) seperti pada agenesis tiroid, harus dimulai dengan dosis tinggi.
Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel
berikut:
Umur Dosis µg/kg BB/hari
0-3 bulan 10-15
3-6 bulan 8-10
6-12 bulan 6-8
1-5 tahun 5-6
2-12 tahun 4-5
> 12 tahun 2-3
Kadar T4 dipertahankan di atas pertengahan nilai normal.
Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid tidak ada, dapat dilakukan therapeutic
trial sampai usia 3 tahun dimulai dengan dosis rendah dalam 2-3 minggu; bila ada
perbaikan klinis, dosis dapat ditingkatkan bertahap atau dengan dosis pemberian +
100 µg/m2/hari. Penyesuaian dosis tiroksin berdasarkan respon klinik dari uji fungsi
tiroid T3, T4, dan TSH yang dapat berbeda tergantung dari etiologi hipotiroid.
Tiroid dapat dicampur dengan sari buah atau susu formula tetapi harus
diminum habis dan tidak boleh diberikan bersama dengan bahan-bahan yang
menghambat penyerapan , seperti besi, kedelai, atau serat. Beberapa bayi dapat
menelan tablet utuh atau dikunyah dengan air liurnya sebelum bayi mempunyai gigi.
Obat dalam bentuk cairan, tidak stabil sehingga sebaiknya tidak digunakan. Setelah
anak mulai minum obat ini, tes darah secara teratur dilakukan untuk memastikan
kadar T4 dipertahankan di atas pertengahan nilai normal. Dengan dosis yang
diberikan di atas sebagian besar bayi kadar T4 serum kembali normal dalam waktu
16
1 minggu dan TSH dalam waktu 1 bulan. Dianjurkan untuk memeriksa kembali
kadar T4 dan TSH 2 – 4 minggu setelah pengobatan
Terapi yang paling baik untuk kretinisme adalah pencegahan. Penyakit
hipotiroid kongenital dapat dideteksi dengan tes skrining, yang dilakukan dengan
pemeriksaan darah pada bayi baru lahir atau berumur 3 hari atau minimal 36 jam
atau 24 jam setelah kelahiran. Dengan diagnosis/skrining dan pemberian suplemen
hormon tiroid sedini mungkin gangguan pertumbuhan dan retardasi mental dapat
dicegah dan anak diharapkan akan tumbuh dan berkembang secara normal.
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
1. Pemberian makanan yang adekuat dengan cukup kalori dan protein
2. Mengonsumsi makanan yang diberi garam beryodium atau pemberian suplemen
yodium untuk merangsang produksi hormon.
3. Kecukupan kebutuhan vitamin dan mineral
Pemberian obat khusus, yaitu hormon tiroid (tiroid desikatus). Diberikan
mulai dari dosis kecil, lalu dinaikkan sampai kita mendekati dosis toksik (gejala
hipertiroidisme), lalu diturunkan lagi. Penilaian dosis yang tepat ialah dengan
menilai gejala klinis dan hasil laboratorium.
H. Prognosis
1. Diagnosis awal dan pengobatan yang cukup sejak umur minggu pertama
kehidupan memungkinkan pertumbuhan linier yang normal dan intelegensinya
setingkat dengan saudara kandung yang tidak terkena.
2. Tanpa pengobatan bayi yang terkena menjadi cebol dan defisiensi mental. Bila
pengobatan dimulai pada usia 46 minggu IQ pasien tidak berbeda dengan IQ
populasi kontrol.
3. Tuli sensorineural ditemukan pada 20% kasus hipotiroid kongenital.
Semakin muda dimulai pemberian hormon tiroid, maka makin baik
prognosisnya. Kalau terapi dimulai sesudah umur 1 tahun, biasanya tidak akan
17
tercapai IQ yang normal. Pertumbuhan badan dapat baik. Pada kretinisme didapat
dengan pengobatan yang baik, prognosisnya akan lebih baik.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien dengan kelainan ini antara lain mencakup:
a. Riwayat penyakit
Adanya faktor risiko potensi penyakit yang lain, seperti tumor, kanker,
osteoporosis, dan lain-lain
b. Riwayat trauma kepala
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita pasien, serta
riwayat adanya terkena radiasi.
c. Sejak kapan keluhan dirasakan
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedangkan defisiensi
gonadotropin nyata pada masa pra remaja.
d. Kaji adanya keluhan yang terjadi sejak lahir
Misalnya apakah orang tua pernah membandingkan pertumbuhan fisik
anaknya dengan anak- anak sebayanya yang normal.
e. Kaji TTV dasar
Untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
f. Kaji pertumbuhan klien
Timbang dan ukur BB, TB klien saat lahir serta bandingkan pertumbuhan
tersebut dengan standar.
g. Keluhan utama klien
1) Pertumbuhan lambat
2) Ukuran otot dan tulang kecil
3) Tanda- tanda seks sekunder tidak berkembang
h. Amati bentuk dan ukuran tubuh, dan juga pertumbuhan rambut.
i. Palpasi kulit, pada wanita biasanya terdapat kulit yang kering dan kasar.
18
Tujuan: risiko cedera dapat berkurang atau bahkan dihindari, seperti nyeri dan
spasme.
Kriteria hasil:
1) Klien dapat mengantisipasi keadaan nyeri yang tiba- tiba datang karena
adanya kerapuhan tulang.
2) Klien dapat sesegera mungkin melaporkan keadaan nyerinya yang datang
tiba- tiba.
Intervensi:
1) Pantau tanda dan gejala fraktur (vertebral, panggul atau pergelangan
tangan)
Rasional: gejala fraktur dapa terdeteksi secara dini, sehingga tidak
memperberat nyeri.
2) Pantau kifosis dari spina dorsal, ditandai dengan penurunan tinggi badan.
Rasional: pertumbuhan TB yang lebih dominan terlihat adalah pada tulang
belakang, kaji ada kelainan atau tidak.
3) Ajarkan teknik nafas distraksi relaksasi secara sederhana.
Rasional: mengurangi nyeri pada klien apabila tiba- tiba datang nyeri dan
spasme otot.
4) Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan metabolisme
Tujuan: gangguan eliminasi tidak terjadi
Kriteria hasil:
1) Pola eliminasi BAB normal.
2) Tidak terjadi konstipasi lagi.
Intervensi:
1) Kaji dan catat frekuensi, warna dan konsistensi feses
Rasional: untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan yang terjadi pada
eliminasi fekal.
22
1. Kelenjar tiroid janin berasal dari endoderm foregut yang kemudian bermigrasi ke
inferior sampai ke daerah kartilago tiroid. Segala sesuatu yang terjadi selama proses
migrasi ini dapat menyebabkan terjadinya tiroid ektopik. Pada usia 7 minggu,
kelenjar tiroid sudah terdiri dari 2 lobus.
2. Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus jaringan endokrin yang menyatu di bagian
tengah oleh bagian sempit kelenjar, sehingga kelenjar ini tampak seperti dasi kupu-
kupu.
3. Kretinisme adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak. Ini terjadi akibat
kurangnya hormon tiroid. Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam
perkembangan fisik maupun mentalnya. Kretinisme dapat diderita sejak lahir atau
pada awal masa kanak-kanak (Adrian, 2011). Kretinisme yaitu perawakan pendek
akibat kurangnya hormon tiroid dalam tubuh.
4. Hipotiroidisme neonatal adalah penurunan produksi hormon tiroid pada bayi baru
lahir. Dalam kasus yang sangat langka, tidak ada hormon tiroid yang diproduksi.
Jika bayi lahir dengan kondisi tersebut, maka disebut hipotiroidisme kongenital. Jika
berkembang segera setelah lahir, hal itu disebut hipotiroidisme diperoleh pada
periode baru lahir.
5. Ada beberapa penyebab penyakit hipotiroid kongenital. Tergantung dari
penyebabnya hipotiroid kongenital dapat bersifat permanen (pada sebagian besar
kasus, >90%), dapat pula bersifat sementara atau transient (pada sebagian kecil
kasus, <20%).
6. Gangguan pertumbuhan dan retardasi mental merupakan gejala yang tersering dan
yang paling dirasakan. Namun selain itu terdapat pula gejala-gejala yang tampak
secara fisik seperti: pembesaran kelenjar tiroid atau gondok, frekuensi buang air
besar yang berkurang, suara serak, kulit dan rambut tampak kering, anak tampak
pucat dan frekuensi denyut jantungnya lebih jarang dari anak normal.
24
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Qeeya. 2010. Perbedaan Antara Dwarfisme dan Kretinisme. Diakses dari
http://qeeyaaulia.blogspot.com/2010/04/perbedaan-antara-drawfisme-dan.html
pada Rabu, 21 September 2011 pukul 20.49.
Carpenito, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Faizi, Muhammad. 2010. Disitasi dari : Hipotiroid. www.pediatric.com pada hari Rabu,
21 September 2011 pada pukul 21.10.
25
26
Robbins SL., et.al.(1995). Buku Ajar Patologi II (Basic Pathology Part II) Edisi 4.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Susanto. (2009). Kelainan Tiroid pada Masa Bayi Skrining Hipotiroidisme Neonatal,
Hipotiroidisme Kongenital dan Hipotiroidisme Didapat.
pediatrics_undip/journal/kelainan tiroid masa bayi.pdf. Tanggal 25 April 2019.
Jam 15.00 WITA
27
Wilkinson, Judith. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.