PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertiroid merupakan penyakit yang relative jarang pada anak anak,
namun kejadiannya sering meningkat pada usia remaja dan dewasa. Pada anak
anak sering disebabkan oleh penyakit Graves.1-3
Penggunaan hipertiroid sendiri sering dikacaukan dengan tiroktosikosis,
keduanya memang keadaan yang hamper sama namun pada dasarnya berbeda. 1
Tiroktoksikosis
merupakan
istilah
umum
yang
menunjukkan
terjadinya
diagnosis
dan
penatalaksanannya. 2,5seringkali
anak
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Anatomi
Kelenjar tiroid mulai terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu pada
akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara
branchial pouch pertama dan kedua. Kelenjar tiroid terletak dibagian bawah leher,
terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea
2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pratrakea
sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya
kelenjar kearah kranial, yang merupakan ciri khas kelenjar tiroid. Sifat inilah yang
digunakan klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan dileher berhubungan
dengan kelenjar tiroid atau tidak.
arkus aorta. Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler dan
limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular yang
manyatu di permukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior.
Aliran darah ke kelenjar tiroid diperkirakan 5 ml/gram kelenjar/menit, dalam
keadaan hipertiroidisme aliran ini akan meningkat sehingga dengan stetoskop
terdengar bising aliran darah dengan jelas di ujung bawah kelenjar.1,2
2.2.
Histologi
Sel pada kebanyakan organ endokrin menimbun produk sekresinya di
dalam sitoplasmanya. Kelenjar tiroid adalah organ endokrin unik karena selselnya tersusun membentuk struktur bulat yang disebut folikel, bukan berupa
kelompok atau deretan seperti biasanya. Sel-sel yang mengelilingi folikel, yaitu
sel folikel, menyekresi dan menimbun produknya di luar sel, di dalam lumen
folikel sebagai substansi mirip gelatin yang disebut koloid. Koloid terdiri atas
tiroglobulin, yaitu suatu glikoprotein yang mengandung sejumlah asam amino
teriodinasi. Hormon kelenjar tiroid disimpan di dalam folikel sebagai koloid
terikat pada tiroglobulin. Oleh karena itu, folikel adalah satuan struktural dan
fungsional kelenjar tiroid. Selain sel folikel, sel-sel parafolikel yang lebih besar
juga terdapat di kelenjar tiroid. Sel-sel ini terdapat di dalam epitel folikel atau
dicelah anatar folikel. Adanya banyak pembuluh darah di sekitar folikel
memudahkan pencurahan hormon ke dalam aliran darah.3
2.3
Fisiologi
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus jaringan endokrin yang menyatu di
bagian tengah oleh bagian sempit kelenjar, sehingga kelenjar ini tampak seperti
dasi kupu-kupu. Kelenjar ini bahkan terletak di posisi yang tepat untuk
pemasangan dasi kupu-kupu, yaitu berada di atas trakea, tepat di bawah laring.
sel-sel sekretorik utama tiroid tersusun menjadi gelembung-gelembung berongga,
yang masing-masing membentuk unit fungsional yang disebut folikel. Dengan
demikian sel-sel sekretorik ini sering disebut sebagai sel folikel. Pada potongan
mikroskopik, folikel tampak sebagai cincin-cincin sel folikel yang meliputi lumen
bagian dalam yang dipenuhi koloid, suatu bahan yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan untuk hormon tiroid.3,4
Konstituen utama koloid adalah molekul besar dan kompleks yang dikenal
sebagai tiroglobulin, yang didalamnya berisi hormon-hormon tiroid dalam
berbagai tahap pembentukannya. Sel-sel folikel menghasilkan dua hormon yang
mengandung iodium, yang berasal dari asam amino tirosin, yaitu tetraiodotironin
(T4 atau tiroksin) dan triiodotironin (T3). Awalan tetra dan tri serta huruf bawaan
4 dan 3 menandakan jumlah atom Iodium yang masing-masing terdapat di dalam
setiap molekul hormon. kedua hormon ini yang secara kolektif disebut sebagai
hormon tiroid, merupakan regulator penting bagi laju metabolisme basal
keseluruhan.3,4
Di ruang interstisium di antara folikel-folikel terdapat sel sekretorik jenis
lain, yaitu sel C (disebut demikian karena mengeluarkan hormon peptida
kalsitonin), yang berperan dalam metabolisme kalsium. Kalsitonin sama sekali
tidak berkaitan dengan kedua hormon tiroid utama di atas. Seluruh langkah
sintesis hormon tiroid berlangsung di molekul besar tiroglobulin, yang kemudian
menyimpan hormon-hormon tersebut. bahan dasar untuk sintesis hormon tiroid
adalah tirosin dan Iodium, yang keduanya harus diserap dari darah oleh sel-sel
folikel. Tirosin suatu asam amino, disintesis dalam jumlah memadai oleh tubuh,
sehingga bukan merupakan kebutuhan esensial dalam makanan. di pihak lain,
Iodium yang diperlukan untuk sintesis hormon tiroid, harus diperoleh dari
makanan.3
Sintesis hormon
hormon tiroid pada dasarnya melibatkan pemecahan sepotong koloid oleh sel
folikel, sehingga molekul tiroglobulin terpecah menjadi bagian-bagiannya, dan
pelepasan T4 dan T3 bebas ke dalam darah. Apabila terdapat rangsangan yang
sesuai untuk mengeluarakan hormon tiroid, sel-sel folikel memasukkkan sebagian
dari kompleks hormon-tiroglobulin dengan memfagositosis sekeping koloid.
Di dalam sel, butir-butir koloid terbungkus membran menyatu dengan
lisosom, yang enzim-enzimnya kemudian memisahkan hormon tiroid yang aktif
secara biologis, T4 dan T3, serta iodotirosin yang nonaktif, MIT dan DIT.
Hormon-hormon tiroid, karena sangat lipofilik, dengan mudah melewati membran
luar sel folikel dan masuk kedalam darah. MIT dan DIT tidak memiliki nilai
endokrin. Sel-sel folikel mengandung suatu enzim yang dengan cepat
mengeluarkan Iodium dari MIT dan DIT, sehingga Iodium yang dibebaskan dapat
didaur ulang untuk sintesis lebih banyak hormon. Enzim yang sangat spesifik ini
akan mengeluarkan Iodium hanya dari MIT dan DIT yang tidak berguna, bukan
dari T4 dan T3.3,4
Sekitar 90 % produk sekretorik yang dikeluarkan dari kelenjar tiroid
adalah dalam bentuk T4, walaupun T3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat
kali lebih baik daripada T4. Namun sebagian besar T4 yang disekresikan
kemudian diubah menjadi T3, atau diaktifkan melalui proses pengeluaran satu
Iodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari sekresi T4
yang mengalami proses pengeluaran Iodium di jaringan perifer. Dengan demikian
T3 adalah bentuk hormon tiroid yang secara biologis aktif di tingkat sel, walaupun
tiroid lebih banyak mengeluarkan T4.4
Setelah dikeluarkan ke dalam darah hormon tiroid yang sangat lipofilik
dengan cepat berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1 % T3 dan
kurang dari 0,1% T4 tetap berada pada bentuk tidak terikat (bebas). Keadaan ini
memang luar biasa mengingat bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan
hormon tiroid memiliki akses ke reseptor sel sasaran dan mampu menimbulkan
suatu efek.4
Terdapat tiga protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon
tiroid: globulin pengikat tiroksin (TBG) yang secara selektif mengikat hormon
tiroid55% dari T4 dan 65% dari T3 dalam sirkulasiwalaupun namanya hanya
termasuk
proses
metabolisme,
sehingga
perubahan
hiper
atau
dari
pada
pembentukannya.
Hipertiroidisme
dapat
Definisi
Hipertiroid adalah suatu gangguan dimana kelenjar tiroid memproduksi
lebih banyak hormon tiroid yang dibutuhkan oleh tubuh. Kadang-kadang disebut
juga tirotoksikosis. Perlu dibedakan antara pengertian tirotoksikosis dengan
hipertiroidsme. Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid
yang beredar dalam sirkulasi. Hipertiroidsme adalah tirotoksikosis yang
diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperkatif. Apapun sebabnya manifestasi
kliniknya sama, karena efek ini disebabkan ikatan T3 dengan reseptor T4-inti
yang makin penuh.6
2.5
Epidemiologi
Sampai saat ini belum didapatkan angka pasti insiden dan prevalensi
hipertiroid pada anak-anak di Indonesia. Beberapa pustaka diluar negeri
menyebutkan insiden pada masa anak secara keseluruhan diperkirakan 1/100.000
anak pertahun.5 mulai 0,1/100.000 anak pertahun untuk anak 0 4
tahun,
meningkat sampai dengan 3/100.000 anak pertahun pada usia remaja. 5,8,9 secara
keseluruhan insiden hipertiroid pada anak jumlahnya kecil sekali atau
diperkirakan hanya 5-6 % dari keseluruhan jumlah penderita graves semua
umur.1,9,10
Prevalensi pada remaja wanita lebih besar 6-8 kali dibandingkan pada
remaja pria.2,11 kebanyakan dari anak yang menderita grave memiliki riwayat
keluarga penderita penyakit tiroid atau penyakit autoimun lainnya, misal :
Diabetes militus tipe 1, penyakit Addison, lupus sistemik, ITP, myasthenia gravis,
atritis remathoid, dan vitiligo.2,3,8,11
Penyakit grave juga lebih sering terjadi pada trisomi 21. 2 sedangkan pada
neonates (neonatal Graves) hanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari oleh ibu
ibu berpenyakit graves dengan prevalensi 1 berbanding 70 kelahiran.12
2.6
Etiologi Hipertiroid
a. Penyakit Grave
Pada penyakit grave sistem imun membuat antibodi yang disebut thyroid
stimulating immunoglobulin (TSI), dimana memiliki struktur yang hampir
sama dengan TSH dan menyebabkan peningkatan hormon tiroid yang
lebih banyak dalam tubuh.
b. Nodul Tiroid
Nodul tiroid yang dikenal juga sebagai adenoma adalah benjolan yang
terdapat pada tiroid. Nodul tiroid umumnya bukan suatu keganasan. 3 -7%
populasi memiliki resiko terjadinya nodul tiroid. Nodul dapat menjadi
hipereaktif dan menghasilkan banyak hormon tiroid. Suatu nodul yang
hiperaktif disebut adenoma toksik dan apabila melibatkan banyak nodul
yang mengalami hiperaktif disebut sebagai goiter multinodular toksik.
Meskipun jarang ditemukan pada orang dewasa goiter multinodular toksik
dapat memproduksi lebih banyak hormon tiroid.
10
c. Tiroiditis
Beberapa jenis tiroiditis dapat menyebabkan hipertiroidisme. Tiroiditis
tidak menyebabkan tiroid untuk menghasilkan hormon berlebihan.
Sebaliknya, hal itu menyebabkan hormon tiroid yang disimpan, bocor
keluar dari kelenjar yang meradang dan meningkatkan kadar hormon
dalam darah.
Tiroiditis subakut
Kondisi ini berkembang akibat adanya inflamasi pada kelenjar
tiroid yang dapat diakibatkan dari infeksi virus atau bakteri.
Tiroiditis postpartum
Tiroiditis post partum diyakini kondisi autoimun dan menyebabkan
hipertiroidisme yang biasanya berlangsung selama 1 sampai2
bulan. Kondisi ini akan terulang kembali dengan kehamilan
berikutnya.
Tiroiditis silent
Jenis tiroiditis disebut "silent" karena tidak menimbulkan rasa
sakit, seperti tiroiditis post partum, meskipun tiroid dapat
membesar. Seperti tiroiditis post partum, tiroiditis silent mungkin
suatukondisi autoimun.
d. Penggunaan Yodium
Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon tiroid,
sehingga jumlah yodium yang dikonsumsi berpengaruh pada jumlah
hormon tiroid yang dihasilkan. Pada beberapa orang, mengkonsumsi
sejumlah besar yodium dapat menyebabkan tiroid untuk membuat hormon
tiroid
berlebihan.
Kadang-kadang
jumlah
yodiumyang
berlebihan
11
Patofisiologi
Terdapat perbedaan yang mendasar patofisiologi penyakit graves yang
terjadi pada bayi dengan yang terjadi pada anak dan dewasa. Penyakit graves yang
terjadi pada bayi atau neonates bersifat sementara, sedangkan pada anak dan
dewasa sifatnya menahun.2,3,12
Neonatal graves hanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang
menderita penyakit graves dengan aktivitas antibodi yang stimulasi terhadap
reseptor TSH (TSH receptor-stimulating antibodies atau kita sebut TSI atau
TRAb-stimulasi) yang kuat. Hal ini dikarenakan adanya TRAb-stimulasi dari ibu
yang mencapai bayi melalui plasenta. TRAb-stimulasi bisa terdapat dalam
sirkulasi ibu hamil yang dalam keadaan hipertiroid (Graves) oleh karena itu
adanya riwayat penyakit graves pada ibu harus menjadi pertimbangan resiko
terjadinya penyakit graves pada bayinya. 2,12,13
Ibu dengan penyakit graves dapat mempunyai campuran antibodi stimulasi
dan inhibisi/blocking terhadap reseptor TSH (TRAb-stimulasi dan TSH receptorblocking antibodies atau kita sebut dengan TRAb-inhibisi) sekaligus. Jenis
antibodi yang sampai ke plasenta akan mempengaruhi kelenjar tiroid bayi, bayi
yang dilahirkan dapat hipertiroid, eutiroid, atau hipotiroid, tergantung antibodi
yang dominan.3,2,12 potensi masing masing dari kedua jenis antibodi ini, baratnya
penyakit ibu, lama paparan terhadap kondisi hipertiroid dalam kandungan, serta
obat-obatan antitiroid pada ibu merupakan faktor faktor yang dapat berpengaruh
pada status tiroid bayi.2,12
2.8
Manifestasi Klinis
12
Half life dari TRAb adalah sekitar 1-2 minggu. Lama gejala neonatal
Graves tergantung dari potensi dan kecepatan klierens antibodi, biasanya
berlangsung 2-3 bulan, dan bahkan bisa lebih. 2,12 komplikasi yang dapat terjadi
adalah gagal jantung, gagal tumbuh, penutupan sutura tulang terngkorak yang
terlalu dini dengan konsekwensi adanya gangguan perkembangan motoric
maupun mental.2,3,13
2.9
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis hipertiroid pada neonatalgraves ditunjukkan dengan adanya
peningkatan T4, FT4, T3, dan FT3 yang disertai dengan supresi kadar TSH. Adanya
titer TRAb yang tinggi pada ibu dan bayi (biasanya diukur sebagai TSH receptorbinding inhibiting immunoglobulin = TBII, mengukur kedua antibodi stimulasi
atau inhibisi) merupakan konfimasi penyebabnya.3,12
Mengingat pentingnya diagnosis dan terapi yang segera, beberapa keadaan
yang dapat dilihat di tabel 1 perlu dipertimbangkan sebagai neonatal Graves untuk
dilakukan pemerikasaan uji fungsi tiroid yang diperlukan .
13
2.10
Terapi
Pada awal pengobatan perlu diingat bahwa Neonatal Graves merupakan
toleransi imun dengan penyebab yang belum jelas. 1,8,14,15 adanya autoantibodi yang
berkerja pada reseptor TSH pada kelenjar tiroid (TSH TRAb-stimulasi dan TSH
receptor-blocking antibodies) menyebabkan peningkatan sisntesis dan sekresi
hormon tiroid secara otonom di luar jaras hipotalamus-hipofisis-tiroid (gambar
2.4).2,11,15 antibodi tersebut merupakan IgG subklas IgGI. 15 dengan target utama
14
autoantigen dari reseptor TSH , selain dari autoantigen yang mirip dengan
jaringan subkutan dan otot-otot ekstraokuler.2,11,14-16
15
2.12
Gejala klinis
Onset gejala klinis seringkali tidak disadari oleh penderita, keluarga
penderita, dan bahkan tidak dikenali oleh tenaga kesehatan pada masa pertama
kali dikunjungi. Sehingga diagnosis Hipertiroid atau grave disease dapat
ditegakkan berberapa bulan setelah onset.5
Penelitian Shulman dkk, mendapatkan bahwa pada anak anak
prepubertas dapat ditegakkan diagnosis setelah 8 bulan terjadinya onset,
sedangkan anak pubertas dapat ditegakkan setelah 5 bulan setelah onset.
Yang paling sering dikeluhkan tertama pada anak-anak prepubertas adalah
penurunan berat badan yang nyata dan diare. Sedangkan tanda klinis klasik
hipertiroid seperti palpitasi, iritabilitas, tremor halus, dan intelorensasi terhadap
panas lebih menonjol terhadap anak-anak remaja.7
Pembesaran kelenjar tiroid (goiter) walaupun hamper selalu ada, tetapi
bukanlah hal yang utama menjadi keluhan, bahkan sering menjadi hal yang sering
diluar perhatian keluarga penderita. Bahkan oleh tenaga kesehatan sekalipun,
dikarenakan pembesarannya seringkali ringan.6,7 kelenjar tiroid yang membesar
terasa lembut dan berbatas tak tegas (Diffuse), tidak berdungkul, dan fleshy, sering
juga terdengar bruit pada auskultasi.2,6
Gangguan pemusatan perhatian dan emosi yang lebih sering menyebabkan
anak-anak mengalami gangguan dalam sekolahnya. Beberapa penderita juga
sering mengeluhkan adanya polyuria dan mengompol pada malam hari, sebagai
akibat oleh peningkatan laju filtrasi glomerulus.2,3,11 peningkatan laju pertumbuhan
linear disertai dengan peningkatan umur tulang sehingga anak terlihat lebih tinggi
dan kurusdari teman sebaya terutama pada anak-anak prepubertas sedangkan
anak-anak remaja tidajk terjadi hal seperti ini.
Pada anak-anak remaja sering terjadi gangguan pubertas (pubertas
terlambat). Pada wanita yang telah menarche, sering kali terjadi ammenorhea
sekunder. Gangguan tidur yang menyertai anak seringkali menyebabkan anak
mudah lelah.2,6,7
Disamping sering terjadi pada orang dewasa opthalmophaty merupakan
salah satu tanda klinis yang khas yang bisa terjadi secara spontan. 5,16,18 secara
keseluruhan gejala dan tanda klinis penyakit graves dapat dilihat pada tabel 2.
16
2.13
pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Lab yang diperlukan pada adalah kadar T3, T4, FT3, FT4 dan
17
yang sulit dibedakan pada fase tirooksik pada tiroiditis hashimoto. Pada keadaan
demikian untuk membedakannya perlu dilakukan TRAb-stimulasi. 2,10,11 namun
demikian pada keadaan yang sudah jelas terdapat tanda graves
semisal
Tata Laksana
Terdapat 3 pilihan metode terapi pada anak dengan penyakit graves yakni
obat-obatan
antitiroid
ablasi
dengan
radioaktif
atau
dengan
tindakan
keluarga
tentang
keuntungan
18
19
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Hipertiroid adalah suatu gangguan dimana kelenjar tiroid memproduksi
lebih banyak hormon tiroid yang dibutuhkan oleh tubuh. Kadang-kadang disebut
juga tirotoksikosis. Perlu dibedakan antara pengertian tirotoksikosis dengan
hipertiroidsme. Gejala klinis dari hipertiroid seperti palpitasi, iritabilitas, tremor
halus, dan intelorensasi terhadap panas lebih menonjol terhadap anak-anak
remaja. Diagnosis Hipertiroid ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis,
pemeriksaan fisik, laboratorium, dan skrining.
3.2.
Saran
Perlu deteksi dini kasus hipertiroid pada anak dengan mengenal tanda dan
gejala klinis dari hiperitoid dan pemberian penatalaksanaan yang tepat demi
mempercepat diagnosis dari penderita hipertiroid khususnya pada neonatal, bayi
dan remaja.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, Richard. Anatomi Klinik. Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta. 2006
2. Djokomoeljanto,R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Kelenjar Tiroid,
Hipitiroidisme dan Hipertiroidsme. Pusat Penerbit FKUI. Jakarta. 2006
3. Ereschenko, V. Atlas Histologi di Fiore. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta . 2003.
4. Sherwood, L .Fisiologi Manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.2001
5. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC, Jakarta, 1996.
6. Stein JH, Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam, alih bahasa Nugroho E,
Edisi 3, EGC, Jakarta, 2000: hal 606 630
7. Subekti, I, Makalah Simposium Current Diagnostic and Treatment
Pengelolaan Praktis Penyakit Graves, FKUI, Jakarta, 2001: hal 1 5
8. National Endocrine and Metabolic Diseases Information Service.
Hyperthyroidsme. 2007; 573-582
9. Rani, A. Panduan Pelayanan Medik. Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta. 2009
10. Donangelo, Ines. Update on Subclinical Hyperthyroidsm. 2011; 934-938
11. American Thyroid Association. Hyperthyroidsm. 2012; 1-4
12. Brand, Frans. A Critical Review and Meta-Analysis of The Association
Between Overt Hyperthyroidsm and Mortality. 2011; 491-497
13. David S. Cooper, M.D. Antithyroid Drugs, N Engl J Med 2005;352:905-17
14. Mansjoer, arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 1.
Media Aesculapius : Jakarta
15. Weetman P. A., Graves Disease. The New England Journal of Medicine.
Massachusetts Medical Society. 2000.
16. Lembar S, Hipertiroidisme Pada Neonatus Dengan Ibu Penderita Graves
Disease, Majalah Kedokteran Atma Jaya, Vol 3, No.1, Jakarta, 2004: hal
57 64
17. Noer HMS, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3, Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 1996: hal 725 778
21
18. Price A.S. & Wilson M.L., Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Alih
Bahasa Anugerah P., Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995: hal 1049 1058, 1070
1080
19. Shahab A, 2002, Penyakit Graves (Struma Diffusa Toksik) Diagnosis dan
Penatalaksanaannya, Bulletin PIKKI: Seri Endokrinologi-Metabolisme,
Edisi Juli 2002, PIKKI, Jakarta, 2002: hal 9 18
22