Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

HIPOTIROID KONGENITAL

Murry Agusthin Tehusyarana

2165050102

Pembimbing:

dr. Mildi Felicia, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

PERIODE 03 JANUARI 2021 – 12 MARET 2022

RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
DAFTAR ISI

Daftar Isi..................................................................................................................i

Daftar Gambar.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2

II. 1 Definisi Hipotiroid Kongenital...............................................................3

II. 2 Fisiologi Kelenjar Tiroid.........................................................................3

II. 3 Etiologi Hipotiroid Kongenital...............................................................4

II. 4 Patofisiologi Hipotiroid Kongenital........................................................4

II. 5 Diagnosis Hipotiroid Kongenital.............................................................5

II. 6 Tatalaksana Hipotiroid Kongenital.........................................................7

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................10

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Manifestasi Klinis Hipotiroid Kongenital............................................6

Gambar 2. Algoritma Diagnostik Hipotiroid Kongenital.......................................7

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Dosis L-tiroksin Klinis Hipotiroid Kongenital..........................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Insiden hipotiroid kongenital pada negara Irlandia berdasarkan hasil skrining bayi yang pada
bulan Juli 1979 dan Desember 2016 sebanyak 2.361.174, dimana terdapat sebanyak 662 adalah
anak perempuan.1 Hipotiroid kongenital merupakan gangguan endokrin pada neonatus yang
mempengaruhi 1:3000 bayi baru lahir diseluruh dunia dan merupakan salah satu penyebab
gangguan motorik dan kognitif.2 Pada penelitian yang dilakukan oleh Universitas Ilmu
Kedokteran Anak, Arak, Iran menujukan bahwa lebih dari 55,88% mengalami hipotiroid
sementara dan sisanya mengalami hipotiroid permanen.3

Terdapat 1.200 bayi cukup bulan dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram yang
diskrining menggunakan cord blood thyroid stimulating hormone (cTSH) dimana 5,8% hasilnya
positif dengan nilai C20 IU/L, dengan persentase terhadap jenis kelamin bayi baru lahir yang
diskrining adalah 50,7% laki-laki dan 49,3% perempuan.4 Pada skrining konsentrasi TSH pada
penelitian yang dilakukan oleh Matejek N dkk, kadar TSH cenderung lebih rendah pada
neonatus dengan transient congenital hypothyroidism (TCH) dibandingkan dengan permanent
congenital hypothyroidism (PCH).5

Pada penelitian yang dilakukan di Italia, 6% pasien dengan diagnosis hipotiroid


kongenital yang dikonfirmasi adalah neonatus prematur, dimana usia kehamilan berkisar antara
26 - 34 minggu dan berat badan lahir berkisar antara 800 - 1500 gram . Diagnosis hipotiroid
kongenital dikonfirmasi pada 182 bayi (0,21%) dan sejumlah 20,7% terkonfirmasi memiliki
kadar TSH tinggi ≥.6 - < 7 mU/L.6

Penelitian yang dilakukan oleh Abbasi F,dkk melibatkan total 680 peserta termasuk 340
neonatus dengan hipotiroid kongenital dalam kelompok kasus, yang terdiri dari 136 neonatus
dengan permanent congenital hypothyroidism (PCH) dan 204 neonatus dengan transient
congenital hypothyroidism (TCH), dan 340 neonatus sehat.7
Pada penelitian kualitas hidup pediatri hipotiroid kongenital di Indonesia yaitu 85%
pasien mengalami hipotiroid kongenital sentral dan 15% mengalami hipotiroid kongenital

1
perifer.8 Pada evaluasi rekam medis di Indonesia tepatnya di RS Cipto Mangunkusumo dan RS
Sadikin menunjukan lebih dari 70% kasus hipotiroid kongenital dengan usia lebih dari 1 tahun
terdiagnosis mengalami defisit mental permanen, serta 2,3% kasus hipotiroid kongenital yang
berusia kurang dari 3 bulang terdiagnosis memiliki gangguan tumbuh kembang.9

Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat diatas dibuatlah karya penulisan referat
yang berjudul “Hipotiroid Kongenital”.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Definisi Hipotiroid Kongenital


Menurut PMK RI nomor 78 tahun 2014 hipotiroid kongenital adalah keadaan menurun
atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid yang didapat sejak bayi baru lahir. Hal ini terjadi karena
kelainan anatomi atau gangguan metabolisme pembentukan hormon tiroid atau defisiensi
iodium.10
Hipotiroid kongenital adalah istilah umum untuk defisiensi hormon tiroid akibat disfungsi
kelenjar tiroid atau kelainan morfologi kelenjar tiroid yang berkembang selama tahap janin atau
perinatal.11 Hipotiroid kongenital mengacu pada rendahnya kadar hormon tiroid didalam
sirkulasi darah, sehingga tidak adekuat dalam fungsi metabolik dan neurologis.12

II. 2 Fisiologi Kelenjar Tiroid


Hormon utama yang disekresikan oleh kelenjar tiroid adalah tiroksi (T4) dan triiodotionin
(T3). T3 memiliki aktivitas biologi yang lebih besar dibandingkan dengan T4, pada jaringan
perifer T3 dibentuk melalui deiodinasi T4. Kelenjar tiroid dapat menyekresikan 80 pg T4, 4 µg
T3, dan 2 pg RT3 perhari, dimana monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) tidak
disekresikan. 13

3
Gambar 1. Sintesis Hormon Tiroid21

Kelenjar tiroid janin berasal dari tonjolan media endoderm dasar faring primitif dan
benjolan lateral kantong faring. Pada hari ke 50 bagian medial dan lateral bersatu di anterior
leher, sehingga pada hari ke 70 kelenjar tiroid didapatkan konsentrasi iodium dan reseptor TSH
serta peroksidase. T4 didapati pada jaringan janin sebelum tiroid janin berfungsi, pada usia 18-20
minggu kadar TSH didapati rendah dan kemudian meningkat 7-10 mU/L pada kehamilan aterm.
Pada saat usia kehamilan 30 minggu kadar dari T3 janin rendah dikarenakan rendahnya
aktifitas iodotironin monodeiodenase tipe 1 yang mengubah T4 menjadi T3. Dalam beberapa jam
pasca lahir, terjadi kenaikan TSH mendadak yang menyebabkan kadar dari T3 dan T4 meningkat
dan mencapai puncak pada hari ke 2.14

4
Gambar 2. Mekanisme umpan balik negatif 22

II. 3 Etiologi Hipotiroid Kongenital


Hipotiroid kongenital merupakan suatu kelainan pada kelenjar tiroid yang diakibatkan
oleh penurunan atau tidak adanya aksi hormon tiroid. Hipotiroid kongenita dapat menetap
seumur hidup (permanen) atau sementara (transien) yang kemudian dapat dibagi menjadi etiologi
primer, sekunder, dan perifer.15 Hipotiroid kongenital sering disebabkan oleh gangguan
perkembangan kelenjar tiroid (disgenisis) atau kelainan biosintesis hormon tiroid
(dishormogenesis) ini merupakan kelainan kelenjar tiroid dan dapat diklasifikasikan sebagai
hipotiroid kongenital primer. Hipotiroid kongenital dengan kelainan pada hipofisis diklasifikasin
sebagai hipotiroid kongenital sekunder dan hipotiroid kongenital dengan kelainan pada
hipotalamus diklasifikasikan sebagai hipotiroid kongenital tersier serta jika terjadi kelainan pada
hipofisis dan hipotamus dapat diklasifikasikan sebagai hipotiroid kongenital sentral. 14,16
 Hipotiroid Kongenital Primer
 Hipotiroid permanen non sindromik
 Digenesis tiroid : Kelainan organogenesis tiroid yang terjadi pada saat
embriogenesis menyebabkan kelainan perkembangan kelenjar tiroid. Disgenesis

5
tiroid merupakan 2/3 kelainan hipotiroid kongenital permanen non sindromik,
biasanya sporadik.
 Dishormogenesis tiroid : Merupakan kelainan pada proses sintesis hormone
dengan ikatan TSH dengan reseptornya difolikel dan mengaaktifasi cAMP.
Proses biosintesis hipotiroid kongenital yang distimulasi di cAMP meliputi :
ambilan dan transport iodium melalui membrane sel, sintesis tiroglobulin,
oksidasi dan organifikasi iodium, pembentukan MIT,DIT,T4, dan T3.
 Ibu dengan pengobatan iodium radioaktif.
 Hipotiroid sindromik : Salah satu hipotiroid sindromik adalah sindrom pandred
yang tandai dengan trias, hipotiroid, goiter, dan tuli. Sindrom ini disebabkan oleh
defek genetik dari protein transmembrane yang disebut suatu multifunctional anion
exchanger.
 Hipotiroid primer transien : Thyrotropin Receptor-Blocking Antibodies (TRBA)
merupakan antibody yang memblok reseptor tirotropin dari ibu, menembus sawar
otak.
 Hipotiroid kongenital sekunder/tersier atau sentral
 Keadaan menetap/permanen :
- Kelainan kongenital perkembangan otak tengah
- Mutase gen yang mengatur perkembangan kelenjar hipofisis
- Idiopatik
 Transien : Bayi dengan kadar T4 total, FT4, dan TSH normal rendah masih
mungkin mengalami hipotiroid sementara, keadaan ini sering dijumpai pada bayi
prematur karena imaturitas organ dianggap sebagai dasar kelainan ini yaitu
imaturitas aksis hipotalamus -hipofisis.
 Hipotiroid kongenital perifer
- Resisten terhadap hormone tiroid
- Defek transport membran
- Kelainan metabolisme hormone tiroid
-

II. 3 Patofisiologi Hipotiroid Kongenital

6
Pada bayi dengan hipotiroid kongenital terjadi penurunan fungsi dari kelenjar tiroid serta
membuat kadar T3 dan T4 menjadi rendah dan terjadi peningkatan kadar TSH dan TRH karena
mekanisme umpan balik ke hipofisis dan hipotalamus. Pada hipotiroid yang subklinis T4 serum
normal dan TSH meningkat, sedangkan pada hipotiroid sentral didapatkan T4 rendah dan dengan
kadar TSH didapatkan rendah atau bisa didapatkan normal.17

II. 3 Diagnosis Hipotiroid Kongenital


 Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda umumnya timbul pada hipotiroid kongenital antara lain adalah
anak tidur berlebih, berkurangnya tonus otot, konstipasi, ikterik, letargi, kesulitan
makan, hipotermia, hernia umbilical, makroglosia, dan low/hoarse cry.18 Risiko
gangguan pendengaran, kelainan jantung anomali, gangguan pada ginjal, gangguan
sistem endokrin, gangguan kerangka, dan gangguan sistem gastrointestinal meningkat
pada bayi dengan hipotiroid kongenital. Bayi dengan hipotiroidisme kongenital berisiko
lebih tinggi mengalami obesitas selama masa kanak-kanak, sindrom metabolik dan
penyakit kardiovaskular selama masa dewasa.12
Pada bayi prematur terutama pada usia kehamilan 24-27 minggu memiliki kadar
TSH dan FT4 yang lebih rendah dibandingkan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan
aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid yang belum berfungsi dengan baik. Pemeriksaan TSH
dengan menggunakan kertas filter cutoff adalah sekitar 30mU/L dalam beberapa hari
pertama kehidupan, kadar TSH yang tinggi diakibatkan oleh lonjakan TSH yang terjadi
segera setelah kelahiran. Kadar hormon meningkat pada usia 1–4 hari, dan mulai turun
pada usia 2–4 minggu.16
Tanpa pengobatan dini hipotiroid kongenital akan semakin terlihat gejalanya
seperti makroglosia, suara serak, hipotoni, perut buncit, tangan dan kaki teraba dingin,
disertasi miksedema. 14

7
Gambar 1. Manifestasi klinis hipotiroid kongenital
https://www.researchgate.net/publication/

339201940_Penanganan_Hipotiroid_pada_Anak_dengan_Sindrom_Nefrotik

 Skrining Neonatal
Melakukan skrining dengan menggunakan pemeriksaan TSH merupakan
pemeriksaan yang paling sensitif untuk mendeteksi hipotiroid kongenital primer.
Skrining hipotiroid kongenital primer efektif pada usia setelah 24 jam, meskipun waktu
yang terbaik untuk pemeriksaan adalah 48 jam sampai dengan 72 jam setelah lahir.
Pemeriksaan yang dilakukan sebelum usia 48 jam meningkatkan angka positif-palsu
karena adanya TSH surge pada bayi baru lahir.19

8
Gambar 2. Algoritma diagnostik hipotiroid kongenital
https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Panduan-Praktik-Klinis-
Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital.pdf

 Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan FT4, T4 total, dan TSH
- Pemeriksaan kadar TBG (thyroid binding globulin) dan T3 resin uptake
- Pemeriksaan serum tiroglobulin
- Pemeriksaan TRB-Ab serum

II. 4 Tatalaksana Hipotiroid Kongenital


Pengobatan hipotiroid kongenital direkomendasikan menggunakan LT4 10-15
mg/kg/hari, dosis rendah untuk penyakit dengan gejala ringan dan dosis tinggi dengan gejala
berat. 20
Panduan praktik klinis ikatan dokter anak Indonesia merekomendasikan 19 :
1. Jenis obat L-T4 (levotiroksin) yang merupakan obat satu-satunya untuk hipotiroid
kongenital diberikan dengan segera setelah diagnosis ditegakan, terapi terbaik dimulai
sebelum bayi berusia 2 minggu.
2. Dosis awal L-T4 adalah 10-15 µg/kgBB/hari dan dosis selanjutnya disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan TSH dan FT4 berkala dengan dosis disesuaikan dengan umur.

9
Tabel 1. Dosis L-tiroksin untuk anak

3. Cara pemberian levotiroksin secara oral, table dapat dihancurkan dan dicampurkan
dengan air minum, diperlukan edukasi untuk orang tua cara pemberian levotriksin dan
ketaatan pemberiannya. Pemberian levotiroksin dapat diberikan pada pagi hari maupun
malam sebelum makan maupun bersamaan dengan makan asalkan diberikan pada waktu
dan cara yang sama. Pemberian levotiroksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan
susu kedelai, tablet zinc, dan kalsium.
4. Pengambilan keputusan terapi, hasil skring menggunakan kertas saring yang positif (TSH
≥ 20 mU/L) dan harus dikonfirmasi dengan darah serum sebelum dilakukan terapi.
Pengobatan harus dimulai Ketika kadar FT4 rendah, jika kadar TSH tinggi dan FT4
rendah harus segara dirujuk ke dokter spesialis endokrinologi anak atau PPK III.
5. Penanganan lebih lanjut dilakukan oleh dokter spesialis konsultan endokrinologi anak
tergantung dari kondisi klinis anak, hasil laboratorium dan pemantauan selanjutnya.

10
BAB 3

KESIMPULAN

Hipotiroid kongenital merupakan gangguan endokrin pada neonatus yang mempengaruhi


1:3000 bayi baru lahir diseluruh dunia. Pada penelitian di Iran terdapat 55,88% pasien anak
terdiagnosis mengalami hipotiroid sementara. Di Indonesia lebih dari 70% pasien terkena
hipotiroid kongenital dengan defisit mental.

Hipotiroid kongenital adalah kelenjar tiroid yang diakibatkan oleh penurunan atau tidak
adanya aksi hormon tiroid, dimana mengacu pada rendahnya kadar hormon tiroid didalam
sirkulasi darah. Penyakit ini mempengaruhi hampir seluruh neonatus didunia , hipotiroid
kongenital lebih sering terjadi pada bayi yang lahir prematur karena kadar TSH dan FT4 lebih
rendah dibanding bayi cukup bulan, Sehingga diperlukan skrining awal dengan pemeriksaan
TSH. Hipotiroid kongenital dengan kelainan pada hipofisis diklasifikasin sebagai hipotiroid
kongenital sekunder dan hipotiroid kongenital dengan kelainan pada hipotalamus
diklasifikasikan sebagai hipotiroid kongenital tersier serta jika terjadi kelainan pada hipofisis dan
hipotamus dapat diklasifikasikan sebagai hipotiroid kongenital sentral.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Mcgrath N, Hawkes CP, Mcdonnell CM, Cody D, O’connell SM, Mayne PD, et al. Incidence of
Congenital Hypothyroidism Over 37 Years in Ireland [Internet]. Available from:
http://publications.aap.org/pediatrics/article-pdf/142/4/e20181199/1065844/peds_20181199.pdf

2. Stoupa A, Kariyawasam D, Muzza M, de Filippis T, Fugazzola L, Polak M, et al. New genetics


in congenital hypothyroidism. Vol. 71, Endocrine. Springer; 2021. p. 696–705.

3. Nazari J, Jafari K, Chegini M, Maleki A, MirShafiei P, Alimohammadi A, et al. Physical and


mental growth and development in children with congenital hypothyroidism: a case–control
study. Orphanet Journal of Rare Diseases. 2021 Dec 1;16(1).

4. Nasheeda CM, Philip P, Shenoy RD, Shetty S. Diagnostic Utility of Cord Blood Thyroid
Stimulating Hormone in Congenital Hypothyroidism in the Era of Expanded Newborn
Screening. Indian Journal of Clinical Biochemistry. 2018 Oct 1;33(4):461–6.

5. Matejek N, Tittel SR, Haberland H, Rohrer T, Busemann E-M, Jorch N, et al. Predictors of
transient congenital primary hypothyroidism: data from the German registry for congenital
hypothyroidism (AQUAPE “HypoDok”). Available from: https://doi.org/10.1007/s00431-021-
04031-0

6. Maggio MC, Ragusa SS, Aronica TS, Granata OM, Gucciardino E, Corsello G. Neonatal
screening for congenital hypothyroidism in an Italian Centre: a 5-years real-life retrospective
study. Italian Journal of Pediatrics. 2021 Dec 1;47(1).

7. Abbasi F, Janani L, Talebi M, Azizi H, Hagiri L, Rimaz S. Risk factors for transient and
permanent congenital hypothyroidism: a population-based case-control study. Thyroid Research.
2021 Dec 1;14(1).

8. Rochmah N, Faizi M, Dewanti C, Suryawan A. Pediatric Quality of Life in Congenital


Hypothyroidism: an Indonesian Study. International Journal of Thyroidology. 2020 Nov
30;13(2):150–4.

9. Kurniawan LB. Congenital Hypothyroidism: Incidence, Etiology and Laboratory Screening


[Internet]. Available from: www.indonesianjournalofclinicalpathology.org

12
10. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN
2014 TENTANG SKRINNING HIPOTIROID KONGENITAL.

11. Kurniawan LB. Congenital Hypothyroidism: Incidence, Etiology and Laboratory Screening
[Internet]. Available from: www.indonesianjournalofclinicalpathology.org

12. Leung AKC, Leung AAC. Evaluation and management of the child with hypothyroidism. Vol.
15, World Journal of Pediatrics. Institute of Pediatrics of Zhejiang University; 2019. p. 124–34.

13. Ganong WF. . Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta. Jakarta: EGC; 2012.

14. Batubara JRTBAPAB. Buku Ajar Endokrinologi Anak . Edisi Kedua. 2018. 261–267.

15. Praktik Klinis P. IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2017 Diagnosis dan Tata Laksana
Hipotiroid Kongenital.

16. Al-Qahtani M. Congenital Hypothyroidism. Journal of Maternal-Fetal and Neonatal Medicine.


Taylor and Francis Ltd.; 2020.

17. Sasigarn A. Bowden MG. Congenital Hypothyroidism. The Ohio State University: StatPearls
Publishing, Treasure Island (FL); 2021.

18. WELCOME MESSAGE.

19. Anggraini R, Yudha Patria S, Julia M, Ilmu Kesehatan Masyarakat M, Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran UGM D, Sardjito R. Ketepatan Waktu Pelayanan Skrining Hipotiroidism
Kongenital di Yogyakarta. Vol. 18. 2017.

20. I Ministry of Health Malaysia Malaysia Endocrine & Metabolic Society SCREENING,
DIAGNOSIS AND MANAGEMENT OF CONGENITAL HYPOTHYROIDISM IN
MALAYSIA.

13

Anda mungkin juga menyukai