Anda di halaman 1dari 12

Refarat Kepada Yth:

Divisi Endokrinologi

Perbedaan Hipotiroid Kongenital dan Hipotiroid Didapat

Penyaji : Tan Fransisca Dian


Hari / Tanggal: Oktober 2023
Pembimbing : dr. Hj. Melda Deliana, M.Ked(Ped), Sp.A(K)
Supervisor : dr. Hj. Melda Deliana, M.Ked(Ped), Sp.A(K)
Dr. dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A(K)
dr. Karina Sugih Arto, M.Ked(Ped), Sp.A(K)

Pendahuluan

Hormon tiroid memiliki berbagai peranan penting dalam tubuh meliputi,


metabolisme, termogenesis, diferensiasi sel, serta merangsang pertumbuhan dan
perkembangan. Pada awal kehidupan, hormon tiroid juga berperan penting bagi
perkembangan susunan saraf pusat dan tulang. Defisiensi hormon tiroid (hipotiroid)
pada anak, baik di awal kehidupan maupun di usia lebih lanjut dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan hingga gangguan IQ.1

Hipotiroid pada anak dapat dibagi menjadi hipotiroid kongenital dan


hipotiroid didapat. Hipotiroid kongenital didefinisikan sebagai defisiensi hormon
tiroid sejak lahir. Hipotiroid kongenital menjadi salah satu penyakit endokrin
tersering pada neonatus. Hipotiroid kongenital juga turut menjadi salah satu penyebab
retardasi mental pada anak yang dapat dicegah jika diketahui dan diterapi sejak dini.
Diketahui bahwa 95% hipotiroid kongenital tidak memperlihatkan tanda dan gejala
klinis yang khas saat lahir. Oleh karena itu, sebagian besar negara maju telah
melakukan program skrining neonatal untuk deteksi dini hipotiroid kongenital.2,3

1
Hipotiroid didapat seringkali disebut dengan juvenile hypothyroidism.
Hipotiroid didapat umumnya timbul pada anak berusia 9 hingga 11 tahun dan jarang
dijumpai pada anak berusia kurang dari 4 tahun. Umumnya hipotiroid didapat
dijumpai terjadi pada anak usia sekolah atau pubertas. Penyebab hipotiroid didapat
yang paling sering adalah penyakit autoimun atau yang lebih dikenal dengan tiroiditis
Hashimoto atau tiroiditis limfositik kronik.4,5

Angka kejadian hipotiroid kongenital secara global berdasarkan hasil skrining


neonatal adalah 1:2000 sampai 1:3000, sedangkan pada era tanpa skrining angka
kejadiannya adalah 1:6700 kelahiran hidup. Angka kejadian di beberapa negara Asia
Pasifik yang telah melakukan skrining neonatal hipotiroid kongenital secara nasional
adalah sebagai berikut yaitu Australia 1:2125, New Zealand, 1:960, China 1:2468,
Thailand 1:1809, Filipina 1:2673, Singapura 1:3500, dan Malaysia 1:3029. Program
pendahuluan skrining hipotiroid kongenital pada neonatus di 14 provinsi di Indonesia
memberikan insiden 1:2513.6

Tiroiditis Hashimoto merupakan penyakit hipotiroid didapat yang tersering


pada anak dan remaja. Tiroiditis Hashimoto juga merupakan penyebab utama goiter
nontoksik. Terdapat 5 kasus baru dari tiap 1000 remaja pada populasi anak di
Amerika dengan rentang usia 11-18 tahun. Kejadian ini ditemukan lebih sering terjadi
pada perempuan. Penyakit ini jarang ditemukan pada anak usia kurang dari 4 tahun
dan paling sering ditemukan pada usia 10 dan 11 tahun.5

Tujuan dari refarat ini adalah untuk membahas mengenai perbedaan hipotiroid
kongenital dan hipotiroid didapat.

Definisi
Hipotiroid adalah keadaan defisiensi hormon tiroid yang beredar di dalam
darah. Hipotiroid kongenital merupakan keadaan defisiensi hormon tiroid dari sejak
lahir. Sedangkan, pada hipotiroid didapat keadaan defisiensi hormon tiroid umumnya

2
terjadi pada anak usia 10 dan 11 tahun dan jarang dijumpai pada anak usia kurang
dari 4 tahun.5,6

Hipotiroid Kongenital
Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab tersering disabilitas
intelektual yang dapat dicegah pada anak. Diagnosis hipotiroid kongenital harus
dilakukan dengan cepat dan tepat, dikarenakan keterlambatan diagnosis dapat
menunda terapi dan menyebabkan defisit neurologis yang irreversibel. Program
skrining neonatus telah mendorong penegakan diagnosis dan dimulainya terapi pada
hipotiroid kongenital yang lebih awal, sehingga mampu memperbaiki luaran
perkembangan neurologis penderita.8

Skrining Hipotiroid Kongenital


Deteksi dan terapi dini hipotiroid kongenital melalui program skrining
neonatus mampu mencegah kecacatan karena gangguan perkembangan saraf dan
mengoptimalkan perkembangan anak. Strategi program skrining neonatus ini adalah
dengan mendeteksi hipotiroid kongenital berat sedini mungkin. Pada umumnya,
kecacatan yang disebabkan hipotiroid kongenital primer disebabkan oleh pemberian
terapi yang terlambat. Idealnya, terapi pada hipotiroid kongenital harus dimulai
sebelum usia anak 3 bulan.3
Skrining dilakukan dengan menggunakan tetesan darah yang diambil dari
tumit bayi yang diteteskan pada kertas filter yang direkomendasikan. Skrining
hipotiroid kongenital sebaiknya dilakukan pada saat anak berusia 48 sampai 72 jam.
Pada skrining hipotiroid kongenital yang dinilai adalah peningkatan dari level TSH.
Skrining hipotiroid kongenital dikatakan positif bila kadar TSH mencapai ≥ 20
μU/mL. Bila dijumpai skrining hipotiroid kongenital yang positif, maka harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan ulang serum TSH dan FT4. Diagnosis hipotiroid
kongenital dapat ditegakkan bila dijumpai kadar TSH yang tinggi dan FT4 yang
rendah. Pada bayi yang tidak dilakukan skrining, maka diagnosis dapat ditegakkan

3
melalui gejala klinis dan pemeriksaan serum TSH dan FT4. Berikut adalah algoritma
diagnostik hipotiroid kongenita.3,9,10

Catatan:
*untuk yang tidak tersedia pemeriksaan FT4 dapat dilakukan pemeriksaan T4.
**rendah dibawah nilai normal atau nilai standar laboratorium menurut umur.

Tatalaksana Hipotiroid Kongenital


Tujuan pengobatan hipotiroid kongenital adalah agar pasien dapat mencapai
tumbuh kembang mendekati potensi genetiknya. Hal ini dapat tercapai dengan
memenuhi kebutuhan hormon tiroid sesuai masa pertumbuhannya. Keadaan ini dapat
dicapai dengan: 6
- Memberikan terapi sulih hormon tiroid tidak lebih dari usia bayi 2 minggu
- Memberikan dosis yang memadai
- Melaksanakan pemantauan klinis, biokimia, dan tumbuh kembang secara
periodik
- Menjaga kepatuhan terhadap pengobatan dan pemantauan
Tatalaksana dilakukan dengan cara pemberian levotiroksin (L-T4).

4
Levotiroksin diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis hipotiroid kongenital
ditegakkan. Dosis awal levotiroksin adalah 10-15 μg/kg/hari. Dosis selanjutnya
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan TSH dan FT4 secara berkala dengan dosis
perkiraan sesuai usia seperti pada tabel 1.3

Tabel 1. Dosis Levotiroksin untuk anak3


Usia Dosis Levotiroksin (μg/kg/hari)
0-3 bulan 10-15
3-6 bulan 8-10
6-12 bulan 6-8
1-3 tahun 4-6
3-10 tahun 3-4
10-15 tahun 2-4
>15 tahun 2-3

Pemantauan
Pemantauan Laboratorium3
 Untuk menentukan cukup tidaknya dosis obat yang diberikan, harus dilakukan
pemantauan kemajuan klinis maupun biokimiawi secara berkala.
 Pemantauan laboratorium meliputi pemeriksaan FT4 atau T4 total (TT4) dan
TSH secara periodik.
 Kadar TSH diupayakan dalam rentang nilai rujukan menurut umur.
 Darah untuk pemeriksaan laboratorium sebaiknya diambil paling cepat 4 jam
setelah pemberian tiroksin.
 Pemantauan laboratorium sebaiknya dilakukan tiap dua minggu setelah terapi
awal levotiroksin sampai kadar TSH normal
 Pemantauan selanjutnya sebagai berikut:
 Tiap 1 sampai 3 bulan sampai umur 12 bulan.

5
 Tiap 2 sampai 4 bulan antara umur 1–3 tahun.
 Dari umur 3 tahun sampai pertumbuhan berhenti, pemeriksaan secara
teratur tiap 3 sampai 12 bulan.
 Pemeriksaan TSH dan FT4 harus diulangi 4 sampai 6 minggu setelah
perubahan dosis levotiroksin.
Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan3
Pemantauan pertumbuhan meliputi, berat badan, panjang/tinggi badan,
lingkar kepala sampai usia 3 tahun, umur tulang (bone age) dan status pubertas.
Pemantauan perkembangan meliputi:
- 0-2 tahun: perkembangan sensori-motor
- 2-5 tahun: fungsi mental, kognitif bahasa, koordinasi dan bermain
- Test pendengaran dan penglihatan pada umur 5 tahun (sebelum sekolah).

Tiroiditis Hashimoto
Tiroiditis Hashimoto merupakan penyakit hipotiroid didapat yang tersering
pada anak dan remaja. Tiroiditis Hashimoto juga merupakan penyebab utama goiter
nontoksik. Pola klasik perubahan fungsi tiroid pada tiroiditis yang transien bisa
diawali dengan tirotoksikosis. Tirotoksikosis terjadi akibat dari adanya kebocoran
dari kelenjar tiroid yang rusak akibat adanya reaksi inflamasi. Kondisi ini bisa
berlangsung sampai 60 hari. Kemudian dapat diikuti dengan kondisi hipotiroid.6,5

Tabel 2. perbedaan hipotiroid kongenital dan hipotiroid di dapat


Hipotiroid Kongenital Didapat (Acquired)
Definisi Keadaan insufisiensi dari hormon tiroid yang beredar di dalam darah.
Onset Sejak lahir Setelah lahir
Etiologi Primer Autoimun
- Defek perkembangan tiroid - Tiroiditis limfositik kronis
(disgenesis) (Hashimoto / autoimun
a. Agenesis tiroiditis)  penyebab tersering
b. Hipoplasia - Sindrom poliglandular autoimun
c. Ektopik - Celiac disease

6
- Defek reponsifitas terhadap Drug-induced
thyrotropin (TSH) - Kelebihan iodin: Amiodarone,
a. TSH receptor – blocking ekspektoran
antibodies - Antikonvulsan: Oxcarbazepine,
b. Mutasi di reseptor TSH Fenitoin, Fenobarbital, Valproat
(TSHR) - Obat antitiroid: Methimazole,
Propylthiouracil
- Defek sintesis hormon tiroid - Lain-lain: Litium, Rifampin,
(dishormonogenesis) Dopamin, Amiodaron, Tetrasiklin
a. Defek uptake iodin ke dalam sel
folikular Postablative
b. Defek transpor iodin dari sel - Irradiasi (contoh: terapi kanker,
folikular ke sel koloid transplantasi sumsum tulang)
c. Defek organifikasi iodin - Iodin radioaktif (131I)
d. Defek sintesis tiroglobulin - Tiroidektomi
e. Defek deiodinasi
f. Defek transpor hormon tiroid Penyakit infiltratif sistemik
- Sistinosis
Sentral (sekunder) - Histiositosis sel langerhans
- Defisiensi TSH terisolasi - Tumor SSP (contoh:
a. Mutasi β-subunit TSH kraniofaringioma)
b. Mutasi reseptor TRH - Meningoensefalitis
c. Mutasi IGFS1 – X-linked - Irradiasi kranial
hipotiroid sentral dan - Trauma kepala
macroorchidism (defisiensi
prolaktin dan defisiensi GH)

- Defisiensi hormon pituitari


multipel
a. Mutasi POU1F1 – defisiensi
TSH, GH, dan prolaktin
b. Mutasi PROP1 – defisiensi
TSH, GH, LH, FSH, prolaktin,
dan ACTH
c. Mutasi HESX1 – defisiensi
TSH, GH, LH, FSH, prolaktin,
dan ACTH
d. Mutasi gen lainnya – OTX2,
LHX3, LHX4, SOX3, FGF8,
FGFR1, GLI2, LEPR
Gejala Klinis Waktu lahir – asimtomatik - Pertumbuhan yang melambat

7
- Berat lahir dan panjang lahir (slowing of growth) 
normal, lingkar kepala manifestasi klinis pertama (namun
meningkat (karena myxedema seringkali tidak diperhatikan)
otak) - Goiter
- Fontanel anterior dan posterior - Peningkatan berat badan 
terbuka lebar akibat penumpukan cairan
- Prolonged jaundice (myxedema)
(hiperbilirubinemia indirek)  - Konstipasi, intoleransi
karena terlambatnya maturasi terhadap dingin, lemah,
konjugasi glukoronidase hepatik peningkatan kebutuhan untuk
- Menangis lemah, kurang aktif, tidur
napsu makan yang buruk, dan - Kemampuan akademis
letargi. biasanya tidak terpengaruh
- Maturasi sekletal terlambat
1 bulan pertama kehidupan - Pada remaja, pubertas bisa
- Kesulitan makan, letargi, terlambat
kurang aktif, tersedak - Pada remaja putri, dapat
- Gangguan respirasi (episode dijumpai menometroragia dan
apneu, obstruksi nasal, noisy galaktorea dikarenakan
respirations) dikarenakan peningkatan TRH yang
makroglosia menstimulasi sekresi prolaktin
- Konstipasi yang tidak berrespon
dengan terapi
- Abdomen membesar dan hernia
umbilikalis
- Suhu tubuh subnormal (<35oC),
kulit bisa teraba dingin dan
mottled, terutama pada akral
- Edema pada genitalia dan
ekstremitas
- Bradikardia, murmur jantung,
kardiomegali, dan efusi
perikardial asimptomatik
(sering dijumpai)

Usia di atas 3-6 bulan


- Gambaran klinis hipotiroid
berkembang sempurna
- Perawakan pendek, lingkar
kepala normal ataupun peningkat
- Fontanel anterior lebar dan
fontanel posterior bisa tetap

8
terbuka.
- Hipertelorisme orbita dan
depresi bridge of the broad nose
- Fisura palpebra sempit dan
kelopak mata yang bengkak
- Mulut terbuka dengan
makroglosia
- Keterlambatan proses
pertumbuhan gigi (dentition)
- Tangan tampak besar dengan
jari tangan yang pendek
- Kulit kering dan bersisik
- Rambut kasar, rapuh dan sedikit
- Keterlambatan perkembangan
(developmental delayed) 
kemampuan motorik halus dan
kasar terlambat
- Suara serak dengan
keterlambatan kemampuan
berbicara
- Derajat keterlambatan fisikal
dan intelektual semakin parah
seiring bertambahnya usia
- Maturasi seksual bisa terlambat
ataupun tidak terjadi (absent)
Diagnosis - Level FT4 rendah - Level TSH meningkat, level
- Bisa terdeteksi dari newborn FT4 rendah
screening  yang dinilai adalah - Thyroglobulin / antibodi TPO 
level TSH diagnostik untuk autoimun
- Pada hipotiroid primer tiroiditis
a. TSH meningkat (seringkali - USG tiroid  seringkali tidak
>100 mU/L) diperlukan kecuali dicurigai
b. Thyroglobulin menurun pada adanya nodul tiroid
agenesis tiroid, defek reseptor
TSH, defek sintesis ataupun
sekresi thyroglobulin
c. Thyroglobulin meningkat pada
ektopik tiroid
- Skintigrafi (menggunakan
technetium-99 atau iodine-123)
bisa menilai adanya kelenjar tiroid
ektopik

9
Tatalaksana Levothyroxine (L-T4) 10-15 Levothyroxine (L-T4)
μg/kg/hari (dosis inisial) - 1-3 tahun: 4-6 μg/kg/hari
- 3-10 tahun: 3-5 μg/kg/hari
Berdasarkan PPK IDAI, 2017 - 10-16 tahun: 2-4 μg/kg/hari
(hal. 5), dosis L-T4:
- 0-3 bulan: 10-15 μg/kg/hari
- 3-6 bulan: 8-10 μg/kg/hari
- 6-12 bulan: 6-8 μg/kg/hari
- 1-3 tahun: 4-6 μg/kg/hari
- 3-10 tahun: 3-4 μg/kg/hari
- 10-15 tahun: 2-4 μg/kg/hari
- >15 tahun: 2-3 μg/kg/hari
Monitoring Cek level TSH & FT4 tiap: - Cek level TSH tiap 4-6 bulan
- 1-2 bulan (6 bulan pertama - Cek level TSH tiap 4-6 minggu
kehidupan) bila ada perubahan dosis
- 2-4 bulan (6 bulan – 3 tahun)
Pertumbuhan dan Perkembangan
• Tiap 1 sampai 3 bulan sampai umur 12 bulan.
• Tiap 2 sampai 4 bulan antara umur 1–3 tahun.
• Dari umur 3 tahun sampai pertumbuhan berhenti, pemeriksaan secara
teratur tiap 3 sampai 12 bulan.
Prognosis - Diagnosis yang tepat dan - Selama 1 tahun pertama
terapi yang adekuat dalam 1 terapi, dapat dijumpai
minggu pertama kehidupan  penurunan kemampuan
mampu mencegah kerusakan akademis, kebiasaan tidur yang
otak yang irreversibel dan buruk, sulit fokus, dan masalah
mendorong pertumbuhan dan perilaku  hanya transien
perkembangan yang normal (keluarga perlu diedukasi terhadap
kemungkinan ini)
- Bila tidak diterapi sejak dini
dengan level FT4 yang sangat
rendah  dapat menyebabkan
sekuele neuropsikologikal (seperti
inkoordinasi, hipotonia atau
hipertonia, sulit fokus, gangguan
berbicara), disabilitas intelektual
yang parah dan retardasi
pertumbuhan

Ringkasan

10
1. Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab retardasi mental yang dapat
dicegah dengan diterapi lebih dini.
2. Skrining bayi baru lahir merupakan strategi diagnosis terbaik untuk deteksi dini
hipotiroid kongenital.
3. Terapi awal dengan levotiroksin adekuat akan memberikan hasil yang optimal.
4. Hasil laboratorium yang meragukan harus dikonsulkan ke dokter spesialis endokrin
anak.
5. Pemantauan klinis dan laboratorium dilakukan secara berkala.
6. Tiroiditis Hashimoto merupakan penyebab tersering hipotiroid didapat.

11
Daftar Pustaka
1. Baksi S, Pradhan A. Thyroid Hormone: Sex-Dependent Role in Nervous
System Regulation and Disease. Biology of Sex Differences. 2021;12(25):1-
13.
2. Hakim A. Investigation of Risk Factors of Congenital Hypothyroidism in
Children in Southwestern Iran. Global Pediatric Health. 2022;9.
3. Yati N, Utari A, Rustama D, Soenggoro E, Marzuki A, Pulungan A, et al.
Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Diagnosis dan
Tatalaksana Hipotiroid Kongenital. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia. 2017. h. 1-9.
4. Bhattacharyya S, Singh A. Acquired Hypothyroidism in Children. Indian
Journal of Pediatrics. 2023;90(10):1025-1029.
5. Pateda V, Rini E. Hipotiroid Didapat. Dalam: Batubara J, Tridjaja B,
Pulungan A. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Edisi Kedua. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2018. h. 278-283.
6. Julia M, Rustama D. Hipotiroid Kongenital. Dalam Batubara J, Tridjaja B,
Pulungan A. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Edisi Kedua. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2018. h. 256-276.
7. Wassner A, Smith J. Hypothyroidism. Dalam: Kliegman R, Geme J, Blum N,
Shah S, Tasker R, Wilson K, Berhman R. Nelson Textbook of Pediatrics.
Edisi ke-21. Canada: Elsevier. 2020. h. 11398 – 11423.
8. Bowden S, Goldis M. Congenital Hypothyroidism. StatPearls Publishing.
2023.
9. Rose S, Wassner A, Wintergerst K, Jones N, Hopkin R, et al. Congenital
Hypothyroidism: Screening and Management. Pediatrics. 2023;151(1):1-13.
10. Kurniawan L. Congenital Hypothyroidism: Incidence, Etiology and
Laboratory Screening. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory. 2020;26(3):375-380.

12

Anda mungkin juga menyukai