HIPOTIROID KONGENITAL
2165050102
Pembimbing:
JAKARTA
DAFTAR ISI
Daftar Isi..................................................................................................................i
Daftar Gambar.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
II. 7 Prognosis...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................15
i
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Insiden hipotiroid kongenital pada negara Irlandia berdasarkan hasil skrining bayi yang pada
bulan Juli 1979 dan Desember 2016 sebanyak 2.361.174, dimana terdapat sebanyak 662 adalah
anak perempuan.1 Hipotiroid kongenital merupakan gangguan endokrin pada neonatus yang
mempengaruhi 1:3000 bayi baru lahir diseluruh dunia dan merupakan salah satu penyebab
gangguan motorik dan kognitif.2 Pada penelitian yang dilakukan oleh Universitas Ilmu
Kedokteran Anak, Arak, Iran menujukan bahwa lebih dari 55,88% mengalami hipotiroid
sementara dan sisanya mengalami hipotiroid permanen.3
Terdapat 1.200 bayi cukup bulan dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram yang
diskrining menggunakan cord blood thyroid stimulating hormone (cTSH) dimana 5,8% hasilnya
positif dengan nilai C20 IU/L, dengan persentase terhadap jenis kelamin bayi baru lahir yang
diskrining adalah 50,7% laki-laki dan 49,3% perempuan.4 Pada skrining konsentrasi TSH pada
penelitian yang dilakukan oleh Matejek N dkk, kadar TSH cenderung lebih rendah pada
neonatus dengan transient congenital hypothyroidism (TCH) dibandingkan dengan permanent
congenital hypothyroidism (PCH).5
Penelitian yang dilakukan oleh Abbasi F,dkk melibatkan total 680 peserta termasuk 340
neonatus dengan hipotiroid kongenital dalam kelompok kasus, yang terdiri dari 136 neonatus
dengan permanent congenital hypothyroidism (PCH) dan 204 neonatus dengan transient
congenital hypothyroidism (TCH), dan 340 neonatus sehat.7
Pada penelitian kualitas hidup pediatri hipotiroid kongenital di Indonesia yaitu 85%
pasien mengalami hipotiroid kongenital sentral dan 15% mengalami hipotiroid kongenital
1
perifer.8 Pada evaluasi rekam medis di Indonesia tepatnya di RS Cipto Mangunkusumo dan RS
Sadikin menunjukan lebih dari 70% kasus hipotiroid kongenital dengan usia lebih dari 1 tahun
terdiagnosis mengalami defisit mental permanen, serta 2,3% kasus hipotiroid kongenital yang
berusia kurang dari 3 bulang terdiagnosis memiliki gangguan tumbuh kembang.9
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat diatas dibuatlah karya penulisan referat
yang berjudul “Hipotiroid Kongenital” dengan tujuan pengambilan judul ini untuk mengentahui
tentang penyakit defines, manifestasi klinis serta tatalaksana penanganan hipotiroid kongenital.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 1. Sintesis Hormon Tiroid
Kelenjar tiroid janin berasal dari tonjolan media endoderm dasar faring primitif dan
benjolan lateral kantong faring. Pada hari ke 50 bagian medial dan lateral bersatu di anterior
leher, sehingga pada hari ke 70 kelenjar tiroid didapatkan konsentrasi iodium dan reseptor TSH
serta peroksidase. T4 didapati pada jaringan janin sebelum tiroid janin berfungsi, pada usia 18-20
minggu kadar TSH didapati rendah dan kemudian meningkat 7-10 mU/L pada kehamilan aterm.
Pada saat usia kehamilan 30 minggu kadar dari T3 janin rendah dikarenakan rendahnya
aktifitas iodotironin monodeiodenase tipe 1 yang mengubah T4 menjadi T3. Dalam beberapa jam
pasca lahir, terjadi kenaikan TSH mendadak yang menyebabkan kadar dari T3 dan T4 meningkat
dan mencapai puncak pada hari ke 2.14
4
Gambar 2. Mekanisme umpan balik negatif
5
tiroid merupakan 2/3 kelainan hipotiroid kongenital permanen non sindromik,
biasanya sporadik.
Dishormogenesis tiroid : Merupakan kelainan pada proses sintesis hormone
dengan ikatan TSH dengan reseptornya difolikel dan mengaaktifasi cAMP.
Proses biosintesis hipotiroid kongenital yang distimulasi di cAMP meliputi :
ambilan dan transport iodium melalui membrane sel, sintesis tiroglobulin,
oksidasi dan organifikasi iodium, pembentukan MIT,DIT,T4, dan T3.
Ibu dengan pengobatan iodium radioaktif.
Hipotiroid sindromik : Salah satu hipotiroid sindromik adalah sindrom pandred
yang tandai dengan trias, hipotiroid, goiter, dan tuli. Sindrom ini disebabkan oleh
defek genetik dari protein transmembrane yang disebut suatu multifunctional anion
exchanger.
Hipotiroid primer transien : Thyrotropin Receptor-Blocking Antibodies (TRBA)
merupakan antibody yang memblok reseptor tirotropin dari ibu, menembus sawar
otak.
Hipotiroid kongenital sekunder/tersier atau sentral
Keadaan menetap/permanen :
- Kelainan kongenital perkembangan otak tengah
- Mutase gen yang mengatur perkembangan kelenjar hipofisis
- Idiopatik
Transien : Bayi dengan kadar T4 total, FT4, dan TSH normal rendah masih
mungkin mengalami hipotiroid sementara, keadaan ini sering dijumpai pada bayi
prematur karena imaturitas organ dianggap sebagai dasar kelainan ini yaitu
imaturitas aksis hipotalamus -hipofisis.
Hipotiroid kongenital perifer
- Resisten terhadap hormone tiroid
- Defek transport membran
- Kelainan metabolisme hormone tiroid
6
Tabel. lima penyebab genetik hipotiroidisme kongenital sentral terisolasi 24
7
Gambar 3. Patofisiologi Hipotiroid
8
aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid yang belum berfungsi dengan baik. Pemeriksaan TSH
dengan menggunakan kertas filter cutoff adalah sekitar 30mU/L dalam beberapa hari
pertama kehidupan, kadar TSH yang tinggi diakibatkan oleh lonjakan TSH yang terjadi
segera setelah kelahiran. Kadar hormon meningkat pada usia 1–4 hari, dan mulai turun
pada usia 2–4 minggu.16
Tanpa pengobatan dini hipotiroid kongenital akan semakin terlihat gejalanya
seperti makroglosia, suara serak, hipotoni, perut buncit, tangan dan kaki teraba dingin,
disertasi miksedema. 14
339201940_Penanganan_Hipotiroid_pada_Anak_dengan_Sindrom_Nefrotik
Skrining Neonatal
Melakukan skrining dengan menggunakan pemeriksaan TSH merupakan
pemeriksaan yang paling sensitif untuk mendeteksi hipotiroid kongenital primer.
Skrining hipotiroid kongenital primer efektif pada usia setelah 24 jam, meskipun waktu
yang terbaik untuk pemeriksaan adalah 48 jam sampai dengan 72 jam setelah lahir.
Pemeriksaan yang dilakukan sebelum usia 48 jam meningkatkan angka positif-palsu
karena adanya TSH surge pada bayi baru lahir.19 Skrining ulang untuk hipotiroidisme
9
kongenital pada bayi prematur diperlukan untuk menghindari kasus yang hilang dengan
peningkatan TSH yang tertunda. Peningkatan TSH yang tertunda sering terjadi pada
kelompok ini dan terlihat pada setengah dari bayi prematur dengan hipotiroidisme
kongenital. Skrining ulang sekali pada 2 minggu kehidupan akan kehilangan sejumlah
besar bayi dengan peningkatan TSH tertunda dan hipotiroidisme kongenital permanen
dekompensasi dan skrining ulang hanya pada 4 minggu akan menunda diagnosis
hipotiroidisme dekompensasi dalam 2 minggu pertama. 25
Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan FT4, T4 total, dan TSH
- Pemeriksaan kadar TBG (thyroid binding globulin) dan T3 resin uptake
- Pemeriksaan serum tiroglobulin
- Pemeriksaan TRB-Ab serum
10
1. Jenis obat L-T4 (levotiroksin) yang merupakan obat satu-satunya untuk hipotiroid
kongenital diberikan dengan segera setelah diagnosis ditegakan, terapi terbaik dimulai
sebelum bayi berusia 2 minggu.
2. Dosis awal L-T4 adalah 10-15 µg/kgBB/hari dan dosis selanjutnya disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan TSH dan FT4 berkala dengan dosis disesuaikan dengan umur. . Dosis
levothyroxine disesuaikan dengan hasil TFT tindak lanjut. Percobaan penghentian
dilakukan antara usia 2,5 dan 3 tahun, tetapi beberapa orang tua menghentikan
pengobatan tanpa disarankan untuk melakukannya 22.
3. Cara pemberian levotiroksin secara oral, table dapat dihancurkan dan dicampurkan
dengan air minum, diperlukan edukasi untuk orang tua cara pemberian levotriksin dan
ketaatan pemberiannya. Pemberian levotiroksin dapat diberikan pada pagi hari maupun
malam sebelum makan maupun bersamaan dengan makan asalkan diberikan pada waktu
dan cara yang sama. Pemberian levotiroksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan
susu kedelai, tablet zinc, dan kalsium.
4. Pengambilan keputusan terapi, hasil skring menggunakan kertas saring yang positif (TSH
≥ 20 mU/L) dan harus dikonfirmasi dengan darah serum sebelum dilakukan terapi.
Pengobatan harus dimulai Ketika kadar FT4 rendah, jika kadar TSH tinggi dan FT4
rendah harus segara dirujuk ke dokter spesialis endokrinologi anak atau PPK III.
11
5. Penanganan lebih lanjut dilakukan oleh dokter spesialis konsultan endokrinologi anak
tergantung dari kondisi klinis anak, hasil laboratorium dan pemantauan selanjutnya.
Kriteria Pengobatan 23
- Bayi baru lahir dengan hasil skrining neonatal abnormal harus dirujuk ke pusat ahli (1/+
+0).
- Hasil skrining abnormal harus diikuti dengan tes konfirmasi yang terdiri dari pengukuran
serum fT4 dan TSH (1/++0).
- Jika konsentrasi fT4 serum di bawah dan TSH jelas di atas interval referensi spesifik usia,
maka pengobatan levothyroxine (LT4) harus segera dimulai (1/+++).
- Jika konsentrasi TSH serum >20 mU/L pada uji konfirmasi (kira-kira pada minggu kedua
kehidupan), pengobatan harus dimulai, bahkan jika fT4 normal (ambang batas sewenang-
wenang, pendapat ahli) (2/+00).
- Jika konsentrasi serum TSH adalah 6-20 mU/L setelah usia 21 hari pada neonatus sehat
dengan konsentrasi fT4 dalam interval referensi spesifik usia, kami menyarankan untuk
segera memulai pengobatan LT4 dan menguji ulang, di luar pengobatan, pada tahap
selanjutnya, atau untuk menahan pengobatan tetapi tes ulang 1 sampai 2 minggu
kemudian dan untuk mengevaluasi kembali kebutuhan pengobatan (kurangnya bukti yang
mendukung atau menentang pengobatan, ini adalah bidang penyelidikan lebih lanjut) (2/+
+0).
- Di negara atau wilayah di mana tes fungsi tiroid tidak tersedia, pengobatan LT4 harus
dimulai jika konsentrasi TSH kertas saring >40 mU/L (pada saat skrining neonatal;
ambang batas sewenangwenang, pendapat ahli) (2/+00).
- Jika serum fT4 rendah, dan TSH rendah, normal atau sedikit meningkat, diagnosis CH
sentral harus dipertimbangkan (1/++0).
- Pada neonatus dengan CH sentral, kami merekomendasikan untuk memulai pengobatan
LT4 hanya setelah bukti fungsi adrenal utuh; jika insufisiensi adrenal sentral yang
menyertai tidak dapat dikesampingkan, pengobatan LT4 harus didahului dengan
pengobatan glukokortikoid untuk mencegah kemungkinan induksi krisis adrenal (2/+00)
12
II. 7 Prognosis
Secara umum, hasil perkembangan saraf pada hipotiroidisme kongenital sangat baik.
Inisiasi terapi dini dan memadai, sebelum minggu ke-2 kehidupan, akan menghasilkan
kecerdasan global yang sesuai. Namun, defisit ringan atau halus dalam keterampilan verbal,
perhatian, memori, atau perkembangan motorik dapat diamati, terutama pada mereka dengan
hipotiroid kongenital berat.
13
BAB 3
KESIMPULAN
Hipotiroid kongenital adalah kelenjar tiroid yang diakibatkan oleh penurunan atau tidak
adanya aksi hormon tiroid, dimana mengacu pada rendahnya kadar hormon tiroid didalam
sirkulasi darah. Penyakit ini mempengaruhi hampir seluruh neonatus didunia , hipotiroid
kongenital lebih sering terjadi pada bayi yang lahir prematur karena kadar TSH dan FT4 lebih
rendah dibanding bayi cukup bulan, Sehingga diperlukan skrining awal dengan pemeriksaan
TSH. Hipotiroid kongenital dengan kelainan pada hipofisis diklasifikasin sebagai hipotiroid
kongenital sekunder dan hipotiroid kongenital dengan kelainan pada hipotalamus
diklasifikasikan sebagai hipotiroid kongenital tersier serta jika terjadi kelainan pada hipofisis dan
hipotamus dapat diklasifikasikan sebagai hipotiroid kongenital sentral.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Mcgrath N, Hawkes CP, Mcdonnell CM, Cody D, O’connell SM, Mayne PD, et al. Incidence of
Congenital Hypothyroidism Over 37 Years in Ireland [Internet]. Available from:
http://publications.aap.org/pediatrics/article-pdf/142/4/e20181199/1065844/peds_20181199.pdf
4. Nasheeda CM, Philip P, Shenoy RD, Shetty S. Diagnostic Utility of Cord Blood Thyroid
Stimulating Hormone in Congenital Hypothyroidism in the Era of Expanded Newborn
Screening. Indian Journal of Clinical Biochemistry. 2018 Oct 1;33(4):461–6.
5. Matejek N, Tittel SR, Haberland H, Rohrer T, Busemann E-M, Jorch N, et al. Predictors of
transient congenital primary hypothyroidism: data from the German registry for congenital
hypothyroidism (AQUAPE “HypoDok”). Available from: https://doi.org/10.1007/s00431-021-
04031-0
6. Maggio MC, Ragusa SS, Aronica TS, Granata OM, Gucciardino E, Corsello G. Neonatal
screening for congenital hypothyroidism in an Italian Centre: a 5-years real-life retrospective
study. Italian Journal of Pediatrics. 2021 Dec 1;47(1).
7. Abbasi F, Janani L, Talebi M, Azizi H, Hagiri L, Rimaz S. Risk factors for transient and
permanent congenital hypothyroidism: a population-based case-control study. Thyroid Research.
2021 Dec 1;14(1).
15
8. Rochmah N, Faizi M, Dewanti C, Suryawan A. Pediatric Quality of Life in Congenital
Hypothyroidism: an Indonesian Study. International Journal of Thyroidology. 2020 Nov
30;13(2):150–4.
11. Kurniawan LB. Congenital Hypothyroidism: Incidence, Etiology and Laboratory Screening
[Internet]. Available from: www.indonesianjournalofclinicalpathology.org
12. Leung AKC, Leung AAC. Evaluation and management of the child with hypothyroidism. Vol.
15, World Journal of Pediatrics. Institute of Pediatrics of Zhejiang University; 2019. p. 124–34.
13. Ganong WF. . Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta. Jakarta: EGC; 2012.
14. Batubara JRTBAPAB. Buku Ajar Endokrinologi Anak . Edisi Kedua. 2018. 261–267 p.
15. Praktik Klinis P. IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2017 Diagnosis dan Tata Laksana
Hipotiroid Kongenital.
17. Sasigarn A. Bowden MG. Congenital Hypothyroidism. The Ohio State University: StatPearls
Publishing, Treasure Island (FL); 2021.
19. Anggraini R, Yudha Patria S, Julia M, Ilmu Kesehatan Masyarakat M, Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran UGM D, Sardjito R. Ketepatan Waktu Pelayanan Skrining Hipotiroidism
Kongenital di Yogyakarta. Vol. 18. 2017.
20. I Ministry of Health Malaysia Malaysia Endocrine & Metabolic Society SCREENING,
DIAGNOSIS AND MANAGEMENT OF CONGENITAL HYPOTHYROIDISM IN
MALAYSIA.
21. HORMON TIROID Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 Mutiara Indah Sari :
Hormon Tiroid, 2007
22. Yoon, Ju Young. Yoon, Ju Young. Factors associated with permanent hypothyroidism in infants
with congenital hypothyroidism. BMC Pediatric. 2019
16
23. Lauffer P, Zwaveling-Soonawal N, Naafs J, at all. Diagnosis and Management of Central
Congenital Hypothyroidism. Frontiers in Endocrinology, (2021).
24. McGrath N, Hawkes C, Mayne P, Murphy N. Optimal Timing of Repeat Newborn Screening for
Congenital Hypothyroidism in Preterm Infants to Detect Delayed Thyroid-Stimulating Hormone
Elevation. Journal of Pediatrics, (2019), 77-82, 205
17
Apa yang menyebabkan infertilitas?
Infertilitas dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang berbeda, baik pada
sistem reproduksi pria atau wanita. Namun, terkadang tidak mungkin untuk
menjelaskan penyebab infertilitas.
18
lingkungan dapat secara langsung menjadi racun bagi gamet (telur dan sperma),
yang mengakibatkan penurunan jumlah dan kualitas gamet, yang menyebabkan
infertilitas.5 6
Mengatasi tantangan
Ketersediaan, akses, dan kualitas intervensi untuk mengatasi infertilitas tetap
menjadi tantangan di sebagian besar negara. Diagnosis dan pengobatan
infertilitas seringkali tidak diprioritaskan dalam kebijakan kependudukan
dan pembangunan nasional serta strategi kesehatan reproduksi dan jarang
tercakup melalui pembiayaan kesehatan masyarakat. Selain itu, kurangnya
personel terlatih serta peralatan dan infrastruktur yang diperlukan, serta
tingginya biaya pengobatan saat ini, merupakan hambatan utama bahkan
19
bagi negara-negara yang secara aktif menangani kebutuhan orang-orang
dengan infertilitas.
Tanggapan WHO
WHO mengakui bahwa penyediaan layanan berkualitas tinggi untuk keluarga
berencana, termasuk layanan perawatan kesuburan, adalah salah satu elemen
inti kesehatan reproduksi. Menyadari pentingnya dan dampak infertilitas
pada kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, WHO berkomitmen
untuk menangani infertilitas dan perawatan kesuburan dengan:
20
Mengembangkan pedoman tentang pencegahan, diagnosis dan pengobatan
infertilitas pria dan wanita, sebagai bagian dari norma-norma global dan
standar kualitas perawatan yang terkait dengan perawatan kesuburan.
Terus merevisi dan memperbarui produk normatif lainnya, termasuk manual
laboratorium WHO untuk pemeriksaan dan pengolahan air mani manusia.
Berkolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait termasuk pusat
akademik, kementerian kesehatan, PBB lainnya organisasi, aktor non-negara
(NSA) dan mitra lainnya untuk memperkuat komitmen politik, ketersediaan
dan kapasitas sistem kesehatan untuk memberikan perawatan kesuburan
secara global.
Memberikan dukungan teknis tingkat negara kepada negara-negara anggota untuk
mengembangkan atau memperkuat implementasi kebijakan dan layanan kesuburan
nasional.
• Kegagalan ovulasi
21
• Hiperprolaktinemia
2. Gangguan imunologis
3. Peritoneum abnormal
Lingkungan Peningkatan cairan peritoneum dan tinggi konsentrasi sitokin Makrofag yang
diaktifkan
22