TIROIDEKTOMI
Disusun Oleh :
Friska Catur Wulandari
JNR. 0210149
IV. Etiologi
Menurut Rehman, Hutchison & Basile (2016) etiologi adanya
struma dengan dilakukannya tiroidektomi diantaranya :
1. Kenaikan sekresi hormone TSH (Tiroid Stimulating Hormon) dari
kelenjar hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormone T3
dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake iodium
sehingga menyebabkan keabnormalan pada kelenjar tiroid sehingga
berubah menjadi kanker.
2. Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas
terutama anak-anak yang pernah mendapatkan terapi radiasi di leher
dan mediastinum.
3. Faktor genetik. Adanya riwayat keturunan dari keluarga.
Sedangkan etiologi berdasarkan fisiologis struma nodusa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal
sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang
meningkat. Struma nodosa atau struma semacam ini biasanya tidak
menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi
secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.
2. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan structural atau fungsional kelenajr tiroid
sehingga sintesis dari hormone tiroid menjadi berkurang. Kegagalan
dari kelenjar untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari
hormone. Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan,
sensitive terhadap udara dinginm dementia, sulit konsentrasi, gerakan
lamban, kosntipasi, kulit kasar, rambut rontok, menstruasi berlebihan
dan pendengaran terganggu.
3. Hipertiroidisme
Disebut juga dengan Graves yang dapat didefinisikan sebagai respon
jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolic hormone tiroid
yang berlebihan. Keaddaan ini dapat timbul spontan atay adanya sejenis
antibody dalam darah yang merangsanng kelenajr tiroid, sehingga tidak
hanya produksi hormone yang berlebih tetapi ukurang kelenajr tiroid
menjadi besar.gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu
makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan dan sesak nafas.
Selain itu terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai
bagian atas, exoftalmus, diare, haid tidak tratur, rambut rontok dan
atrofi otot.
Gangguan hormonal Kelainan metabolic Pencemaran air tanah goitrogen Defiensi yodium
Masa pertumbuhan kongenital oleh Pb
Kehamilan
Laktasi
Penggunaan KB Menghambat pembentukan
hormonal Menghambat sintesa hormone tiroid
hormone tiroid
Risiko infeksi
Menekan esophagus & trakea
Suara parau
Hipotirodisme
Bersihan jalan nafas Gangguan
tidak efektif komunikasi Intake Gangguan
verbal inadekuat menelan
VIII. Pengobatan
Penatalaksanaan struma dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Penatalaksanaan Konservatif
1. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini
diyakini bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon
TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH serendah mungkin
diberikan hormone tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk mengatasi
hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar
tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini adalah
propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.
2. Terapi Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi
pada kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien
yang tidak mau dioperasi maka pemberian yodium radioaktif dapat
mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut
berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil penyinaran
terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan
resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik. Yodium radioaktif
diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di
rumah sakit, obat ini biasanya diberikan empat minggu setelah
operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.
b. Penatalaksanaan Operatif
1. Tiroidektomi
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan
tindakan operasi bila pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan
misalnya : penekanan pada organ sekitarnya, indikasi, kosmetik,
indikasi keganasan yang pasti akan dicurigai. Tindakan
pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat kelenjar tiroid
adalah tiroidektomi, meliputi subtotal ataupun total. Tiroidektomi
subtotal akan menyisakan jaringan atau pengangkatan 5/6 kelenjar
tiroid,sedangkan tiroidektomi total, yaitu pengangkatan jaringan
seluruh lobus termasuk istmus. Tiroidektomi merupakan prosedur
bedah yang relative aman dengan morbiditas kurang dari 5 %.
2. L-tiroksin selama 4-5 bulan
Preparat ini diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan
pemeriksaan sidik tiroid ulang. Apabila nodul mengecil, terapi
dianjutkan apabila tidak mengecil bahkan membesar dilakukan
biopsy atau operasi.
3. Biopsy aspirasi jarum halus dilakukan pada kista tiroid hingga
nodul kurang dari 10mm.
4. Vries coupe adalah pemeriksaan jaringan untuk mengetahui
keganasan pada suatu sel atau jaringan, untuk hasil dan lama waktu
pemeriksaan dapat diketahui pada saat itu juga . sekalipun pasien
berada di dalam kamar operasi.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi : Risiko defisit nutrisi bd ketidakmampuan menelan
makanan (D.0032)
2. Post Operasi
a. Nyeri akut bd agen pencedera fisik (D.0077)
b. Resiko infeksi bd efek prosedur invasif (D.0142)
c. Resiko perdarahan bd tindakan pembedahan (D.0012)
c. Perencanaan
DX. 1 Risiko defisit nutrisi bd ketidakmampuan menelan makanan.
(D.0032)
Tujuan : Status nutrisi klien membaik (L.03030)
Kriteria Hasil :
- Perasaan cepat kenyang menurun
- Nafsu makan membaik
Intervensi Rasional
Manajemen Nutrisi (I.03119) 1. Mengetahui status nutrisi
1. Identifikasi status nutrisi. klien.
2. Identifikasi alergi dan 2. Mengetahui apakah klien
intoleran makanan. memiliki alergi terhadap
3. Identifikasi makanan yang makanan.
disukai. 3. Mengetahui makanan yang
4. Identifikasi kebutuhan disukai klien.
kalori dan jenis nutrient. 4. Mengetahui berapa
5. Monitor asupan makanan. kebutuhan kalori dan apa
6. Berikan makanan tinggi jenis nutrient yang
serat. dibutuhkan.
7. Berikan makanan tinggi 5. Mengetahui asupan nutrisi
kalori dan protein. yang masuk.
6. Mencegah terjadinya
konstipasi.
7. Untuk menambah energi.
Brunner & Suddarth. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC:
Jakarta.
Pasaribu, E. 2017. Pembedahan pada Kelenjar Tiroid, Vol. 39, No. 3, pp. 319–23.
PPNI 2018b. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. DPP PPNI, Jakarta.
Rehman, S., Hutchison, F. & Basile, J. 2006. Goitre in Older Adults. Journal of
Aging Health, Vol. 2, No. 5.