PENDAHULUAN
Industri farmasi merupakan penentu dalam ketersediaan obat di mana industri farmasi
berperan dalam memproduksi, dan mendistribusikan obat untuk dapat memenuhi kebutuhan
pasar dan masyarakat. Dalam memproduksi suatu obat, setiap industri farmasi harus dapat
memenuhi Cara pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar dapat menjamin dan menghasilkan
produk yang bermutu. Perkembangan yang sangat pesat dan teknologi farmasi dewasa ini
mengakibatkan perubahan-perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta persyaratan
CPOB. Produk yang bermutu tidak dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan produk akhir
saja, melainkan setiap komponen yang berhubungan dengan proses produksi, mulai dari
penyiapan bahan baku, bahan kemas, proses pembuatan, pengemasan, termasuk bangunan dan
CPOB merupakan pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia yang
bertujuan untuk menjamin obat yang dibuat secara konsisten dapat memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunanya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi
dan pengendalian mutu. Aspek-aspek yang berpengaruh dalam CPOB antara lain personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan hygiene, produksi, pengawasan mutu,
dokumentasi dan inspeksi diri yang meliputi penanganan keluhan terhadap obat, penarikan
kembali obat, dan obat kembalian. Oleh karena itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk
menyediakan personil yang berkualitas dan terkualifikasi antara lain penyediaan apoteker yang
cakap, terlatih, bertanggung jawab, dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan
benar.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana protap sanitasi ruang pencetakan tablet menurut CPOB
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
CPOB adalah suatu pedoman yang menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian
mutu, bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat dibuat senantiasa memenuhi persyaratan
Pembuatan Obat yang Baik. Langkah tersebut diikuti dengan keluarnya Surat Keputusan
Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang direvisi pada tahun 1990.
Pada tahun 2001 Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM) menerbitkan revisi
CPOB yang dikenal juga dengan CPOB terkini. Pedoman CPOB yang diterbitkan pada
tahun 1988 dan 2001 meliputi 10 aspek, yaitu ketentuan umum, personalia, bangunan
dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri,
penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat, dan obat kembalian serta
dokumentasi.
Pada tahun 2006 diterbitkan lagi versi yang diperbaharui yaitu c-GMP (current
Good Manufacturing Practice) atau yang dikenal dengan istilah CPOB yang
dinamis. Dibandingkan dengan edisi sebelumnya (CPOB edisi 2001), pedoman CPOB
lain “Kualifikasi dan Validasi”, Pembuatan dan Analisis Obat berdasarkan Kontrak” dan
“Pembuatan Produk Steril”. Disamping itu juga terdapat penambahan beberapa bab
CPOB terkini (CPOB : 2006) atau c-GMP merupakan salah satu upaya pemerintah
(Badan POM) untuk menjamin khasiat, keamanan, dan mutu obat produksi industri
farmasi Indonesia agar sesuai dengan standar internasional, sehingga produk obat dalam
negeri mampu bersaing baik untuk pasar domestik maupun untuk pasar ekspor.
Disamping itu, penerapan c-GMP juga mendorong industri farmasi agar lebih efisien dan
fokus dalam pelaksanaan produksi obat, termasuk pemilihan fasilitas produksi yang
Konsep CPOB yang bersifat dinamis yang memerlukan penyesuaian dari waktu ke waktu
1. Manajemen Mutu
2. Personalia
4. Peralatan
6. Produksi
7. Pengawasan Mutu
Produk Kembalian
10. Dokumentasi
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten
dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan
o Bahan awal
o Proses pembuatan
o Pengawasan mutu
o Bangunan
o Personalia
Untuk menjamin mutu produk suatu industri Farmasi, maka tiap industri farmasi
selalu memiliki bagian Quality Managemen. Tugas utama dari bagian Quality
Managemen adalah memastikan bahwa mutu produk obat itu dibangun sejak awal ke
dalam produk, dan memastikan bahwa mutu produk tidak akan berubah hingga ke tangan
konsumen.
2.2.2 Personalia
Kualitas sediaan obat yang dihasilkan ditentukan oleh beberapa faktor penunjang,
salah satu faktor terpenting adalah faktor manusia. Oleh karena itu alur produksi hanya
bisa terjadi bila personel yang mengerjakannya mempunyai kualitas yang sesuai dengan
berikut :
a. Sehat
c. Berpengalaman
konstruksi serta letak yang memadai sehingga memudahkan dalam pelaksanaan kerja,
pembersihan dan pemeliharaan yang baik, sehingga setiap resiko terjadinya kekeliruan,
pencemaran silang dan berbagai kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu oba dapat
b. Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi
personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk
2.2.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki rancang bangun
dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat,
sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat terjadi secara seragam dari batch ke
Penataan peralatan di desain sedemikian rupa sehingga dalam satu ruangan hanya
terdapat satu alat, ini bertujuan agar tidak terjadi pencemaran silang. Peralatan yang
digunakan untuk produksi juga harus di desain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan
Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan dan
perlengkapan, alat produksi beserta wadahnya, dan setiap hal yang dapat merupakan
Sanitasi merupakan segala usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan
lingkungan sekitar, dengan tujuan agar tidak timbul penyakit yang pada akhirnya akan
merugikan manusia.
kebersihan individu.
2.2.6 Produksi
Produksi obat hendaknya dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
yang senantiasa dapat menjamin produk obat yang memenuhi spesifikasi yang
ditentukan. Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personel yang kompeten.
Hal-hal yang dapat dilakukan agar tidak terjadi pencemaran silang adalah :
hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup, dan sediaan yang mengandung bakteri
* Memperkecil risiko pencemaran yang disebabkan oleh udara yang disirkulasi ulang
atau masuknya udara yang tidak diolah atau udara yang diolah secara tidak memadai
* Memakai pakaian pelindung yang sesuai di area di mana produk yang berisiko
karena pembersihan alat yang tidak efektif umumnya merupakan sumber pencemaran
silang.
Agar mutu obat selalu terjaga, maka dilakukan IPC (In Process Control) oleh
bagian Quality Control. IPC dilakukan selama proses produksi berlangsung, apabila
ditemukan adanya ketidak sesuaian hasil pengujian dengan spesifikasi pabrik. Maka
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan obat yang
baik, untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu
semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai
atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi
persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat
Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang penting agar Pengawasan Mutu dapat
Inspeksi diri bertujuan untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek produksi dan
2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk
Kembalian
a. Penarikan kembali obat jadi. Penarikan kembali obat jadi berupa penarikan
kembali satu atau beberapa batch. Hal ini dilakukan bila ada produk yang mengalami
masalah medis yang menyangkut fisik, reaksi-reaksi alergi, efek toksik. Penanganan
keluhan dan laporan hendaknya dicatat dan ditangani, kemudian dilakukan penelitian
dan evaluasi. Indak lanjut dilakukan berupa tindakan perbaikan, pnarikan obat, dan
b. Obat kembalian. Obat kembalian dapat digolongkan sebagai berikut : obat yang
masih memenuhi spesifikasi yang dapat digunakan, yang dapat diolah ulang dan yang
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari manajemen mutu. Setiap hal yang di kerjakan
selalu terdokumentasi. Dan setiap hal yang dikerjakan selalu mengacu pada SOP
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui
produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara
Pembuat Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas karena menentukan
hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi
(RIV) atau dokumen yang setara. RIV hendaklah dokumen yang singkat, tepat dan
jelas.
care practices related to most aspects of living although it is most often associated with cleanliness
and preventative measures. Menurut Dr.Azrul Azwar, MPH, sanitasi adalah cara pengawasan
masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-
usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Sedangkan hygiene adalah bagaimana cara orang
Ruang lingkup meliputi personalia, bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta
wadahnya, dan setiap hal yang dapat merupakan sumber pencemaran produk.
pelindung hendaklah diberlakukan untuk personil baik karyawan purna waktu, paruh
waktu.
Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran pakaian kerja kotor dan lap
pembersih kotor hendaklah disimpan dalam wadah tertutup hingga saat pencucian.
Program higien yang rinci dibuat dan diadaptasikan terhadap berbagai kebutuhan
Semua personil menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut, sebelum dan
Tiap personil yang mengidap penyakit atau yang dapat merugikan mutu produk
Semua personil diperintahkan dan didorong untuk melaporkan kepada atasan langsung
tiap keadaan.
Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat di desaian dan dikontruksi dengan
tepat
Hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup, sarana toilet dengan ventilasi yang
baik.
Disediakan sarana yang memadai untuk penyimpanan pakaian personil dan milik
mencemari peralatan bahan awal bahan pengemas, bahan yang sedang diproses
Segala praktek tidak higienis di area pembuatan dapat merugikan mutu produk
Setelah digunakan peralatan dibersihkan baik bagian luar maupun dalam sesuai
prosedur
Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan.
Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dipindah-pindahkan dan
pengelolaan.
Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk pembersihan dan sanitasi peralatan yang
PEMBAHASAN
1. Azwar, Azrul. Dr. 1998. Kesehatan Masyarakat Indonesia. Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia : Jakarta
2. Prescott, L.M., Harley, J.P. dan Klein, D.A. 2002. Microbiology. fifth edition. Mc Graw
Hill: New York
3. Suma’mur P.K. 1988. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV Haji Masagung
:Jakarta
4. https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/06/13/cpob-sanitasi-dan-higiene/
diakses tanggal 19 Desember 2017
5.