Anda di halaman 1dari 17

SEKILAS PANDANG CPOB 2006 & 2012

BAB 1 MANAJEMEN MUTU


PRINSIP
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya,
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang
membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab
untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di
semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara
konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan
diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan
Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya.
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
o suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber
daya; dan
o tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi
sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan ketersediaan personil yang kompeten,
bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab legal hendaklah
diberikan kepada kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Konsep dasar Pemastian Mutu, Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB), Pengawasan Mutu ,dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek manajemen mutu yang saling
terkait.
Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara
kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua
pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini,
seperti desain dan pengembangan produk.

BAB 2 PERSONALIA
PRINSIP
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang
memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk
menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami
prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang
berkaitan dengan pekerjaannya. Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu
dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) yang mana independen satu sama lain.

Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya harus berada di dalam
area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas
kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.
Di samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah mendapat pelatihan
sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas
penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia program pelatihan yang disetujui kepala bagian
masing-masing. Catatan pelatihan hendaklah disimpan.Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang
bekerja di area di mana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan
berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi.

BAB 3 BANGUNAN DAN FASILITAS


PRINSIP
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai,
serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata
letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran
silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan
mutu obat.

BAB 4 PERALATAN
PRINSIP
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang
memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam
dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang,
penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.

BAB 5 SANITASI DAN HIGIENE


PRINSIP
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang
lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta
wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk.
Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh
dan terpadu.

BAB 6 PRODUKSI
PRINSIP
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan; dan memenuhi
ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.

BAB 7 PENGAWASAN MUTU


PRINSIP
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan
kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan
dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran
mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan
bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan
memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam
semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap
hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.

BAB 8 INSPEKSI DIRI DAN AUDIT MUTU


PRINSIP
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu
industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri
hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat
mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal
terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan
supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak
lanjut yang efektif.

BAB 9 PENANGANAN KELUHAN PRODUK, PENARIKAN KEMBALI (CPOB 2012), DAN PRODUK KEMBALIAN (CPOB
2006)
PRINSIP
CPOB 2012:
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji
dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun
suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara
cepat dan efektif.
CPOB 2006:
Penarikan kembali produk adalah suatuproses penarikan kembali dari satu ataubeberapa bets atau seluruh
bets produktertentu dari peredaran.Penarikan kembali produk dilakukan apabiladitemukan produk yang cacat mutu
atau bilaada laporan mengenai reaksi yang merugikanyang serius serta berisiko terhadapkesehatan.Penarikan
kembali produk dari peredarandapat mengakibatkan penundaan ataupenghentianp embuatano bat tersebut.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi
karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat
menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.

BAB 10 DOKUMENTASI
PRINSIP
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian
yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir
dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan
tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.

BAB 11 PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK


PRINSIP
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk
menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak
memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang
menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur
pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu).

BAB 12 KUALIFIKASI DAN VALIDASI


PRINSIP
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti
pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan
dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah
digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
Kualifikasi terdiri dari: Kualifikasi Desain (KD), Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO), dan
Kualifikasi Kinerja (KK). Validasi terdiri dari: Validasi Perspektif, Validasi Konkuren, dan Validasi Retrospektif.
Karakteristik validasi yang umumnya harus diperhatikan antara lain: akurasi, presisi, ripitabilitas, presisi intermediet,
spesivisitas, batas deteksi, batas kuantisasi, linearitas, dan rentang. Revalidasi dilakukan jika ada perubahan: sintesis
bahan aktif obat, komposisi produk jadi, dan prosedur analisis.
REVISI CPOB 2006 KE CPOB 2012
(by D. Fachri Sudrajat)

BAB Bagian Poin CPOB 2006 CPOB 2012


Umum - Ada 9 Poin. Ada 11 poin, satu poin tambahan yaitu terkait DEFINISI istilah
Pndahuluan

“PEMBUATAN”1dan “HENDAKLAH”2pada CPOB 2012

5. “Otoritas pengawasan obat (OPO)” Langsung dinyatakan sebagai “Badan POM”.

I Prinsip - “Manajemen Mutu”. Dinyatakan sebagai "Sistem Pemastian Mutu" dan ada tambahan:
1. Menginkorporasi CPOB, Pengawasan Mutu, Manajemen Risiko Mutu.
2. Hal tersebut hendaklah didokumentasikan dan dimonitor
efektivitasnya.
1.1 Aspek manajemen mutu: Konsep dasar Aspek manajemen mutu = CPOB 2006 + Manajemen Risiko Mutu.
Pemastian Mutu, CPOB, dan PengawasanMutu.
Pengawasan 1.4 Persyaratan dasar Pengawasan Mutu ada 6 poin. Persyaratan dasar Pengawasan Mutu ada 7 poin, satu poin
Mutu tambahan terkait pencatatan3.
Pengkajian 1.5 1. Evaluasi kajian mutu dapat dilakukan oleh 1. Evaluasi kajian mutu dilakukan oleh Industri Farmasi.
Mutu Produk Industri Farmasi dan Pemegang Izin Edar (bila 2. Tidak ada penjelasan yang demikian karena kajian mutu dilakukan
beda, tergantung kesepakatan). Industri Farmasi.
2. Tanggung jawab pengkajian mutu diatur
dalam Kesepakatan Teknis (bila pemiliik
persetujuan pendaftaran bukan Industri
Farmasi).
(Manajemen (1.6, Tidak ada karena hal ini tidak dinyatakan sebagai Ada, penjelasan singkat Manajemen Risiko Mutu (Poin 1.64 dan
Risiko Mutu) 1.7) bagian dari aspek manajemen mutu. 1.75).
III Area - Ada 17 poin. 1. Ada 19 poin, dua poin tambahan terkait Klasifikasi kebersihan
Produksi ruang pembuatan obat6.
2. Ruangan lain yang tidak diklasifikasikan sesuai klasifikasi itu
hendaklah dilindungi sesuai tingkat perlindungan yang sesuai.
3.10 1. “Produk biologi”dinyatakan dalam contoh 1. “Produk biologi”tidak dinyatakan dalam contoh produk obat
produk obat tertentu yang butuh sarana tertentu yang butuh sarana khusus dan self-contained.
khusus dan self-contained. 2. Ada kasus pengecualian (untuk produk yang butuh sarana khusus
2. Kasus pengecualian tidak ada. dan self-contained), yaitu produksinya secara campaign di fasilitas
yang sama dibenarkan asalkan telah mengambil tindakan
pencegahan spesifik dan validasi yang diperlukan telah dilakukan.
IV Perawatan - Ada 5 poin. Ada 10 poin, lima poin tambahan7.

V Higiene 5.7 Personil yang sakit atau terluka yang dapat Personil yang sakit atau terluka yang dapat merugikan mutu produk
Perorangan merugikan mutu produk hendaklah dilarang hendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan kemas, bahan
menangani bahan awal, bahan kemas, bahan sendang diproses dan obat jadi sampai kondisinya dipertimbangkan
sendang diproses dan obat jadi sampai dia tidak lagi menimbulkan risiko. (lebih ringan)
sembuh kembali.
Validasi 5.30 Dinyatakan kurang rinci, yaitu: Dinyatakan dan dijelaskan lebih rinci8, termasuk hal-hal yang perlu
Prosedur Prosedur pembersihan, sanitasi danhigiene dicantumkan dalam prosedur.
Pembersihan hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara
dan Sanitasi berkala untuk memastikan efektivitas prosedur
memenuhi persyaratan.
VI Bahan Awal - Ada 17 Poin. Ada 23 Poin, tambahan enam poin9 dan beberapa poin yang
dijelaskan lebih rinci9 atau lebih ringkas9.
Pengolahan - Ada 13 poin, satu poin lebih rinci daripada CPOB Ada 14 poin, tambahan satu poin 10 dan satu poin lebih ringkas 10
2012. daripada CPOB 2006.
Cairan, Krim, - Ada 9 poin. Ada 13 poin, 3 poin tambahan11.
dan Salep
(nonsteril)
Kegiatan - Ada 4 poin. Ada 6 poin, dua poin tambahan12 dan satu poin lebih rinci12.
Pengemasan
Prakodifikasi - Poin 6.115 terkait area prakodifikasi hendaknya Satu poin, yaitu poin 6.128 dijelaskan lebih rinci (poin ini = poin
Bahan terpisah dari area kegiatan pengemasan lainnya. 6.115 CPOB 2006). Bahwakhusus untuk proses prakodifikasi secara
Pengemas manual hendaklah diperhatikan untuk melakukan pemeriksaan
kembali dengan interval yang teratur.
Praktik - Ada 15 poin. Ada 22 poin, tujuh poin tambahan13 dan satu poin lebih rinci13.
Pengemasan
Bahan dan - Ada 6 poin. Ada 10 poin, 4 poin tambahan terkait produk kembalian14, dan
produk yang dokumentasi15 hal ini.
ditolak,
dipulihkan,
dikembalikan
Pengiriman - Ada. Tidak ada bagian ini.
dan Peng-
angkutan
VII Prinsip - Cakupan Pengawasan Mutu tidak dinyatakan Cakupan Pengawasan Mutu16dinyatakan dalam Prinsip dan lebih
dalam Prinsip, tetapi di bagian Umum dan ringkas, tidak ada di bagian Umum.
dinyatakan lebih rinci.
Umum - Dijelaskan dan dinyatakan lebih rinci 17. Tugas Dinyatakan dan dijelaskan lebih ringkas 17. Tugas Pokok Bagian
Pokok Bagian Pengawasan Mutu ada atau Pengawasan Mutu tidak ada atau tidak dinyatakan, tetapi ada
dinyatakan. Tanggung Jawab Pengawasan Mutu (hal ini termasuk ke dalam
Tugas Pokok Bagian Pengawasan Mutu di CPOB 2006).
18
CBPMB - Dijelaskan dan dinyatakan lebih rinci . Dinyatakan dan dijelaskan lebih ringkas 18 karena sebagian telah ada
di Bab lain, yaitu Bab 2 Personalia, Bab 3 Bangunan dan Fasilitas,
Bab 4 Peralatan, Bab 11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan
Kontrak.
Pengambilan - Ada 2 poin. Ada 5 poin, 4 poin tambahan19. Satu poin di CPOB 2006 terkait
Sampel Pelatihan Personil pengambil sampel tidak ada di CPOB 2012.
Bahan Awal - Tidak ada rincian terkait validasi untuk Ada rincian terkait validasi21 untuk identifikasi bahan awal yang
identifikasi bahan awal yang diambil sebagian, diambil sebagian, tetapi tidak ada rincian terkait penilaian mutu
tetapi ada rincian terkait penilaian mutu20bets bets bahan awal.
bahan awal.
Kegiatan - Ada penjelasan terkait sampel pertinggal. Tidak ada penjelasan terkait sampel pertinggal karena dirujuk ke
Pengambilan Aneks 11 Sampel Pembanding dan Sampel Pertinggal.
Sampel
(Pengujian) - Tidak ada bagian Pengujian Ada bagian Pengujian22 yang menjelaskan hal-hal terkait pengujian.
Persyaratan - Ada penjelasan hal tersebut terkait produk Tidak ada penjelasan hal tersebut terkait produk antara dan produk
Pengujian antara dan produk ruahan23 serta Evaluasi ruahan serta Evaluasi Pengawasan Mutu terhadap Prosedur
Pengawasan Mutu terhadap Prosedur Produksi.
24
Produksi .
Studi - Ringkas di bagian Persyaratan Pengujian. Ada lebih rinci dan jadi bagian sendiri, yaitu ProgramStabilitas On-
Stabilitas Going25.
VIII Tim Inspeksi 8.2 Tim inspeksi diri minimal tiga anggota. Tiap Tidak dinyatakan anggota Tim Inspeksi Diri minimal berapa orang
Diri anggota hendaklah independen dalam inspeksi dan tidak dinyatakan bahwa anggota independen dalam inspeksi
dan evaluasi. dan evaluasi.
IX Prinsip - Ada penjelasan terkait definisi penarikan Dijelaskan dan dinyatakan lebih ringkas; tidak ada definisi dan
kembali produk (proses penarikan kembali kapan dilakukan penarikan kembali produk, serta tidak ada definisi
satu/sebagian/ semua bets produk tertentu dari produk kembalian.
peredaran), kapan hal ini dilakukan (jika ada
cacat mutu atau laporan reaksi merugikan yang
serius dan berisiko pada kesehatan), serta definisi
produk kembalian (obat jadi yang beredar yang
dikembalikan lagi ke IF karena keluhan/alasan
yang membuat ragu identitas, mutu, jumlah, dan
keamanannya).
Keluhan 9.2 Dijelaskan dan dinyatakan lebihrinci. Ada Dijelaskan dan dinyatakan lebih ringkas.
dan penjelasan terkait penyebab laporan dan
9.3 keluhan26 serta cakupan penyelidikan dan
evaluasi laporan dan keluhan27.
Penarikan - Lebih rinci, ada penjelasan terkait keputusan Lebih ringkas, tidak ada penjelasan terkait keputusan penarikan
Kembali penarikan kembali produk (dapat: diprakarsai IF kembali produk,
Produk atau OPO, intern datang dari KaBag ManMut/
manajemen perusahan, melibatkan satu/
sebagian/semua bets, mengakibatkan
penundaan atau penghentian pembuatan
produk),
Produk - Ada penjelasannya. Tidakada penjelasannya (dijudul Bab juga tidak dinyatakan produk
Kembalian kembalian).
XI Umum - Ada 4 poin. Ada 3 poin, satu poin dihilangkan, yaitu bahwa kontrak hendaklah
mengizinkan Pemberi Kontrak mengaudit sarana Penerima
Kontrak.
XII Validasi - Tidak ada tabel karakteristik untuk identifikasi, Ada tabel yang perlu dipertimbangkan, yaitu tabel mengenai
Metode pengujian impuritas, dan prosedur penetapan karakteristik untuk identifikasi, pengujian impuritas, dan prosedur
Analisis kadar. penetapan kadar28.
12.48 “Metode Analisis” hendaklah jelas dan mudah “Tujuan Prosedur Analisis” hendaklah jelas dan mudah dimengerti
dimengerti karena hal ini akan menentukan karena hal ini akan menentukan karakteristik validasi yang perlu
karakteristik validasi yang perlu dievaluasi. dievaluasi.
KETERANGAN:
1. Pembuatan: mencakup seluruh kegiatan penerimaan bahan, produksi, pengemasan ulang, pelabelan,
pelabelan ulang, pengawasan mutu, pelulusan, penyimpanan dan distribusi dari obat serta pengawasan
terkait.

2. Hendaklah: menyatakan rekomendasi untuk dilaksanakan kecuali jika tidak dapat diterapkan, dimodifikasi
menurut pedoman lain yang relevan dengan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik atau digantikan
dengan petunjuk alternatif untuk memperoleh tingkat pemastian mutu minimal yang setara.
3. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan yang menunjukkan
bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur pengambilan sampel, inspeksi dan pengujian
benar-benar telah dilaksanakan Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi.
4. Manajemen risiko mutu: suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian, pengendalian dan pengkajian
risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif.
5. Manajemen risiko mutu hendaklah memastikan bahwa:
a. Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan
proses dan pada akhirnya terkait pada perlindungan pasien;
b. Tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko mutu sepadan dengan
tingkat risiko. (lebih lanjut di aneks 14)
6. Klasifikasi Kebersihan Ruang Pembuatan Obat dapat dilihat pada Gambar 1. Catatan terkait klasifikasi itu:
a. Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk steril.
b. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk nonsteril.
c. Persyaratan lain untuk pembuatan produk steril dirangkum pada Aneks 1 Pembuatan Produk Steril

Gambar 1. Klasifikasi Kebersihan Ruang Pembuatan Obat

7. Lima poin tambahanterkait Perawatan Peralatan:


a. Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi dan disterilisasi
untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses sebelumnya yang akan memengaruhi mutu
produk termasuk produk antara di luar spesifikasi resmi atau spesifikasi lain yang telah ditentukan.
b. Bila peralatan digunakan untuk produksi produk dan produk antara yang sama secara berurutan atau
secara kampanye, peralatan hendaklah dibersihkan dalam tenggat waktu yang sesuai untuk mencegah
penumpukan dan sisa kontaminan (misal: hasil urai atau tingkat mikroba yang melebihi batas.
c. Peralatan umum (tidak didedikasikan) hendaklah dibersihkan setelah digunakan memproduksi produk
yang berbeda untuk mencegah kontaminasi silang.
d. Peralatan hendaklah diidentifikasi isi dan status kebersihannya dengan cara yang baik.
e. Buku log untuk peralatan utama dan kritis hendaklah dibuat untuk pencatatan validasi pembersihan
dan pembersihan yang telah dilakukan termasuk tanggal dan personil yang melakukan kegiatan
tersebut.
8. Validasi Prosedur Pembersihan dan Sanitasi:
a. Prosedur tertulis hendaklah ditetapkan untuk pembersihan alat dan persetujuan untuk penggunaan
bagi produksi obat, termasuk produk antara. Prosedur pembersihan hendaklah rinci supaya operator
dapat melakukan pembersihan tiap jenis alat secara konsisten dan efektif. Prosedur hendaklah
mencantumkan:
1) Penanggung jawab untuk pembersihan alat;
2) Jadwal pembersihan, termasuk sanitasi, bila perlu;
3) Deskripsi lengkap dari metode pembersihan dan bahan pembersih yang digunakan termasuk
pengenceran bahan pembersih yang digunakan;
4) Instruksi pembongkaran dan pemasangan kembali tiap bagian alat, bila perlu, untuk
memastikan pembersihan yang benar;
5) Instruksi untuk menghilangkan atau meniadakan identitas bets sebelumnya;
6) Instruksi untuk melindungi alat yang sudah bersih terhadap kontaminasi sebelum digunakan;
7) Inspeksi kebersihan alat segera sebelum digunakan; dan
8) Menetapkan jangka waktu maksimum yang sesuai untuk pelaksanaan pembersihan alat setelah
selesai digunakan produksi.
b. Tanpa kecuali, prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara
berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan.
c. Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan catatan pelaksanaan tindakan dan, bila perlu, kesimpulan
yang dicapai untuk pembersihan dan sanitasi, hal-hal tentang personel termasuk pelatihan, seragam
kerja, higiene; pemantauan lingkungan dan pengendalian hama.
9. Enam poin tambahan dan poin lain yang dijelaskan lebih rinci atau lebih ringkas terkait penanganan Bahan
Awal:
a. Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan oleh karena itu hendaklah melibatkan staf
yang mempunyai pengetahuan khusus dan menyeluruh perihal pemasok.
b. Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi
yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen(CPOB 2006). Dianjurkan agar
spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat untuk bahan awal dibicarakan dengan pemasok. Sangat
menguntungkan bila semua aspek produksi dan pengawasan bahan awal tersebut, termasuk
persyaratan penanganan, pemberian label dan pengemasan, juga prosedur penanganan keluhan dan
penolakan, dibicarakan dengan pabrik pembuat dan pemasok. (CPOB 2012, lebih rinci dari CPOB 2006)
c. Untuk menjamin identitas isi bahan awal dari tiap wadah hendaklah dibuat prosedur atau dilakukan
tindakan yang tepat. Wadah bahan awal yang telah diambil sampelnya hendaklah diidentifikasi (Lihat
Bab 7 Pengawasan Mutu, Butir 7.18 – 7.19)
d. Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk meyakinkan bahwa wadah tertutup
rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi yang baik (CPOB 2012 hanya sampai ini).
Terhadap bahantersebut hendaklah dilakukanpengambilansampeldan pengujianulangsecara berkala
sesuai dengan spesifikasiyang ditetapkan. Pelaksanaanpengambilan sampel ulang hendaklahdiawali
dengan penempelan label ujiulang dan/atau dengan menggunakansistem dokumentasi yang
samaefektifnya(CPOB 2006 sampai ini, lebih rinci).
e. Hanya bahan awal yang sudah diluluskan oleh bagian Pengawasan Mutu dan masih dalam masa
simpan yang boleh digunakan.
f. Penimbangan bahan awal hendaklah dilakukan oleh personil yang berwenang sesuai prosedur
tertulis untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur dengan akurat ke dalam
wadah yang bersih dan diberi label dengan benar.
g. Setiap bahan yang ditimbang atau diukur hendaklah diperiksa secara independen dan hasil
pemeriksaan dicatat.
h. Bahan yang ditimbang atau diukur untuk setiap bets hendaklah dikumpulkan dan diberi label jelas.
10. Satu poin tambahan dan poin yang diringkas terkait pengolahan produk antara dan produk ruahan:
a. Penyimpangan yang signifikan dari hasil standar hendaklah dicatat dan diinvestigasi.
b. Semua produk antara dan ruahan hendaklah diberi label (CPOB 2012 sampai ini) dengan benar dan
dikarantina sampai diluluskanoleh bagian Pengawasan Mutu(CPOB 2006 sampai ini).
11. Tiga poin tambahan terkait produk cairan, krim, dan salep (nonsteril):
a. Untuk melindungi produk terhadap kontaminasi disarankan memakai sistem tertutup untuk
pengolahan dan transfer.
b. Mutu bahan yang diterima dalam tangki dari pemasok hendaklah diperiksa sebelum dipindahkan ke
dalam tangki penyimpanan.
c. Bahan yang mungkin melepaskan serat atau cemaran lain seperti kardus atau palet kayu hendaklah
tidak dimasukkan ke dalam area di mana produk atau wadah bersih terpapar ke lingkungan.
12. Dua poin tambahan dan satu poin lebih rinci:
a. Pada umumnya, proses pengisian dan penutupan hendaklah segera disertai dengan pemberian
label. Bila tidak, hendaklah diterapkan prosedur yang tepat untuk memastikan agar tidak terjadi
kecampurbauran atau salah pemberian label.
b. Bila menyiapkan program untuk kegiatan pengemasan, hendaklah diberikan perhatian khusus untuk
meminimalkan risiko kontaminasi silang, kecampurbauran atau kekeliruan. Produk yang berbeda
tidak boleh dikemas berdekatan kecuali ada segregasi fisik.
c. Kesiapan jalur pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai daftar periksa yang tepat(rincian poin 6.111
CPOB 2006 poin 6.124 di CPOB 2012)
13. Tujuh poin tambahan dan satu poin yang lebih rinci terkait Praktik Pengemasan:
a. Perhatian khusus hendaklah diberikan bila memakai label-potong dan ketika proses prakodifikasi
dilakukan di luar jalur pengemasan.
b. Wadah yang akan diisi hendaklah diserahkan ke jalur atau tempat pengemasan dalam keadaan
bersih(CPOB 2006). Perhatian hendaklah diberikan untuk menghindarkan dan menghilangkan cemaran
seperti pecahan kaca dan partikel logam(CPOB 2012, lebih rinci).
c. Alat pemindai kode elektronik, alat penghitung dan peralatan lain yang serupa, hendaklah diperiksa
untuk memastikan alat-alat tersebut bekerja dengan benar.
d. Informasi tercetak dan dalam bentuk huruf timbul pada bahan pengemas hendaklah terlihat jelas,
tidak memudar dan tidak mudah terhapus.
e. Pengawasan pada jalur pengemasan selama proses pengemasan hendaklah meliputi paling sedikit
hal-hal sebagai berikut:
1) tampilan kemasan secara umum;
2) apakah kemasan sudah lengkap;
3) apakah produk dan bahan pengemas yang dipakai sudah benar;
4) apakah prakodifikasi sudah benar;
5) apakah monitor pada jalur sudah berfungsi dengan benar.
Sampel yang sudah diambil dari jalur pengemasan hendaklah tidak dikembalikan.
f. Produk yang telah mengalami kejadian tak normal hendaklah khusus diperiksa, diinvestigasi dan
disetujui terlebih dahulu oleh personil yang diberi wewenang sebelum dimasukkan ke dalam proses
pengemasan. Hendaklah dibuat cacatan detil dari aktifitas tersebut.
g. Bila selama rekonsiliasi ditemukan perbedaan yang signifikan atau tidak normal antara jumlah
produk ruahan dan bahan pengemas cetak dibandingkan terhadap jumlah unit yang diproduksi, maka
sebelum diluluskan hendaklah dilakukan investigasi dan pertanggungjawaban secara memuaskan
terlebih dahulu.
h. Setelah proses pengemasan selesai, bahan pengemas yang tidak terpakai tetapi telah diberi
prakodifikasi hendaklah dimusnahkan dan pemusnahan tersebut dicatat. Bila bahan cetakan belum
diberi prakodifikasi akan dikembalikan ke persediaan gudang, hendaklah mengikuti prosedur
terdokumentasi.
14. Produk kembalian (poin tambahan):
a. Industri hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan pengujian produk
kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus
dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian
dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat dikembalikan ke dalam
persediaan;
2) produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan
3) produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang.
b. Prosedur hendaklah mencakup:
1) identifikasi dan catatan mutu produk kembalian;
2) penyimpanan produk kembalian dalam karantina;
3) penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian Pengawasan Mutu;
4) evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan apakah produk dapat diproses
ulang atau tidak; dan
5) pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan ulang
c. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan. Prosedur pemusnahan
bahan atau pemusnahan produk yang ditolak hendaklah disiapkan. Prosedur ini hendaklah mencakup
tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh
orang yang tidak mempunyai wewenang.
15. Dokumentasi: Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah didokumentasikan dan
dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan, dokumentasi hendaklah mencakup berita acara pemusnahan
yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh personil yang melaksanakan dan personil yang menyaksikan
pemusnahan(di CPOB 2006 tidak ada).
16. Cakupan Pengawasan Mutu:
a. CPOB 2012pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi
dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan
bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan.
b. CPOB 2006 semua kegiatan analitis yang dilakukan dilaboratorium, termasuk
pengambilansampel,pemeriksaandan pengujianbahanawal, produk antara, produk ruahan
danprodukjadi. Kegiatanini mencakupjuga ujistabilitas,programpemantauanlingkungan,pengujian yang
dilakukan dalam rangkavalidasi, penanganan sampel pertinggal,menyusun dan memperbaharui
spesifikasibahan dan produk serta metodepengujian.
17. Hal-hal terkait bagian Umum Pengawasan Mutu di CPOB 2006, tetapi tidak ada atau ringkas di CPOB 2012:
a. Tugas Pokok Bagian Pengawasan Mutu di CPOB 2006 yang dinyatakan sebagai Tanggung Jawab
Pengawasan Mutu di CPOB 2012:
1) menyusun dan merevisi prosedur pengawasan dan spesifikasi;
2) menyiapkan prosedur tertulis yang rinci untuk melakukan seluruh pemeriksaan,pengujian dan
analisis;menyusun program dan prosedurpengambilan sampel secara tertulis;
3) memastikan pemberian label yang benar pada wadah bahan dan produk;
4) menyimpan sampel pertinggal untuk rujukan di masa mendatang; dan
5) ikut serta dalam program inspeksi diri bersama dengan bagian lain dari perusahaan.
b. Tugas Pokok Bagian Pengawasan Mutu di CPOB 2006 yang tidak dinyatakan di CPOB 2012:
1) meluluskan atau menolak tiap bets bahan awal, produk antara, produk ruahan atau produk jadi;
2) melakukan evaluasi stabilitas semua produk jadi secara berkelanjutan danbahan awal jika
diperlukan, serta menetapkan kondisi penyimpanan bahan dan produk berdasarkan data
stabilitasnya;
3) menetapkan masa simpan bahan awal dan produk jadi berdasarkan data stabilitas serta kondisi
penyimpanannya;
4) berperan atau membantu pelaksanaan program validasi;
5) menyiapkan baku pembanding sekunder sesuai dengan prosedur pengujian yang berlaku dan
menyimpan baku pembanding tersebut pada kondisi yang tepat;
6) menyimpan catatan analitis dari hasil pengujian semua sampel yang diambil;
7) melakukan evaluasi produk jadi kembalian dan menetapkan bahwa produk tersebut dapat
diluluskan atau diolah ulang atau harus dimusnahkan; dan
8) memberikan rekomendasi kegiatan pembuatan obat berdasarkan kontrak setelah melakukan
evaluasi kemampuan penerima kontrak yang bersangkutan untuk membuat produk yang
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan perusahaan.
c. Personil Pengawasan Mutu memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan
penyelidikan yang diperlukan (CPOB 2012 tidak dinyatakan).
18. Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik (CBPMB) yang ada di CPOB 2006, tetapi tidak
dinyatakan di CPOB 2012:
a. Hendaklah disediakan sarana yang sesuai dan aman untuk limbah yang akan dibuang. Bahan beracun
danbahan mudah terbakar harus disimpan dalam lemari tertutup dan terpisah dengan desain yang
sesuai.
b. Semua pipa dan peralatan hendaklah diberi penandaan yang memadai dan diberi perhatian khusus
untuk konektor atau adaptor yang tidak dapat saling ditukar untuk gas dan cairan berbahaya.
c. Tiap personil hendaklah memakai pakaian pelindung dan alat pengaman seperti respirator atau
masker, kaca mata pelindung dan sarung tangan tahan asam atau basa sesuai tugas yang
dilaksanakan.
d. Peralatan:
1) Peralatan dan instrumen laboratorium hendaklah sesuai dengan prosedur pengujian yang
dilakukan.
2) Protap pengoperasian tiap instrumen dan peralatan hendaklah tersedia dan diletakkan di
dekatinstrumen/peralatan yang bersangkutan.
3) Peralatan, instrumen dan perangkat lunak terkait hendaklah dikualifikasi/divalidasi, dirawat dan
dikalibrasi dalam selang waktu yang telah ditetapkan dan dokumentasinya disimpan.
4) Pemeriksaan untuk memastikan bahwa instrumen berfungsi baik hendaklah dilakukan tiaphari
atau sebelum instrumen tersebut digunakan untuk pengujian analitis.
5) Tanggal kalibrasi, perawatan dan kalibrasi ulang sesuai dengan jadwal hendaklah tertera jelas
pada peralatan atau cara lain yang sesuai.
6) Hendaklah diberi penandaan yang jelas pada alat rusak atau dalam perawatan. Alat rusak
hendaklah tidak digunakan sebelum diperbaiki.
7) Pancuran air keselamatan dan pembasuh mata hendaklah tersedia di dekat area kerja
laboratorium.
e. Spesifikasi dan Prosedur Pengujian:
1) Prosedur pengujian hendaklah divalidasi dengan memperhatikan fasilitas dan peralatan yang
ada sebelum prosedur tersebut digunakan dalam pengujian rutin.
2) Semua kegiatan pengujian hendaklah dilakukan sesuai dengan metode yang telah disetujui pada
saat pemberian izin edar.
3) Spesifikasi dan prosedur pengujian untuktiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi hendaklah mencakup spesifikasi dan prosedurpengujian mengenai
identitas,kemumian, mutu dan kadar/potensi.
4) Prosedur pengujian hendaklah mencakup: jumlah sampel yang diperlukan untuk pengujian dan
yang harus disimpan, untuk rujukan masa mendatang; jumlah tiap pereaksi, larutan dapar dan
sebagainya yang diperlukan pada pengujian; rumus perhitungan yang digunakan; dan nilai yang
diharapkan dan batas toleransi dari tiap pengujian; frekuensi pengujian ulang dari tiap bahan
awal yang ditentukan dengan mempertimbangkan stabilitasnya.
5) Semua pengujian hendaklah mengikutiinstruksi yang tercantum dalam prosedur pengujian untuk
masing-masing bahanatau produk. Hasil pengujian, terutama yang menyangkut
perhitungan,hendaklah diperiksa oleh supervisor sebelum bahan atau produk tersebut diluluskan
atau ditolak.
6) Tlap spesifikasi hendaklah disetujui dan disimpan oleh bagian PengawasanMutu kecuali untuk
produk jadi yang harus disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
f. Catatan Analisis mencakup: nama dan nomor bets sampel dan bentuk sediaan;nama petugas yang
mengambil sampel; metode analisis yang digunakan; semua data, seperti berat, pembacaan buret,
volume dan pengenceran yang dibuat; perhitungan dalam unit ukuran dan rumus yang digunakan;
pernyataan mengenai batas toleransi; pernyataan apakah memenuhi atau tidak memenuhi spesifikasi;
tanggal dan tanda tangan petugas yang rnelakukan pengujian dan petugas yang memeriksa
perhitungan; pernyataan diluluskan atau ditolak dan usul pemusnahan, yang ditandatangani serta
diberi tanggal oleh petugas yang berwenang; nama pemasok, jumlah keieluruhan dengan jumlah
wadah bahan yang diterima; dan jumlah keseluruhan dan jumlah wadah bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, produk jadi dari tiap bets yang dianalisis.
19. Poin tambahan terkait Pengambilan Sampel:
a. Pengambilan sampel hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis yang telah disetujui
yang menguraikan:metode pengambilan sampel; peralatan yang digunakan; jumlah sampel yang harus
diambil; instruksi untuk semua pembagian sampel yang diperlukan; tipe dan kondisi wadah sampel
yang digunakan; penandaan wadah yang disampling; semua tindakan khusus yang harus diperhatikan,
terutama yang berkaitan dengan pengambilan sampel bahan steril atau berbahaya; kondisi
penyimpanan; instruksi pembersihan dan penyimpanan alat pengambil sampel.
b. Wadah sampel diberi label yang menjelaskan isinya, disertai nomor bets, tanggal pengambilan sampel
dan wadah yang diambil sampelnya.
c. Sampel pembanding hendaklah mewakili bets bahan atau produk yang sampelnya diambil. Sampel lain
dapat diambil untuk memantau bagian proses dengan kondisi yang terberat (misalnya, awal atau akhir
suatu proses).
d. Sampel pembanding tiap bets produk akhir hendaklah disimpan sampai satu tahun pasca tanggal
daluwarsa. Produk akhir hendaklah disimpan dalam kemasan akhir dan dalam kondisi yang
direkomendasikan. Sampel bahan awal (di luar bahan pelarut, gas dan air) hendaklah disimpan selama
paling sedikit dua tahun pasca pelulusan produk terkait bila stabilitasnya mengizinkan. Periode waktu
ini dapat diperpendek apabila stabilitasnya lebih singkat, sesuai spesifikasinya yang relevan. Jumlah
sampel pertinggal bahan dan produk hendaklah cukup untuk memungkinkan pelaksanaan minimal
satu pengujian ulang lengkap.
20. Mutu bets bahan awal dinilai dengan mengambil dan menguji sampel yang representatif. Sampel
representatif ini ditentukan secara statistik dan dicantumkan dalam pola pengambilan sampel. Jumlah
sampel yang dicampur menjadi satu sampel komposit ditetapkan dengan mempertimbangkan sifat bahan,
informasi pemasok, dan homogenitas komposit itu.
21. Validasi untuk identifikasi bahan awal:
a. Aspek validasi sampling sebagian bahan awal untuk identifikasi:
1) sifat dan status industri pembuat dan pemasok serta pemahaman mereka tentang ketentuan
CPOB pada industri farmasi;
2) sistem Pemastian Mutu industri pembuat bahan awal;
3) kondisi pembuatan pada saat bahan awal tersebut diproduksi dan diperiksa;
4) sifat bahan awal dan produk jadi yang akan menggunakan bahan awal tersebut.
b. Dengan kondisi di atas, sampling sebagian untuk identifikasi dapat diterima bila poin (1) – (2), tetapi
tidak memuaskan bila poin (3) – (4):
1) bahan awal yang berasal dari industri yang hanya membuat satu bahan;
2) bahan awal diterima langsung dari industri pembuat atau dalam wadah tertutup asli dari industri
pembuat yang telah dibuktikan kehandalannya dan telah diaudit secara berkala oleh Sistem
Pemastian Mutu dari industri farmasi atau suatu badan terakreditasi.
3) bahan awal yang dipasok oleh perantara misal broker, di mana pabrik pembuat tidak dikenal atau
tidak diaudit;
4) bahan awal digunakan untuk produk parenteral.
22. Pengujian:
a. Metode analisis divalidasi, semua kegiatan pengujian di izin edar dan IPC (pengawasan selama-proses)
dilaksanakan sesuai metode yang disetujui dan hasilnya dicatat dan dicek bahwa konsistensi satu
dengan yang lain, hasil uji di luar spesifikasi (HULS) dicatat, diselidiki sesuai prosedur yang disetujui.
b. Catatan pengujian, minimal mencakupdata:
1) nama bahan atau produk dan, di mana perlu, bentuk sediaan;
2) nomor bets dan, di mana relevan, pembuat dan/atau pemasok;
3) rujukan spesifikasi dan prosedur pengujian yang relevan;
4) hasil pengujian, termasuk pengamatan dan kalkulasi, dan acuan kepada semua sertifikat analisis;
tanggal pengujian dan paraf orang yang melaksanakan pengujian serta paraf orang yang
melakukan verifikasi terhadap pengujian dan kalkulasi, di mana perlu;
5) pernyataan pelulusan atau penolakan (atau keputusan status lain) yang jelas dan tanda tangan
orang yang bertanggung jawab yang dilengkapi dengan tanggal.
23. Persyaratan Pengujian  produk antara dan produk ruahan:
a. Untuk memastikan keseragaman dankeutuhan bets, pengawasan-selamaproseshendaklah dilakukan
pengujiansampel yang representatif dari tiap betsproduk antara dan produk ruahan untukidentitas,
kekuatan, kemurnian danmutunya. Persetujuan dari Bagian Pengawasan Mutu mutlak diperlukan
setelah tahap produksi kritis selesai atau bila produk tersimpan lama sebelum tahap produksi
selanjutnya.
b. Produk antara dan produk ruahan yang ditolak hendaklah diberi penandaan dan dikendalikan
dengan sistem karantina yang dirancang untuk mencegah penggunaannya dalam proses selanjutnya,
kecuali bila produk tersebut dinilai memenuhi syarat untuk kemudian diolah ulang.
24. Evaluasi Pengawasan Mutu terhadap Prosedur Produksi:
a. Bagian Pengawasan Mutu hendaklah berperan serta dalam pengembangan Prosedur Pengolahan
Induk dan Prosedur Pengemasan lnduk untuk tiap ukuran bets suatu obat untuk menjamin
keseragaman dari bets ke bets yang dibuat.
b. Bagian Pengawasan Mutu hendaklah berperan serta dalam pengembangan prosedur pembersihan dan
sanitasi peralatan produksi.
25. Program Stabilitas On-Going:
a. Stabilitas produk jadi hendaklah dipantau menurut program berkesinambungan yang sesuai, yang
memungkinkan pendeteksian semua masalah stabilitas (misal perubahan pada tingkat impuritas, atau
profil disolusi) yang berkaitan dengan formula dalam kemasan yang dipasarkan.
b. Tujuannnya: untuk memantau produk selama masa edar dan untuk menentukan bahwa produk tetap,
atau dapat diprakirakan akan tetap, memenuhi spesifikasinya selama dijaga dalam kondisi
penyimpanan yang tertera pada label.
c. Berlaku untuk produk komersil, tetapi hendaklah dipertimbangkan pencakupan dalam program bagi
produk ruahan.
d. Programdiuraikan dalam suatu protocol yang menjangkau akhir masa edar dan minimal meliputi:
1) jumlah bets per kekuatan dan per ukuran bets berbeda, di mana perlu;
2) metode pengujian fisis, kimiawi, mikrobiologis dan biologis yang relevan;
3) kriteria keberterimaan;
4) rujukan metode pengujian; uraian sistem tutup wadah;
5) interval pengujian (titik waktu);
6) uraian kondisi penyimpanan (sesuai standar ICH untuk pengujian jangka panjang yang konsisten
dengan penandaan produk); dan
7) parameter lain yang berlaku spesifik bagi produk.
e. Jumlah bets dan frekuensi pengujian hendaklah memberikan data yangcukup jumlahnya untuk
memungkinkan melakukan analisis tren. Prinsip desain bracketing dan matrixing dapat diterapkan jika
dijustifikasi dalam protokol secara ilmiah.
f. Hasil studi stabilitas on-going hendaklah tersedia di lokasi pembuatan untuk diperiksa oleh Badan
POM.
g. HULS atau tren atipikal yang signifikan hendaklah diselidiki. Semua hasil HULS yang dikonfirmasi, atau
tren negatif yang signifikan, hendakah dilaporkan kepada Badan POM.
h. Suatu rangkuman dari seluruh data yang dihasilkan, termasuk semua kesimpulan dari program,
hendaklah dibuat tertulis dan disimpan. Rangkuman hendaklah selalu siap untuk ditinjau secara
berkala.
26. Penyebab laporan dan keluhan produk:
a. Keluhan mengenai mutu yang berupa kerusakan fisik kimiawi ataubiologis dari Produk atau
kemasannya;
b. Keluhan atau laporan karena reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi latal atau reaksi
hampir fatal dan reaksi medis lain;
c. Keluhan atau laporan mengenai efek terapetik produk,seperti produk tidak berkhasiat atau respon
klinis yang rendah.
27. Cakupan Penyelidikan dan evaluasi laporan dan keluhan:
a. pengkaiian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan;
b. inspeksi atau pengujian sampel obat yang dikeluhkan dan diterima serta, bila perlu, pengujian sampel
pertinggal dari bets yang sama;
c. pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, catatan distribusi dan laporan
pengujian dari produk yang dikeluhkan atau dilaporkan.
28. Tabel mengenai Karakteristik untuk Identifikasi, Pengujian Impuritas, dan Prosedur Penetapan Kadar:
Parameter Validasi Identifikasi Pengujian Impuritas Penetapan Kadar
Kuantitatif Uji Batas Disolusi*, Kandungan/Potensi
Akurasi - + - +
Presisi
o Ripitabilitas - + - +
o Presisi Intermediet - + (1) - + (1)
Spesivisitas (2) + + + +
Limit Deteksi - - (3) + -
Limit Kuantisasi - + - -
Linearitas - + - +
Rentang - + - +
Keterangan:
(1) JIka telah dilakukan tes reprodusibilitas, tidak
(-) : tidak dipersyaratkan dipersyaratkan.
(+) : dipersyaratkan (2) Kekurangan spesifisitas dari salah satu prosedur analisis
(*) : hanya untuk mengetahui kadar zat dapat dikompensasi dengan prosedur analisis lain yang
terlarut menunjang.
(3) Hanya diperlukan pada kasus tertentu.

Anda mungkin juga menyukai