Anda di halaman 1dari 11

Subjektif

1. Anak laki-laki usia 2,5 tahun


2. Tinggal di wamena

(Kemenkes, 2017)
3. Dibawa ke puskesmas dalam keadaan diselimuti dengan mantel tebal karena cuaca dingin
4. Lesu, lemas, pucat karena anemia
demam selama 3 hari yang tidak turun (kompres dengan air es), tidak nafsu makan

(Depkes RI 2008)
5. Kakak pasien pernah mengalami kejang saat demam

Objektif

1. BMI = 18,7 kg/m2


2. Kondisi klinis:
a. Pucat
b. Kulit kering

Parameter Rentang Normal Diagnosis Keterangan


Suhu 36,5 – 37,5 oC 38,5 oC Demam (>37,5 oC)
Hemoglobin 11,2 – 16,5 g/dL 9,7 g/dL Rendah
Eritrosit 4,5 – 5,1 juta/mm3 3,8 juta/mm3 Rendah
(Depkes RI 2008)

Assessment

1. Wamena daerah endemik malaria spesies (Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum)
2. Pemberian parasetamol untuk gejala demam sudah tepat
3. Kulit pucat, hemoglobin dan eritrosit rendah menunjukkan anemia
4. Jenis seluruh sediaan obat (tablet) tidak cocok untuk anak usia 2,5 tahun
5. Cara kompres tidak benar yaitu menggunakan air dingin (hal ini dapat menyebabkan demam
tidak turun), seharusnya kompres dilakukan dengan air panas pada daerah leher
6. Setiap individu yang tinggal di daerah endemik malaria yang menderita demam atau memiliki
riwayat demam dalam 48 jam terakhir atau tampak anemi wajib diduga malaria tanpa
mengesampingkan penyebab demam yang lain (Tatalaksana Kasus Malaria, Kemenkes 2017)
7. P. vivax memiliki gejala demam intermiten, P. falciparum memiliki gejala demam secara
kontinyu sehingga diduga parasite yang menginfeksi adalah P. falciparum
8. Epidemiologi malaria tahun 2010 di Indonesia menunjukkan 86,4% penyebab malaria adalah P.
falciparum, sedangkan 6,9% disebabkan oleh P. vivax
9. Dicurigai parasit yang menginfeksi adalah P. falciparum dimana parasit tersebut menyerang
semua jenis sel darah merah, sedangkan di tubuh sel darah merah lebih banyak yang
tua/berukuran kecil (sel darah merah muda berukuran besar). Bila sel darah merah tua pecah,
maka Fe akan keluar dan menyebabkan defisiensi Fe. Selain itu, untuk mematangkan sel darah
muda (menjadi sel darah merah tua) digunakan B12 dan asam folat (B9). Sehingga pemberian
preparat Fe sudah tepat untuk menangani defisiensi Fe. Dan untuk mematangkan sel darah
merah digunakan B12 dan asam folat.
10. Cari patofisiologi lengkap, cari perbedaan tiap spesies malaria
11. Buat assessment penyakit lengkap / kondisi pasien
12. Cari faktor risiko
13. Cari manifestasi klinis dan gejala
14. Cari cara diagnosis
15. Cari algoritma diagnosis
16. Assesment pengobatan lengkap awal (terapi, indikasi, dosis, dosis literatur, efek samping,
kontraindikasi)
17. Analisis DRP obat awal (obat tanpa indikasi, indikasi tak tertangani, pemilihan obat tidak tepat,
kegagalan menerima obat, dosis berlebih, dosis kurang/subterapeutik, ADR, interaksi obat)

Plan

1. Jenis sediaan dari tablet diganti dari tablet menjadi sirup atau puyer
2. Disarankan untuk cek apusan darah dengan mikroskop atau RDT untuk menentukan jenis parasit
malaria yang menginfeksi (Tatalaksana Kasus Malaria, Kemenkes 2017)
3. Parasit malaria di Papua sudah resisten kinidin sehingga pengobatan yang dipilih adalah ACT
(Artemisinin Combined Therapy) Dihidroartemisinin-Piperakuin (DHP) + Primakuin. Namun obat
tersebut baru dapat digunakan setelah pasien didiagnosis positif malaria. Untuk anak usia 1-4
tahun dengan BB 11-17 Kg diberikan DHP 1 tablet pada hari pertama hingga ketiga dan
primakuin hanya pada hari pertama. Sediaan berupa tablet sehingga harus digerus menjadi
puyer
4. Preparat Fe dan multivitamin diganti dengan sediaan sirup (Caviplex) yang mengandung
preparat Fe, B12, dan asam folat
Kandungan Obat Dosis Kebutuhan Harian Analisis
B12 2 mg 0,5 – 3 mg Mencukupi
Fe fumarat 135 mg 9 – 18 mg/ Kg BB Asumsi BB = 11- 12
Kg (dari BMI dan
tinggi rata-rata
anak 2,5 tahun)
Kebutuhan 99-198
mg
Atau 108-216 mg
Mencukupi
Asam folat 1 mg 0,3 mg Melebihi namun
tidak ada efek
serius

5. Terapi non farmakologi : kompres air hangat pada daerah leher, memakai kelambu, memakai
raket nyamuk, banyak minum air, memakai baju yang dapat menyerap keringat, makan bayam
(meningkatkan Fe)
6. Profilaksis : Digunakan doksisiklin tapi tidak bisa untuk anak dibawah 8 tahun (menghambat
pertumbuhan tulang dan gigi) dan tidak boleh digunakan lebih dari 6 bulan. Pasien ini tidak
dapat menggunakan doksisiklin karena berusia 2,5 tahun
Parasit yang dapat membentuk hipnozoit (dormant dihati) adalah parasit P. vivax dan P. ovale
dan diduga parasit yang menginfeksi adalah P. falciparum yang tidak memiliki bentuk dorman
sehingga profilaksis tidak diperlukan
7. Cari goal therapy
8. Cari tatalaksana malaria anak / algoritma (lengkap)
9. Cari terapi farmakologi dan nonfarmakologi lengkap

Monitoring dan Evaluasi

1. Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakuka pada hari ketiga, ketujuh,
keempatbelas, keduapuluh satu, dan keduapuluh delapan, dengan pemeriksaan klinis dan
sediaan darah secara mikroskopis. Apabila terdapat perburukan gejala klinis selama masa
pengobatan dan evaluasi, penderita segera dianjurkan datang kembali tanpa menunggu jadwal
tersebut
2. Evaluasi gejala klinis dan laboratorium
3. Output monitoring
4. Identifikasi dini efek samping obat yang baru, DRP?
Jadwal & Cara Minum Obat/Informasi Obat

Konseling ke Keluarga Pasien

Daftar Pustaka
1. Bagaimana saudara menentukan dan apa penyakit yang diderita Anto
Diagnosis Banding

(Depkes RI 2008)
SUSPECT MALARIA

(Kemenkes, 2017)
Jenis Malaria

(Kemenkes, 2017)

(Kemenkes, 2011)
Kesimpulan Suspect malaria P. Falsiparum
Tambahkan data sign and simptom
2. Bagaimana solusi/rekomendasi saudara untuk mengatasi penyakit Anto secara farmakologi dan
non farmakologi
Cek mikroskop

(Kemenkes, 2017)
(Depkes, 2008)
Tambahin gambar
Jika positif malaria

(Kemenkes,
2017)
(WHO, 2015)

Anti piretik

(WHO, 2015)
Anti kejang

(WHO, 2015)
Sisanya minor males ngerjain

3. Jika harus menggunakan profilaksis, obat apa dan bagaimana regimen terapinya.
(WHO, 2015)
4. Bagaimana memonitor keberhasilan terapi yg saudara anjurkan.

(kemenkes, 2017)
Lainnya minor males lah

Anda mungkin juga menyukai