A. PENGERTIAN
Cara Pembuatan Obat yang Baik yang selanjutnya disingkat CPOB adalah cara
pembuatan obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat
dan/atau bahan obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan.
Sertifikat CPOB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa industri farmasi atau
sarana telah memenuhi persyaratan CPOB dalam membuat Obat dan/atau Bahan Obat.
CPOB 2018 dikeluarkan pada bulan Novemer 2018. Pedoman CPOB wajib menjadi
acuan bagi industri farmasi dan sarana yang melakukan kegiatan pembuatan Obat dan
Bahan Obat. CPOB terbaru adalah CPOB 2018 berdasarkan Peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 34 Tahun 2018 tentang Pedoman Cara Pembuatan
Obat Yang Baik.
CPOB adalah sistem yang memastikan bahwa produk secara konsisten diproduksi dan
dikontrol berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan. CPOB didesain untuk
meminimalkan risiko teramasuk risiko produksi farmasi yang tidak dapat di deteksi pada
sediaan akhir. CPOB meluputi semua aspek produksi mulai dari bahan awal, bangunan
dan peralatan/mesin sampai ke pelatihan personil serta sanitasi-higiene personil. CPOB
adalah bagian dari Sistem Mutu yang memastikan obat dibuatdan dikendalikan secara
konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan
persyaratan Izin Edar, Persetujuan Uji Klinik atau spesifikasi produk. CPOB mencakup
Produksi dan Pengawasan Mutu.
CPOB seringkali disebut GMP (Good Manufacturing Practice), aturan ini pertama kali
diinisiasi oleh Badan POM Amerika Serikat yaitu FDA dalam Chapter IV for food, and
Chapter V, Subchapters A, B, C, D, and E for drugs and devices. Aturan ini di Indonesia
bersifat mandatory (wajib dijalankan) oleh industri farmasi dalam pembuatan obat agar
produk obat yang dibuat aman, efektif dan berkualitas. Aturan CPOB mengharuskan
industri farmasi melakukan pendekatan kualitas sehingga industri farmasi dapat
meminimalkan/menghilangkan kontaminasi silang, ketercampurbauran dan kesalahan. Ini
diperlukan untuk melindungi konsumen/pasien mengonsumsi obat yang berbahaya.
Pelanggaran CPOB yang serius menyebabkan konsekunsi yang besar bagi industri
farmasi seperti adanya penarikan produk, denda/sanksi dan penjara. Kadangkala GMP
disebut juga cGMP (CPOB terkini). Huruf “c” ini artinya adalah “current” yang berarti
terkini, ini menginatkan kembali bahwa industri farmasi harus mengaplikasikan
teknologi-sistem terkini supaya sesuai dengan arutan CPOB.
Persyaratan dasar :
Sumber daya sesuai dan memadai terkait personil, gedung, fasilitas peralatan, bahan
B. ASPEK-ASPEK CPOB
12 Aspek Penting dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yaitu :
1. Sistem Mutu Industri Farmasi (SMIF)
Pemegang Izin Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai
tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan Izin Edar atau Persetujuan Uji Klinik, jika
diperlukan, dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan pasien pengguna
disebabkan karena keamanan, mutu atau efektivitas yang tidak memadai. Manajemen
puncak bertanggung jawab untuk pencapaian sasaran mutu, untuk mencapai sasaran
mutu yang handal, diperlukan Sistem Mutu yang didesain secara komprehensif dan
diterapkan secara benar serta mencakup Cara Pembuatan Obat yang Baik dan
Manajemen Risiko Mutu. Pelaksanaan sistem ini hendaklah didokumentasi lengkap
dan dimonitor dipantau efektivitasnya. Semua bagian Sistem Mutu hendaklah
didukung ketersediaan personel yang kompeten, bangunan dan sarana serta
peralatan yang cukup dan memadai. Manajemen Mutu adalah suatu konsep luas yang
mencakup semua aspek baik secara individual maupun secara kolektif, yang akan
mempengaruhi mutu produk. Manajemen Mutu adalah totalitas semua pengaturan
yang dibuat, dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat memiliki mutu yang sesuai
tujuan penggunaan. Oleh karena itu Manajemen Mutu mencakup juga Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Manajemen puncak memiliki tanggung jawab
paling tinggi untuk memastikan Sistem Mutu Industri Farmasi yang efektif tersedia,
mempunyai sumber daya yang memadai dan bahwa peran, tanggung jawab, dan
wewenang ditetapkan, dikomunikasikan dan diimplementasikan di seluruh
organisasipengkajian secara berkala juga harus dilakukan terkait manajemen terkait
pengoperasian Sistem Mutu Industri Farmasi dengan melibatkan manajemen puncak,
untuk mengidentifikasi peluang perbaikan produk, proses dan sistem secara
berkelanjutan. Sistem Mutu Industri Farmasi hendaknya juga ditetapkan dan
didokumentasi (BPOM, 2018). Perubahan tersebar dari Bab 1 ini adalah adanya
manajemen Puncak yang ikut bertanggung jawab dalam penerapan CPOB.
Sebelumnya di CPOB 2012 penanggung jawab mengenai pelaksanaan CPOB
“hanya” pada penanggung jawab Quality Asssurance (QA). Pengubahan ini
merupakan masukkan yang diterima oleh BPOM karena di lapangan manajemen
puncak ( bisa pemilik perusahaan, direktur utama) seolah-olah hanya menyerahkan
semua hal tentang CPOB ke pada bagian QA. Padahal dalam kenyataan penanggung
jawab QA tidak bisa berbuat banyak bila tidak ada dukunangan kuat dari manajemen
puncak. Manajemen puncak mempunyai kekuatan dan kewenangan terkait finansial
dan pengaturan orang di perusahaan sedangkan penanggung jawab QA hanya terbatas
di mutu. Seperti kita ketahui bahwa mutu tanpa adanya dukungan finansial/keuangan
akan “mustahil” teracapai maksimal.
2. Personalia
3. Bangunan-Fasilitas
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang
tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar
mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk
memudahkan pembersihan serta pemeliharaan agar dapat mencegah kontaminasi
silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak
buruk pada mutu produk. Permukaan peralatan yangbersentuhan dengan bahan
awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau
absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang
ditentukan. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas
dan hal sejenis atau karena perbaikan, pemeliharaan, modifikasi dan adaptasi yang
tidak tepat. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi.
5. Produksi
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan
manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi. Mutu obat dapat dipengaruhi
oleh kekurangan pengendalian yang diperlukan terhadap kegiatan selama proses
penyimpanan dan pengiriman. Lebih lanjut, belum ditekankan keperluan akan
pembuatan, pengembangan dan pemeliharaan prosedur penyimpanan dan
pengiriman obat, serta pengendalian kegiatan proses distribusi. Untuk menjaga
mutu awal obat, semua kegiatan di industri farmasi yang terkait dalam penyimpanan
dan pengirimannya hendaklah dilaksanakan sesuai prinsip CPOB dan CDOB (Cara
Distribusi Obat yang Baik)
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta
termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk
dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan
persyaratan. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung
jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang
membawahi satu atau beberapa laboratorium. Bagian Pengawasan Mutu secara
keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab, antara lain adalah membuat,
memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengawasi
pengendalian sampel pembanding dan/atau sampel pertinggal dari bahan dan produk
bila perlu, memastikan kebenaran label pada wadah bahan dan produk, memastikan
pelaksanaan pemantauan stabilitas produk, ikut serta dalam investigasi keluhan yang
terkait dengan mutu produk, dll. Penilaian produk jadi hendaklah mencakup semua
faktor yang terkait, termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama-proses,
evaluasi dokumen produksi (termasuk pengemasan), sesuai dengan Spesifikasi
Produk jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.
8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Inspeksi diri
hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari
perusahaan yang dapat mengevaluasipenerapan CPOB secara objektif. Audit
independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat. Inspeksi diri hendaklah
dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal
terjadi penarikan obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan
catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut
yang efektif.
Sebagai bagian dari sistem manajemen risiko mutu, keputusan mengenai cakupan
dan luas kualifikasi-validasi fasilitas, peralatan, sarana penunjang, dan proses
hendaklah didasarkan pada penilaian risiko yang dijustifikasi dan didokumentasikan.
CPOB mempersyaratkan industri farmasi mengendalikan aspek kritis kegiatan yang
dilakukan melalui kualifikasi dan validasi sepanjang siklus hidup produk dan proses.
Tiap perubahan yang direncanakan terhadap fasilitas, peralatan, sarana penunjang,
dan proses, yang dapat memengaruhi mutu produk, hendaklah didokumentasikan
secara formal dan dampak pada status validasi atau strategi pengendaliannya dinilai.
Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat
memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Kegiatan validasi hendaklah
direncanakan dan unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan
didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV). Berdasarkan CPOB
2018, kualifikasi sendiri terdiri atas kualifikasi desain, kualifikasi instalasi,
kualifikasi operasional, kualifikasi kinerja dan kualifikasi ulang.
Pendekatan Hibrida
Hibrida dari pendekatan tradisional dan verifikasi proses kontinu dapat digunakan
bilamana sudah diperoleh pengetahuan dan pemahaman yang tinggi mengenai
produk dan proses yang diperoleh dari pengalaman pembuatan dandata riwayat bets.
Pendekatan ini juga dapat digunakan untuk kegiatan validasi pasca perubahan atau
selama verifikasi proses on-going meskipun produk tersebut pada awalnya divalidasi
dengan menggunakan pendekatan tradisional.
Validasi Pengemasan
Variasi pada parameter peralatan terutama selama proses pengemasan primer dapat
berdampak signifikan terhadap integritas dan fungsi kemasan yang benar, misal
strip, blister, saset dan bahan pengemas steril. Kualifikasi peralatan yang digunakan
untuk pengemasan primer dilakukan pada rentang operasional minimum dan
maksimum yang ditentukan untuk parameter proses kritis seperti suhu, kecepatan
mesin, dan tekanan penyegelan, atau faktor lain.
Semua metode analisis yang digunakan dalam kualifikasi, validasi, atau pembersihan
hendaklah divalidasi dengan batas deteksi dan kuantifikasi yang tepat.
SOAL PILGAN
2. Pedoman CPOB wajib menjadi acuan bagi industri farmasi dan sarana yang melakukan
kegiatan pembuatan…
a. Obat
b. Bahan obat
c. Kosmetik
d. Obat tradisional
e. Obat dan bahan obat
https://farmasiindustri.com/cpob/cpob-cara-pembuatan-obat-yang-baik-2018.html