GELOMBANG 4
OLEH :
STAMBUK : 15120190149
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020
Tugas Kompetensi Khusus 1, Menjelaskan 12 Aspek CPOB 2018
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 34 Tahun
2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik
1. Sistem Mutu Industri Farmasi
Merupakan pemegang izin industri farmasi membuat obat agar sesuai tujuan
penggunaan, memenuhi persyaratan edar atau persetujuan uji klinik, dan tidak
menimbulkan resiko yang membahayakan pasien pengguna yang disebabkan
karena keamanan, mutu atau efektivitas yang tidak memadai.
Manajemen Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua aspek baik
secara individual maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu
produk. Manajemen Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat,
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat memiliki mutu yang sesuai
tujuan penggunaan. Oleh karena itu Manajemen Mutu mencakup juga Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Manajemen mutu menekankan kepentingan hubungan konsep tersebut dalam
produksi dan pengawasan obat, dimana unsur dasar manajemen mutu sebagai
suatu insfrastruktur atau sistem mutu Industri Farmasi yang tepat mencakup
struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya dan tindakan sistematis
yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan
yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan
selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan
tersebut Pemastian Mutu. Unsur dasar manajemen mutu adalah :
a. Manajemen Mutu adalah suatu konsep yang mencakup baik individual,
kolektif yang mempengaruhi mutu produk yang bertujuan untuk
memastikan bahwa obat memiliki mutu yang sesuai tujuan penggunaan.
b. CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), adalah bagian dari manajemen
mutu yang memastikan obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten
untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan
persyaratan edar, persetujuan uji klinik atau spesifikasi produk.
Prinsipnya adalah semua proses pembuatan obat dietapkan secara jelas,
dikaji secara sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi
yang ditetapkan secara konsisten. Fasilitas CPOB yang diperlukan
mencakup:
- Personel terkualifikasi dan terlatih;
- Bangunan-fasilitas dengan luas yang memadai;
- Peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
- Bahan, wadah dan label yang benar;
- Prosedur dan instruksi yang disetujui sesuai sistem mutu industri
farmasi; dan
- Tempat penyimpanan dan transportasi memadai.
c. Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, serta mencakup organisasi, dokumentasi
dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan. Bahan tidak boleh diluluskan
untuk digunakan dan produk tidak boleh diluluskan untuk dijual atau di
distribusi sampai mutunya dinilai memuaskan. Prinsip dasar Pengawasan
Mutu yaitu :
- Fasilitas memadai, personel terlatih dan tersedia prosedur yang disetujui
untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujianbahan awal,
bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan
bila perlu untuk pemantauan kondisi lingkungan sesuai tujuan CPOB;
- Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personel yang ditetapkan
dan menggunakan metode yang disetujui;
- Metode pengujian telah tervalidasi;
- pencatatan dilakukan secara manual dan/atau dengan alat pencatat
selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang
dipersyaratkan dalam prosedur pengambilan sampel, pemeriksaan dan
pengujian benar-benar telah dilaksanakan. Tiap penyimpangan dicatat
lengkap dan diinvestigasi;
- Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau
Persetujuan Uji Klinik, memiliki derajat kemurnian yang dipersyaratkan
serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan pelabelan yang benar;
- dibuat catatan hasil pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang secara
formal dinilai terhadap spesifikasi.
d. Pengkajian Mutu Produk
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap
semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk
membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dengan spesifikasi bahan
awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan
mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.
Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan
di dokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang
sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit:
- kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan
untuk produk, terutama yang dipasok dari sumber baru; khususnya
pengkajian ketertelusuran rantai pasokan bahan aktif obat;
- kajian terhadap pengawasan selama-proses kritis dan hasil pengujian
produk jadi;
- kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan dan investigasi yang dilakukan;
- kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian mutu yang
signifikan, investigasi terkait yang dilakukan dan efektivitas hasil
tindakan korektif dan pencegahan;
e. Manajemen Resiko Mutu
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian, komunikasi dan pengkajian risiko terhadap mutu
obat. Proses ini dapat diaplikasikan baik secara proaktif maupun
retrospektif. Prinsip Manajemen Risiko Mutu adalah:
- evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan
secara ilmiah, pengalaman dengan proses yang sudah disetujui dan pada
akhirnya dikaitkan pada perlindungan pasien; dan
- tingkat upaya pengambilan tindakan, formalitas dan dokumentasi dari
proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
2. Personalia
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan
kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah
dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan
kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang
memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan
ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian
tugas.
a. Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu).
Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian
produksi dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) / kepala
bagian pengawasan mutu harus independen satu terhadap yang lain.
Kepala bagian produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman
praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan
manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara
profesional. Kepala bagian produksi hendaklah diberi kewenangan dan
tanggung jawab penuh dalam produksi obat, termasuk:
- memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
- memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi
dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat
- memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan
ditandatangani oleh kepala bagian produksi sebelum diserahkan
kepada kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu)
- memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan
dibagian produksi
- memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan
b. Pelatihan
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil di
dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk
personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain
yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Personil baru
hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan.
Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas
penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia
program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing Catatan
pelatihan hendaklah disimpan.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di
area dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau
area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat
sensitisasi.Pengunjung atau personil yang tidak mendapat pelatihan
sebaiknya tidak masuk ke area produksi dan laboratorium pengawasan
mutu.Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah mereka diberi penjelasan
lebih dahulu, terutama mengenai higiene perorangan dan pakaian
pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat. Pelatihan
hendaklah diberikan oleh rang yang terkualifikasi.
3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak
dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko
terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang
dapat menurunkan mutu obat.
a. Area penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan
cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang
didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian
dari area penyimpanan atau area produksi.
b. Area produksi Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat
terjadi pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-contained harus
disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat
menimbulkan sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat
biologis (misal mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika
tertentu, hormon tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk
mengandung bahan aktif tertentu berpotensi tinggi, dan produk nonobat
hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian,
bagi produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets produk secara
‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal telah
mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi yang
diperlukan telah dilakukan.
Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk:
- memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling
berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti
urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang
dipersyaratkan
- mencegah kesesakan dan ketidakteraturan
- memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif
terlaksanaLuas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk
yang sedang dalam proses hendaklah memadai untuk memungkinkan
penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan sesuai dengan alur
proses, sehingga dapat memperkecil risiko terjadi kekeliruan antara
produk obat atau komponen obat yang berbeda, mencegah
pencemaran silang dan memperkecil risiko terlewat atau salah
melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan.
c. Kalsifikasi kebersihan ruang pembuatan obat
Tingkat kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat hendaklah
diklasifikasikan sesuai dengan jumlah maksimum partikulat udara yang
diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan sesuai tabel di bawah ini:
Pemerian : Serbuk halus, putih, licin dan mudah melekat pada kulit,
1. Bahan pengisi
Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa.
Bahan pengisi tablet yang umum adalah laktosa, pati, kalsium fosfat dibasa dan
selulosa mikrokristal. Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet keseluruhan
ditentukan oleh bahan pengisi yang besar jumlahnya.
2. Bahan pengikat dan perekat
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi
dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan
pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih
efektif jika ditambahkan dalam bentuk larutan. Bahan pengikat yang umum
digunakan adalah gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metil selulosa,
karboksimetilselulosa dan pasta kanji terhidrolisis
3. Bahan penghancur
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya
tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan. Berfungsi menarik
air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi
bagian-bagian). Bahan penghancur yang umum digunakan adalah pati dan
selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal,
dan povidon sambungsilang.
4. Bahan pelincir, anti lekat dan pelican
Ketiga jenis bahan ini dibicarakan bersama kerena memiliki fungsi yang
tumpangtindih. Suatu pelincir diharapkan dapat mengurangi gesekan antara
dinding tablet dengan dinding die, pada saat tablet ditekan ke luar. Anti lekat
berfungsi untuk mengurangi melengket atau adhesi bubuk atau granul pada
permukaan punch atau dinding die. Pelicin berfungsi untuk memacu aliran
serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan di antara partikel-partikel.
Sebagian besar bahan-bahan yang disusun sebagai bahan pelincir juga
berfungsi sebagai anti lekat, kecuali bahan pelincir yang larut dalam air. Talk,
magnesium stearat dan kanji beserta derivat-derivat kanji mempunyai sifat-sifat
anti lekat. Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelicin atau pemacu aliran
adalah jenis talk, tepung jagung atau koloid-koloid silika.
5. Zat warna, pemberi rasa dan pemanis
Bahan pewarna yang diijinkan sering ditambahkan pada formulasi tablet untuk
menambahkan nilai estetika atau untuk identitas produk. Penggunaan zat warna
dalam tablet mempunyai keuntungan, yaitu menutup warna obat yang kurang
baik, identifikasi hasil produksi, membuat suatu produk menjadi lebih menarik.
Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang
ditujukan untuk larut di dalam mulut. Zat pemberi rasa yang larut dalam air
jarang digunakan dalam pembuatan tablet karena stabilitasnya kurang baik. Zat
pemberi rasa yang larut dalam minyak ditambahkan ke dalam pelarut untuk
granulasi tablet. Penggunaan pemanis dibatasi terutama pada tablet yang
dikunyah untuk mengurangi penggunaan gula di dalam tablet.
Mg Stearat Lubrikan
1 Rifampisin -
2 Ludipress -
3 Magnesium Stearat -
1 Timbangan √
2 Ayakan √
3 Mesin Cetak √
Tugas Kompetensi Khusus 13. Membuat sediaan farmasi steril dan/atau non-
steril menggunakan teknik yang tepat sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Pembuatan tablet dilakukan pada ruangan kelas E yang terlebih dahulu
memastikan alat dan bahan telah memnuhi persyaratan. Tablet dibuat dengan
metode Kempa Langsung.
1. Dilakukan penimbangan bahan baik zat aktif maupun bahan tambahan.
2. Lakukan pencampuran semua bahan
3. Ayak bahan menggunakan ayakan
4. Cetak tablet menggunakan mesin pencetak tablet dengan kekuatan pencetakan
medium
5. Lakukan pemeriksaan mutu baik produk ruahan, antara dan produk jadi dari
tablet.
Cara :
a. Masukkan granul ke dalam gelas ukur sebanyak 100 ml.
b. Pasang gelas ukur pada alat.
c. Volume awal dicatat, kemudian ketuk atau hidupkan alat sampai tidak
terjadi pengurangan volume.
d. Catat volume akhir.
e. Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya
TABLET
1) Keseragaman Bobot
timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu
persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan
kolom B.
Tabel 3 berikut memperlihatkan penyimpangan bobot rata-rata terhadap
tablet.
3) Kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada
saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip
pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet
retak atau pecah, kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4
kg/cm3. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta
tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan
mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan pengapalan.
Cara : Ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan.
Hitung rata-rata dan SD
Persyaratan :Ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2,
maksimal 10 kg/ cm2
4) Keseragaman Ukuran
Ketebalan tablet dapat diukur memakai jangka sorong yang melengkung.
Ketebalan harus terkontrol agar dapat diterima oleh konsumen dan
memudahkan dalam pengemasan (Lachman, dkk, 1994). Kecuali
dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang
dari 1 ⅓ tebal tablet
Alat : Jangka Sorong
Cara :
a. Ambil 20 tablet, dapat juga menggunakan hanya 10 tablet.
b. Ukur diameter dan tebal tablet satu persatu.
c. Lihat syarat keseragaman ukuran tablet.
d. Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1⅓ tebal tablet.
Persyaratan :Menurut F I edisi III, kecuali dinyatakan lain, tidak lebih
dari 3x diameter tablet dan tidak kurang dari 1 1/3 x tebal tablet
5) Uji Kerapuhan
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan
penyimpanan. Uji kerapuhan ini disebut juga dengan uji kerenyahan.
Kerenyahan atau friabilitas adalah cara lain untuk mengukur kekuatan
tablet. Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih, dan pecah-pecah
pada penanganannya, akan kehilangan keelokannya serta konsumen
enggan menerimanya dan dapat menimbulkan variasi pada berat dan
keseragaman isi tablet.
Alat : Friabilator
Cara :
a. Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil.
b. Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil) =
Wo.
c. Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4
menit dengan kecepatan 25 rpm.
d. Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas
kecil.
e. Ditimbang bobot tablet = Wf.
f. Hitung persen kerapuhan.
W 0−W f
% kerenyahan ¿ x 100%
Wf
W0 = Bobot awal, W f = Bobot setelah pengujian
Persyaratan : Nilai F dinyatakan baik jika < 1 %, jika F > 1 %, maka
tablet dapatdiperbaiki dengan cara meningkatkan/menambah kekerasan
tablet
6) Disolusi (Farmakope V, hal 187)
Disolusi Prosedur untuk gabungan sampel
Media disolusi: 900 ml air.
Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 45 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H11NO3.HCl yang terlarut
seperti tertera pada Penetapan kadar tablet vitamin yang larut dalam air,
yaitu niasin atau niasinamida, piridoksin hidroklorida, riboflavin, tiamin
dengan mengukur serapan alikuot, jika perlu encerkan dengan Media
disolusi, dan serapan larutan baku Piridoksin Hidroklorida BPFI dalam
media yang sama. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C8H11NO3.HCl dari jumlah yang tertera pada etiket.
2012 HAL 34 – 50
Tugas Khusus Kompetensi 17. Menjelaskan prinsip manajemen mutu :
penjaminan mutu (QA) & pengawasan mutu (QC).
1. Pengawasan Mutu (CPOB, hal. 15) / Pengawasan Mutu bab 7 (QC)
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta mencakup organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan. Bahan tidak boleh diluluskan untuk
digunakan dan produk tidak boleh diluluskan untuk dijual atau didistribusi
sampai mutunya dinilai memuaskan.
Prinsip dasar Pengawasan Mutu adalah :
a. Fasilitas memadai, personel terlatih dan tersedia prosedur yang disetujui
untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu
untuk pemantauan kondisi lingkungan sesuai tujuan CPOB.
b. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personel yang ditetapkan dan
menggunakan metode yang disetujui; metode pengujian telah tervalidasi.
c. Pencatatan dilakukan secara manual dan/atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan
dalam prosedur pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian benar-
benar telah dilaksanakan. Tiap penyimpangan dicatat lengkap dan
diinvestigasi;
d. Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau Persetujuan
Uji Klinik, memiliki derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas
dalam wadah yang sesuai dan pelabelan
yang benar;
e. Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang secara
formal dinilai terhadap spesifikasi; dan
f. Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah
yang cukup sesuai Aneks 11 Sampel Pembanding dan Sampel Pertinggal,
untuk pengujian ulang di kemudian hari bila perlu. Sampel produk jadi
disimpan dalam kemasan akhir.
2. Pemastian Mutu (QA) (CPOB, 12; Hal 9)
Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat hendaklah
memastikan bahwa ;
a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memerhatikan persyaratan CPOB.
b. Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan
CPOB diterapkan.
c. Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan.
d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan
bahan awal dan pengemas yang benar.
e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama proses
lain serta dilakukan validasi.
f. Pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan
dan pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan
pelulusan untuk distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi
semua faktor yang relevan termasuk kondisi produksi, hasil pengujian
selama proses, pengkajian dokumen pembuatan (termasuk pengemasan),
pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan
persyaratan dari spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam
kemasan akhir.
g. Obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan
dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar
dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan
mutu dan pelulusan produk.
h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa sedapat
mungkin produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat.
i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala
mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu.
j. Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan.
k. Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat.
l. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada
mutu produk.
m. Prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui.
n. Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses
dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
- Menurut CPOB, 2018; Hal 20
Tugas Kepala Pemastian Mutu dijelaskan dalam persyaratan nasional sebagai
berikut :
a. Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu.
b. Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu
perusahaan.
c. Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala.
d. Mmelakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu.
e. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok).
f. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi.
g. Memastikan pemenuhan persyaratan teknik dan/atau peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu
produk jadi.
Tanggung jawab utama unit mutu yang independen tidak boleh
didelegasikan. Tanggung jawab tersebut hendaklah dijelaskan secara tertulis
dan hendaklah mencakup namun tidak perlu terbatas pada :
a. Meluluskan atau menolak BAO. Meluluskan atau menolak produk antara
untuk penggunaan di luar pengawasan perusahaan pembuat.
b. Mengadakan suatu sistem untuk meluluskan atau menolak bahan baku,
produk antara, bahan pengemas dan label.
c. Mengkaji catatan bets produksi dan catatan laboratorium pengawasan
mutu yang telah selesai terutama pada tahap proses kritis sebelum
pelulusan BAO untuk distribusi.
d. Memastikan bahwa penyimpangan kritis diselidiki dan diselesaikan.
e. Menyetujui semua spesifikasi dan prosedur produksi induk.
f. Menyetujui semua prosedur yang berdampak terhadap mutu produk antara
atau BAO.
g. Memastikan audit internal (inspeksi diri) dilakukan; menyetujui pabrik
pembuat produk antara dan BAO berdasarkan kontrak.
h. Menyetujui perubahan yang berpotensi memengaruhi mutu produk antara
atau BAO.
i. Mengkaji dan menyetujui protokol dan laporan validasi.
j. Memastikan bahwa keluhan yang berkaitan dengan mutu diselidiki dan
diselesaikan.
k. Memastikan bahwa sistem yang efektif digunakan untuk perawatan dan
kalibrasi peralatan kritis.
l. Memastikan bahwa bahan diuji dengan tepat dan hasil uji dilaporkan.
m. Memastikan ketersediaan data stabilitas yang sesuai untuk mendukung
pengujian ulang atau tanggal kedaluwarsa dan kondisi penyimpanan BAO
dan/atau produk antara.
n. Melakukan pengkajian mutu produk.
Tugas Kompetensi Khusus 18 : Menjelaskan prinsip manajemen resiko mutu
(quality risk management) (Menurut CPOB 2018)
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian, komunikasi dan pengkajian risiko terhadap mutu obat.
Proses ini dapat diaplikasikan baik secara proaktif maupun retro spektif.
Prinsip Manajemen Risiko Mutu adalah :
a. Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara
ilmiah, pengalaman dengan proses yang sudah disetujui dan pada akhirnya
dikaitkan pada perlindungan pasien; dan
b. Tingkat upaya pengambilan tindakan, formalitas dan dokumentasi dari
proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
Tugas Kompetensi Khusus 19 : Menjelaskan pembagian klasifikasi ruangan
produksi beserta parameter dan pengukurannya
Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai dengan EN
ISO 14644-1. Klasifikasi hendaklah dibedakan dengan jelas dari pemantauan
lingkungan pada saat operasional. Jumlah maksimum partikulat udara yang
diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan adalah sebagai berikut :
- Kelas A :
Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah tutup
karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya
kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air
flow) di tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara
dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada
posisi kerja dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga
hendaklah dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih
rendah dapat digunakan pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan.
- Kelas B :
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan
latar belakang untuk zona Kelas A.
- Kelas C dan D :
Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung
risiko lebih rendah.
Untuk tujuan klasifikasi hendaklah dipakai alat penghitung partikel
portabel dengan selang pendek untuk pengambilan sampel, karena akan
terjadi presipitasi yang tinggi dari partikel >5,0 µm apabila menggunakan
sistem pengambilan sampel dari jarak jauh yang menggunakan selang yang
panjang. Dilakukan pengambilan sampel udara minimum 1 m3 per lokasi
pengambilan sampel.
c. Validasi MetodaAnalisa
Tujuan validasi metode analisa adalah untuk mengetahui bahwa metode
analisis sesuai tujuan penggunaannya.
Jenis metode analisa yang di validasi : uji identifikasi, uji kuantitatif
kandungan impuritas, uji batas impuritas dan uji kuantitatif zat aktif dalam
sampel bahan atau obat atau komponen tertentu dalam obat.
- Semua metode analisis yang digunakan dalam kualifikasi, validasi, atau
pembersihan hendaklah divalidasi dengan batas deteksi dan kuantifikasi
yang tepat, jika perlu.
- Jika pengujian mikroba dilakukan, metode analisis hendaklah divalidasi
untuk memastikan bahwa produk tidak memengaruhi perolehan kembali
mikroorganisme.
- Bila pengujian mikroba permukaan dilakukan di ruang bersih, hendaklah
dilakukan validasi pada metode analisis untuk memastikan bahwa bahan
sanitasi tidak memengaruhi perolehan kembali mikroorganisme.
Tugas Khusus Kompetensi 22. Menjelaskan Prinsip Inspeksi Diri, Audit, Dan
Pembuatan Corrective Action & Preventive Action (Capa)
INSPEKSI DIRI (Menurut CPOB 2018 Hal, 92)
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
objektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin (inspeksi diri yang
menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu) kali Dalam setahun) dan, di
samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan obat jadi
atau terjadi penolakan yang berulang. Semua hasil inspeksi diri hendaklah
dicatat/di dokumentasikan. Dengan melakukan inspeksi diri dapat diketahui
kekurangan atas pemenuhan CPOB,baik yang kritis, yang berdampak besar
maupun yang berdampak kecil.
AUDIT MUTU (Menurut CPOB 2018 Hal, 92)
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga
dapat diperluas terhadap Pemasok dan penerima kontrak.
CORRECTIVE ACTION & PREVENTIVE ACTION (CAPA)(BPOM :
PetunjukPelaksanaan Cara DistribusiObat Yang Baik 2015 Hal. 298)
CAPA adalah Corrective Action and Preventive Action (Tindakan
Perbaikan/Korektif dan Tindakan Pencegahan).
- Tindakan pencegahan adalah tindakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian yang potensial atau situasi potensial lain yang tidak
dikehendaki. Bertujuan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian (yang saat
ini belum terjadi.
- Tindakan perbaikan (tindakan korektif) adalah tindakan menghilangkan
penyebab ketidaksesuaian yang ditemukan atau situasi yang tidak
dikehendaki. Bertujuan untuk mencegah terulangnya suatu ketidaksesuaian
yang sudah pernah terjadi.
Dalam proses pembuatan CAPA terdapat 7 proses yang dapat digunakan yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah atau ketidaksesuaian atau potensi masalah.
b. Melakukan investigasi untuk menentukan penyebab masalah.
c. Mengevaluasi alternatif tindakan perbaikan atau pencegahan yang akan
dilakukan.
d. Menetapkan tindakan perbaikan atau pencegahan yang tepat.
e. Melaksanakan dan memantau tindakan perbaikan atau pencegahan.
f. Record hasil tindakan perbaikan atau pencegahan yang dilakukan.
g. Review efektivitas tindakan perbaikan atau pencegahan yang dilakukan.
Tugas Kompetensi Khusus 23. Menjelaskan Prinsip Penanganan Keluhan
Dan Obat Kembalian
Menurut BPOM: Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, 2006 hal. 89
PRINSIP :
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila
ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap
kesehatan. Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan
penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan keindustri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,
kadaluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat
menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang
bersangkutan.
KELUHAN
• Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani
keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang
memadai untuk membantunya
• Laporan dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh:
1. Keluhan mengenai mutu : kerusakan fisik, kimiawi atau biologis dari produk
atau kemasannya;
2. Keluhan karena reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal
atau reaksi hampir fatal dan reaksi medis lain; dan
3. Keluhan mengenai efek terapetik produk seperti produk tidak berkhasiat
• Tiap laporan dan keluhan hendaklah diselidiki dan dievaluasi secara
menyeluruh mencakup:
1. Pengkajian seluruh informasi mengenai keluhan;
2. Pengujian sampel obat yang dikeluhkan serta, pengujian sampel pertinggal
dari bets yang sama;
3. Pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, distribusi
dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan.
• Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk menetapkan apakah keluhan
disebabkan oleh pemalsuan.
• Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan
mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut ini
mencakup:
1. Tindakan perbaikan bila diperlukan;
2. Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang ber-sangkutan;
dan
3. Tindakan lain yang tepat.
• Catatan keluhan hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal
yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan perhatian
dan kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran.
PRODUK KEMBALIAN
Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan,
penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah
dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian
dapat dikategorikan sebagai berikut:
a) Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan kedalam persediaan;
b) Produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan
c) Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang.
Prosedur hendaklah mencakup:
a) Identifikasi & catatan mutu produk kembalian;
b) Penyimpanan produk kembalian dalam karantina;
c) Penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian
Pengawasan Mutu;
d) Evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan apakah produk
dapat diproses ulang atau tidak; dan
e) Pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan ulang.
Sanitasi Bangunan-Fasilitas
Limbah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Limbah hendaklah dikumpulkan dalam
wadah penampung yg sesuai untuk disingkirkan ke lokasi pengumpulan di luar
bangunan dan dmusnahkan dengan metode yang aman dan saniter secara teratur
dalam interval waktu pendek (CPOB 2018, hal. 231)
Hendaklah disediakan toilet untuk pria dan wanita yg terpisah. Oleh karena
persyaratan higienis bagi personil produksi, yaitu yang bekerja di area kelas
kebersihan lebih tinggi dan relative lebih ketat, letak toilet tersebut hendaklah
diarea loker sebelum masuk ke ruang ganti pakaian bersih untuk masuk ke area
produksi (POPP-03/CPOB/2013 hal 126)
Menurut POPP-03/CPOB/2013 hal 126
Hendaklah disediakan tmpat cuci tangan yang cukup bagi personil, yang
dilengkapi dengan antara lain : air kran, sabun antiseptik (misal yang mengandung
kloroksilenol 0,5% b/b) atau sabun cair, dan alat pengering tangan.
Sarana penyimpanan pakaian rumah hendaklah didesain sedemikian rupa
sehingga ada pemisahan kompartemen penyimpanan pakaian dan sepatu.
Kompartemen penyimpanan hendaklah dilengkapi dengan sistem ventilasi yang
dapat menghilangkan bau dan kelembaban serta sistem yang dapat menampung
kotoran atau debu yang mungkin lepas dari sepatu.
Bahan yang digunakan untuk membersihkan dan untuk sanitasi hndaklah dipilih
sedemikian rupa sehingga tidak merugikan mutu produk (mudah dihilangkan,
tidak meninggalkan residu).