Anda di halaman 1dari 114

RESUME KOMPETENSI KHUSUS

PKPA INDUSTRI FARMASI

GELOMBANG 4

OLEH :

NAMA MAHASISWA : DWI INDAH PRATIWI

STAMBUK : 15120190149

DOSEN PEMBIMBING : Apt. Zainal Abidin, S.Farm., M.Pharm.

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
Tugas Kompetensi Khusus 1, Menjelaskan 12 Aspek CPOB 2018
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 34 Tahun
2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik
1. Sistem Mutu Industri Farmasi
Merupakan pemegang izin industri farmasi membuat obat agar sesuai tujuan
penggunaan, memenuhi persyaratan edar atau persetujuan uji klinik, dan tidak
menimbulkan resiko yang membahayakan pasien pengguna yang disebabkan
karena keamanan, mutu atau efektivitas yang tidak memadai.
Manajemen Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua aspek baik
secara individual maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu
produk. Manajemen Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat,
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat memiliki mutu yang sesuai
tujuan penggunaan. Oleh karena itu Manajemen Mutu mencakup juga Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Manajemen mutu menekankan kepentingan hubungan konsep tersebut dalam
produksi dan pengawasan obat, dimana unsur dasar manajemen mutu sebagai
suatu insfrastruktur atau sistem mutu Industri Farmasi yang tepat mencakup
struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya dan tindakan sistematis
yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan
yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan
selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan
tersebut Pemastian Mutu. Unsur dasar manajemen mutu adalah :
a. Manajemen Mutu adalah suatu konsep yang mencakup baik individual,
kolektif yang mempengaruhi mutu produk yang bertujuan untuk
memastikan bahwa obat memiliki mutu yang sesuai tujuan penggunaan.
b. CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), adalah bagian dari manajemen
mutu yang memastikan obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten
untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan
persyaratan edar, persetujuan uji klinik atau spesifikasi produk.
Prinsipnya adalah semua proses pembuatan obat dietapkan secara jelas,
dikaji secara sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi
yang ditetapkan secara konsisten. Fasilitas CPOB yang diperlukan
mencakup:
- Personel terkualifikasi dan terlatih;
- Bangunan-fasilitas dengan luas yang memadai;
- Peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
- Bahan, wadah dan label yang benar;
- Prosedur dan instruksi yang disetujui sesuai sistem mutu industri
farmasi; dan
- Tempat penyimpanan dan transportasi memadai.
c. Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, serta mencakup organisasi, dokumentasi
dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan. Bahan tidak boleh diluluskan
untuk digunakan dan produk tidak boleh diluluskan untuk dijual atau di
distribusi sampai mutunya dinilai memuaskan. Prinsip dasar Pengawasan
Mutu yaitu :
- Fasilitas memadai, personel terlatih dan tersedia prosedur yang disetujui
untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujianbahan awal,
bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan
bila perlu untuk pemantauan kondisi lingkungan sesuai tujuan CPOB;
- Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personel yang ditetapkan
dan menggunakan metode yang disetujui;
- Metode pengujian telah tervalidasi;
- pencatatan dilakukan secara manual dan/atau dengan alat pencatat
selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang
dipersyaratkan dalam prosedur pengambilan sampel, pemeriksaan dan
pengujian benar-benar telah dilaksanakan. Tiap penyimpangan dicatat
lengkap dan diinvestigasi;
- Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau
Persetujuan Uji Klinik, memiliki derajat kemurnian yang dipersyaratkan
serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan pelabelan yang benar;
- dibuat catatan hasil pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang secara
formal dinilai terhadap spesifikasi.
d. Pengkajian Mutu Produk
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap
semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk
membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dengan spesifikasi bahan
awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan
mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.
Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan
di dokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang
sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit:
- kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan
untuk produk, terutama yang dipasok dari sumber baru; khususnya
pengkajian ketertelusuran rantai pasokan bahan aktif obat;
- kajian terhadap pengawasan selama-proses kritis dan hasil pengujian
produk jadi;
- kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan dan investigasi yang dilakukan;
- kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian mutu yang
signifikan, investigasi terkait yang dilakukan dan efektivitas hasil
tindakan korektif dan pencegahan;
e. Manajemen Resiko Mutu
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian, komunikasi dan pengkajian risiko terhadap mutu
obat. Proses ini dapat diaplikasikan baik secara proaktif maupun
retrospektif. Prinsip Manajemen Risiko Mutu adalah:
- evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan
secara ilmiah, pengalaman dengan proses yang sudah disetujui dan pada
akhirnya dikaitkan pada perlindungan pasien; dan
- tingkat upaya pengambilan tindakan, formalitas dan dokumentasi dari
proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
2. Personalia
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan
kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah
dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan
kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang
memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan
ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian
tugas.
a. Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu).
Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian
produksi dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) / kepala
bagian pengawasan mutu harus independen satu terhadap yang lain.
Kepala bagian produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman
praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan
manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara
profesional. Kepala bagian produksi hendaklah diberi kewenangan dan
tanggung jawab penuh dalam produksi obat, termasuk:
- memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
- memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi
dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat
- memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan
ditandatangani oleh kepala bagian produksi sebelum diserahkan
kepada kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu)
- memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan
dibagian produksi
- memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan
b. Pelatihan
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil di
dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk
personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain
yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Personil baru
hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan.
Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas
penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia
program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing Catatan
pelatihan hendaklah disimpan.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di
area dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau
area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat
sensitisasi.Pengunjung atau personil yang tidak mendapat pelatihan
sebaiknya tidak masuk ke area produksi dan laboratorium pengawasan
mutu.Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah mereka diberi penjelasan
lebih dahulu, terutama mengenai higiene perorangan dan pakaian
pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat. Pelatihan
hendaklah diberikan oleh rang yang terkualifikasi.
3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak
dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko
terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang
dapat menurunkan mutu obat.
a. Area penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan
cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang
didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian
dari area penyimpanan atau area produksi.
b. Area produksi Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat
terjadi pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-contained harus
disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat
menimbulkan sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat
biologis (misal mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika
tertentu, hormon tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk
mengandung bahan aktif tertentu berpotensi tinggi, dan produk nonobat
hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian,
bagi produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets produk secara
‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal telah
mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi yang
diperlukan telah dilakukan.
Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk:
- memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling
berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti
urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang
dipersyaratkan
- mencegah kesesakan dan ketidakteraturan
- memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif
terlaksanaLuas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk
yang sedang dalam proses hendaklah memadai untuk memungkinkan
penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan sesuai dengan alur
proses, sehingga dapat memperkecil risiko terjadi kekeliruan antara
produk obat atau komponen obat yang berbeda, mencegah
pencemaran silang dan memperkecil risiko terlewat atau salah
melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan.
c. Kalsifikasi kebersihan ruang pembuatan obat
Tingkat kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat hendaklah
diklasifikasikan sesuai dengan jumlah maksimum partikulat udara yang
diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan sesuai tabel di bawah ini:

Tabel 1. Klasifikasi Kebersihan Ruang Pembuatan ObatCatatan:


Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk
pembuatanproduk steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk
pembuatan produk nonsteril.
d. Area penyimpanan
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk
menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk
seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan,
produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik
dari peredaran.
Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin
kondisi penyimpanan yang baik; terutama area tersebut hendaklah bersih,
kering dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas
suhu yang ditetapkan.Apabila kondisi penyimpanan khusus (misal suhu,
kelembaban) dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah disiapkan,
dikendalikan, dipantau dan dicatat di mana diperlukan.
e. Area pengawasan mutu
- Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area
produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotope
hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.Laboratorium
pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan. Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah
pencampurbauran dan pencemaran silang. Hendaklah disediakan
tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku
pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut,
pereaksi dan catatan.
- Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi
perlindungan instrumen terhadap gangguan listrik, getaran,
kelembaban yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila perlu untuk
mengisolasi instrumen.
- Desain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan
konstruksi yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap.
Pasokan udara ke laboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan ke
area produksi.Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah
untuk masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan
radioisotop.
- Sarana pendukung meliputi Ruang istirahat dan kantin hendaklah
dipisahkan dari area produksi dan laboratorium pengawasan
mutu.Sarana untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan
toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah
diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area
produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian hendaklah
berhubungan langsung dengan area produksi namun letaknya
terpisah.Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan
peralatan terpisah dari area produksi. Apabila suku cadang, asesori
mesin dan perkakas bengkel disimpan di area produksi, hendaklah
disediakan ruangan atau lemari khusus untuk penyimpanan alat
tersebut. Sarana pemeliharaan hewan hendaklah diisolasi dengan baik
terhadap area lain dan dilengkapi pintu masuk terpisah (akses hewan)
serta unit pengendali udara yang terpisah.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke-bets
dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang
umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
a. Desain dan kontruksi
- Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat
sesuai dengan tujuannya
- Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk
antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau
absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di
luar batas yang ditentukan.
- Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya
pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang
sedang diolah sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi.
- Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan
pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi
dan adaptasi yang tidak tepat.
- Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah
dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur
tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering.
- Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan
digunakan agar tidak menjadi sumber pencemaran.
- Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk
pada produk. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk
tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat
memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk.
- Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau
bahan kimia atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan
mudah terbakar, hendaklah dilengkapi denga
b. Pemasangan dan penempatan
- Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi.
- Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang
cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi
kekeliruan dan kecampurbauran produk.
- Semua sabuk (belt) dan pulley mekanis terbuka hendaklah dilengkapi
dengan pengaman.
- Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain
hendaklah dipasang sedemikian rupa agar mudah diakses pada tiap
tahap proses. Pipa hendaklah diberi penandaan yang jelas untuk
menunjukkan isi dan arah aliran.
- Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas
yang jelas. Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah dan
catatan bets untuk menunjukkan unit atau peralatan yang digunakan
pada pembuatan bets tersebut kecuali bila peralatan tersebut hanya
digunakan untuk satu jenis produk saja.
- Peralatan yang rusak, jika memungkinkan, hendaklah dikeluarkan dari
area produksi dan pengawasan mutu, atau setidaknya, diberi
penandaan yang jelas.
c. Perawatan
- Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi
atau pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian produk.
- Kegiatan perbaikan dan perawatan hendaklah tidak menimbulkan
risiko terhadap mutu produk.
- Bahan pendingin, pelumas dan bahan kimia lain seperti cairan alat
penguji suhu hendaklah dievaluasi dan disetujui dengan proses formal.
- Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan
dipatuhi.Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama
hendaklah dicatat dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal,
waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap bets atau lot yang diolah
dengan alat tersebut. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus
untuk satu produk saja dapat ditulis dalam catatan bets.
- Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila
perlu disanitasi dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa
bahan dari proses sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk
termasuk produk antara di luar spesifikasi resmi atau spesifikasi lain
yang telah ditentukan.
- Bila peralatan digunakan untuk produksi produk dan produk antara
yang sama secara berurutan atau secara kampanye, peralatan
hendaklah dibersihkan dalam tenggat waktu yang sesuai untuk
mencegah penumpukan dan sisa kontaminan (misal: hasil urai atau
tingkat mikroba yang melebihi batas).
- Peralatan umum (tidak didedikasikan) hendaklah dibersihkan setelah
digunakan memproduksi produk yang berbeda untuk mencegah
kontaminasi-silang.
- Peralatan hendaklah diidentifikasi isi dan status kebersihannya dengan
- Buku log untuk peralatan utama dan kritis hendaklah dibuat untuk
pencatatan validasi pembersihan dan pembersihan yang telah
dilakukan termasuk tanggal dan personil yang melakukan kegiatan
tersebut.
5. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar.Persyaratan mutu tersebut harus
memenuhi spesifikasi yang ditentukan dari:
a. Bahan awal,Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting maka
hendaklah melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan khusus dan
menyeluruh perihal pemasok.
b. Validasi proses
Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan
kesimpulan hendaklah dicatat.
c. Pencegahan pencemaran silang, Pencemaran bahan awal atau produk oleh
bahan atau produk lain harus dihindarkan. Resiko pencemaran silang ini
dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau
organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang
tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tingkat resiko
pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang
tercemar. Diantara pencemar yang paling berbahaya adalahbahanyang
dapat menimbulkan sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung
mikroba hidup, hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain
berpotensi tinggi. Produk yang paling terpengaruh oleh pencemaran
adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis besar
dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang.
d. Sistem penomoran bets/lot
Tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan
tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk
ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi.
e. Penimbangan dan penyerahan
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari
siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang
lengkap. Pengendalian terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut
untuk produksi, dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian
produksi, adalah sangat penting.
f. Pengembalian
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
yang dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan
dengan benar dan direkonsiliasi. Bahan awal, bahan pengemas, produk
antara dan produk ruahan hendaklah tidak dikembalikan ke gudang
penyimpanan kecuali memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
g. Operasi pengolahan produk antara dan produk ruahan
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa
sebelum dipakai.
h. Bahan dan produk kering, untuk mengatasi masalah pengendalian debu
dan pencemaran silang yang terjadi pada saat penanganan bahan dan
produk kering, perhatian khusus hendaklah diberikan pada desain,
pemeliharaan serta penggunaan sarana dan peralatan. Apabila layak
hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau metode lain yang
sesuai.
i. Pencampuran dan granulasi
Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk hendaklah dilengkapidengan
sistem pengendali debu, kecuali digunakan sistem tertutup. Parameter
operasional yang kritis (misal: waktu, kecepatan dan suhu) untuk tiap
proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan hendaklah tercantum
dalam dokumen produksi induk, dan dipantau.
j. Bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan
Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas
dan disimpan terpisah di "area terlarang" (restricted area). Bahan atau
produk tersebut hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila
dianggap perlu, diolah ulang atau dimusnahkan. Langkah apapun yang
diambil hendaklah lebih dulu disetujui oleh kepala bagian manajemen
mutu (pemastian mutu) dan dicatat.
k. Pemulihan
Pemulihan semua atau sebagian dari bets sebelumnya, yang memenuhi
persyaratan mutu, digabungan ke dalam bets lain dari produk yang sama
pada suatu tahap pembuatan obatyangdiotorisasi sebelumnya. Pemulihan
ini hendaklah dilakukansesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
setelah dilakukan evaluasi terhadap resiko yang mungkin terjadi,
termasuk kemungkinan pengaruh terhadap masa edar produk dan harus
dicatat.
l. Karantina dan penyerahan produk jadi
Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan
untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah
dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengemasan bets
memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan.
m. Catatan pengendalian pengiriman obat
Sistem distribusi hendaklah menghasilkan catatan sedemikian rupa
sehingga distribusi tiap bets/lot obat dapat segera diketahui untuk
mempermudah penyelidikan atau penarikan kembali jika diperlukan.
n. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan
dan produk jadi. Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi
dan teratur untuk mencegah resiko kecampur bauran atau pencemaran
serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.Bahan dan produk
hendaklah diletakkan tidak langsung di lantai dan dengan jarak yang
cukup terhadap sekelilingnya. Bahan dan produk hendaklah disimpan
dengan kondisi lingkungan yang sesuai. Penyimpanan yang memerlukan
kondisi khusus hendaklah disediakan.
6. Cara penyimpanan dan pengiriman obat yang baik
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan
manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi. Dokumen ini
menetapkan langkah-langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan
tanggung jawab bagi semua yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan
penyimpanan produk. Dokumen ini memberikan pedoman bagi penyimpanan
dan pengiriman produk jadi dari Industri Farmasi ke distributor. Jika gudang
industri farmasi bertindak juga sebagai pusat distribusi produk ke fasilitas
distribusi, fasilitas pelayanan kefarmasian dan fasilitas pelayanan kesehatan,
hendaklah industri farmasi juga menerapkan dan memenuhi pedoman Cara
Distribusi Obat yang Baik (CDOB).
Mutu obat dapat dipengaruhi oleh kekurangan pengendalian yang diperlukan
terhadap kegiatan selama proses penyimpanan dan pengiriman. Lebih lanjut,
belum ditekankan keperluan akan pembuatan, pengembangan dan
pemeliharaan prosedur penyimpanan dan pengiriman obat, serta pengendalian
kegiatan proses distribusi. Tujuan pedoman ini adalah untuk membantu dalam
menjamin mutu dan integritas obat selama proses penyimpanan dan
pengiriman obat. Untuk menjaga mutu awal obat, semua kegiatan dalam
penyimpanan dan pengirimannya hendaklah dilaksanakan sesuai prinsip
CPOB dan CDOB.
a. Personalia
Semua personel yang terlibat dalam kegiatan penyimpanan dan pengiriman
hendaklah dilatih dalam semua persyaratan dalam Aneks ini dan
hendaklah mampu memenuhi persyaratan tersebut.
Personel kunci yang terlibat dalam penyimpanan dan pengiriman obat
hendaklah memiliki kemampuan dan pengalaman yang sesuai dengan
tanggung jawab mereka untuk memastikan bahwa obat disimpan dan
dikirimkan dengan tepat. Prosedur dan kondisi kerja bagi karyawan,
termasuk karyawan kontrak dan karyawan temporer, serta personel lain
yang mempunyai akses pada obat harus dirancang dan dijaga untuk
membantu meminimalkan kemungkinan produk jatuh ke pihak yang
berwenang.
b. Organisasi dan manajemen
- Bagian gudang hendaklah termasuk dalam struktur organisasi industri
farmasi. Tanggung jawab, kewenangan dan hubungan timbal-balik
semua personel hendaklah ditunjukkan dengan jelas.
- Tiap personel tidak boleh dibebani tanggung jawab yang berlebihan
untuk menghindarkan risiko terhadap mutu produk.
- Hendaklah tersedia aturan untuk memastikan bahwa manajemen dan
personel tidak mempunyai konflik kepentingan dalam aspek
komersial, politik, keuangan dan tekanan lain yang dapat
memengaruhi mutu pelayanan yang diberikan.
- Tanggung jawab dan kewenangan tiap personel hendaklah
didefinisikan secara jelas dalam uraian tugas tertulis dan dipahami
oleh personel terkait.
- Hendaklah tersedia prosedur keselamatan yang berkaitan dengan
semua aspek yang relevan, misal, keamanan personel dan sarana,
perlindungan lingkungan dan integritas produk.
c. Manajemen mutu
- Jika dilakukan transaksi secara elektronis, hendaklah tersedia sistem
yang memadai dan prosedur yang jelas untuk menjamin ketertelusuran
dan kepastian mutu obat.
- Hendaklah tersedia prosedur pelulusan obat yang disetujui untuk
memastikan bahwa obat dijual dan didistribusikan hanya kepada
distributor dan/atau sarana yang berwenang.
- Hendaklah dibuat prosedur dan catatan tertulis untuk memastikan
ketertelusuran distribusi produk.
- Prosedur tetap harus tersedia untuk semua pekerjaan administratif dan
teknis yang dilakukan
d. Bangunan-fasilitas penyimpanan
- Area Penyimpanan
- Obat hendaklah ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai
untuk mencegah kontaminasi, kecampurbauran dan kontaminasi
silang.
- Area penyimpanan hendaklah diberikan pencahayaan yang memadai
sehingga semua kegiatan dapat dilakukan secara akurat dan aman.
e. Penerimaan
Hendaklah dilakukan pemeriksaan jumlah produk pada saat penerimaan
untuk memastikan jumlah yang diterima sesuai dengan jumlah yang
tercantum dalam catatan penyerahan dari produksi.
Obat yang membutuhkan penyimpanan khusus (misal: narkotik,
psikotropik, prekursor dan produk dengan suhu penyimpanan tertentu)
hendaklah segera diidentifikasi dan segera ditempatkan sesuai prosedur
tertulis
f. Kondisi penyimpanan dan transportasi
- Pemantauan kondisi penyimpanan dan transportasi
Industri farmasi hendaklah menginformasikan semua kondisi
penyimpanan dan pengangkutan yang sesuai kepada pihak yang
bertanggung jawab atas transportasi obat.Perusahaan yang
mengangkut harus menjamin kepatuhan terhadap ketentuan ini.
Obat hendaklah disimpan dan diangkut dengan memenuhi prosedur
sedemikian hingga kondisi suhu dan kelembaban relatif yang tepat
dipertahankan, misal menggunakan cold chain untuk produk yang
tidak tahan panas.Penyimpanan dan pengangkutan produk yang tidak
tahan panas dapat mengacu pada dokumen WHO Model Guidance for
the Storage and Transport of Time and Temperature–Sensitive
Pharmaceutical Products atau pedoman internasional lain yang setara.
- Kendaraan dan perlengkapan
Kendaraan dan perlengkapan yang digunakan untuk mengangkut,
menyimpan atau menangani obat hendaklah sesuai dengan
penggunaannya dan diperlengkapi dengan tepat untuk mencegah
pemaparan produk terhadap kondisi yang dapat memengaruhi
stabilitas produk dan keutuhan kemasan, serta mencegah semua jenis
kontaminasi.
Rancangan dan penggunaan kendaraan dan perlengkapan harus
bertujuan untuk meminimalkan risiko kesalahan dan memungkinkan
pembersihan dan/atau pemeliharaan yang efektif untuk
menghindarkan kontaminasi, penumpukan debu atau kotoran dan/atau
efek merugikan terhadap obat yang didistribusikan.
Alat untuk memantau kondisi di dalam kendaraan dan wadah
pengiriman, misal suhu dan kelembaban, hendaklah dikalibrasi.
Kendaraan dan wadah pengiriman hendaklah mempunyai kapasitas
yang memadai untuk penempatan secara teratur berbagai kategori obat
selama transportasi.
- Wadah pengiriman dan pelabelan
Seluruh obat hendaklah disimpan dan dikirimkan dalam wadah
pengiriman yang tidak mengakibatkan efek merugikan terhadap mutu
produk, dan memberikan perlindungan yang memadai terhadap
pengaruh eksternal, termasuk kontaminasi.Label wadah pengiriman
tidak perlu mencantumkan deskripsi lengkap mengenai identitas
isinya (untuk menghalangi pencurian), namun hendaklah tetap
mencantumkan informasi yang memadai mengenai kondisi
penanganan dan penyimpanan serta tindakan yang diperlukan untuk
menjamin penanganan yang tepat. Jika pengiriman obat di luar
pengendalian sistem manajemen industri farmasi, hendaklah diberi
label yang mencantumkan nama dan alamat industri farmasi, kondisi
transportasi khusus dan ketentuan lain yang dipersyaratkan termasuk
simbol-simbol keamanan. Lihat ketentuan CDOB.
7. Pengawasan mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari cara pembuatan obat
yang baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pengawasan
Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk
pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan
untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan.
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi dianggap hal yang
fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan dengan
memuaskan. Bagian pengawasan mutu secara keseluruhan juga mempunyai
tanggung jawab, antara lain adalah:
- Membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan
mutu
- Menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk
- Memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk
- Memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk
- Ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk.
- Semua kegiatan tersebut hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur
tertulis, dan dicatat dimana perlu.
8. Inspeksi diri
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi
dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.Program
inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan.Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci
oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi
penerapan CPOB secara obyektif.Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara
rutin dan, di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi
penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang.Semua
saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan.Prosedur dan catatan
inspeksi diri hendaklahdidokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut
yang efektif.
a. Audit mutu
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari
sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk
meningkatkannya.Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari
luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini
oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluasterhadap
pemasok dan penerima kontrak.
b. Audit dan persetujuan pemasok
- Kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) hendaklah
bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi
persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan
bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
- Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan
bahan pengemas. Daftar pemasok hendaklah disiapkan dan ditinjau
ulang.
- Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan
dimasukkan ke dalam daftar pemasok atau spesifikasi. Evaluasi
hendaklah mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang
dipasok. Jika audit diperlukan, audit tersebut hendaklah menetapkan
kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar CPOB.
- Semua pemasok yang telah ditetapkan hendaklah dievaluasi secara
teratur.
9. Keluhan dan penarikan produk
Semua keluhan dan informasi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu
sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau
diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Penanganan keluhan,
penarikan kembali produk dan produk kembalian diatur dalam CPOB
sebagai berikut:
- Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani
keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf
yang memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan
kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu), maka ia hendaklah
memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau
penarikan kembali produk.
- Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi,
tindak lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan
kembali produk, dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga
cacat.
- Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi
dari penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat
dan dilaporkan kepada manajemen atau bagian yang terkait.
- Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk menetapkan apakah keluhan
disebabkan oleh pemalsuan.
- Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk hendaklah dicatat yang
mencakup rincian mengenai asal-usul keluhan dan diselidiki secara
menyeluruh dan mendalam. Kepala bagian pengawasan mutu hendaklah
dilibatkan dalam pengkajian masalah tersebut.
- Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka
hendaklah dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk
memastikan apakah bets lain juga terpengaruh. Khusus bets yang
mengandung hasil pengolahan ulang dari bets yang cacat hendaklah
diselidiki.
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian
mutu.Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa
tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci
sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya
timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen
Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan
dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.
Berdasarkan CPOB dokumen yang diperlukan, yaitu :
a. Spesifikasi
Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk
jadi yang disahkan dengan benar dan diberi tanggal, hendaklah juga
tersedia spesifikasi bagi produk antara dan produk ruahan.
b. Spesifikasi bahan awal
c. Spesifikasi bahan pengemas
d. Spesifikasi produk antara dan produk ruahan
Spesifikasi produk antara dan produk ruahan hendaklah tersedia, apabila
produk tersebut dibeli atau dikirim, atau apabila data dari produk antara
digunakan untuk mengevaluasi produk jadi.Spesifikasi hendaklah mirip
dengan spesifikasi bahan awal atau produk jadi, sesuai keperluan.
e. Spesifikasi produk jadi
f. Dokumen produksi
Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:
- Dokumen produksi induk yang berisi formula produksi dari suatu
produk dalam bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung
dari ukuran bets
- Prosedur produksi induk, terdiri dari prosedur pengolahan induk dan
prosedur pengemasan induk, yang masing-masing berisi prosedur
pengolahan dan prosedur pengemasan yang rinci untuk suatu produk
dengan bentuk sediaan, kekuatan dan ukuran bets spesifik. Prosedur
Produksi Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum mendapat
pengesahan untuk digunakan; dan catatan produksi bets, terdiri dari
catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets, yang
merupakan reproduksi dari masing-masing prosedur pengolahan
induk dan prosedur pengemasan induk, dan berisi semua data dan
informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu
bets produk.
- Catatan produksi bets, terdiri dari catatan pengolahan Bets dan catatan
pengemasan bets, yang merupakan reproduksi dari masing-masing
prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk, dan
berisi semua data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
produksi dari suatu bets produk. Kadang-kadang pada catatan
produksi bets, prosedur yang tertera dalam prosedur produksi induk
tidak lagi dicantumkan secara rinci.
g. Dokumen produksi induk
Dokumen Produksi Induk yang disahkan secara formal hendaklah
mencakup nama, bentuk sediaan, kekuatan dan deskripsi produk, nama
penyusun dan bagiannya, nama pemeriksa serta daftar distribusi
dokumen dan berisi hal sebagai berikut:
- Informasi bersifat umum yang menguraikan jenis bahan pengemas
primer yang harus digunakan atau aternatifnya, pernyataan mengenai
stabilitas produk, tindakan pengamanan selama penyimpanan dan
tindakan pengamanan lain yang harus dilakukan selama pengolahan
dan pengemasan produk
- Komposisi atau formula produk untuk tiap satuan dosis dan untuk satu
sampel ukuran bets
- Daftar lengkap bahan awal, baik yang tidak akan berubah maupun
yang akan mengalami perubahan selama proses
- Spesifikasi bahan awal
- Daftar lengkap bahan pengemas
- Spesifikasi bahan pengemas primer
h. Prosedur pengolahan dan pengemasan
- Daftar peralatan yang dapat digunakan untuk pengolahan dan
pengemasan
- Pengawasan selama-proses pengolahan dan pengemasan
- Masa edar/simpan
i. Prosedur pengolahan induk
Prosedur pengolahan induk yang disahkan secara formal hendaklah
tersedia untuk tiap produk dan ukuran bets yang akan dibuat. Prosedur
pengolahan induk hendaklah mencakup:
- Nama produk dengan kode referen produk yang merujuk pada
spesifikasinya
- Deskripsi bentuk sediaan, kekuatan produk dan ukuran bets
- Daftar dari semua bahan awal yang harus digunakan, dengan
menyebutkan masing-masing jumlahnya, dinyatakan dengan
menggunakan nama dan referen (kode produk) yang khusus bagi
bahan itu; hendaklah dicantumkan apabila ada bahan yang hilang
selama proses
- Pernyataan mengenai hasil akhir yang diharapkan dengan batas
penerimaan, dan bila perlu, tiap hasil antara yang relevan
- Pernyataan mengenai lokasi pengolahan dan peralatan utama yang
harus digunakan
- Metode atau rujukan metode yang harus digunakan untuk
mempersiapkan peralatan kritis (misalnya pembersihan, perakitan,
kalibrasi, sterilisasi)
- Instruksi rinci tahap proses (misalnya pemeriksaan bahan, perlakuan
awal, urutan penambahan bahan, waktu pencampuran, suhu)
- Instruksi untuk semua pengawasan selama-proses dengan batas
penerimaannya
- Bila perlu, syarat penyimpanan produk ruahan; termasuk wadah,
pelabelan dan kondisi penyimpanan khusus, di mana perlu
- Semua tindakan khusus yang harus diperhatikan
j. Prosedur Pengemasan Induk
Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan secara formal hendaklah
tersedia untuk tiap produk dan ukuran bets serta ukuran dan jenis kemasan.
Dokumen ini umumnya mencakup, atau merujuk, pada hal berikut:
- Nama produk
- Deskripsi bentuk sediaan dan kekuatannya, di mana perlu
- Ukuran kemasan yang dinyatakan dalam angka, berat atau volume
produk dalam wadah akhir
- Daftar lengkap semua bahan pengemas yang diperlukan untuk satu
bets standar, termasuk jumlah, ukuran dan jenis bersama kode atau
nomor referen yang berkaitan dengan spesifikasi tiap bahan pengemas
- Di mana sesuai, contoh atau reproduksi dari bahan pengemas cetak
yang relevan dan spesimen yang menunjukkan tempat untuk mencetak
nomor bets dan tanggal daluwarsa bets
- Tindakan khusus yang harus diperhatikan, termasuk pemeriksaan
secara cermat area dan peralatan untuk memastikan kesiapan jalur
(line clearance) sebelum kegiatan dimulai
- Uraian kegiatan pengemasan, termasuk segala kegiatan tambahan
yang signifikan serta peralatan yang harus digunakan
- Pengawasan selama-proses yang rinci termasuk pengambilan sampel
dan batas penerimaan.
k. Catatan pengolahan bets
Catatan pengolahan bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang diolah.
Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari prosedur
pengolahan induk yang berlaku.Metode pembuatan catatan ini hendaklah
didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah
mencantumkan nomor bets yang sedang dibuat. Selama pengolahan,
informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat tiap tindakan
dilakukan dan setelah lengkap hendaklah catatan diberi tanggal dan
ditandatangani dengan persetujuan dari personil yang bertanggung jawab
untuk kegiatan pengolahann.
l. Catatan pengemasan bets
Catatan pengemasan bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang dikemas.
Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari prosedur
pengemasan induk yang berlaku dan metode pembuatan catatan ini
hendaklah didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan
hendaklah mencantumkan nomor bets dan jumlah produk jadi yang
direncanakan akan diperoleh.
Sebelum suatu kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan
pemeriksaan yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas
dari produk dan dokumen sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan
untuk pengemasan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai
untuk penggunaannya.
Selama pengemasan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat
tiap tindakan dilakukan dan setelah lengkap hendaklah catatan diberi
tanggal dan ditandatangani dengan persetujuan dari personil yang
bertanggung jawab untuk kegiatan pengemasan:
m. Prosedur dan catatan
Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan catatan penerimaan,penandaan
karantina internal serta penyimpanan untuk tiappengiriman tiap bahan
awal, bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak.
n. Pengambilan Sampel
Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengambilan sampel yang
mencakup personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode dan
alat yang harus digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan
pengamanan yang harus diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi
terhadap bahan atau segala penurunan mutu.
o. Pengujian
Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengujian bahan dan produk
yang diperoleh dari tiap tahap produksi yang menguraikan metode dan alat
yang harus digunakan.Pengujian yang dilaksanakan hendaklah dicatat.
11. Kegiatan alih daya
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar dan
disetujui serta dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menghasilkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang kurang
memuaskan.Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak
harus dibuat secara jelas untuk menentukan tanggung jawab dan kewajiban
masing-masing pihak.
Kontrak haruslah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets suatu
produk yang akan diedarkan. Pelulusan bets tersebut menjadi tanggung jawab
penuh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Pembuatan dan
analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan
dikendalikan untuk menghindari kesalah pahaman yang dapat menyebabkan
produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis hendaklah meliputi pembuatan dan/atau analisis obat yang
dikontrakkan dan semua pengatur teknis terkait.Pemberi kontrak adalah
industri farmasi yang melimpahkan pekerjaan pembuatan obat berdasarkan
kontrak.Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi
penerima kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang
diperlukan dan memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti.
a. Pemberi kontrak
b. Bertanggung jawab untuk menilai kompetensi penerima kontrak dalam
melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan
bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti.
c. Memberikan informasi yang diperlukan kepada penerima kontrak untuk
melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar dan sesuai izin edar dan
persyaratan legal lain.
d. Memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang
dikirimkan oleh penerima kontrak memenuhi spesifikasi yang telah
diluluskan oleh bagian pemastian mutu.
e. Penerima kontrak
12. Kualifikasi dan validasi
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari
kegiatan yang dilakukan.Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan
danproses yang dapat memengaruhi mutu produk hendaklah
divalidasi.Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk
menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
a. Perencanaan validasi
- Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama
program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan
didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau
dokumen setara.
- RIV hendaklah merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas.
- RIV hendaklah mencakup sekurangkurangnya data sebagai berikut:
- Kebijakan validasi
- Struktur organisasi kegiatanvalidasi
- Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan
divalidasi
- Format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan
dan
jadwal pelaksanaan
- Pengendalian perubahan
- Acuan dokumen yang digunakan.
- RIV terpisah mungkin diperlukan untuk suatu proyek besar.
b. Dokumentasi
- Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi
dan validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan
disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria
penerimaan.
- Hendaklah dibuat laporan yang mengacu pada protokol kualifikasi
dan/atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang
diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi,
kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap
rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah
didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.
- Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan, hendaklah diberikan
persetujuan tertulis untuk dapat melaksanakan tahap kualifikasi
danvalidasi selanjutnya.
c. Kualifikasi
- Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan
validasi terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.
- Kualifikasi Instalasi (KI) mencakup; instalasi peralatan, pipa dan
sarana penunjang dan instrumentasi hendaklah sesuai dengan
spesifikasi dan gambar teknik yang didesain, pengumpulan dan
penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan peralatan dari
pemasok, ketentuan dan persyaratan kalibrasi dan verifikasi bahan
konstruksi.
- Kualifikasi Operasional (KO)mencakup: pengujian yang perlu
dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem dan
peralatan, pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang
mencakup batas operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai
kondisi terburuk (worst case).
a) Kualifikasi Kinerja (KK) hendaklah mencakup, pengujian
dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang
memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan
berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan
peralatan
b) uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup
batas operasional atas dan bawah.
- Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah
Operasional
Hendaklah tersedia bukti untuk mendukung dan memverifikasi
parameter operasional dan batas variabel kritis pengoperasian
alat.Selain itu, kalibrasi, prosedur pengoperasian, pembersihan,
perawatan preventif serta prosedur dan catatan pelatihan operator
hendaklah didokumentasikan.
d. Validasi proses
- Validasi prospektif
- Validasi Kongkuren, Keputusan untuk melakukan validasi konkuren
harus dijustifikasi, didokumentasikan dan disetujui oleh kepala bagian
manajemen mutu (pemastian mutu).
- Validasi retrospektif hanya dapat dilakukan untuk proses yang sudah
mapan, namun tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk,
prosedur pembuatan atau peralatan.
f. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas
prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residusuatu produk,
bahan pembersih dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah
didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Batas
tersebut hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi.
g. Validasi metode analisis
Jenis metode analisis yang harus divalidasi
- Uji identifikasi bertujuan untuk memastikan identitas analit dalam
sampel. Uji ini biasanya dilakukan dengan membandingkan
karakteristik sampel (misal: spektrum, profil kromatogram, reaksi
kimia, dan lain-lain) terhadap baku pembanding
- Pengujian impuritas dapat dilakukan melalui uji kuantitatif atau uji
batas impuritas dalam sampel. Masing-masing pengujian tersebut
bertujuan merefleksikan secara tepat karakteristik kemurnian sampel.
Karakteristik validasi yang lain diperlukan untuk uji kuantitatif
dibanding untuk uji batas impuritas
- Prosedur penetapan kadar bertujuan untuk menentukan kadar analit
dalam sampel. Dalam hal ini penetapan kadar menunjukkan
pengukuran komponen utama yang terkandung dalam bahan aktif
obat. Untuk obat, karakteristik validasi yang serupa juga berlaku
untuk penetapan kadar zat aktif atau komponen tertentu. Karakteristik
validasi yang sama juga dapat dilakukan untuk penetapan kadar yang
berkaitan dengan metode analisis lain (missal uji disolusi).
h. Pengendalian perubahan
Semua perubahan yang dapat memengaruhi mutu produk
ataureprodusibilitas proses hendaklah secara resmi
diajukan,didokumentasikan dan disetujui. Kemungkinan dampak
perubahanasilitas, sistem dan peralatan terhadap produk hendaklah
dievaluasi,termasuk analisis risiko.Hendaklah ditentukan kebutuhan
dancakupan untuk melakukan kualifikasi dan validasi ulang.
i. Validasi ulang
Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihanserta
metode analisis hendaklah dievaluasi secara berkala untukkonfirmasi
keabsahannya. Jika tidak ada perubahan yang signifikanterhadap status
validasi, peninjauan dengan bukti bahwa fasilitas,sistem, peralatan,
proses dan metode analisis memenuhi persyaratanyang ditetapkan akan
kebutuhan revalidasi.
Validasi ulang mungkin diperlukan pada kondisi sebagai berikut:
a) Perubahan sintesis bahan aktif obat
b) Perubahan komposisi produk jadi; dan
c) Perubahan prosedur analisis.

Tugas Kompetensi Khusus 2. Mampu melakukan penelusuran informasi


terkait karakteristik fisika, kimia, fisikokimia, farmakologi, mikrobiologi,
serta regulasi sebagai landasan studi praformaulasi.
1. Terazosin (Pubchem)
Nama resmi : terazosin
Sinonim : terazosin, Terazosine 63590-64-7, Flumarc, Fosfomic
Rumus molekul : C19H25N5O4
Berat Molekul : 387,4 g/mol
Rumus struktur :

Nama IUPAC : [4-(4-amino-6,7-dimethoxyquinazolin-2-yl)piperazin-1-


yl]-(oxolan-2-yl)methanone
Kegunaan : prostat jinak dan hipertensi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu 2°C sampai 30°C
2. Ludipress (BASF, Safety data of sheet of Ludipress, Handbook of
Pharmaceutical Manufacturing of formulation, International Journal of
Pharmaceutical Sciences Review and Research)
Nama Dagang : Ludipress
Karakteristik : Butiran putih, mengalir bebas yang tdk berbau dan tidak
berasa.
Spesifikasi : Lactosa monohidrat 93%, Kollidon 3,5%, Kollidon CL
Laju Air : Ludipress memiliki kemampuan laju alir yang tinggi dan
sangat baik
Higroskopisitas : Rendah, dan daya ikat yang sangat luar biasa
Aplikasi : Ludipress telah dikembangkan secara khusus untuk kompresi
langsung, tetapi juga sangat cocok sebagai pengisi untuk
kapsul gelatin keras.
Kegunaan : Pengisi, pengikat dan penghancur
3. Magnesium stearat
Magnesium Stearat banyak digunakan dalam kosmetik, makanan, dan
formulasi farmasi. Ini terutama digunakan sebagai pelincir dalam pembuatan
tablet dan kapsul pada konsentrasi antara 0,25% dan 5,0% b/b (Rowe, dkk,
2009).
Uraian Bahan (Ditjen POM 1979)
Nama resmi : Magnesii stearas

Sinonim : Magnesium stearat

Berat Molekul : 591,24

Rumus Molekul : C36H70MgO4

Pemerian : Serbuk halus, putih, licin dan mudah melekat pada kulit,

bau lemak khas.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar

Kegunaan : Sebagai pelincir


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Tugas Kompetensi Khusus 3. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar, teknik, dan


peralatan yang digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi
Prinsip Dasar Kempa Langsung (WATI hal 257)
 Pada pembuatan tablet dengan metode cetak langsung, campuran obat dan
semua bahan tambahan (pengisi, penghancur, pelincir) dicampur kemudian
dicetak.
 Syarat agar campuran tersebut dapat dicetak, antara lain : mempunyai sifat
alir yang baik, kompressibilitas tinggi dan mempunyai efek lubricant yang
baik.
Metode Kempa Langsung (Tehnologi Sediaan Padat hal 127, Wati hal 257)
metode cetak (kempa) langsung, adalah suatu metode pembuatan tablet
dengan mengempa langsung campuran bahan aktif dan eksipien kering tanpa
melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Cetak langsung digunakan untuk menyatakan proses ketika tablet dicetak
langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk
pengisi, disintegran dan lubrikan), yang akan mengalir dengan seragam kedalam
lubang cetakan dan membentuk suatu padatan yang kokoh.
Peralatan yang digunakan (Tehnologi Sediaan Padat, 154)
Sediaan tablet juga terdapat dalam berbagai ragam untuk menginginkan bentuk,
ukuran, bobot, kekerasan, dan ketebalan. Umumnya bentuk tablet berbentuk
bundar dengan permukaan datar. Namun demikian, bentuk tablet yang telah
diproduksi oleh beberapa pabrik ada yang didisain khusus, seperti: kaplet,
segitiga, lonjong, segi empat, dan segi enam. Hal ini hanya dimaksudkan
membedakan produknya terhadap produk pabrik lainnya. Jika Anda perhatikan
bahwa berbagai macam bentuk tablet tersebut dihasilkan dengan membuat punch
dan lubang kempa cetakan yang di desain secara khusus.
Komponen Dasar Mesin Pencetak Tablet :
1. Hopper (corong pengisi) Hopper adalah tempat untuk menyimpan dan
memasukkan granulat dan kemudian mengalirkan granul untuk dikempa.
Bagian bawah hopper disebut sepatu pengisi yang mengandung bahan
yang akan dibuat tablet.
2. Die adalah tempat granul yang akan di cetak dan juga yang menentukan
ukuran dan bentuk tablet
3. Punch atas adalah alat untuk mengempa granul yang telah berada di die.
Saat mesin dijalankan, punch atas meluncur ke dalam ruang cetak dan
mendorong serbuk bersamasama, kemudian mencetaknya menjadi tablet.
Tebal tablet, kekompakan, dan kilau dari hasil pencetakan tablet tersebut
tergantung dari punch atas dan tekanannya. Kedalaman dan kuatnya
tekanan dapat diatur.
4. Punch bawah Punch bawah adalah alat untuk mengeluarkan tablet yang
telah dicetak.

Tugas Kompetensi Khusus 4. Menjelaskan peran bahan tambahan dalam


formulasi sediaan farmasi, a.l. dapar, pengawet, antioksidan, dan/atau bahan
penolong lainnya
Menurut Bahan Ajar Farmasi Teknologi Sediaan Solid, 2018 (Halaman 236-237)
Bahan Tambahan Tablet
Penggunaan bahan tambahan tablet dimaksudkan untuk menghasilkan
sediaan tablet yang kompak dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Bahan tambahan tablet harus bersifat netral, tidak berbau dan tidak berasa dan
sedapat mungkin tidak berwarna. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi
sebagai zat pengisi, zat pengikat, zat pelicin, zat penghancur atau zat lain yang
cocok.

1. Bahan pengisi
Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa.
Bahan pengisi tablet yang umum adalah laktosa, pati, kalsium fosfat dibasa dan
selulosa mikrokristal. Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet keseluruhan
ditentukan oleh bahan pengisi yang besar jumlahnya.
2. Bahan pengikat dan perekat
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi
dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan
pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih
efektif jika ditambahkan dalam bentuk larutan. Bahan pengikat yang umum
digunakan adalah gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metil selulosa,
karboksimetilselulosa dan pasta kanji terhidrolisis
3. Bahan penghancur
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya
tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan. Berfungsi menarik
air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi
bagian-bagian). Bahan penghancur yang umum digunakan adalah pati dan
selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal,
dan povidon sambungsilang.
4. Bahan pelincir, anti lekat dan pelican
Ketiga jenis bahan ini dibicarakan bersama kerena memiliki fungsi yang
tumpangtindih. Suatu pelincir diharapkan dapat mengurangi gesekan antara
dinding tablet dengan dinding die, pada saat tablet ditekan ke luar. Anti lekat
berfungsi untuk mengurangi melengket atau adhesi bubuk atau granul pada
permukaan punch atau dinding die. Pelicin berfungsi untuk memacu aliran
serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan di antara partikel-partikel.
Sebagian besar bahan-bahan yang disusun sebagai bahan pelincir juga
berfungsi sebagai anti lekat, kecuali bahan pelincir yang larut dalam air. Talk,
magnesium stearat dan kanji beserta derivat-derivat kanji mempunyai sifat-sifat
anti lekat. Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelicin atau pemacu aliran
adalah jenis talk, tepung jagung atau koloid-koloid silika.
5. Zat warna, pemberi rasa dan pemanis
Bahan pewarna yang diijinkan sering ditambahkan pada formulasi tablet untuk
menambahkan nilai estetika atau untuk identitas produk. Penggunaan zat warna
dalam tablet mempunyai keuntungan, yaitu menutup warna obat yang kurang
baik, identifikasi hasil produksi, membuat suatu produk menjadi lebih menarik.
Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang
ditujukan untuk larut di dalam mulut. Zat pemberi rasa yang larut dalam air
jarang digunakan dalam pembuatan tablet karena stabilitasnya kurang baik. Zat
pemberi rasa yang larut dalam minyak ditambahkan ke dalam pelarut untuk
granulasi tablet. Penggunaan pemanis dibatasi terutama pada tablet yang
dikunyah untuk mengurangi penggunaan gula di dalam tablet.

Pada formula yang didapat :

Nama Bahan Fungsi

Terazosin Zat Aktif

Ludipress Pengisi, pengikat dan penghancur

(BASF, International Journal of


Pharmaceutical Sciences Review
and Research)

Mg Stearat Lubrikan

Tugas Kompetensi Khusus 5. Menjelaskan prinsip stabilitas sediaan farmasi,


faktor yang berpengaruh, serta teknik pengujiannya.
1. Stabilitas Sediaan Farmasi (Fatmawati, hal 147-150;)
- Stabilitas sediaan merupakan faktor penting deteksi salah satu komponen
atau campuran komponen sediaan masih mempunyai efek farmakologi.
Didefenisikan sebagai derajat ketahanan komponen zat aktif dalam
sediaan terhadap perubahan secara kimia, fisika, dan mikrobiologi.
Efikasi sediaan konstan sampai waktu tertentu.
- Pemeriksaan stabilitas untuk menjamin kualitas produk obat sampai
expired date untuk mengetahui waktu kadaluarsa obat serta untuk
menentukan shelf life produk periode waktu penyimpanan pada kondisi
spesifik sampai produk memenuhi spesifikasi.
- Studi stabilitas dilakukan pada minumum 3 bets pilot atau bets produksi.
Bila hasil yang diperoleh dari ketiga bets berbeda secara signifikan
hendaklah dilakukan pengujian pada bets berikutnya.
- Beberapa produk dapat menunjukkan ketidakstabilan secara tibatiba pada
mulanya maka data hendaklah diambil pada pengujian antar waktu
(waktu awal dan waktu akhir) sampai pada melewati masa edar produk
yang direncanakan.
- Selama penyimpanan, sediaan obat harus tetap dalam keadaan yang
stabil, tidak menampakkan tanda-tanda kerusakan. Memisahnya air dan
minyak pada sediaan krim / emulsi.
- Untuk menjaga kestabilan sediaan obat perlu dilakukan Penambahan
bahan tambahan tertentu (misalnya : pengawet), pengemasan yang tepat,
pemberian petunjuk tentang cara penyimpanan yang benar.
Parameter Uji Stabilitas :
a. Stabilitas kimia : sifat kimia (kinetika reaksi, hidrolisis, oksidasi,
fotolisis, kandungan benzil alkohol)
b. Stabilitas fisika : sifat fisika (pH, kelarutan, bentuk partikel, waktu
disentegrasi, bentuk fisik, sifat kolidal)
c. Stabilitas mikrobiologi
d. Konsentrasi radioaktif
e. Kemurnian radiokimiawi
f. Biodistribusi
2. Faktor yang Mempengaruhi Sediaan Farmasi
Faktor yang mempengaruhi sediaan farmasi terdiri dari :
a. Faktor Internal
- Interaksi obat
- Interaksi obat eksipien
b. Faktor Eksternal
- Pelapisan alkali dari wadah
- Pelepasan logam berat dari wadah logam
- Pelepasan komponen dari tutup wadah baik plastik maupun karet
c. Perubahan Pada Penyimpanan
- Perubahan fisika
- Perubahan kimia
- Perubahan secara mikrobilogi
Tambahan..
3. Teknik Pengujian (Fatmawati, hal 147-150;)
Metode uji stabilitas dibagi menjadi :
1) Metode jangka panjang (long term)
Untuk produk dengan penyimpanan pada temperatur kamar.
Dilakukan pada empat kondisi yaitu pada suhu 30ᵒC dengan
kelembaban udara 70% (untuk kondisi umum sesuai WHO Guideline),
pada suhu 30ᵒC dengan kelembaban udara 75% (untuk kondisi khusus
sesuai ASEAN GMP), pada suhu 30ᵒC dengan kelembaban 80% dan
cooled stronge. Sampel diperiksa pada bulan ke-0 kemudian tahun
pertama tiap 3 bulan, pada tahun kedua tiap 6 bulan dan tahun-tahun
berikutnya setiap tahun satu kali.Pemeriksaan dilakukan selama masa
edar ditambah 1 tahun setelah daluarsa.

2) Metode dipercepat (accelerated)


Untuk produk yang cara penyimpanannya pada temperatur 15-
30ᵒC. dilakukan untuk menentukan waktu kadaluarsa sementara
produk obat baru sehingga dapat didaftarkan pada Badan POM. Data
waktu kadaluarsa yang diperoleh melalui metode accelerated akan
direvisi bila data waktu kadaluarsa metode long term telah diperoleh
dan terdapat perbedaan. Metode accelerated untuk obat yang cara
penyimpanannya pada suhu 15-30ᵒC; dilakukan pada suhu 40ᵒC
dengan kelembaban 75%, sampel diperiksa minimal 4 kali yaitu bulan
0, 1, 3 dan 6
3) Post Marketing Stability Study
Disimpan dalam temperatur kamar selama 5 tahun atau satu bulan
setelah kadaluarsa. Hasil yang didapat didokumetasikan, setelah lima
tahun produk dimusnahkan.
4) Uji stabilitas produk dengan temperatur 8-15ᵒC
Penyimpanan di ruang sejuk selama 5 tahun dan pengujian
dilakukan pada tahun pertama diuji setiap 3 bulan, tahun kedua di uji
setiap 6 bulan dan tahun berikutnya di uji setiap tahun sekali.
Cara Pengujian Stabilitas :
1. Pengujian Jangka Panjang, dilakukan pada kondisi penyimpanan
normal yaitu pada suhu 30oC ± 2 dan kelembaban 60 % ± 5.
Pengujian terbagi dalam beberapa interval:
 Minimum setiap tiga bulan pada tahun pertama
 Setiap enam bulan untuk tahun kedua
 Selanjutnya sekali setiap tahun
Lama periode pengujian ditentukan oleh masa edar yang diperkirakan
bagi produk obat tersebut
2. Pengujian Dipercepat, dilakukan pada kondisi penyimpanan tidak
normal (ekstrem) yaitu pada suhu 40oC ± 2 dan kelembaban 75 % ±
5. Lama periode pengujian 3 – 6 bulan. Pengujian terbagi dalam
sedikitnya 4 interval waktu dengan kondisi yang diperberat seperti
temperatur, kelembaban dan paparan cahaya Hasil pengujian
kemudian di ekstrapolasikan ke dalam kondisi penyimpanan normal
dan di dapat data stabilitas produk
3. Perhitungan Masa Edar, untuk menetapkan masa edar berdasarkan
penurunan kadar bahan aktif. Masa Edar didefinisikan sebagai periode
waktu yang ditetapkan pada tingkat konfidensi 95% bahwa dalam
perioda waktu tersebut produk tetap mengandung zat aktif tidak
kurang dari batas bawah spesifikasi. Stabilitas obat adalah derajat
degradasi dari suatu obat dipandang dari segi kimia. Stabilitas obat
dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama
penyimpanan. Jika tidak dinyatakan lain, obat dikatakan stabil apabila
kadar zat aktifnya ≥ 90% dari kadar zat aktif awal (yang diklaim)

Tugas Kompetensi Khusus 6. Melakukan studi praformulasi dan


menetapkan formulasi sediaan farmasi dengan memperhatikan aspek mutu,
efektivitas, keamanan maupun stabilitas sediaan.
- Menurut Jurnal A Review On Pharmaceutical Preformulation Studies In
Formulation And Development Of New Drug Molecules
a. Studi Praformulasi
Merupakan langkah awal dalam memformulasi, mengkaji, dan
mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang sifat kimia fisika
dari zat aktif bila dikombinasikan dengan zat atau bahan tambahan
menjadi suatu bentuk sediaan farmasi yang stabil, efektif dan aman.Studi
ini mengharuskan seseorang formulator harus mengetahui apakah zat aktif
tersebut cocok atau tidak incomp (ketidak bercampuran) dengan bahan
tambahan lainnya.
b. Tujuan Studi Praformulasi
Tujuan dari keseluruhan pengujian preformulasi adalah untuk
menghasilkan informasi yang berguna bagi formulator dalam
mengembangkan bentuk sediaan yang stabil dan tersedia secara hayati
yang dapat diproduksi secara massal.
Tugas Kompetensi Khusus 7. Menetapkan spesifikasi bahan baku, bahan
kemasan, dan sediaan/produk mengacu pada ketentuan Farmakope
Indonesia atau kompendium lain yang sesuai.
1. Spesifikasi Bahan baku (CPOB, 2018)
Spesifikasi bahan awal hendaklah mencakup, dimana diperlukan :
a. Deskripsi bahan, termasuk :
- Nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal.
- Rujukan monografi farmakope, bila ada.
- Pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan.
- Standar mikrobiologis, bila ada.
b. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan .
c. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan.
d. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan.
e. Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
2. Spesifikasi Bahan Pengemas
Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup, di mana diperlukan
(CPOB, 2018) :
a. Deskripsi bahan, termasuk :
- Nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal.
- Rujukan monografi farmakope, bila ada pemasok yang disetujui dan,
bila mungkin, produsen bahan.
- Standar mikrobiologis, bila ada.
- Spesimen bahan pengemas cetak, termasuk warna.
b. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan
c. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan
d. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan
e. Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali
Bahan-bahan pengemas yang terpilih harus mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut (Lachman, 2012) :
a. Harus melindungi preparat dari keadaan lingkungannya.
b. Tidak boleh bereaksi dengan produk tersebut.
c. Tidak boleh memberikan rasa atau bau pada produk tersebut.
d. Tidak toksik.
e. Disetujui oleh FDA.
f. Harus memenuhi tuntutan tahan banting yang sesuai.
g. Harus dapat menyesuaikan keadaan dengan perawatan kemasan yang
bekerja dengan kecepatn tinggi.
3. Sediaan/produk
Spesifikasi produk jadi hendaklah mencakup :
a. Nama produk yang ditentukan dan kode referen (kode produk)
b. Formula/komposisi atau rujukan
c. Deskripsi bentuk sediaan dan uraian mengenai kemasan, termasuk
ukuran kemasan
d. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan
e. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan
f. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan khusus, bila diperlukan
g. Masa edar/simpan
Tugas Khusus Kompetensi 8. Merancang prosedur pembuatan sediaan
farmasi steril dan non steril dengan mematuhi ketentuan Cara Pembuatan
Sediaan Farmasi Yang Baik (GMP).
- Menurut CPOB 2012, hal 21
Prosedur pembuatan sediaan non steril berada di kelas E. Kelas E adalah
kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk nonsteril. Dimana bahan
yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasinya masing-masing, untuk
pembuatan sediaan tablet terasozin kaena dalam prosesnya menggunakan
bahan kering maka, hendaklah dilakukan tindakan khusus untuk mencegah
debu timbul serta penyebarannya. Hal ini terutama dilakukan pada
penanganan bahan yang sangat berbahaya, mencakup bahan yang sangat aktif
atau menyebabkan sensitisasi.
Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas pengendali
debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindarkan
kecampurbauran antar produk. Tiap mesin hendaklah ditempatkan dalam
ruangan terpisah. Kecuali mesin tersebut digunakan untuk produk yang sama
atau dilengkapi sistem pengendali udara yang tertutup maka dapat
ditempatkan dalam ruangan tanpa pemisah. Hendaklah selalu tersedia alat
timbang yang akurat dan telah dikalibrasi untuk pemantauan bobot tablet
selama-proses.
Adapun cara pembuatan sediaan tablet terasozin yaitu ayak semua bahan
zat aktif, bahan pengisi kemudia saring melewati ayakan 0.8 mm. campur
semua bahan kemudia di kempa dengan gaya kompresi rendah (10kN)
(Generic drug formulation).
Tugas Khusus Kompetensi 9. Merancang kemasan, label dan brosur/leaflet sediaan farmasi, serta memastikan ketersediaan informasi yang
dibutuhkan, antara lain ED, BUD, pelarut, kompatibilitas, kondisi penyimpanan.
1. Kemasan
2. Brosur
Tugas Khusus Kompetensi 10. Menetapkan kesesuaian bahan baku dengan
spesifikasi yang ditetapkan.
4. Terazosin (Pubchem)
Nama resmi : terazosin
Sinonim : terazosin, Terazosine 63590-64-7, Flumarc, Fosfomic
Rumus molekul : C19H25N5O4
Berat Molekul : 387,4 g/mol
Rumus struktur :

Nama IUPAC : [4-(4-amino-6,7-dimethoxyquinazolin-2-yl)piperazin-1-


yl]-(oxolan-2-yl)methanone
Kegunaan : prostat jinak dan hipertensi
Pemerian : Putih atau sedikit kuning, bubuk kristal.
Kelarutan : Sedikit larut dalam air; sangat sedikit larut dalam
alkohol; sedikit larut dalam metil alkohol; praktis tidak
larut dalam aseton. Larutan 2% dalam air memiliki
Sebuah pH dari 3.0 hingga 5.0.
Penyimpanan : Melindungi dari cahaya. Simpan pada wadah kedap udara
pada suhu antara 20° dan 25 °C.
Tugas Kompetensi Khusus 11. Menyiapkan lembar kerja, menghitung
kebutuhan bahan dan peralatan, dan memastikan ketersediaan bahan dan
peralatan di tempat kerja.
Tiap Terazosin tablet 5 mg mengandung
Terazosin 5.5 g
Ludipress 94.0 g
Magnesium stearat 1.0 g
Perhitungan bahan tiap tablet 5 mg dan tiap batch (1000 tablet)
Konsentrasi Jumlah Per Jumlah Per
No Nama Bahan
(%) Tablet (mg) Batch (g)

1 Terzazosin 5,48 % 5.5 5.5

2 Ludipress 93,53 % 94.0 94.0

3 Magnesium Stearat 0,99 % 1.0 1.0

Total 100 % 100.5 100,5

 Lembar Kerja perhitungan bahan


1. Terazosin
5,5 g
¿ ×100 %
100,5
¿ 5,47 %
2. Ludipress
94.0 g
¿ ×100 %
100,5
¿ 93,53 %
3. Magnesium stearat
1.0 g
¿ ×100 %
100,5
¿ 0.99 %
LEMBAR CEKLIST KETERSEDIAAN BAHAN BAKU

N Nama Barang Ada Tidak ada


O

1 Rifampisin  -

2 Ludipress  -

3 Magnesium Stearat  -

LEMBAR CEKLIST KETERSEDIAAN PERALATAN

No Nama Barang Ada Tidak ada

1 Timbangan √

2 Ayakan √

3 Mesin Cetak √

Tugas Kompetensi Khusus 12. Menyiapkan bahan, peralatan dan ruang


untuk pembuatan sediaan farmasi sesuai kebutuhan
 Bahan yang digunakan ( Generic Drug Formulation)
Adapun bahan yanng digunakan yaitu Terazosin 5.5 g, Ludipress 94.0 g,
Magnesium stearat 1.0 g
 Peralatan yang digunakan
Alat yang digunakan diantaranya yaitu timbangan, Ayakan, Mesin pencetak
tablet.
 Ruang pembuatan (BPOM, 2018)
Produk yang diproduksi merupakan produk nonsteril, sehingga untuk
spesifikasi ruang pembuatan di lakukan di ruangan kelas E.Kelas E adalah
kelas kebersihan ruang untuk pengolahan produk nonsteril, dimana persyaratan
jumlah maksimum partikulat udara pada kondisi nonoperasional adalah
3.520.000 partikel/m3 untuk partikel ukuran ≥ 0,5 μm dan 29.000 untuk
partikel ukuran ≥ 5 μm. Jumlah maksimum mikroba udara ditetapkan oleh
industri berdasar kajian risiko dari jenis sediaan yang ditangani misal cair,
krim, padat.

Tugas Kompetensi Khusus 13. Membuat sediaan farmasi steril dan/atau non-
steril menggunakan teknik yang tepat sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Pembuatan tablet dilakukan pada ruangan kelas E yang terlebih dahulu
memastikan alat dan bahan telah memnuhi persyaratan. Tablet dibuat dengan
metode Kempa Langsung.
1. Dilakukan penimbangan bahan baik zat aktif maupun bahan tambahan.
2. Lakukan pencampuran semua bahan
3. Ayak bahan menggunakan ayakan
4. Cetak tablet menggunakan mesin pencetak tablet dengan kekuatan pencetakan
medium
5. Lakukan pemeriksaan mutu baik produk ruahan, antara dan produk jadi dari
tablet.

Tugas Kompetensi Khusus 14. Melakukan pengujian mutu selama proses


produksi, produk antara, dan produk akhir
Pengujian produk ruahan antara lain :
1. Uji pH
Larutan diukur pH nya dengan pH meteryang sudah distandarisasi
(Sudarmadji,1984). Ukur dengan pH meter dan catat pHyang ditunjukkan.
Hasil pengukuranmenunjukan target pH pada kulit, yaitu 4,5– 6,5 (Naibaho,
2013).
2. Homogenitas
Tujuan : Menjamin distribusi bahan aktif yang homogen.
Prinsip : Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok harus menunjukkan susunan yang homogen.
Penafsiran hasil : Distribusi bahan aktif pada lapisan sediaan di permukaan
kaca terlihat merata (homogen).
3. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan secara visual dan dilihat secara langsung bentuk,
warna,bau, dari sediaan yang di buat(Ansel,1998).

Menurut Teknologi Sediaan Solid, 223-224


1. Kadar Lembab
Perlu dilakukan uji kadar lembab supaya mengetahui kandungan air yang
terdapat didalam granul, Anda sudah mengetahui jika granul masih tinggi
kadar airnya, maka tablet akan mudah terkontaminasi mikroorganisme,
sementara jika kadar air dalam granul menjadi nol (0), maka tablet akan
menjadi rapuh, mudah pecah menjadi serbuk. Untuk menguji kadar lembab
dapat menggunakan alat Moisture analyzer, namun jika tidak memiliki alat
tersebut, dapat dilakaukan menggunakan hitung susut pengeringan seperti
tertera dalam farmakope Indonesia.
Caranya : Timbang seksama 5,0 g granul, panaskan dalam lemari
pengering sampai bobot konstan ( 105o C ) selama 2 jam
W 0−W 1
Perhitungan ¿ x 100%
W1
Keterangan : (Wo = Bobot granul awal) (W1 = Bobot setelah
pengeringan)
Alat yang digunakan untuk melakukan uji kadar lembab terhadap
granul/massa cetak adalah berupa Oven
2. Sifat Alir
Alat yang digunakan untuk melakukan metoda uji waktu alir adalah
dengan metoda corong.Dimana corong dipasangkan pada statif yang
ditempatkan dengan ketinggian tertentu.

Untuk melakukan uji waktu air menggunakan alat yang dikatakan


sebagai metoda corong dilakukan dengan cara adalah berikut :
a. Timbang 100 gram granul yang sudah ditambahkan komponen luar
(granulasi basah) atau massa cetak (cetak langsung).
b. Masukkan kedalam corong dengan ukuran tertentu yang bagian
bawahnya (yaitu kran) tertutup.
c. Siapkan stopwatch. Alat dijalankan dengan membuka kran,
kemudian catat waktu yang diperlukan seluruh granul untuk melalui
corong tersebut dengan menggunakan stopwatch tersebut.
d. Waktu alir granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan
kurang lebih atau sama dengan 10 detik untuk 100 gram granul.
Dengan demikian kecepatan alir yang baik adalah tidak lebih besar
dari 10 gram/detik.
e. Dapat pula menggunakam granul 25 gram. Jika menggunakan 25
gram granul, maka waktu alir granul adalah 2,5 detik.
3. Persen Kompresibilitas
Kerapatan bulk adalah ukuran yang digunakan untuk menyatakan
segumpalan partikel atau granul. Volume gumpalan dapat ditentukan
dengan alat seperti gelas ukur yang ditancapkan di atas alat pengetuk
mekanik yang mempunyai cara pemotong yang berputar. Sejumlah berat
tertentu ditambahkan hat-hati ke dalam silinder dengan bantuan
corong.Volume awal dicatat, kemudian di ketuk-ketuk sampai tidak
terjadi lagi pengurangan volume. Harus digunakan sejumlah ketukan
yang cukup menjamin hasil pengulangan yang sama dari bahan yang
ingin diperiksa. Dari kerapatan bulk dapat diperoleh persen
kompresibilitas di bawah ini :
V 0−V 1
% kompresibilitas ¿ x 100%
V1
Keterangan : Vo = Volume awal granul V1 = Volume granul setelah
diketukkan

Alat : Jouling Volumeter

Cara :
a. Masukkan granul ke dalam gelas ukur sebanyak 100 ml.
b. Pasang gelas ukur pada alat.
c. Volume awal dicatat, kemudian ketuk atau hidupkan alat sampai tidak
terjadi pengurangan volume.
d. Catat volume akhir.
e. Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya

TABLET
1) Keseragaman Bobot
timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu
persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan
kolom B.
Tabel 3 berikut memperlihatkan penyimpangan bobot rata-rata terhadap
tablet.

Adapun cara melakukan uji keseragaman terhadap bobot tablet


menggunakan timbangan analitik adalah sebagai berikut.
a. Pilih 20 tablet.
b. Timbang 20 tablet tersebut.
c. Timbang satu persatu.
d. Hitung bobot rata-ratanya.
e. Hitung persen penyimpangan tiap-tiap tablet dengan cara:
W 0−W 1
% Penyimpangan ¿ Selisih x 100%
W1
Keterangan: Wo = bobot rata-rata W1 = bobot tablet
f. Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyiampangan
lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tabletpun yang
mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B
2) Waktu Hancur
Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan disintegratin
tester (disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI
adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15
menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk
tablet salut gula/salut selaput. Apabila, tablet tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16
dari 18 yang diuji harus hancur sempurna
Alat : Disintegration tester

a. Siapkan aquadest dengan suhu 37oC sebanyak + 650 ml


b. Masukkan ke dalam beaker 1 liter
c. Pasang beaker pada alat
d. Pasang keranjang.
e. Masukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu
masukkan satu cakram pada tiap tabung
f. Alat dijalankan menggunakan air bersuhu 370 ± 20C sebagai media.
g. Alat dihentikan apabila semua tablet sudah hancur.
h. Catat waktu yang dibutuhkan tablet untuk seliuruh tablet hancur
i. Angkat keranjang.
j. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya. Tidak kurang
16 dari 18 tablet yang diuji harus sempurna
Persyaratan : Kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut dan tidak lebih dari 60
menit untuk tablet salut selaput.
Tablet efferfescent ≤ 5 menit

3) Kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada
saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip
pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet
retak atau pecah, kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4
kg/cm3. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta
tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan
mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan pengapalan.
Cara : Ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan.
Hitung rata-rata dan SD
Persyaratan :Ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2,
maksimal 10 kg/ cm2
4) Keseragaman Ukuran
Ketebalan tablet dapat diukur memakai jangka sorong yang melengkung.
Ketebalan harus terkontrol agar dapat diterima oleh konsumen dan
memudahkan dalam pengemasan (Lachman, dkk, 1994). Kecuali
dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang
dari 1 ⅓ tebal tablet
Alat : Jangka Sorong
Cara :
a. Ambil 20 tablet, dapat juga menggunakan hanya 10 tablet.
b. Ukur diameter dan tebal tablet satu persatu.
c. Lihat syarat keseragaman ukuran tablet.
d. Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1⅓ tebal tablet.
Persyaratan :Menurut F I edisi III, kecuali dinyatakan lain, tidak lebih
dari 3x diameter tablet dan tidak kurang dari 1 1/3 x tebal tablet
5) Uji Kerapuhan
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan
penyimpanan. Uji kerapuhan ini disebut juga dengan uji kerenyahan.
Kerenyahan atau friabilitas adalah cara lain untuk mengukur kekuatan
tablet. Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih, dan pecah-pecah
pada penanganannya, akan kehilangan keelokannya serta konsumen
enggan menerimanya dan dapat menimbulkan variasi pada berat dan
keseragaman isi tablet.
Alat : Friabilator

Cara :
a. Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil.
b. Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil) =
Wo.
c. Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4
menit dengan kecepatan 25 rpm.
d. Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas
kecil.
e. Ditimbang bobot tablet = Wf.
f. Hitung persen kerapuhan.
W 0−W f
% kerenyahan ¿ x 100%
Wf
W0 = Bobot awal, W f = Bobot setelah pengujian
Persyaratan : Nilai F dinyatakan baik jika < 1 %, jika F > 1 %, maka
tablet dapatdiperbaiki dengan cara meningkatkan/menambah kekerasan
tablet
6) Disolusi (Farmakope V, hal 187)
Disolusi Prosedur untuk gabungan sampel
Media disolusi: 900 ml air.
Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 45 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H11NO3.HCl yang terlarut
seperti tertera pada Penetapan kadar tablet vitamin yang larut dalam air,
yaitu niasin atau niasinamida, piridoksin hidroklorida, riboflavin, tiamin
dengan mengukur serapan alikuot, jika perlu encerkan dengan Media
disolusi, dan serapan larutan baku Piridoksin Hidroklorida BPFI dalam
media yang sama. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C8H11NO3.HCl dari jumlah yang tertera pada etiket.

Tugas Kompetensi Khusus 15. Memastikan kesesuaian mutu produk dengan


spesifikasi yang ditetapkan dan menetapkan kelayakan produk
Menurut Generik Drug Formulation
Adapun spesifikasi untuk tablet Terazosin % mg yaitu :
1. Berat : 97,6 mg
2. Diameter : 6 mm
3. Kekerasan : 105 N
4. Waktu hancur : 5 menit
5. Kerapuhan : <0,1%
6. Disolusi 5 menit : 41 %
10 menit : 97 %
20 menit : 100 %
Tugas Kompetensi Khusus 16. Mendokumentasikan data/informasi terkait
proses pembuatan dan pengujian mutu produk secara bertanggung jawab
PENGKAJIAN MUTU PRODUK (HAL.16)
1.10 Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua
obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan
konsistensi proses, kesesuaian dengan spesifikasi bahan awal, bahan pengemas
dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang
diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala
biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan
hasil kajian ulang sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit:
a) kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk
produk, terutama yang dipasok dari sumber baru; khususnya pengkajian
ketertelusuran rantai pasokan bahan aktif obat;
b) kajian terhadap pengawasan selama-proses kritis dan hasil pengujian
produk jadi;
c) kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan dan investigasi yang dilakukan;
d) kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian mutu yang
signifikan, investigasi terkait yang dilakukan dan efektivitas hasil tindakan
korektif dan pencegahan;
e) kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau
metode analisis;
f) kajian terhadap variasi Izin Edar yang diajukan, disetujui atau ditolak
termasuk dokumen registrasi untuk produk ekspor;
g) kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang
tidak diinginkan;
h) kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat
terkait mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan;
i) kajian kelayakan tindakan korektif sebelumnya terhadap proses produk
atau peralatan;
j) kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru
mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran;
k) status kualifikasi peralatan dan sarana penunjang kritis yang relevan misal
sistem tata udara (HVAC), sistem pengolahan air, gas bertekanan, dan
lain-lain; dan
l) kajian terhadap ketentuan teknis kontrak pembuatan obat sebagaimana
diuraikan dalam Kontrak di Bab 11 Kegiatan Alih Daya untuk memastikan
tetap mutakhir.
1.11 Industri farmasi dan Pemegang Izin Edar apabila berbeda, hendaklah
mengevaluasi hasil pengkajian dan penilaian apakah tindakan korektif dan
pencegahan atau validasi ulang yang telah dilakukan sesuai dengan yang
ditetapkan Sistem Mutu Industri Farmasi. Hendaklah disiapkan prosedur
manajemen untuk pengelolaan secara berkesinambungan dan pengkajian atas
tindakan ini. Efektivitas dari prosedur ini diverifikasi saat pelaksanaan inspeksi
diri. Pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misal sediaan
padat, sediaan cair, produk steril, d.l.l. yang dijustifikasi secara ilmiah.

PENGKAJIAN MUTU PRODUK (CPOB 12, HAL 19)


1.5 Pengkajian Mutu Produk (PMP) dilakukan secara berkala, umumnya
dilakukan tiap tahun dan dituangkan dalam dokumen PMP. Bagian Pemastian
Mutu, yang dibantu oleh Bagian Pengawasan Mutu dan Bagian Produksi,
bertanggung jawab untuk melaksanakan PMP . PMP hendaklah dilakukan untuk
tiap produk berdasarkan pengkajian risiko untuk menetapkan prioritas produk
yang dikaji.
Lihat Contoh:
 Protap Pengkajian Mutu Produk (PMP) , Lampiran 1.5a; dan
 Format Laporan Pengkajian Mutu Produk (PMP) beserta data tren analisis,
Lampiran 1.5b.
PMP mencakup pengkajian data dan penilaian terhadap tindak lanjut
berupa perbaikan, pencegahan atau revalidasi jika diperlukan. Batas waktu dan
penanggung jawab untuk pelaksanaan tindak lanjut tersebut hendaklah ditetapkan.
Pelaksanaan sistem PMP ini perlu dikelola dengan baik dan dibuktikan melalui
inspeksi diri. Dalam hal pembuatan obat berdasarkan kontrak, penanggung jawab
pelaksana PMP hendaklah dijabarkan dalam suatu Kesepakatan Teknis oleh kedua
pihak terkait.
CONTOH DOKUMEN ADA DI CPOB 2012 HAL 34 – 50
DOKUMEN ADA DI CPOB

2012 HAL 34 – 50
Tugas Khusus Kompetensi 17. Menjelaskan prinsip manajemen mutu :
penjaminan mutu (QA) & pengawasan mutu (QC).
1. Pengawasan Mutu (CPOB, hal. 15) / Pengawasan Mutu bab 7 (QC)
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta mencakup organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan. Bahan tidak boleh diluluskan untuk
digunakan dan produk tidak boleh diluluskan untuk dijual atau didistribusi
sampai mutunya dinilai memuaskan.
Prinsip dasar Pengawasan Mutu adalah :
a. Fasilitas memadai, personel terlatih dan tersedia prosedur yang disetujui
untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu
untuk pemantauan kondisi lingkungan sesuai tujuan CPOB.
b. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personel yang ditetapkan dan
menggunakan metode yang disetujui; metode pengujian telah tervalidasi.
c. Pencatatan dilakukan secara manual dan/atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan
dalam prosedur pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian benar-
benar telah dilaksanakan. Tiap penyimpangan dicatat lengkap dan
diinvestigasi;
d. Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau Persetujuan
Uji Klinik, memiliki derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas
dalam wadah yang sesuai dan pelabelan
yang benar;
e. Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang secara
formal dinilai terhadap spesifikasi; dan
f. Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah
yang cukup sesuai Aneks 11 Sampel Pembanding dan Sampel Pertinggal,
untuk pengujian ulang di kemudian hari bila perlu. Sampel produk jadi
disimpan dalam kemasan akhir.
2. Pemastian Mutu (QA) (CPOB, 12; Hal 9)
Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat hendaklah
memastikan bahwa ;
a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memerhatikan persyaratan CPOB.
b. Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan
CPOB diterapkan.
c. Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan.
d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan
bahan awal dan pengemas yang benar.
e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama proses
lain serta dilakukan validasi.
f. Pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan
dan pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan
pelulusan untuk distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi
semua faktor yang relevan termasuk kondisi produksi, hasil pengujian
selama proses, pengkajian dokumen pembuatan (termasuk pengemasan),
pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan
persyaratan dari spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam
kemasan akhir.
g. Obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan
dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar
dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan
mutu dan pelulusan produk.
h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa sedapat
mungkin produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat.
i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala
mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu.
j. Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan.
k. Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat.
l. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada
mutu produk.
m. Prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui.
n. Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses
dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
- Menurut CPOB, 2018; Hal 20
Tugas Kepala Pemastian Mutu dijelaskan dalam persyaratan nasional sebagai
berikut :
a. Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu.
b. Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu
perusahaan.
c. Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala.
d. Mmelakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu.
e. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok).
f. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi.
g. Memastikan pemenuhan persyaratan teknik dan/atau peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu
produk jadi.
Tanggung jawab utama unit mutu yang independen tidak boleh
didelegasikan. Tanggung jawab tersebut hendaklah dijelaskan secara tertulis
dan hendaklah mencakup namun tidak perlu terbatas pada :
a. Meluluskan atau menolak BAO. Meluluskan atau menolak produk antara
untuk penggunaan di luar pengawasan perusahaan pembuat.
b. Mengadakan suatu sistem untuk meluluskan atau menolak bahan baku,
produk antara, bahan pengemas dan label.
c. Mengkaji catatan bets produksi dan catatan laboratorium pengawasan
mutu yang telah selesai terutama pada tahap proses kritis sebelum
pelulusan BAO untuk distribusi.
d. Memastikan bahwa penyimpangan kritis diselidiki dan diselesaikan.
e. Menyetujui semua spesifikasi dan prosedur produksi induk.
f. Menyetujui semua prosedur yang berdampak terhadap mutu produk antara
atau BAO.
g. Memastikan audit internal (inspeksi diri) dilakukan; menyetujui pabrik
pembuat produk antara dan BAO berdasarkan kontrak.
h. Menyetujui perubahan yang berpotensi memengaruhi mutu produk antara
atau BAO.
i. Mengkaji dan menyetujui protokol dan laporan validasi.
j. Memastikan bahwa keluhan yang berkaitan dengan mutu diselidiki dan
diselesaikan.
k. Memastikan bahwa sistem yang efektif digunakan untuk perawatan dan
kalibrasi peralatan kritis.
l. Memastikan bahwa bahan diuji dengan tepat dan hasil uji dilaporkan.
m. Memastikan ketersediaan data stabilitas yang sesuai untuk mendukung
pengujian ulang atau tanggal kedaluwarsa dan kondisi penyimpanan BAO
dan/atau produk antara.
n. Melakukan pengkajian mutu produk.
Tugas Kompetensi Khusus 18 : Menjelaskan prinsip manajemen resiko mutu
(quality risk management) (Menurut CPOB 2018)
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian, komunikasi dan pengkajian risiko terhadap mutu obat.
Proses ini dapat diaplikasikan baik secara proaktif maupun retro spektif.
Prinsip Manajemen Risiko Mutu adalah :
a. Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara
ilmiah, pengalaman dengan proses yang sudah disetujui dan pada akhirnya
dikaitkan pada perlindungan pasien; dan
b. Tingkat upaya pengambilan tindakan, formalitas dan dokumentasi dari
proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
Tugas Kompetensi Khusus 19 : Menjelaskan pembagian klasifikasi ruangan
produksi beserta parameter dan pengukurannya
Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai dengan EN
ISO 14644-1. Klasifikasi hendaklah dibedakan dengan jelas dari pemantauan
lingkungan pada saat operasional. Jumlah maksimum partikulat udara yang
diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan adalah sebagai berikut :

- Kelas A :
Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah tutup
karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya
kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air
flow) di tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara
dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada
posisi kerja dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga
hendaklah dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih
rendah dapat digunakan pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan.
- Kelas B :
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan
latar belakang untuk zona Kelas A.
- Kelas C dan D :
Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung
risiko lebih rendah.
Untuk tujuan klasifikasi hendaklah dipakai alat penghitung partikel
portabel dengan selang pendek untuk pengambilan sampel, karena akan
terjadi presipitasi yang tinggi dari partikel >5,0 µm apabila menggunakan
sistem pengambilan sampel dari jarak jauh yang menggunakan selang yang
panjang. Dilakukan pengambilan sampel udara minimum 1 m3 per lokasi
pengambilan sampel.

Tugas Khusus Kompetensi 20. Menjelaskan Prinsip Kualifikasi Ruangan


Dan Mesin Produksi, Validasi Proses, Validasi Pembersihan Dan Validasi
Metoda Analisa
Menurut CPOB 2018 hal. 123-125 dan 421
1. Kualifikasi Ruangan
a. Kualifikasi Desain (KD)
Merupakan tindakan verifikasi yang didokumentasikan bahwa fasilitas
sistem atau peralatan yang diinstalasi atau dimodifikasi memenuhi desain
yang telah disetujui dan direkomendasi industri pembuat (427). Unsur dalam
kualifikasi peralatan, fasilitas, sarana penunjang, atau system. KD di mana
kepatuhan desain pada CPOB hendaklah dibuktikan dan didokumentasikan.
Verifikasi terhadap persyaratan spesifikasi kebutuhan pengguna hendaklah
dilakukan selama kualifikasi desain. Sesuai aturan cpob dan kesepakatan
awal direkomendasikan industri pembuatannya. Memudahkan personal
mengambil bahan atau alat yang ingin digunakan. Verifikasi memenuhi
syarat-syarat yang disetujui.
b. Kualifikasi Instalasi (KI)
Merupakan tindakan verifikasi yang didokumentasikan bahwa fasilitas,
sistem atau peralatan yang ada diinstalasi atau dimodifikasi memenuhi
desain yang telah disetujui. Kualifikasi instalasi hendaklah mencakup,
namun tidak terbatas padahal hal berikut :
- Verifikasi kebenaran instalasi komponen, instrumentasi, peralatan,
pemipaan, dan peralatan penunjang sesuai dengan gambar teknis dan
spesifikasi.
- Verifikasi kebenaran instalasi terhadap kriteria yang telah ditentukan
- Pengumpulan dan pemeriksaan dokumen instruksi kerja dan instruksi
pengoperasian serta instruksi perawatan peralatan dari pemasok.
- Kalibrasi instrumen, dan
- Verifikasi bahan konstruksi.
c. Kualifikasi Operasional (KO)
Merupakan tindakan verifikasi yang didokumentasikan bahwa seluruh
fasilitas, sistem dan peralatan yang telah dinstalasi atau dimodifikasi
berfungsi sesuai rancangan rentang operasional yang diantisipasi. KO
umumnya dilakukan setelah KI, namun bergantung pada kompleksitas
peralatan, bisa saja dilakukan sebagai kombinasi Kualifikasi
Instalasi/Operasional (KIO). KO hendaklah mencakup, namun tidak terbatas
padahal hal berikut :
- Pengujian yang dikembangkan berdasar pemahaman proses, sistem, dan
peralatan untuk memastikan sistem beroperasi sesuai desain; dan
- Pengujian untuk mengonfirmasi batas operasi atas dan batas operasi
bawah, dan/atau kondisi "terburuk".
Penyelesaian KO yang berhasil hendaklah digunakan untuk memfinalisasi
prosedur operasional dan prosedur pembersihan, pelatihan operator, dan
persyaratan perawatan preventif.
d. Kualifikasi Kinerja (KK)
Merupakan tindakan verifikasi yang didokumentasikan bahwa fasilitas,
sistem dan perlatan dapat berfungsi secara efektif dan berulang berdasarkan
metode proses dan spesifikasi produk. KK umumnya dilakukan setelah KI
dan KO berhasil. Namun, mungkin dalam beberapa kasus, pelaksanaannya
bersamaan dengan KO atau Validasi Proses. KK hendaklah mencakup,
namun tidak terbatas padahal hal berikut :
- Pengujian dengan menggunakan bahan yang dipakai di produksi, bahan
pengganti yang memenuhi spesifikasi, atau produk simulasi yang terbukti
mempunyai sifat yang setara pada kondisi operasional normal dengan
ukuran bets kondisi terburuk. Hendaklah dilakukan justifikasi terhadap
frekuensi pengambilan sampel yang digunakan untuk mengonfirmasi
pengendalian proses; dan
- Pengujian hendaklah mencakup rentang operasional proses yang
diinginkan, kecuali jika tersedia bukti terdokumentasi dari tahap
pengembangan yang telah mengonfirmasikan rentang operasional.
e. Kualifikasi Ulang
Merupakan evaluasi terhadap peralatan, fasilitas, sarana penunjang dan
sistem secara berkala untuk memastikan bahwa status kualifikasi tetap
terkendali. Kualifikasi ulang dilakukan pada periode tertentu, periode yang
dijustifikasi dan kriteria untuk evaluasi ditetapkan. Selanjutnya
kemungkinan perubahan kecil dari waktu ke waktu hendaklah dinilai
2. Validasi
a. Validasi Proses
Merupakan tindakan yang didokumentasikan bahwa proses yang
dilaksanakan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat secara efektif dan
berulang menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut
mutu yang ditetapkan.
Validasi proses hendaklah menetapkan semua atribut mutu dan parameter
proses yang dianggap penting dipastikan terkendali dan mutu produk
memenuhi persyaratan dan dipenuhi secara konsisten oleh proses tersebut
hendaklah didokumentasikan dengan jelas dan mempertimbangkan hasil
penilaian resiko.
 Validasi proses produk baru hendaklah mencakup semua kekuatan produk
yang akan dipasarkan dan lokasi pembuatan. Bracketing dapat
dijustifikasi untuk produk baru berdasarkan pengetahuan proses yang
ekstensif dari tahap pengembangan bersamaan dengan program
verifikasion-going yang sesuai.
 Untuk validasi proses produk yang ditransfer dari satu lokasi ke lokasi lain
atau pindah fasilitas dalam lokasi yang sama, pendekatan bracketing
dapat mengurangi jumlah bets validasi. Namun, pengetahuan produk
yang sudah diproduksi, termasuk isi dari validasi sebelumnya hendaklah
tersedia. Kekuatan, ukuran bets dan ukuran kemasan/jenis wadah yang
berbeda juga dapat menggunakan pendekatan bracketing jika telah
dijustifikasi.
 Proses pembuatan dan pengendalian produk yang ditransferkelokasi Lain
harus sesuai dengan Izin Edar dan memenuhi standar Izin Edar terkini
untuk jenis produk tersebut. Variasi terhadap Izin Edar hendaklah
diserahkan sesuai ketentuan yang berlaku.
 Validasi proses hendaklah menetapkan bahwa semua atribut mutudan
parameter proses yang dianggap penting untuk memastikan keadaan
terkendali dan mutu produk yang memenuhi persyaratan dapat dipenuhi
secara konsisten oleh proses tersebut. Dasar penetapan parameter proses
dan atribut mutu yang kritis atau tidak kritis hendaklah
didokumentasikan dengan jelas, dengan mempertimbangkan hasil
penilaian risiko.
 Pada umumnya bets yang diproduksi untuk validasi proses hendaklah
berukuran sama dengan bets yang di maksudkan untuk skala komersial
dan penggunaan ukuran bets lain hendaklah dijustifikasi.
 Peralatan, fasilitas, sarana penunjang, dan sistem yang digunakan untuk
validasi proses hendaklah sudah dikualifikasi. Metode pengujian
hendaklah divalidasi sesuai tujuan penggunaannya.
 Pendekatan apa pun yang digunakan untuk semua produk, pemahaman
proses dari situ dipengembangan atau sumber lain hendaklah dapat di
akses oleh bagian pembuatan, kecuali jika adajustifikasi lain dan
menjadi pedoman untuk aktivitas validasi.
 Pada pelaksanaan bets validasi, personel dari bagian produksi,
pengembangan, atau penanggung jawab transfer dari kedua pihak perlu
dilibatkan. Semua bets hendaklah dibuat oleh personel yang mendapat
pelatihan sesuai persyaratan CPOB menggunakan dokumen yang telah
disetujui. Diharapkan personel produksi terlibat dalam pembuatan bets
validasi untuk memudahkan pemahaman produk.
 Pemasok bahan awal dan pengemas kritis hendaklah dikualifikasi sebelum
bets validasi mulai diproduksi. Jika tidak, hendaklah dibuat justifikasi
berbasis prinsip manajemen risiko mutu yang di dokumentasikan.
 Ketersediaan pengetahuan proses, yang mendasari justifikasi design space
dan pengembangan model matematis (jika digunakan), sangat penting
untuk memastikan strategi pengendalian proses.
 Jika bets validasi akan dipasarkan, hendaklah ditetapkan lebih dulu
prosedur pelulusan bets validasi. Kondisi produksi hendaklah
sepenuhnya memenuhi persyaratan CPOB, kriteria keberterimaan
validasi, dan kriteria verifikasi proses kontinu (jika digunakan), serta
sesuai dengan dokumen Izin Edar atau dokumen uji klinik yang disetujui
b. Validasi pembersihan
- Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk mengonfirmasi
efektivitas prosedur pembersihan peralatan yang kontak dengan produk.
Bahan simulasi dapat digunakan dengan justifikasi ilmiah yang sesuai.
Bila peralatan sejenis dikelompokkan bersama, dibutuhkan justifikasi
untuk menentukan peralatan yang akan divalidasi.
- Validasi hendaklah mempertimbangkan tingkat otomatisasi pada proses
pembersihan. Jika proses otomatis digunakan, rentang operasi normal
yang ditetapkan dari sarana penunjang dan peralatan hendaklah di
validasi.
- Untuk semua proses pembersihan, penilaian hendaklah dilakukan untuk
menentukan faktor-faktor variabel yang memengaruhi efektivitas dan
kinerja pembersihan, misal operator, tingkat kerincian prosedur
pembersihan seperti waktu pembilasan dll. Jika faktor variable telah di
identifikasi, situasi terburuk hendaklah digunakan sebagai dasar untuk
studi validasi pembersihan.
- Batasan residu produk sebelumnya hendaklah di dasarkan pada evaluasi
toksikologi. Justifikasi untuk batasan yang dipilih hendaklah
didokumentasikan dalam penilaian risiko yang mencakup semua
referensi pendukung. Hendaklah ditetapkan batas keberterimaan untuk
sisa bahan pembersih yang digunakan. Kriteria keberterimaan hendaklah
memertimbangkan potensi efek kumulatif dari beberapa peralatan dalam
rangkaian peralatan proses (equipment train).
- Jika tidak mampu untuk menguji residu produk tertentu, parameter lain
yang mewakili dapat dipilih, mis. Total karbonorganik (TOC) dan
konduktivitas.
- Risiko yang ditimbulkan oleh kontaminasi mikroba dan endotoksin
hendaklah dipertimbangkan selama penyusunan protocol validasi
pembersihan.
- Untuk membuktikan bahwa metode pembersihan telah tervalidasi,
prosedur pembersihan hendaklah diulang beberapa kali berdasarkan
penilaian risiko dan memenuhi criteria keberterimaan.
- Bila proses pembersihan tidak efektif atau tidak sesuai untuk beberapa
peralatan, hendaklah digunakan peralatan yang dikhususkan atau
tindakan lain yang sesuai untuk tiap produk.
- Pengaruh waktu antara pembuatan dan pembersihan dan waktu antara
pembersihan dan penggunaan hendaklah diperhitungkan untuk
menentukan waktu tunggu kotor/dirty hold time dan waktu tunggu
bersih/clean hold time untuk proses pembersihan.

c. Validasi MetodaAnalisa
Tujuan validasi metode analisa adalah untuk mengetahui bahwa metode
analisis sesuai tujuan penggunaannya.
Jenis metode analisa yang di validasi : uji identifikasi, uji kuantitatif
kandungan impuritas, uji batas impuritas dan uji kuantitatif zat aktif dalam
sampel bahan atau obat atau komponen tertentu dalam obat.
- Semua metode analisis yang digunakan dalam kualifikasi, validasi, atau
pembersihan hendaklah divalidasi dengan batas deteksi dan kuantifikasi
yang tepat, jika perlu.
- Jika pengujian mikroba dilakukan, metode analisis hendaklah divalidasi
untuk memastikan bahwa produk tidak memengaruhi perolehan kembali
mikroorganisme.
- Bila pengujian mikroba permukaan dilakukan di ruang bersih, hendaklah
dilakukan validasi pada metode analisis untuk memastikan bahwa bahan
sanitasi tidak memengaruhi perolehan kembali mikroorganisme.

Tugas Kompetensi Khusus 21 Tentang Menjelaskan Prinsip Kalibrasi Mesin


Produksi
Prinsip Kalibrasi
Suatu tindakan pada kondisi tertentu untuk menentukan tingkat kesamaan nilai
yang diperoleh dari sebuah alat atau sistem ukur atau nilai yang di representasikan
dari pengukuran bahan dan membandingkannya dengan nilai yang telah diketahui
dari suatu acuan standar pada kondisi tertentu.
a. Peralatan untuk pengendalian, penimbangan, pengukuran, pemantauan dan
pengujian yg kritis untuk memastikan mutu produk antara atau BAO hendaklah
dikalibrasi sesuai dengan prosedur tertulis dan jadwal yang ditetapkan.
b. Kalibrasi peralatan hendaklah dilakukan dengan menggunakan standar yang
dapat ditelusur terhadap standar yang tersertifikasi, jika ada.
c. Catatan kalibrasi tersebut hendaklah disimpan.
d. Status kalibrasi terkini untuk peralatan kritis hendaklah diketahui dan dapat
diverifikasi.
e. Instrumen yang tidak memenuhi criteria kalibrasi tidak boleh digunakan.
Penyimpangan dari standar kalibrasi yang telah disetujui untuk instrument
kritis hendaklah diselidiki untuk menentukan apakah hal tersebut kemungkinan
dapat berdampak pada mutu produk antara atau BAO yang dibuat
menggunakan alat tersebut sejak kalibrasi terakhir

Tugas Khusus Kompetensi 22. Menjelaskan Prinsip Inspeksi Diri, Audit, Dan
Pembuatan Corrective Action & Preventive Action (Capa)
INSPEKSI DIRI (Menurut CPOB 2018 Hal, 92)
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
objektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin (inspeksi diri yang
menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu) kali Dalam setahun) dan, di
samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan obat jadi
atau terjadi penolakan yang berulang. Semua hasil inspeksi diri hendaklah
dicatat/di dokumentasikan. Dengan melakukan inspeksi diri dapat diketahui
kekurangan atas pemenuhan CPOB,baik yang kritis, yang berdampak besar
maupun yang berdampak kecil.
AUDIT MUTU (Menurut CPOB 2018 Hal, 92)
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga
dapat diperluas terhadap Pemasok dan penerima kontrak.
CORRECTIVE ACTION & PREVENTIVE ACTION (CAPA)(BPOM :
PetunjukPelaksanaan Cara DistribusiObat Yang Baik 2015 Hal. 298)
CAPA adalah Corrective Action and Preventive Action (Tindakan
Perbaikan/Korektif dan Tindakan Pencegahan).
- Tindakan pencegahan adalah tindakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian yang potensial atau situasi potensial lain yang tidak
dikehendaki. Bertujuan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian (yang saat
ini belum terjadi.
- Tindakan perbaikan (tindakan korektif) adalah tindakan menghilangkan
penyebab ketidaksesuaian yang ditemukan atau situasi yang tidak
dikehendaki. Bertujuan untuk mencegah terulangnya suatu ketidaksesuaian
yang sudah pernah terjadi.
Dalam proses pembuatan CAPA terdapat 7 proses yang dapat digunakan yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah atau ketidaksesuaian atau potensi masalah.
b. Melakukan investigasi untuk menentukan penyebab masalah.
c. Mengevaluasi alternatif tindakan perbaikan atau pencegahan yang akan
dilakukan.
d. Menetapkan tindakan perbaikan atau pencegahan yang tepat.
e. Melaksanakan dan memantau tindakan perbaikan atau pencegahan.
f. Record hasil tindakan perbaikan atau pencegahan yang dilakukan.
g. Review efektivitas tindakan perbaikan atau pencegahan yang dilakukan.
Tugas Kompetensi Khusus 23. Menjelaskan Prinsip Penanganan Keluhan
Dan Obat Kembalian
Menurut BPOM: Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, 2006 hal. 89
PRINSIP :
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila
ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap
kesehatan. Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan
penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan keindustri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,
kadaluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat
menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang
bersangkutan.

KELUHAN
• Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani
keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang
memadai untuk membantunya
• Laporan dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh:
1. Keluhan mengenai mutu : kerusakan fisik, kimiawi atau biologis dari produk
atau kemasannya;
2. Keluhan karena reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal
atau reaksi hampir fatal dan reaksi medis lain; dan
3. Keluhan mengenai efek terapetik produk seperti produk tidak berkhasiat
• Tiap laporan dan keluhan hendaklah diselidiki dan dievaluasi secara
menyeluruh mencakup:
1. Pengkajian seluruh informasi mengenai keluhan;
2. Pengujian sampel obat yang dikeluhkan serta, pengujian sampel pertinggal
dari bets yang sama;
3. Pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, distribusi
dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan.
• Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk menetapkan apakah keluhan
disebabkan oleh pemalsuan.
• Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan
mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut ini
mencakup:
1. Tindakan perbaikan bila diperlukan;
2. Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang ber-sangkutan;
dan
3. Tindakan lain yang tepat.
• Catatan keluhan hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal
yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan perhatian
dan kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran.

PRODUK KEMBALIAN
Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan,
penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah
dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian
dapat dikategorikan sebagai berikut:
a) Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan kedalam persediaan;
b) Produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan
c) Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang.
Prosedur hendaklah mencakup:
a) Identifikasi & catatan mutu produk kembalian;
b) Penyimpanan produk kembalian dalam karantina;
c) Penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian
Pengawasan Mutu;
d) Evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan apakah produk
dapat diproses ulang atau tidak; dan
e) Pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan ulang.

Tugas Kompetensi Khusus 24. Menjelaskan Persyaratan Higienis dan


Pelatihan Karyawan
HIGIENE PERORANGAN
(CPOB 2018 hal. 17 dan 231)
• Semua personel hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat proses
perekrutan Sesudah pemeriksaan kesehatan awal, hendaklah dilakukan
pemeriksankesehatan kerja dan kesehatan personel bila diperlukan.
• Hendaklah diambil tindakan untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang
berpenyakit menular atau memiliki lesi terbuka pada tubuh terlibat dalam
pembuatan obat.
• Setiap orang yang memasuki area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian
pelindung sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.
• Makan, minum, mengunyah atau merokok, atau menyimpan makanan,
minuman, bahan merokok atau obat-obatan pribadi di area produksi dan area
gudang hendaklah dilarang. Secara umum, hendaklah dilarang melakukan
kegiatan yang tidak higienis di dalam area pembuatan atau diarea lain yang
dapat memengaruhi mutu produk.
• Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan
produk yg terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan
produk.
• Personel hendaklah di instruksikan supaya menggunakan sarana cuci tangan.
• Kontak langsung antara tangan operator dan produk darah hendaklah
dihindarkan
Melakukan praktik kebiasaan non higienis / buruk seperti :
• Membersihkan hidung atau telinga dengan jari tangan;
• Menggaruk kepala;
• Tidak mematuhi prosedur mencuci tangan sebelum memasuki area pembuatan;
• Tidak mematuhi prosedur mencuci tangan sesudah dari toilet;
• Tidak mematuhi prosedur pemakaian tutup kepala sebelum memasuki ruangan
produksi;
• Bersin tanpa ditutup dengan masker atau tidak keluar dari ruangan pengolahan;
dan mengunyah, makan, minum atau merokok.

Sanitasi Bangunan-Fasilitas
Limbah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Limbah hendaklah dikumpulkan dalam
wadah penampung yg sesuai untuk disingkirkan ke lokasi pengumpulan di luar
bangunan dan dmusnahkan dengan metode yang aman dan saniter secara teratur
dalam interval waktu pendek (CPOB 2018, hal. 231)
Hendaklah disediakan toilet untuk pria dan wanita yg terpisah. Oleh karena
persyaratan higienis bagi personil produksi, yaitu yang bekerja di area kelas
kebersihan lebih tinggi dan relative lebih ketat, letak toilet tersebut hendaklah
diarea loker sebelum masuk ke ruang ganti pakaian bersih untuk masuk ke area
produksi (POPP-03/CPOB/2013 hal 126)
Menurut POPP-03/CPOB/2013 hal 126
Hendaklah disediakan tmpat cuci tangan yang cukup bagi personil, yang
dilengkapi dengan antara lain : air kran, sabun antiseptik (misal yang mengandung
kloroksilenol 0,5% b/b) atau sabun cair, dan alat pengering tangan.
Sarana penyimpanan pakaian rumah hendaklah didesain sedemikian rupa
sehingga ada pemisahan kompartemen penyimpanan pakaian dan sepatu.
Kompartemen penyimpanan hendaklah dilengkapi dengan sistem ventilasi yang
dapat menghilangkan bau dan kelembaban serta sistem yang dapat menampung
kotoran atau debu yang mungkin lepas dari sepatu.
Bahan yang digunakan untuk membersihkan dan untuk sanitasi hndaklah dipilih
sedemikian rupa sehingga tidak merugikan mutu produk (mudah dihilangkan,
tidak meninggalkan residu).

Pelatihan (POPP-03/CPOB/2013 hal 46 dan 61)


Program pelatihan hendaklah mencakup antara lain:
 materi umum yang harus diberikan kepada smua prsonil pada hari pertama
kerjanya,
 CPOB dasar (termasuk mikrobiologi dan higiene perorangan) kepada
semua personil,
 CPOB spesifik kepada personil berkaitan, misal bagi mereka yang
menangani pembuatan produk steril, menangani pembuatan produk toksis
atau berpotensi tinggi dan / atau bersifat sensitisasi,
 pemahaman semua Protap, metode analisis dan prosedur lain bagi personil
berkaitan, dan
 pengetahuan mengenai sifat bahan / produk, cara pengolahan dan
pengemasan.
Tugas Khusus Kompetensi 25. Menjelaskan Aspek Penunjang Dalam
Industry Farmasi Meliputi Air, Udara, dan Limbah
1. Sumber Pencemaran/Limbah Industri Farmasi :
- Limbah Gas/Pencemaran udara
- Limbah Padat
- Limbah Suara dan Getaran
- Limbah Cair
2. Pengelolaan & Pemantauan Pencemaran Udara
Tujuan pengelolaan limbah adalah untuk mendeteksi bahan berbahaya yang
terdapat didalam limbah, kemudian menghilangkan atau minimal mengurangi
senyawa-senyawa kimia atau non kimia yang berbahaya dan beracun.
3. Sumber Pencemaran :
- Debu selama proses produksi
- Uap lemari asam di laboratorium
- Uap solvent proses film coating
- Asap Steam boiler, generator listrik dan incinerator
4. Upaya Pengelolaan Lingkungan
- Lemari asam dilengkapi dgn exhaust fan dan cerobong + 6 m dilengkapi
dengan absorbent
- Solvent di ruang coating digunakan dust collector (wet system)
- Debu disekitar mesin produksi dipasang penyedot debu dan dust collector
unit
- Asap dari Genset dan Incenerator dibuat cerobong asap + 6 m
5. Pemantauan
Kualitas udara di dalam dan diluar lingkungan industri, meliputi kadar H2S,
NH3, SO2, CO, NO2, O3, TSP (debu), Pb
Pengelolaan Limbah Padat
1. Sumber Pencemaran :
- Debu/serbuk obat dari sistem pengendalian debu (dust collector)
- Obat rusak/kadaluwarsa/obat sub standart (reject)
- Kertas, karton, plastik bekas, botol dan aluminium foil dan sampah Rumah
tangga
- Lumpur dari proses Instalasi Pengolahan Air Limbah
2. Tolok Ukur Dampak :
SK Men LH No. 50/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan
Lingkungan pabrik yg bersih, tidak berbau, tidak ada limbah B-3, sampah
tertata rapi
3. Upaya Pengelolaan Lingkungan
- Sampah domestik dibuatkan tempat sampah
- Sisa – sisa kertas, karton, plastik dan aluminium foil dikumpulkan
kemudian dijual ke pengumpul sampah (perusahaan daur ulang sampah)
- Debu/sisa-sisa serbuk, obat rusak/kadaluwarsa serta lumpur dari IPAL di
bakar di incenerator
4. Pemantauan
Kualitas lingkungan (kebersihan) di dalam area industri
Pengelolaan & Pemantauan Limbah Suara dan Getaran
1. Sumber Pencemaran :
Suara dan getaran dari mesin-mesin pabrik, genset, dan steam boiler
2. Tolak Ukur Dampak :
- SK Men LH No. 48/MENLH/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan
- SK Men LH No. 49/MENLH/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Getaran
3. Upaya Pengelolaan Lingkungan
- Untuk menanggulangi kebisingan yg ditimbulkan oleh genset, dibuat
ruangan berdinding dua (double cover) dan dilakukan perawatan mesin
secara berkala
- Untuk menanggulangi getaran yg ditimbulkan oleh mesin genset dan
mesin-mesin lain, mesin-mesin ditempatkan pada lantai yang telah dicor
beton dan diberi penguat (pengunci antara mesin dan lantai)
4. Pemantauan
Angka kebisingan dan getaran di dalam dan diluar area pabrik
Kebisingan : max 65 dB
Getaran : max 7,5 Hz

Pengelolaan Limbah Cair


1. Sumber Pencemaran :
- Bekas cucian peralatan produksi, laboratorium, laundri dan rumah tangga
- Kamar Mandi dan WC
- Bekas reagensia di Laboratorium
2. Tolak Ukur Dampak :
SK Men LH No. 51/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri
3. Upaya Pengelolaan Lingkungan
- Pembuatan saluran drainase sesuai dengan sumber limbah
- Saluran air hujan langsung dialirkan ke selokan umum
- Saluran dari kamar mandi/WC dialirkan ke septic tank
- Saluran dari tempat pencucian produksi dan laboratorium dialirkan ke
IPAL
- Membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) lihat diagram
- Khusus untuk limbah cair yang berasal dari golongan β Laktam : sebelum
dicampur dengan limbah non β Laktam, ditambahkan NaOH untuk
memecah cincin β Laktam
4. Pemantauan
- Kualitas badan air permukaan inlet dan outlet saluran limbah, meliputi
kadar COD, BOD, pH, TSS, N total serta parameter lain termasuk indikator
biologis dan mikrobiologi
- Kualitas badan sungai sebelum dan sesudah outlet IPAL
Pengolahan limbah betalaktam ditangani secara khusus dan dipisahkan dari
limbah-limbah non betalaktam. Prinsip utama pengolahan limbah betalaktam
adalah pemecahan cincin betalaktam yaitu pada tangki hidrolisa dengan cara
melakukan hidrolisa pada pH 11,5-12 dengan penicillin sebagai parameter
antibiotiknya, dan hidrolisa dilakukan dengan penambahan NaOH. Alasan
menggunakan hidrolisa pada pH 11,5-12 adalah lebih aman bagi peralatan unit
pengolahan dan lingkungan dan mudah penanganannya. Jika hidrolisa dengan
asam dikhawatirkan dapat merusak peralatan unit pengolahan, dan jika hidrolisa
dengan mercuri chloride dikhawatirkan mercurynya tidak ramah atau tidak aman
terhadap lingkungan.
Hasil olahan dari tangki hidrolisa dialirkan ketangki netralisasi untuk
menetralisasi basa sesudah proses hidrolisa dengan NaOH dengan melakukan
proses netralisasi dengan HCL sehingga nilai pH yang dihasilkan adalah sesuai
ketentuan pH normal yaitu 6-9. Kemudian melakukan pengendapan lumpur yang
berasal dari zat kimia dari hasil proses hidrolisa dan netralisasi, serta dari produk
afkir yang berupa powder yang dilakukan pada bak sedimentasi. Untuk
mengadsorbpsi zat organik dan cincin betalaktam yang mungkin masih ada pada
air limbah, serta untuk menghilangkan kemungkinan terdapatnya kandungan
logam berat, pada unit pengolahan limbah betalaktam dilengkapi bak filtasi.
Tugas Kompetensi Khusus 26. Mampu Menjelaskan Penyiapan Dokumen
Registrasi Obat
Menurut Peraturan Kepala BPOM Nomor 24 Tahun 2017 Tentang Kriteria
Dan Tata Laksana Registrasi Obat hal. 61
Dokumen registrasi terdiri dari empat bagian sebagai berikut:
1. Bagian I : Dokumen Administratif dan Informasi Produk terdiri dari:
a. Daftar Isi Keseluruhan
b. Dokumen Administratif
c. Informasi Produk dan Label
2. Bagian II : Dokumen Mutu terdiri dari:
a. Ringkasan Dokumen Mutu (RDM)
b. Dokumen Mutu
c. Daftar Pustaka
3. Bagian III : Dokumen Nonklinik terdiri dari:
a. Tinjauan Studi Nonklinik
b. Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik
c. Laporan Studi Nonklinik (jika perlu)
d. Daftar Pustaka
4. Bagian IV : Dokumen Klinik terdiri dari:
a. Tinjauan Studi Klinik
b. Ringkasan Studi Klinik
c. Matriks Studi Klinik
d. Laporan Studi Klinik
e. Daftar Pustaka
Dokumen registrasi dapat berupa hardcopy atau softcopy.
 kertas ukuran standar Internasional (A4: 8.27 x 11,69 inci )
 Ukuran huruf untuk narasi dan tabel harus menggunakan jenis dan ukuran yang
cukup besar dan dapat terbaca dengan mudah, bahkan setelah digandakan atau
ditampilkan secara elektronik.
 Warna ordner atau map
 Pada bagian tengah sampul depan untuk setiap ordner/map harus dituliskan
informasi sebagai berikut:
a. Nama Obat.
b. Bentuk Sediaan.
c. Komposisi.
d. Jenis dan Besar Kemasan.
e. Nama Pendaftar.
f. Nama Produsen.
Tugas Kompetensi Khusus 27. Mampu Menyiapkan dan Merancang
Dokumen Registrasi
1) Dokumen administratif terdiri dari surat pengantar, formulir registrasi,
pernyataan pendaftar, sertifikat dan dokumen administratif lain, hasil pra-
registrasi, kuitansi/bukti pembayaran, dan dokumen lain.
2) Dokumen mutu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdiridari 3 sub
bagian (A) Ringkasan Dokumen Mutu, (B) Dokumen Mutu, dan (C) Daftar
Referensi. Sub bagian A, ringkasan dokumen mutu (RDM) adalah ringkasan
sesuai ruanglingkup dan format pada dokumen mutu lengkap. Informasi data
atau justifikasi yang tercantum dalam RDM harus konsisten dengan dokumen
mutu lengkap yang diserahkan. Sub bagian (B) dokumen mutu, terdiri dari S
Zat Aktif dan P Obat.
S Zat aktif terdiri dari S1-S7, yaitu:
• S1 Informasi Umum
• S2 Proses Produksi dan Sumber Zat Aktif
• S3 Karakterisasi
• S4 Spesifikasi dan Metode Pengujian Zat Aktif
• S5 Baku Pembanding
• S6 Spesifikasi dan Pengujian Kemasan
• S7 Stabilitas
Sementara P Obat terdiri dari P1 hingga P9, yaitu:
• P1 Pemerian dan Formula
• P2 Pengembangan Produk
• P3 Prosedur Pembuatan
• P4 Spesifikasi dan Metode Pengujian Zat Tambahan
• P5 Spesifikasi dan Metode Pengujian Obat
• P6 Baku Pembanding
• P7 Spesifikasi dan Metode Pengujian Kemasan
• P8 Stabilitas
• P9 Bukti Ekivalensi
3) Dokumen non klinik terdiri dari Tinjauan Studi Nonklinik (Nonclinical
Overview), Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik (Nonclinical Written and
Tabulated Summaries), dan Laporan Lengkap Studi Nonklinik (Nonclinical
Study Reports).
4) Dokumen klinik terdiri dari Tinjauan Studi Klinik (Clinical Overview),
Ringkasan Studi Klinik (Clinical Summary), Matriks Studi Klinik (Tabular
Listing of All Clinical Studies), dan Laporan Studi Klinik (Clinical Study
Reports).
(BPOM tentang kriteria dan tata laksana registrasi obat, 2011)
Registrasi obat dibagi 3 yaitu :
a) Registrasi baru
- Registrasi obat baru dan produk biologi, termasuk produk biologi sejenis
(PBS) / similar bio therapeuutic product (SBP)
- Registrasi obat copy
- Registrasi sediaan lain yang mengandung obat
b) Registrasi variasi
- Variasi major
- Variasi minor yang memerlukan persetujuan
- Variasi minor dengan notifikasi
c) Registrasi ulang
- Registrasi ulang
Alur registrasi obat yaitu :
- Melakukan permohonan pra registrasi dengan : mengisi formulir,
menyerahkan bukti pembayaran biaya pra-registrasi
- Dilakukan permohonan registrasi dengan melampirkan dokumen registrasi
- Registrasi dibagi menjadi : registrasi lisensi, kontrak, registrasi obat impor,
registrasi obat dalam negeri, registrasi narkotika
- Dimana yang melakukan pendaftaran untuk registrasi lisensi adalah industry
yang menerima lisensi,
- Untuk registrasi kontrak pendaftaran registrasi hanya dapat dilakukan oleh
pemberi kontrak
- Untuk registrasi obat impor untuk program kesehatan masyarakat, obat
penemuanbaru dan obat yang dibutuhkan tapi tidak diproduksi dalam negeri,
dimana pada pendaftaran dilengkapi dengan justifikasi jika obat tidak dapat
diproduksi di indonesia
- Registrasi narkotika harus memiliki izin khusus dari kementrian kesehatan
- Memiliki izin industry farmasi
- Memiliki paling sedikit 1 fasilitas produk sediaan lain yang memenuhi
persyaratan CPOB
- Dilakukan penyerahan dokumen registrasi
- Maksimal 40 hari penerimaan registrasi
- Berlaku selama 1 tahun
- Jika ada penambahan data untuk dokumen administratife
Formulir Registrasi Obat dan Produk Biologi
Tugas Kompetensi Khusus 28. Melaksanakan Penyimpanan Sesuai GSP
Good Storage Practice (GSP) merupakan sebuah panduan mengenai cara
penyimpanan produk yang baik dan benar. GSP harus diterapkan dalam
lingkungan penyimpanan dan proses distribusi produk farmasi. Prinsip dalam
penerapan GSP meliputi:
1. Area Penyimpanan
Area penyimpanan harus memiliki kapasitas yang cukup untuk
memungkinkan penyimpanan secara berurutan dari berbagai kategori produk,
yaitu produk massal dan produk jadi, produk di karantina, dan produk yang
dirilis, ditolak, dikembalikan atau ditarik kembali. Area penyimpanan harus
dirancang untuk memastikan kondisi penyimpanan yang baik. Area
penyimpanan harus bersih dan kering dan dipelihara dalam batas suhu yang
dapat diterima. Dalam kondisi penyimpanan khusus diperlukan pada label suhu
dan kelembaban relatif, yang harus terus dipantau.
Produk farmasi harus disimpan di area yang mudah dibersihkan dan
dilakukan pemeriksaan. Palet harus disimpan dalam kondisi yang baik dan
bersih. Area penyimpanan harus bersih, dan bebas dari akumulasi limbah dan
hama. Prosedur tertulis mengenai sanitasi dan pengendalian hama harus
tersedia untuk menunjukkan frekuensi pelaksanaan dan metode yang
digunakan.
Agen pengendalian hama yang digunakan harus aman, dan tidak boleh ada
risiko kontaminasi terhadap produk farmasi. Harus ada prosedur yang tepat
untuk membersihkan tumpahan dan memastikan tidak adanya risiko
kontaminasi.
Untuk produk dalam status karantina dipastikan disimpan di area terpisah,
ditandai dengan jelas dan aksesnya dibatasi untuk personel yang berwenang.
Setiap sistem yang menggantikan pengecekan produk karantina secara manual
harus dapat menjamin keamanan. Contohnya sistem komputerisasi dapat
digunakan, asalkan tervalidasi dalam keamanan akses. Jika pengambilan
sampel dilakukan di area penyimpanan, harus dilakukan sedemikian rupa untuk
mencegah kontaminasi. Prosedur pembersihan yang memadai harus dilakukan
untuk area sampling.
Selain itu, area penyimpanan untuk produk yang ditolak, kadaluarsa,
ditarik kembali atau dikembalikan harus tersedia. Produk, dan area terkait harus
diidentifikasi secara tepat. Bahan radioaktif, narkotika dan produk farmasi
berbahaya lainnya, sensitif dan / atau berbahaya, serta produk yang dapat
menyebabkan kebakaran, atau ledakan, harus disimpan di area khusus yang
dilengkapi dengan protokol keselamatan dan keamanan tambahan yang sesuai.
2. Kondisi Penyimpanan
Kondisi penyimpanan untuk produk farmasi harus sesuai dengan hasil
pengujian stabilitas.
3. Monitoring Kondisi Penyimpanan
Data pemantauan suhu yang direkap untuk ditinjau. Peralatan yang
digunakan untuk pemantauan harus diperiksa pada interval yang telah
ditentukan sebelumnya dan hasil dari pemeriksaan tersebut harus dicatat dan
disimpan. Semua catatan pemantauan harus disimpan setidaknya selama masa
simpan dari bahan yang disimpan atau produk ditambah satu tahun. Pemetaan
suhu harus menunjukkan keseragaman suhu di area penyimpanan. Monittoring
suhu ditempatkan di area yang paling mungkin menunjukkan
fluktuasi.Peralatan yang digunakan untuk pemantauan harus dikalibrasi pada
interval yang ditentukan.
4. Dokumentasi, meliputi instruksi tertulis dan rekap data
Informasi tertulis maupun elektronik harus ada untuk setiap produk
disertai dengan kondisi penyimpanannya. Prosedur harus pemetaan suhu,
keamanan gudang, penghancuran stok yang tidak dapat dijual dan
penyimpanan catatan juga harus tersedia.
5. Peputaran dan Pengendalian stock
Rekonsiliasi stok secara periodic dilakukan untuk membandingkan stok
secara actual dan stok yang terekap sebelumnya. Perbedaan yang signifikan
harus diinvestigasi sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya mix up dan/ pendataan yang salah.
Tugas Kompetensi Khusus 29. Melaksanakan Distribusi Sesuai GDP
1. Transportation and Products in Transit
Kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan untuk produk farmasi harus selalu
dijaga bahkan saat proses pengiriman. Kondisi penyimpanan yang spesifik
untuk produk tertentu sebaiknya tidak memakan waktu yang terlampau lama.
Semua penyimpangan terkait kondisi penyimpanan harus dikonsultasikan
dengan pihak manufacturer.
2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengiriman:
- Kondisi khusus yang diperlukan produk selama proses pengiriman harus
dipantau dan dicatat.
- Proses pengiriman tidak boleh memberikan efek negative terhadap
integritas dan kualitas dari sediaan farmasi
- Prosedur tertulis harus disertai selama proses untuk dilakukan investigasi
terhadap segala penyimpangan terkait kondisi penyimpanan, contohnya
jika suhu tempat penyimpanan produk saat proses pengiriman tidak sesuai.
3. Produk yang dikirim harus dapat dilacak selama proses distribusi
Semua produk farmasi harus disimpan dan didistribusikan dalam wadah
yang tidak memberikan efek buruk terhadap kualitas produk, dan memberikan
perlindungan memadai dari pengaruh eksternal, termasuk kontaminasi
mikroba. Label yang ditempelkan di wadah harus jelas, tidak ambigu, secara
permanen tertuju pada wadah dan tidak mudah terhapuskan. Informasi tentang
label harus sesuai dengan produk.
Produk yang mengandung dari bahan aktif dan radioaktif obat dan bahan
berbahaya lainnya yang memberikan risiko penyalahgunaan, kebakaran, atau
ledakan (misalnya, cairan yang mudah terbakar, padatan dan gas bertekanan)
harus disimpan dan diangkut di dalam wadah yang aman. Dispatch Produk
farmasi hanya boleh dijual dan didistribusikan kepada pihak yang berhak.
Bukti otoritas tertulis harus diperoleh sebelum dilakukan pengiriman ke pihak
tersebut. Pemasok produk farmasi harus dipastikan sebelum dilakukan
pengiriman, dipastikan personil yang menyetujui kontrak terkait pengiriman
dan penyimpanan produk.
Pengiriman dan pengantaran produk farmasi dilakukan setelah diterimanya
permintaan pengiriman material, jika ada rencana penambahan harus
terdokumentasi. Rekap data pengiriman produk farmasi harus memuat
informasi sebagai berikut:
- Waktu pengiriman
- Nama dan alamat yang bertanggung jawab untuk pengiriman
- Nama, alamat, status instansi seperti retail farmasi, rumah sakit dan
komunitas klinik Deskripsi produk meliputi nama, bentuk dan kekuatan
sediaan
- Jumlah produk, seperti jumlah container dan jumlah produk per container
- No batch dan tanggal kadaluarsa
- Kondisi transportasi dan penyimpanan
- Nomor unik untuk memungkinkan identifikasi pesanan pengiriman.
- Recall
Sistem dan prosedur tertulis diperlukan untuk mendeteksi secara cepat dan
efektif produk farmasi yang diketahui atau diduga cacat, dengan personil yang
bertanggung jawab untuk melakukan recall.
Pihak manufaktur juga harus diberi tahu jika dilakukan recall. Jika
penarikan kembali dilakukan oleh entitas selain produsen asli dan / atau
pemegang otorisasi pemasaran, konsultasi dengan produsen asli dan / atau
pemegang otorisasi pemasaran harus dilakukan, jika memungkinkan,
dilakukan sebelum dilaksanakan recall. Semua pelanggan dan otoritas terkait
harus segera diberitahu jika dilakukan recall mengingat mutu dari produk
tersebut.
Semua produk farmasi yang ditarik harus disimpan di area terpisah yang
aman untuk menunggu tindakan yang tepat. Kondisi penyimpanan yang sesuai
untuk produk farmasi yang ditarik kembali harus dipertahankan selama
penyimpanan sampai saat keputusan telah dibuat terkait produk tersebut.
Dokumentasi harus tersedia untuk personil yang ditunjuk bertanggung
jawab atas penarikan kembali. Dokumen harus memuat informasi yang cukup
tentang produk farmasi yang diberikan kepada pelanggan (termasuk jika
produk diekspor). Proses recall harus dicatat dan laporan akhir dikeluarkan,
mencakup rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim dan yang diperoleh
kembali.

Tugas Khusus Kompetensi 30. Tentang Mengenal Profil Industri Farmasi


Tempat Ber-PKPA
1. Sejarah dan Perkembangan
Pada tahun 1950 angkatan laut telah mendirikan sebuah unit farmasi di
lingkungan kesehatan angkatan laut. Pendirian sebuah unit farmasi tersebut
didasarkan oleh prinsip dari TNI-AL untuk mendukung ketahanan nasional,
kedaulatan negeri dan melindungi segenap bangsa, TNI-AL merasa perlu untuk
mendirikan sebuah unit farmasi sebagai pertahanan utama dan terakhir bagi
kesehatan rakyat dan bangsa Indonesia, terlebih pada keadaan-keadaan genting.
Namun unit farmasi yang didirikan masih sangat sederhana yang hanya
memiliki satu orang apoteker yaitu Drs. H. Mochamad Kamal yang sampai saat
ini namanya diabadikan sebagai nama lembaga farmasi Angkatan Laut, selain
itu terdapat beberapa tenaga asisten apoteker serta beberapa juru obat lulusan
SD dan SMP yang turut membantu menjalankan unit farmasi tersebut
(Organisasi Dan Prosedur Lembaga Farmasi Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut, 1999).
Kemudian pada tahun 1955, dari beberapa tenaga asisten apoteker serta
beberapa juru obat lulusan SD dan SMP tersebut mendirikan  sebuah Depo
Obat Angkatan Laut Djakarta (DOAL-D). DOAL-D berlokasi di RSAL Dr.
Mintohardjo Jakarta. DOAL-D adalah gabungan dari pembuatan obat dan
laboratorium dinas farmasi bidang kesehatan angkatan laut dengan
PUSPEKBAR seksi farmasi yang fungsinya sebagai pusat perbekalan barang
pengadaan dan distribusi obat untuk keperluan angkatan laut  (Organisasi Dan
Prosedur Lembaga Farmasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, 1999).
Pada tanggal 19 Juni 1962 berdasarkan surat keputusan Menteri Kepala
Staf AL No. Kep. M/KSAL 6740-1 maka didirikan Pabrik Farmasi Angkatan
Laut Djakarta (PAFAL-D) di Jakarta dan PAFAL-S di Surabaya untuk
mengoptimalkan kegiatan pembuatan obat-obatan di lingkungan angkatan laut.
Pada tanggal 22 Agustus 1963, pabrik farmasi dan laboratorium Angkatan Laut
dibangun di Jalan Bendungan Jatiluhur No.1 Jakarta Pusat dan diresmikan oleh
Deputi II Menteri/Panglima AL Brigadir Jenderal KKO Ali Sadikin dengan
Direktur PAFAL-D, yang dijabat oleh Kapten Drs. R. Soekaryo, Apt. sehingga
setiap tanggal 22 Agustus diadakan peringatan sebagai hari jadi Lembaga
Farmasi TNI AL (Organisasi Dan Prosedur Lembaga Farmasi Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Laut, 1999).
Pada tahun 1963 dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut (SK
Kasal) No. 6740 tanggal 5 November 1943 dibentuk Laboratorium Kimia dan
Farmasi Angkatan Laut (LKF-AL). Laboratorium ini dibentuk untuk
mengoptimalkan angkatan laut dalam mewujudkan misi Angkatan Laut
Republik Indonesia (ALRI) bagi pertahanan, keamanan, dan kemajuan bangsa.
Berdasarkan Juklak Kasal No.Juklak/VIII/ 79 tanggal 14 Agustus 1979,
PAFAL-D bergabung dengan LKF-AL menjadi Lembaga Farmasi TNI
Angkatan Laut (Lafial). Penggabungan ini didasarkan atas pertimbangan
efektifitas dan efisiensi organisasi. Penggabungan ini dilakukan oleh
Kadiskesal Laksamana Pertama TNI AL Dr. Soedibjo Sardadi, MPH., dan
Kepala Lembaga Farmasi TNI AL Letkol Laut (K) Drs. Sugiyanto, Apt. 
Pada tahun 1998 Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut memperoleh
pengakuan dari Departemen Kesehatan (Depkes) berupa sertifikat CPOB. 
Pada tanggal 21 September 2005 sesuai Keputusan Kasal No. Skep /
4832 / IX / 2005 tentang pemberian nama fasilitas kesehatan TNI AL, maka
Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut diberi nama menjadi Lembaga Farmasi
TNI Angkatan Laut Drs. H. Mochamad Kamal, Apt (Organisasi Dan Prosedur
Lembaga Farmasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, 1999). 
Pada tahun 2017 tepatnya pada bulan Mei telah di terbitkan CPOB untuk
Lembaga Farmasi Angkatan Laut Drs. H. Mochamad Kamal, Apt dan secara
resmi melaksanakan standar pelaksanaan industri berdasarkan persyaratan
CPOB 2012. Hal ini sejalan juga dengan visi dan Misi Lembaga Farmasi TNI
Angkatan Laut (Lafial) itu sendiri (Organisasi Dan Prosedur Lembaga Farmasi
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, 1999).
Produksi LAFIAL sebelum diberlakukan BPJS dan sebelum adanya CPOB
2018 adalah obat betalaktam dan non betalaktam, dimana ruang produksinya
hanya dipisahkan oleh dinding sebagai pembatas. Menurut CPOB 2018 gedung
produksi betalaktam dan nonbetalaktam harus terpisah, sedangkan luas wilayah
di LAFIAL tidak memungkinkan untuk memisah gedung tersebut, sehingga
saat ini LAFIAL hanya memproduksi obat nonbetalaktam saja.  
Pada tahun 2018 LAFIAL mendapatkan sertifikat CPOB untuk 3 item obat
yaitu Paracetamol, Ponstal, dan Imodial. Dan pada tahun 2019 ini 
mendapatkan 1 sertifikat CPOB yakni Osdee yaitu vitamin D drops yang
diformulasikan untuk anak-anak defisiensi vitamin D.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Sebagai Lembaga Kefarmasian Matra Laut Nasional yang Profesional.
b. Misi
1. Melaksanakan produksi bekal kesehatan untuk kebutuhan anggota TNI-
AL beserta keluarganya.
2. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam bidang kefarmasian
matra laut.
3. Struktur dan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan Surat Keputusan Kasal No.117/K1/1984 tanggal 11
November 1984 tentang Organisasi dan Prosedur Lembaga Farmasi TNI
Angkatan Laut yang sekarang diganti dengan keputusan Kasal
No.1551/XII/2008 tanggal 22 Desember 2008 dibentuklah suatu struktur
organisasi Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut yang terdiri dari 3 unsur,
antara lain:
a. Unsur pimpinan, yaitu Kepala Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut,
b. Unsur pelayanan, yaitu Kepala Tata Usaha dan Urusan Dalam, 
c. Unsur pelaksana, yaitu Kabag/Kasubbag/karyawan.
Dalam struktur organisasi Lafial tidak dicantumkan bagian QA, meskipun
tidak dicantumkan Ka. Lafial menerbitkan SP internal yang menyatakan bahwa
kepala  bagian QA dijabat oleh Kabag Diklitbang.  
a. Unsur pimpinan
Unsur pimpinan Lafial dipimpin oleh Kepala Lafial yang dijabat oleh
seorang apoteker. Kepala Lafial merupakan pembantu dan pelaksana dari
Kadiskesal dibidang kefarmasian.Tugas dan kewajibannya adalah
menyelenggarakan pembinaan Lafial serta pengendalian semua unsur di
bawahnya, termasuk program kerja sehingga sasaran program di bidang
produksi dengan menerapkan CPOB terealisasikan.Selain itu, bertanggung
jawab dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program kerja
sehingga berdayaguna, serta berhak mengajukan pertimbangan kepada
Kadiskesal mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugas Lafial.
b. Unsur pelayanan
Unsur pelayanan Tata Usaha dan Urusan dalam (TAUD) dipimpin oleh
Ka.Taud.Tugas dan kewajibannya bertanggung jawab penuh kepada Kepala
Lafial. Tata usaha dan urusan dalam terdiri dari:
1. Urusan Tata Usaha (UrTU)
Urusan tata usaha bertugas melaksanakan pelayanan administrasi umum
di lingkungan Lafial termasuk membantu menyiapkan data-data
pelaksanaan fungsi Lafial untuk bahan penyusunan laporan Lafial.
2. Urusan Dalam (UrDal)
Urusan dalam bertugas melaksanakan urusan dalam di lingkungan
Lafial. Dalam melaksanakan tugasnya Urdal menyelenggarakan fungsi-
fungsi sebagai berikut:
a. Melaksanakan pengamanan atau penjagaan di dalam kompleks
Lafial.
b. Melaksanakan penegakan disiplin anggota dan tata tertib
pengunjung.
c. Melaksanakan pengaturan fasilitas sarana, perbengkelan, termasuk
fasilitas pengelolaan limbah cair dan padat.
d. Melaksanakan pelayanan angkutan personil dan material.
3. Urusan Administrasi Personalia (Urminpers)
Urusan administrasi personalia bertugas mengatur masalah kesejahteraan
karyawan dan kenaikan pangkat dan jabatan, serta melakukan seleksi
untuk memperoleh karyawan honorer. 
4. Urusan Keuangan (UrKeu)
Urusan keuangan bertugas melaksanakan administrasi keuangan
termasuk melaksanakan pengurusan serta pembayaran gaji, dan lain-lain
yang berhubungan dengan tugasnya.
c. Unsur pelaksana 
Unsur pelaksana terdiri atas empat bagian, yaitu Bagian Pendidikan
Penelitian dan Pengembangan (Diklitbang), bagian Pengawasan Mutu
(Wastu), bagian Material Kesehatan (Matkes) dan bagian produksi.
1. Bagian Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan (Diklitbang)
Litbang merupakan suatu bagian dari Lafial yang mengurus
tentang pendidikan, penelitian, dan pengembangan untuk kepentingan
Lafial seperti menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
kefarmasian untuk melaksanakan produksi, farmasi matra laut, farmasi
militer, pendidikan dan latihan tenaga kefarmasian serta menyusun
rencana dan program pelaksanaannya, serta sesuai dengan SP internal.
Kepala Lafial menyatakan bahwa bagian pendidikan, penelitian dan
pengembangan juga melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan
pemastian mutu. 
2. Bagian Pengawasan Mutu (WASTU)
Wastu bertugas menyelenggarakan pengawasan atau pengujian
mutu pada bahan baku, produk setengah jadi, produk jadi dan bahan
kemas untuk produksi obat Lafial. Selain itu wastu juga bertugas
memastikan semua mutu obat, makanan maupun minuman yang
keseluruhan digunakan oleh kalangan TNI-AL walaupun bukan
diproduksi oleh Lafial.
3. Bagian Material Kesehatan (MATKES)
Matkes bertugas melakukan penyediaan bahan baku produksi,
pemeliharaan material kesehatan, penanggung jawab gudang Lafial dan
perencanaan produksi. Bagian ini terlibat secara langsung semua
kegiatan dari tibanya bahan baku di gudang Diskesal yang kemudian
diuji mutunya oleh bagian pengawasan mutu, jika bahan baku
dinyatakan lulus maka bagian matkes membuat SPP (Surat Perintah
Produksi) agar proses produksi dapat segera berjalan. Bagian Matkes
juga bertanggung jawab terhadap pemeliharaan semua alat yang terdapat
diruang produksi hingga pada pengolahan limbah produksi. Bagian
Matkes terdiri atas tiga Sub Bagian, diantaranya :
a) Sub bagian perencanaan produksi
Perencanaan produksi yang dilakukan oleh matkes didasarkan pada
permintaan dari fasilitas kesehatan TNI-AL seluruh Indonesia dan
kebutuhan setahun sebelumnya. Kemudian dilakukan perhitungan
kebutuhan biaya produksi yang dibandingkan dengan anggaran
Lafial. Setelah dilakukan perencanaan, Matkes akan mengadakan
pemilihan rekanan perusahaan yang akan bekerja sama sebagai
pemasok bahan baku obat, bahan penolong, dan kemas dalam sistem
pelelangan terbuka, kemudian ditentukan rekanan yang menawarkan
harga efisien dan sesuai dengan anggaran Lafial. 
Bahan yang sudah dinyatakan lulus spesifikasi akan didistribusikan
ke gudang-gudang matkes.
b) Sub bagian depo produksi
Dalam sub bagian depo produksi, Lafial memiliki gudang yang
terbagi menjadi 7 bagian, yaitu:
i. Gudang bahan pengemas primer dan sekunder untuk
tablet dan kapsul
ii. Gudang bahan pengemas primer dan sekunder untuk
sediaan cair
iii. Gudang bahan baku produk non beta-laktam
iv. Gudang bahan baku produk beta-laktam
v. Gudang produk jadi beta-laktam
vi. Gudang produk jadi non beta-laktam
vii. Gudang bahan cairan
Gudang Lafial berada dibawah pengawasan bagian Matkes,
dimana keluar masuknya barang dari gudang harus sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan gudang bahan cairan atau mudah
terbakar.Penyusunan barang-barang di dalam gudang berdasarkan
FIFO, FEFO dan alfabetik, dilengkapi dengan alat pengatur udara
dan kelembaban.
c) Sub bagian Pengendalian dan Pemeliharaan Material (Dalharmat)
Bertugas dalam pemeliharaan dan pengendalian material
kesehatan. Pemeliharaan terhadap alat-alat yang mengalami
gangguan dan kerusakan yang dilakukan oleh petugas internal,
kemudian apabila tidak tertangani akan ditangani dari pihak luar,
serta menginventarisasialat dan bahan yang ada di Lafial, tetapi tidak
dalam pengadaan alat. Matkes hanya mengajukan permintaan alat ke
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
d) Bagian produksi
Bagian produksi adalah unit pelaksana Lafial yang bertugas
menyelenggarakan pembuatan atau produksi obat. 
Kegiatan produksi dapat dilaksanakan apabila telah ada SPP (Surat
Perintah Produksi) yang telah diterima oleh Kepala Bagian Produksi
yang akan dicatat dan dibukukan. Kemudian diteruskan ke sub
bagian produksi yang terlibat untuk dibuat jadwal pelaksanaan
produksi dan disiapkan peralatan, ruang dan personil untuk
keperluan tersebut.
Produksi dilakukan mengikuti prosedur yang tertera pada SOP obat
Lafial yaitu Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan
Induk (PPI) yang langkah-langkahnya dicatat pada Catatan
Pengolahan Batch (CPB) yang diparaf oleh petugas pelaksana
dokumentasi. Selama produksi, mutu sediaan dipantau oleh bagian
wastu.Pada saat dilakukan pemantauan atau pemeriksaan ini maka
produksi tidak dapat diteruskan. Kegiatan produksi diteruskan
setelah memperoleh tanda lulus dari bagian wastu. Bagian produksi
dibagi menjadi 5 urusan, yaitu:
a. Kegiatan pembuatan sediaan tablet
b. Kegiatan pembuatan sediaan cairan
c. Kegiatan pembuatan sediaan kapsul.
d. Kegiatan pembuatan sediaan semi
padat (salep dan krim)
e. Kegiatan pengemasan
Sejak adanya BPJS, LAFIAL tidak lagi memproduksi obat Beta Laktam.
Hal ini disebabkan oleh kondisi bangunan yang tidak memungkinkan untuk
direnovasi karena letak ruang produksi dan pembuangan limbah yang berdekatan
sehingga diputuskan tidak lagi memproduksi obat Beta Laktam. Selain itu
dipertimbangkan dari segi produksinya, obat non Beta Laktam yang diproduksi
lebih banyak daripada obat Beta Laktam. Hingga kini tidak ada dampak yang
terjadi akibat diberhentikannya produksi obat Beta Laktam. LAFIAL terus
melakukan pengembangan dan penelitian obat serta mulai mendaftarkan obat
produksinya di Balai POM agar obat yang diproduksi dapat diedarkan dipasaran.

Anda mungkin juga menyukai