Anda di halaman 1dari 19

FARMASI INDUSTRI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

SISTEM MANAJEMEN MUTU

NAMA : MUH AFDI TAUFIQ FURQANI ARIEF

NIM : N014202098

KELAS :B

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAKASSAR
MAKASSAR
2021
SOAL:

1. Jelaskan persyaratan mutu obat, menurut Academy of Pharmaceutical Science, USA

2. Jelaskan tentang ruang lingkup QMS ?

PEMBAHASAN:

1) Persyaratan Mutu Obat, menurut Academy of Pharmaceutical Science, USA :

 Mengandung kuantitas masing-masing bahan aktif sesuai dengan persyaratan pada

etiket, yang masih dalam nilai batas sesuai dengan spesifikasinya

 Mengandung kuantitas bahan aktif yang sama dalam setiap satuan takaran obat. Tidak

boleh mengandung bahan lain, yang tidak dinyatakan secara jelas.

 Sampai saat digunakan oleh penderita, tetap terjaga potensi, penampilan dan

ketersediaan terapeutiknya untuk tujuan pengobatan.

 Pada saat digunakan, melepaskan bahan aktif agar supaya tercapai secara penuh

ketersediaan biologisnya.

2) Ruang lingkup QMS :

1. Struktur organisasi mutu : pemisahan kewenangan/fungsi QA (Pemastian Mutu)

dengan QC (Pengawasan Mutu)

 Struktur organisasi di industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga

bagian produksi, manajemen mutu (pemastian mutu)/pengawasan mutu

dipimpin oleh orang berbeda serta tidak saling bertanggungjawab satu

terhadap yang lain.

 Adapun beberapa jabatan dalam struktur organisasi industri farmasi adalah

kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu, kepala bagian

manajemen mutu.
a. Kepala Bagian Produksi

Kepala bagian produksi hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar

dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman

praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan mempunyai

keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas

secara profesional.

Kewenangan dan tanggungjawab kepala bagian produksi dalam

produksi obat, adalah: (1) memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan

sesuai prosedur agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan;

memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan

memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat. (2) Memastikan

bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh Kepala

Bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen Mutu

(Pemastian Mutu). (3) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta

peralatan di bagian produksi. (4) Memastika bahwa validasi yang sesuai telah

dilaksanakan dan (5) memastikan bahwa pelatihan awal dan

berkesinambungan bagi personil di departemennya dilaksanakan dan

diterapkan sesuai kebutuhan.

b. Kepala bagian Pengawasan Mutu

Kepala bagian pengawasan mutu hendaklah seorang terkualifikasi dan

lebih diutamakan seorang Apoteker, memperoleh pelatihan yang sesuai,

memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial

sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional.

Kepala bagian Pengawasan Mutu mempunyai kewenangan dan

tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu, termasuk:


- menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara,

produk ruahan dan produk jadi.

- Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan.

- Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan

contoh, metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain.

- Memberi persetujuan dan memantau semua kontrak analisis.

- Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian

pengawasan mutu.

- Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan.

- Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di

departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.

c. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)

- Kepala bagian manajemen mutu hendaklah seorang Apoteker yang

terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki

pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga

memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional.

- Kepala bagian manajemen mutu berwenangan dan bertanggungjawab

penuh untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem

mutu/pemastian mutu, termasuk:

 Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk)

system mutu.

 Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukanacuan mutu

perusahaan.

 Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri

berkala.
 Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan

Mutu.

 Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksana audit eksternal

(audit terhadap pemasok).

 Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi.

 Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan

Otoritas Pengawasan Obat (OPO) yang berkaitan dengan mutu

produk jadi.

 Mengevaluasi/mengkaji catatan bets dan meluluskan atau

menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan

semua faktor terkait.

 Personel yang bekerja di industri farmasi tidak begitu saja

langsung diberi tugas, tetapi mereka diberi pelatihan terlebih

dahulu.

 Pemberian pelatihan menjadi penting bagi seluruh personil

karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang

penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik,

perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang

kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.

 Di samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB,

personil baru dilatih sesuai dengan tugas yang diberikan.

 Pelatihan yang diberikan merupakan pelatihan yang

berkesinambungan, dan efektifitas penerapannya dinilai secara

berkala.
 Program pelatihan tersebut hendaknya disetujui oleh kepala

bagian masing-masing.

 Personil yang bekerja di area dimana pencemaran merupakan

bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan

berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi, diberi pelatihan

lebih spesifik.

 Pengunjung atau personil yang tidak mendapat pelatihan

sebaiknya tidak masuk ke area produksi dan laboratorium

pengawasan mutu.

 Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah mereka diberi penjelasan

lebih dahulu, terutama mengenai higiene perorangan dan pakaian

pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat.

 Pelatihan ini diberikan oleh orang yang terkualifikasi.

Contoh Struktur Organisasi Mutu:

 Model A (Tradisional)
 Model B

 Model C
 Struktur Organisasi di Industri Farmasi

d. Personalia : Pelatihan dan Kualifikasi serta program Sanitasi & Hygiene

- Salah satu aspek CPOB adalah personalia yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di

industri farmasi.

- Apoteker sebagai personalia profesional harus memahami aspek-aspek teknik dan

non teknik penerapan CPOB disamping adanya pengetahuan dan keterampilan

baik yang berhubungan dengan kefarmasian ataupun kepemimpinan.

- Kedudukan apoteker diatur oleh peraturan pemerintah yang dituangkan dalam

Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yaitu apoteker berperan

sebagai penanggung jawab produksi dan pengendali mutu.

- Untuk menghasilkan sediaan obat jadi yang tetap memenuhi persyaratan yang

telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaanya, maka setiap industri farmasi

wajib menerapkan CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi.
- Personalia menjadi salah satu aspek dalam CPOB karena secara prinsip sumber

daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan system

pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.

- Oleh sebab itu industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil

yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua

tugas.

- Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.

- Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan

awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan

dengan pekerjaan.

- Dalam menjalankan tugasnya, setiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang

berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat.

- Maka dari itu, perlu adanya suatu struktur organisasi untuk memperjelas tugas tiap

personal.

e. Dokumentasi

- Sistem Protap (prosedur tetap)Dokumen Produksi & Catatan Bets (Batch Record)

- Spesifikasi (bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan obat jadi)

- Dokumen Registrasi

- Dokumen penunjang lain (log book, gambar tekhis, dll)

Defenisi dokumentasi :

Seluruh prosedur, instruksi dan catatan yang berhubungan dengan proses

pembuatan obat.

Manfaat dokumentasi :

 Merupakan bagian dari sistem manajemen mutu dalam c-GMP.


 Memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas

mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakan.

 Menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch / lot produk sehingga

menjamin ketelusuran.

 Sebagai bahan pertimbangan tentang mutu produk yang dibuat.

Jenis Dokumentasi :

1. Prosedur tetap (SOP = Standard Operating Procedure)

2. Spesifikasi (bahan baku, pengemas, produk jadi)

3.Catatan Pengolahan Batch/Catatan pengemasan Batch (batch processing

records)

4. Identifikasi (kode/penomoran protap, peralatan, batch)

5. Penandaan (status ruangan, mesin, label bahan baku, karantina, rejected)

6. Protokol & Laporan Qualifikasi/Validasi

7. Dokumen registrasi

8. Catatan Kalibrasi, Pemantauan kondisi lingkungan ruang produksi

f. Sistem Pelulusan Batch

Penilaian tiap bets untuk sertifikasi sebelum pelulusan hendaklah mencakup,

tapi tidak terbatas pada hal berikut:

a) catatan bets, termasuk laporan pengawasan, laporan uji selama-proses dan laporan

pelulusan yang membuktikan pemenuhan terhadap Dokumen Spesifikasi Produk,

order, protokol dan kode pengacakan. Catatan tersebut hendaklah mencakup

seluruh penyimpangan atau perubahan yang direncanakan, dan tiap pemeriksaan

tambahan beikutnya atau uji lanjutan hendaklah dilengkapi dan disahkan oleh

personil yang berwenang sesuai sistem mutu yang berlaku.

b) kondisi produksi.
c) status validasi dari fasilitas, proses dan metode.

d) pengujian produk jadi dan pemeriksaan kemasan akhir.

e) bila relevan, hasil dari semua analisis atau uji yang dilakukan setelah barang

diimpor.

f) laporan stabilitas

g) sumber dan verifikasi kondisi penyimpanan dan pengangkutan

h) laporan audit tentang sistem mutu industri farmasi

i) dokumen yang menyatakan bahwa industri farmasi tersebut sudah mendapatkan

izin untuk membuat obat investigasi atau pembanding untuk ekspor oleh badan

otoritas berwenang di negara pengekspor

j) bila relevan, persyaratan izin edar, standar CPOB yang digunakan dan verifikasi

resmi tentang pemenuhan CPOB

k) faktor lain yang menurut personil yang berwenang berhubungan dengan mutu bets

g. Penanganan terhadap perubahan, penyimpangan dan prosedur

pengolahan ulang

- Penanganan terhadap perubahan

Pengendalian terhadap perubahan menguraikan hal-hal mengenai persiapan

dan pelaksanaan dari suatu perubahan yang berkaitan dengan segala aspek

pengolahan, pengemasan, pemeriksaan, penyimpanan atau distribusi yang

mempengaruhi mutu produk, GMP/ CPOB termasuk kualifikasi/ validasi, HSE

dan regulatori. Perubahan yang dimaksud meliputi bahan/ raw material

(perubahan supplier, proses, spesifikasi dll), proses, formula, spesifikasi dan test

method dari komponen, bulk & finished goods, primary packaging, penyimpanan

& pelabelan, alat kesehatan, peralatan, instrument, produk baru, utilitas dan
fasilitas yang digunakan untuk mendukung hal-hal di atas dan dokumen

GMP/CPOB.

Sistem Manajemen Perubahan (GIMc) merupakan suatu sistem komputerisasi

yang akan digunakan untuk mengatur pembuatan perubahan. Sistem ini mengatur

alur perubahan mulai dari pengajuan, evaluasi hingga persetujuan perubahan.

Setiap perubahan harus diberi kategori/ level 0, 1, 2 dan 3. Kategori 0 merupakan

perubahan ditolak sebelum didaftarkan. Kategori 1 merupakan perubahan tanpa

menimbulkan dampak terhadap quality & regulatory. Kategori 2 merupakan

perubahan perubahan yang berdampak terhadap quality tanpa menimbulkan

dampak terhadap regulatory. Kategori 3 merupakan perubahan yang berdampak

terhadap regulatory.

Sasaran dari pengendalian terhadap perubahan ini adalah untuk menjamin

bahwa perubahan yang dilakukan terhadap proses produksi, jenis bahan baku yang

digunakan, termasuk sistem pendukung (alat, ruangan, mesin-mesin, prosedur

pemeriksaan, cara penyimpanan), maupun perubahan protap yang mendukung

proses secara keseluruhan tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap mutu

produk yang dihasilkan maupun terhadap kondisi HSE. Rancangan perubahan

dibuat oleh departemen yang bersangkutan yang akan mengadakan perubahan dan

diinformasikan kepada IQC Department. IQC Department bersama-sama dengan

departemen terkait akan merencanakan dan memutuskan tindakan apa yang harus

dilakukan dalam menanggapi perubahan tersebut.

- Penyimpangan

Yang dimaksud dengan penyimpangan adalah suatu pelanggaran dari instruksi

atau standar yang telah ditetapkan dalam proses pembuatan dan pengujian,

ketidaksesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditentukan.


Berdasarkan kekritisan, penyimpangan dikelompokkan menjadi 3 kategori,

yaitu:

1) Critical Deviation Adalah kekurangan material, produk obat, alat kesehatan,

sistem atau jasa yang dapat mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi

dari obat/ alat kesehatan/ dapat menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa.

Pengertian lainnya adalah kekurangan apapun yang dapat menyebabkan

terjadinya situasi yang dapat dikategorikan sebagai critical oleh badan

regulasi. Contoh: Kesalahan/ penyimpangan dalam melaksanakan suatu tahap

proses pembuatan, kesalahan dalam pemakaian bahan/ material, kesalahan

dalam penimbangan atau tercampur dengan bahan lain, hasil uji stabilitas

diluar spesifikasi.

2) Major Deviation Penyimpangan yang tidak termasuk kritikal, yang secara

potensial dapat mempengaruhi kualitas, kemanan, efikasi atau pemenuhan

persyaratan suatu produk obat atau alat kesehatan. Contoh major deviation

yaitu: “yield” produk berlebih karena kesalahan penimbangan eksipien atau

zat tambahan lain yang tidak beresiko; kesalahan pencetakan nomor batch,

tanggal daluarsa, tapi produk belum diluluskan.

3) Minor Deviation Deviasi yang tidak termasuk kritikal atau major, yang secara

potensial berdampak pada sistem GMP, utilities, peralatan, bahan, komponen,

lingkungan atau dokumentasi, tetapi tidak mempengaruhi kualitas, keamanan

atau efikasi dari produk obat atau alat kesehatan. Contoh penyimpangan minor

yaitu batas penyimpanan maksimum produk setengah jadi terlampaui dan

ditemukan imported finished good yang tidak memiliki penandaan batch pada

proses repacking.
Sedangkan menurut golongan, kegagalan atau penyimpangan dibagi menjadi

dua yaitu:

1) General failure : Semua penyimpangan yang terjadi di site dan hal tersebut

tidak berhubungan secara langsung dengan suatu produk tertentu, misalnya

penyimpangan pada persiapan produk, penyimpangan sistem pengolahan air

dan sebagainya.

2) Batch deviation : Semua penyimpangan yang terjadi pada proses pembuatan

atau pengemasan suatu produk, misalnya kegagalan salah satu tahapan proses,

pengemasan dan sebagainya. Apabila terjadi kegagalan, tindakan yang

pertama kali diambil adalah penghentian proses dan produk tersebut di

karantina. Kegagalan tersebut kemudian dilaporkan ke Manager bagian

bersangkutan kemudian diteruskan ke Head of IQC yang akan memeriksa dan

mengevaluasi serta mengambil keputusan tindakan yang harus dilakukan.

Terhadap semua penyimpangan, baik besar maupun kecil, akan diambil

langkah selanjutnya oleh IQC Department.

h. Validasi : Rencana Induk Validasi, Protokol & Laporan Validasi

a. Validasi

- Definisi

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai

bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau

mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu akan

senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten (terus-menerus).

b. Rencana induk validasi

- Definisi :
Dokumen yang menguraikan secara garis besar tentang program/kegiatan

validasi di industri farmasi yang bersangkutan secara keseluruhan.

- Format :

1. Pendahuluan (filosofi, maksud dan tujuan pelaksanaan program validasi)

2. Organisasi dan Tanggung Jawab

3. Perencanaan, Pendekatan dan Jadwal Pelaksanaan Fasilitas, proses dan

produk; kriteria pelulusan; format dokumentasi; matriks pendekatan dan

penjadwalan kegiatan.

i. Program Inspeksi diri & Audit Eksternal

- Definisi :

Inspeksi diri pada dasarnya adalah cara untuk mengkaji kembali secara

obyektif seluruh tata kerja diri sendiri dari setiap aspek yang mungkin berpengaruh

pada jaminan mutu (Quality Assurance)

- Tujuan :

Mengetahui kekurangan (cacat), baik yang kritis, berdampak besar maupun

berdampak kecil kemudian menetapkan cara-cara yang efektif untuk mencegah dan

memperbaikinya.

- Pelaksanaan :

 Harus ada protap

 Team inspeksi diri & penanggung jawab (QA Manager)

 Pelatihan Auditor

 Tindak lanjut

- External Audit :

 Tersedia Protap Audit External

 Tersedia Kriteria Pemasok (approved supplier)


 Dilakukan secara berkala dan dibuat laporan tertulis

- Hal-hal yang di inspeksi :

1. Karyawan

 Catatan kesehatan

 Catatan pelatihan

 Sanitasi & Higiene

2. Bangunan (termasuk Sarana Penunjang)

 Kualitas ruangan produksi (jumlah partikel, suhu/kelembaban, kebersihan,

dll)

 Kapasitas ruangan, cukup apa tidak?

 AHU, Air Untuk Produksi (DMW, WFI, etc.)

3. Dokumentasi

 Batch record, protap, spesifikasi, dll

 Protokol & Laporan Validasi/kualifikasi

 Kartu Stock, Penandaan, dan Catatan Distribusi

4. Produksi

 Pengisian catatan bets, penandaan alat/mesin utama, pelaksanaan proses

produksi

 Resiko Mix-up dan cross contamination

5. Pengawasan Mutu

 Validasi/verifikasi metoda analisa

 Uji kesesuaian sistem (HPLC, Spektrofotometer UV-Vis, GC, dll)

 Personalia (kompeten dan terlatih)

j. Penanganan terhadap Keluhan, Obat Kembalian dan Penarikan Obat


- Merupakan indikasi adanya “masalah” dalam penerapan QMS.

- Laporan keluhan terhadap obat yang diproduksi dapat menyangkut soal mutu,

efek samping yang merugikan atau masalah efek terapeutik.

- Semua keluhan dan laporan keluhan harus diteliti dan dievaluasi dengan cermat,

kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan.

- Dari hasil laporan terhadap keluhan tersebut kemudian dikategorikan dan

selanjutnya dibuat trend analysis sebagai pedoman untuk membuat langkah-

langkah pencegahan.

- Obat Kembalian adalah obat jadi yang telah beredar yang kemudian dikembalikan

ke pabrik pembuatnya karena adanya keluhan, kerusakan, kedaluarsa, masalah

keabsahan atau sebab-sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan

sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, khasiat atau mutu obat.

- Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa

batch atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan

kembali obat jadi dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak

memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan efek samping yang

tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA
BPOM, 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik (Guidelines On Good
Manufacturing). Indonesia

BPOM, 2009. Pedoman Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat Yang Baik
(Guideline On Good Manufacturing Practices For Active Pharmaceutical
Ingredients). Indonesia

Anda mungkin juga menyukai