Manajemen Mutu
Manajemen mutu merupakan suatu aspek fungsi manajemen yang menentukan dan
mengimplementasikan Kebijakan Mutu, yang merupakan pernyataan formal dari manajemen
puncak suatu industri farmasi dan menyatakan arahan serta komitmen terhadap mutu produk.
Kebijakan mutu hendaklah dirumuskan dan ditandatangani oleh manajemen puncak
(president director atau general manager atau chief executive officer) sebagai bentuk
komitmen penerapan mutu di industri yang bersangkutan
Unsur dasar Manajemen Mutu terdiri dari:
Sistem Mutu, merupakan infrastruktur manajemen mutu, yang mencakup
semua sumber daya yang diperlukan, yaitu rangkuman semua prosedur dan
proses yang mengatur Sistem Mutu, sumber daya yang terkait dengan personil
yang mencakup struktur organisasi dan uraian tugas yang menjabarkan
tanggung jawab dan kewajiban personil terkait. Sistem Mutu hendaklah
dicerminkan dalam Dokumen Induk Industri Farmasi.
Pemastian mutu, merupakan alat (tools) manajemen mutu, yang merupakan
tindakan sistematis untuk melaksanakan Sistem Mutu.
Untuk memonitor efektivitas pelaksanaan Sistem Mutu, manajemen hendaklah
melakukan Kajian Manajemen Mutu secara berkala. Kajian ini antara lain meliputi
pencapaian pelaksanaan validasi, kualifikasi, termasuk juga penanganan keluhan, penarikan
kembali produk jadi, penyimpangan, usulan perubahan, inspeksi diri dan audit mutu serta
pelatihan.
Konsep keterkaitan mutu antara Manajemen Mutu, Pemastian Mutu, CPOB,
Pengawasan Mutu:
PEMASTIAN MUTU
Dalam organisasi, bagian Pemastian Mutu adalah bagian yang membangun,
mengembangkan dan memonitor pelaksanaan Sistem Mutu dari suatu perusahaan dan
memastikan penerapan CPOB dalam tiap langkah pembuatan obat.
PENGAWASAN MUTU
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan
dan bahwabahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan
tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu. Fungsi ini
hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk
memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan
dapat diandalkan.
2. Personalia
Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman
praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah tidak dibebani tanggung jawab
yang berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap mutu obat.
Kualifikasi dan pengalaman personil yang diperlukan untuk tiap posisi hendaklah
ditetapkan secara tertulis (biasanya oleh pimpinan tertinggi bersama bagian sumber daya
manusia dan - untuk tingkat lebih rendah - juga kepala manajemen mutu [pemastian mutu]),
yang disimpan oleh bagian sumber daya manusia, tapi juga dapat ditampilkan pada uraian
tugas masing-masing.
Jumlah Personil. Kekurangan jumlah personil cenderung memengaruhi kualitas obat,
yang mengakibatkan tugas akan dilakukan secara tergesa-gesa dengan segala risikonya. Di
samping itu kekurangan jumlah personil biasanya mengakibatkan kerja lembur sering
dilakukan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan mental baik bagi operator maupun
supervisor atau malahan bagi personil pada tingkat lebih tinggi, yaitu - antara lain - yang
melakukan evaluasi dan / atau mengambil keputusan.
Bagi personil pada posisi tingkat tinggi, penentuan jumlah personil tidak sederhana,
karena biasanya jam kerja personil pada posisi ini tidak dibatasi oleh jam kerja yang reguler
dan aktivitas / tugasnya lebih kompleks daripada tugas / kegiatan personil tingkat operator.
Tapi proses penentuannya dapat dimulai dengan melakukan analisis tugas (job analysis) dan
kemudian mengalokasikan waktu dalam seminggu untuk tiap tugas yang harus diselesaikan.
PERSONIL KUNCI
Industri dapat menentukan posisi lain yang lebih tinggi, sama atau lebih rendah
dicakup dalam kategori personil kunci; yang harus dipertahankan adalah bahwa Kepala
Bagian Produksi dan Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / Kepala Bagian
Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain.
PELATIHAN
Program pelatihan hendaklah disetujui bersama oleh masing- masing kepala bagian
dan Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Program pelatihan hendaklah
mencakup antara lain:
Materi umum yang harus diberikan kepada semua personil pada hari pertama
kerjanya,
CPOB dasar (termasuk mikrobiologi dan higiene perorangan) kepada semua personil,
CPOB spesifik kepada personil berkaitan, misal bagi mereka yang menangani
pembuatan produk steril, menangani pembuatan produk toksis atau berpotensi tinggi
dan / atau bersifat sensitisasi,
Pemahaman semua Protap, metode analisis dan prosedur lain bagi personil berkaitan,
dan pengetahuan mengenai sifat bahan / produk, cara pengolahan dan pengemasan.
AREA PENIMBANGAN
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara penimbangan
hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan
tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.
AREA PRODUKSI
Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi pencemaran silang,
suatu sarana khusus dan self-contained harus disediakan untuk produksi obat tertentu seperti
produk yang dapat menimbulkan sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat
biologis (misal mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika tertentu, hormon
tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk mengandung bahan aktif tertentu
berpotensi tinggi, dan produk nonobat hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam
kasus pengecualian, bagi produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets produk secara
‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal telah mengambil tindakan
pencegahan yang spesifik dan validasi yang diperlukan telah dilakukan.
Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk steril.
Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk nonsteril. Persyaratan lain
untuk pembuatan produk steril dirangkum pada Aneks 1 Pembuatan Produk Steril
Sarana penunjang khusus misal pemakaian sistem penghisap debu yang dilengkapi
dengan filter yang sesuai dan / atau sarana yang dilengkapi dengan LAF. Untuk mencegah
kontaminasi silang hendaklah diatur tekanan udara. Disarankan mempunyai ruang khusus
untuk pengawasan selama-proses.
AREA PENYIMPANAN
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untukmenyimpan
dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina,
produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk
yang ditarik dari peredaran. Apabila kondisi penyimpanan khusus (misal suhu, kelembaban)
dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dikendalikan, dipantau dan dicatat di mana
diperlukan.
Area penerimaan dan pengiriman hendaklah terpisah dari area penyimpanan barang.
Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat memberikan perlindungan bahan
dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan hendaklah didesain dan dilengkapi dengan
peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang bila perlu sebelum
dipindahkan ke tempat penyimpanan.
Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan
produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.
Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obat berbahaya lain, dan
zat atau bahan yang mengandung risiko tinggi terhadap penyalahgunaan, kebakaran atau
ledakan hendaklah disimpan di area yang terjamin keamanannya. Obat narkotik dan obat
berbahaya lain hendaklah disimpan di tempat terkunci.
SARANA PENDUKUNG
Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan laboratorium
pengawasan mutu. Sarana untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet
hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses. Toilet tidak boleh
berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian
hendaklah berhubungan langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat,
agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke-bets dan untuk
memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi
silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada
mutu produk.
DESAIN DAN KONTRUKSI
Bahan inert yang digunakan untuk bagian peralatan yang bersentuhan dengan bahan
awal, produk antara atau produk ruahan antara lain adalah:
Untuk memudahkan pembersihan alat dan memastikan kebersihannya, rancang
bangun peralatan dibuat sedemikian rupa agar:
a. Sederhana tapi sesuai dengan tujuan penggunaan, mudah dibongkar dan dipasang
kembali sebelum dan setelah dibersihkan;
b. Tidak ada bagian yang tidak terjangkau pada pembersihan;
c. Tidak ada bagian yang menahan sisa produk atau larutan pencuci; dan
d. Tidak berkarat dan tidak mudah tergores.
Untuk pencucian dan pembersihan dianjurkan menggunakan:
- lap yang terbatas pelepasan seratnya (untuk pembuatan produk steril dengan lap
bebas serat);
- mesin penghisap debu;
- udara bertekanan dengan persyaratan tertentu; dan
- sikat nylon (jangan menggunakan sikat yang mudah melepaskan partikel misal sikat
ijuk).
PEMASANGAN DAN PENEMPATAN
Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk
menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran
produk. Di dalam satu ruangan hanya boleh ada satu atau satu set peralatan untuk satu produk
agar tidak terjadi pencemaran silang.
Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain hendaklah dipasang
sedemikian rupa agar mudah diakses pada tiap tahap proses. Pemipaan adalah seluruh jenis
pipa termasuk sambungan, katup dan insulator pipa. Pipa hendaklah diberi penandaan yang
jelas untuk menunjukkan isi dan arah aliran.
Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas yang jelas.
Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah dan catatan bets untuk menunjukkan unit
atau peralatan yang digunakan pada pembuatan bets tersebut kecuali bila peralatan tersebut
hanya digunakan untuk satu jenis produk saja. Peralatan yang rusak, jika memungkinkan,
hendaklah dikeluarkan dari area produksi dan pengawasan mutu, atau setidaknya, diberi
penandaan yang jelas.
PERAWATAN
Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk. Waktu
pelaksanaan perbaikan dan perawatan hendaklah disesuaikan dengan jadwal kegiatan
produksi. Hendaklah ditetapkan spesifikasi internal untuk bahan pendingin, pelumas dan
bahan kimia lain yang digunakan untuk keperluan produksi.
Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat dalam
buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap bets atau
lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk
satu produk saja dapat ditulis dalam catatan bets.
Untuk produksi secara kampanye, hendaklah dilakukan pembersihan antar bets
dengan cara yang sesuai. Hendaklah ditetapkan jumlah maksimum bets dalam satu kampanye
sebelum dilakukan pembersihan menyeluruh.
6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan;
dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan
sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi
hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya
dengan pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dimana perlu dan diberi penandaan dengan
data yang diperlukan. Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan
terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada Bagian Pengawasan
Mutu.
Untuk memudahkan rotasi stok, hendaklah industri melaksanakan / mengaplikasikan
prinsip FIFO / FEFO dan memantau bahan awal dan bahan pengemas yang memerlukan
pemeriksaan ulang maupun kadaluwarsa baik secara manual maupun sistem komputerisasi.
Pencegahan terhadap penyebaran debu akibat pengolahan bahan atau produk kering dapat
dilakukan dengan alat atau sistem penghisap debu selama proses pengolahan. Alat atau
sistem penghisap debu tersebut hendaklah dilengkapi dengan filter yang memadai sesuai
dengan kelas kebersihan lingkungan dan produknya.
BAHAN AWAL
Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan oleh karena itu hendaklah
melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan khusus dan menyeluruh perihal pemasok.
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi
spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen. Dianjurkan agar
spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat untuk bahan awal dibicarakan dengan pemasok.
Sangat menguntungkan bila semua aspek produksi dan pengawasan bahan awal tersebut,
termasuk persyaratan penanganan, pemberian label dan pengemasan, juga prosedur
penanganan keluhan dan penolakan, dibicarakan dengan pabrik pembuat dan pemasok.
Tiap pengiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan yang akan
menunjukkan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan dan pengolahan. Nomor
tersebut hendaklah jelas tercantum pada label wadah untuk memungkinkan akses ke catatan
lengkap tentang pengiriman atau bets yang akan diperiksa.
Pemeriksaan wadah dapat dilakukan berdasarkan waktu, prioritas, lokasi, tipe bahan
awal, bersamaan dengan, misalkan kegiatan penimbangan, re-sampling, cycle count, stock
taking dan sebagainya sehingga integritas wadah dan isinya terkendali. 6.33 Cukup jelas. 6.34
Tergantung dari kestabilan bahan awal, penyimpanan hendaklah dilakukan dalam ruang atau
tempat yang suhunya dikendalikan. Untuk penyimpanan hendaklah tersedia ruang atau
tempat dengan suhu berbeda-beda antara lain dengan:
- Suhu ruang (ambient) : ≤ 30oC;
- Suhu ruang berpendingin udara (AC) : ≤ 25oC;
- Dingin : 2o - 8 oC ; dan
- Beku : di bawah 0oC.
Kondisi penyimpanan hendaklah disesuaikan dengan yang tercantum pada label
bahan awal atau sesuai dengan sifat fisik dan kimia bahan tersebut. Bahan awal yang ditolak
hendaklah disimpan di tempat khusus yang dikunci. Untuk memudahkan pengendalian, bahan
awal yang ditolak atau tidak diluluskan hendaklah diberi label jelas dan yang berbeda dari
label lain
VALIDASI PROSES
Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan hendaklah dicatat.
Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru diadopsi, hendaklah diambil
langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, dan
bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah
ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu.
Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan peralatan atau
bahan yang dapat memengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas proses hendaklah
divalidasi. Hendaklah secara kritis dilakukan revalidasi secara periodik untuk memastikan
bahwa proses dan prosedur tetap mampu mencapai hasil yang diinginkan.
PENCEGAHAN PENCEMARAN SILANG
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus dihindarkan.
Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan
atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada
alat dan pakaian kerja operator. Tingkat risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar
dan produk yang tercemar. Di antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang
dapat menimbulkan sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup,
hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling
terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis
besar dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang.
Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran
mikroba dan pencemaran lain. Tindakan pencegahan terhadap pencemaran silang dan
efektivitasnya hendaklah diperiksa secara berkala, misal dengan melakukan:
a) pemeriksaan rutin pada filter udara apakah masih baik, bocor atau sudah harus
diganti;
b) pemeriksaan perbedaan tekanan udara antar-ruang, terutama ruang penyangga; dan
c) pemeriksaan lingkungan terhadap kemungkinan pencemaran.
SISTEM PENOMORAN BETS/LOT
Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan
tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi
dapat diidentifikasi. Yang dimaksud dengan tidak diperkenankan memakai nomor bets atau
nomor lot yang sama pada produk yang sama adalah selama periode waktu tertentu, yaitu
paling sedikit dalam jangka waktu 10 tahun. Untuk bets yang diolah ulang hendaklah
diberikan kode tambahan terhadap nomor bets tersebut, misal penambahan huruf P
(pengolahan ulang).
PENIMBANGAN DAN PENYERAHAN
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas,
produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan
memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian terhadap
pengeluaran bahan dan produk tersebut untuk produksi, dari gudang, area penyerahan, atau
antar bagian produksi, adalah sangat penting.
Cara penanganan, penimbangan, penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, dan produk ruahan hendaklah tercakup dalam prosedur tertulis.
Pencatatan dapat dilakukan secara manual atau secara elektronis / komputerisasi yang
tervalidasi.
PENGEMBALIAN
Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang dikembalikan hendaklah diberi
penandaan, jumlahnya diperiksa kembali dan disetujui oleh petugas yang diberi wewenang.
Bahan pengemas yang telah diberi kode hendaklah dimusnahkan. Bahan awal yang telah
dikeluarkan dari wadah aslinya serta dipindahkan ke dalam wadah lain hendaklah diberi label
identitas dan status yang jelas.
OPERASI PENGOLAHAN - PRODUK ANTARA DAN PRODUK RUAHAN
Pemantauan kondisi area pengolahan dan langkah yang harus dilakukan sebelum
mulai proses pengolahan hendaklah menggunakan suatu daftar periksa yang mencakup antara
lain kebersihan ruangan dan peralatan, perbedaan tekanan antar ruangan, bebas dari bahan
dan produk sebelumnya, bila perlu suhu dan kelembaban nisba.
Semua kegiatan pengolahan dan kejadian yang terjadi di luar prosedur yang
ditetapkan hendaklah dicatat pada Catatan Pengolahan Bets dan dilaporkan kepada kepala
bagian Produksi dengan menggunakan formulir khusus yang disiapkan. Penyebab
penyimpangan hendaklah diselidiki bersama kepala bagian Pemastian Mutu dan tindakan
untuk menghindarkan keberulangan hendaklah ditetapkan melalui sistem Corrective Action
and Preventive Action (CAPA).
Wadah dan penutup yang digunakan untuk bahan yang akan diolah hendaklah terbuat
dari bahan yang inert antara lain polietilen, kaca, baja tahan karat. Bahan tersebut tidak
berpori, mudah dibersihkan dan bukan merupakan media pertumbuhan mikroba.
Batas waktu dan kondisi penyimpanan produk dalam-proses, termasuk produk ruahan,
hendaklah ditetapkan agar produk tidak mengalami penurunan mutu selama penyimpanan
sebelum dilakukan proses selanjutnya. Penetapan batas waktu dan kondisi penyimpanan
tersebut hendaklah divalidasi.
BAHAN DAN PRODUK KERING
Sebelum dan sesudah pengolahan petugas produksi hendaklah memeriksa antara lain:
ayakan, punch dan die mesin tablet terhadap kerusakan atau keausan yang dapat
menimbulkan serpihan logam dalam produk. Instruksi tertulis yang sesuai dapat dicakup
dalam Protap atau dalam Prosedur Pengolahan Induk. Jika pada waktu selesai pengolahan
diketahui ada kerusakan pada alat pengolahan yang digunakan, serpihan alat ini hendaklah
ditemukan secara lengkap sebelum proses dilanjutkan; bila perlu, alat pendeteksi logam dapat
digunakan. Kejadian seperti ini hendaklah dicatat pada Catatan Pengolahan Bets. 6.84
Pemeriksaan kemungkinan ada tablet atau kapsul yang terselip pada alat hendaklah tercantum
dalam pemeriksaan kesiapan jalur atau dalam Prosedur Pengolahan Bets.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang
Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang
berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai
dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta
termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua
pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau
produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam
semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu
dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan
kegiatan dengan memuaskan.
UMUM
Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian Pengawasan Mutu. Bagian
ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab dan wewenang seorang
dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa
laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan
Pengawasan Mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan.
Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian Pengawasan Mutu
hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan
digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan.
Area laboratorium hendaklah terpisah secara fisik dari area produksi agar bebas dari
sumber cemaran maupun getaran yang dapat berpengaruh terhadap hasil pengujian.
Dianjurkan agar disediakan koridor untuk memisahkan area laboratorium dari area produksi,
apabila keduanya berada di gedung yang sama.
Sistem tata udara di laboratorium hendaklah terpisah dengan sistem tata udara ruang
produksi. Dalam suatu fasilitas pembuatan produk biologi, laboratorium hendaklah dalam
bangunan khusus yang terpisah dari area produksi. Jika diperlukan, sistem ventilasi
hendaklah mampu menarik uap, gas, asap, debu, bau dan panas dengan segera. Dalam hal ini,
hendaklah disediakan lemari asam yang dilengkapi sistem penghisap udara untuk
menghindari penetrasi asap toksis ke area laboratorium. Kecepatan penghisap udara
minimum 15 meter kubik udara per jam per meter kubik volume lemari asam dan kecepatan
aliran udara pada permukaan pipa penghisap (face velocity) 0,4–0,6 meter per detik.
Kecepatan aliran udara hendaklah dipantau dan dicatat secara periodik.
Dalam pemasangan instalasi pipa listrik, air, gas, udara vakum dan udara tekan
hendaklah diperhatikan kemudahan untuk pemeliharaan dan perbaikan, misalnya dengan cara
memasang dalam panel yang mudah dibuka atau menempelkannya pada bagian luar dinding.
Instalasi pipa hendaklah diberi kode atau warna yang berbeda, disertai tanda panah untuk
menunjukkan arah aliran di dalamnya, sehingga kekeliruan dalam pemakaian atau perbaikan
saluran dapat dihindarkan.
Laboratorium pengawasan selama-proses akan lebih memudahkan apabila letaknya di
area proses atau pengemasan di mana dilakukan pengujian fisis seperti penimbangan dan uji
pemantauan lain secara periodik. Dalam hal itu tingkat kebersihan laboratorium pengawasan
selama-proses hendaklah memenuhi persyaratan standar lingkungan area produksi yang
bersangkutan.
Uji sterilitas hendaklah dilakukan dalam area Kelas A berlatar belakang ruang Kelas
B dilengkapi dengan fasilitas ruang ganti dan ruang penyangga udara (airlock) atau dalam
isolator berlatar belakang kelas D. Mengingat bahwa hewan merupakan sumber cemaran dan
perlakuan khusus diperlukan untuk hewan percobaan, maka laboratorium biologi dan ruang
hewan uji hendaklah terletak dalam ruang yang terpisah dengan sistem pengendali udara
sendiri dan dilengkapi dengan ruang antara yang berfungsi sebagai ruang penyangga udara.
Tempat pemeliharaan hewan hendaklah berada dalam bangunan terpisah.
Limbah dan residu hendaklah ditampung dalam wadah yang tertutup rapat dan diberi
tanda jelas yang menyatakan jenis dan penggolongan risiko limbah tersebut. Pemusnahan
limbah dan residu hendaklah dilaksanakan tanpa menimbulkan pencemaran lingkungan.
Personil Tiap personil pengawasan mutu hendaklah memenuhi kualifikasi yang dapat dicakup
dalam uraian tugas masing-masing.
Hendaklah tersedia pancuran air darurat dan pencuci mata darurat. Aliran air pencuci
mata hendaklah memancar pada ketinggian yang memadai sehingga air dapat membasuh
kedua mata sekaligus. Pancuran air darurat dan pencuci mata darurat hendaklah dapat dicapai
dalam waktu 10 detik atau berjarak paling jauh 30 m dari lokasi yang diperkirakan dapat
terjadi kecelakaan.
Label penandaan Baku Kerja / Baku Pembanding Sekunder hendaklah mencakup
kadar, tanggal pembuatan, tanggal daluwarsa, tanggal pertama kali tutup wadahnya dibuka
dan bila perlu kondisi penyimpanan. Informasi lain yang tidak tertampung pada label misal
kadar air, tanggal pembukaan kedua dan seterusnya hendaklah didokumentasikan pada
catatan lain.
Hendaklah tanggal penerimaan dan pertama kali wadah dibuka dicantumkan pada tiap
wadah bahan yang digunakan untuk kegiatan pengujian (misalnya pereaksi dan baku
pembanding).
Bagian penting dokumentasi yang berkaitan dengan Pengawasan Mutu berikut ini
hendaklah tersedia di bagian Pengawasan Mutu: spesifikasi; prosedur pengambilan sampel;
prosedur dan catatan pengujian (termasuk lembar kerja analisis dan/atau buku catatan
laboratorium); laporan dan/atau sertifikat analisis; data pemantauan lingkungan, bila
diperlukan; catatan validasi metode analisis, bila diperlukan; dan prosedur dan catatan
kalibrasi instrumen serta perawatan peralatan.
Revisi berkala terhadap spesifikasi diperlukan untuk memenuhi persyaratan yang
diuraikan di dalam edisi farmakope nasional terakhir atau kompendial resmi lain. Semua
dokumentasi Pengawasan Mutu yang terkait dengan catatan bets hendaklah disimpan sampai
satu tahun setelah tanggal daluwarsa bets yang bersangkutan. Di samping informasi yang
merupakan bagian dari catatan bets, data asli lain seperti buku catatan laboratorium dan/atau
rekaman hendaklah disimpan dan tersedia.
PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel merupakan kegiatan penting di mana hanya sebagian kecil saja
dari satu bets yang diambil. Keabsahan kesimpulan secara keseluruhan tidak dapat didasarkan
pada pengujian yang dilakukan terhadap sampel yang tidak mewakili satu bets. Oleh karena
itu cara pengambilan sampel yang benar adalah bagian yang penting dari sistem Pemastian
Mutu.
Sampel pembanding tiap bets produk akhir hendaklah disimpan sampai satu tahun
pasca tanggal daluwarsa. Produk akhir hendaklah disimpan dalam kemasan akhir dan dalam
kondisi yang direkomendasikan. Sampel bahan awal (di luar bahan pelarut, gas dan air)
hendaklah disimpan selama paling sedikit dua tahun pasca pelulusan produk terkait bila
stabilitasnya mengizinkan. Periode waktu ini dapat diperpendek apabila stabilitasnya lebih
singkat, sesuai spesifikasinya yang relevan. Jumlah sampel pertinggal bahan dan produk
hendaklah cukup untuk memungkinkan pelaksanaan minimal satu pengujian ulang lengkap.
BAHAN AWAL
Identitas suatu bets bahan awal biasanya hanya dapat dipastikan apabila sampel
diambil dari tiap wadah dan dilakukan uji identitas terhadap tiap sampel. Pengambilan
sampel boleh dilakukan terhadap sebagian dari jumlah keseluruhan wadah bila telah tersedia
prosedur tervalidasi yang menjamin bahwa tidak satu pun wadah bahan awal yang keliru
diidentifikasi pada labelnya.
8. Inspeksi Diri, Audit Mutu Dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada situasi khusus,
misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang.
Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi
diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Dengan melakukan inspeksi diri dapat diketahui kekurangan atas pemenuhan CPOB,
baik yang kritis, yang berdampak besar maupun yang berdampak kecil. Penilaian terhadap
kekurangan atas pemenuhan CPOB sebagai berikut:
Inspeksi diri hendaklah dilakukan oleh tim yang anggotanya ditunjuk secara tertulis
atau ditetapkan dalam sistem inspeksi diri. Anggota tim inspeksi diri hendaklah mempunyai
pengetahuan tentang CPOB dan penerapannya, terkualifikasi dan mempunyai pengalaman
yang memadai dalam melakukan inspeksi diri.
Inspeksi diri dapat dilakukan sendiri oleh pihak perusahaan dengan membentuk suatu
tim atau oleh konsultan yang independen dari luar perusahaan. Di samping menemukan
kekurangan dan kelemahan lain, juga harus ditetapkan cara yang efektif untuk pencegahan
keberulangan hal yang sama dan untuk melakukan perbaikan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara indipenden dan rinci oleh personil (-
personil) perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri
yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Audit
independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat.
Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah mencakup:
- Semua hasil pengamatan yang dilakukan selama inspeksi dan, bila
memungkinkan,
- Saran untuk tindakan perbaikan.
Dalam menjalankan inspeksi diri, tim hendaklah berfokus pada tujuan yaitu untuk
menemukan hal yang memerlukan perbaikan dan bukan untuk mencari kesalahan seseorang.
Laporan hendaklah mencakup semua temuan dan tingkat kekritisan dari temuan serta saran
tim untuk tindakan perbaikan dengan tetap mempertimbangkan tingkat kekritisan untuk
menentukan prioritas pelaksanaan perbaikan melalui proses Tindakan Korektif dan Tindakan
Preventif (Corrective Action and Preventive Action / CAPA).
AUDIT MUTU
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu
dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh
spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh
manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima
kontrak
AUDIT DAN PERSETUJUAN PEMASOK
Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah bertanggung jawab
bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan
memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan bahan pengemas.
Daftar pemasok hendaklah disiapkan dan ditinjau ulang.
Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan dimasukkan ke dalam
daftar pemasok atau spesifikasi. Evaluasi hendaklah mempertimbangkan riwayat pemasok
dan sifat bahan yang dipasok. Jika audit diperlukan, audit tersebut hendaklah menetapkan
kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar CPOB. Semua pemasok yang telah
ditetapkan hendaklah dievaluasi secara teratur.
9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk Dan Penarikan Kembali Produk
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat, dapat bersumber dari dalam maupun dari luar industri, dan memerlukan
penanganan serta pengkajian secara teliti. Keluhan atau informasi yang bersumber dari dalam
industri antara lain dapat dari bagian produksi, bagian pengawasan mutu, bagian gudang dan
bagian pemasaran, sementara dari luar industri antara lain dapat berasal dari pasien, dokter,
paramedis, klinik, rumah sakit, apotek, distributor dan Badan POM.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan dari satu atau beberapa bets
atau seluruh bets produk tertentu dari rantai distribusi karena keputusan bahwa produk tidak
layak lagi untuk diedarkan. Keputusan ini dapat bersumber dari Badan POM atau dari
industri. Personil yang ditunjuk telah mendapat pelatihan dan dapat menunjukkan
kemampuan untuk melakukan penanganan keluhan. Kepala bagian Pemastian Mutu pada
uraian tugasnya hendaklah mencakup penanganan keluhan.
Tiap keluhan hendaklah diselidiki dan dievaluasi secara menyeluruh dan mendalam
serta mencakup:
a. pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan;
b. inspeksi atau pengujian sampel obat yang dikeluhkan dan diterima serta, bila perlu,
pengujian sampel pertinggal dari bets yang sama; dan
c. pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, catatan distribusi
dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan atau dilaporkan.
Tindak lanjut hasil evaluasi dan penelitian dapat berupa tindakan perbaikan antara
lain :
a. perubahan formula (eksipien, komposisi, bentuk sediaan);
b. perubahan prosedur pembuatan;
c. perubahan bahan pengemas; dan
d. perubahan kondisi penyimpanan.
10. Dokumentasi
Semua jenis dokumen dan media yang digunakan hendaklah ditetapkan dan dijelaskan
dalam Sistem Manajemen Mutu. Dokumentasi dapat dibuat dengan bentuk yang bervariasi
termasuk media berbasis kertas, elektronis atau fotografis. Tujuan utama sistem dokumentasi
yang digunakan haruslah untuk menentukan, mengendalikan, memantau dan mencatat
seluruh kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berdampak terhadap semua aspek
mutu obat.
Sistem Manajemen Mutu hendaklah mencakup rincian instruksi yang memadai untuk
memungkinkan pemahaman yang sama bagi semua pihak terhadap persyaratan, di samping
untuk memungkinkan pencatatan yang memadai dari berbagai proses dan evaluasi setiap
pengamatan, sehingga penerapan persyaratan yang sedang berjalan dapat dibuktikan.
Ada dua jenis utama dokumentasi yang digunakan untuk pengelolaan dan pencatatan
pemenuhan CPOB, yaitu: instruksi (perintah, persyaratan) dan catatan dan / atau laporan.
Penyelenggaraan yang tepat dari dokumentasi yang baik hendaklah diterapkan sesuai dengan
jenis dokumen. Pengendalian yang tepat hendaklah diterapkan untuk memastikan keakuratan,
keutuhan, ketersediaan dan keterbacaan dokumen.
Dokumen berisi instruksi hendaklah bebas dari kekeliruan dan tersedia dalam bentuk
tertulis. Makna dari “tertulis” adalah tercatat atau didokumentasi di dalam media dari mana
diperoleh data dalam bentuk yang dapat dibaca manusia.
a) Dokumen Produksi Induk, dokumen ini biasanya disiapkan oleh bagian Penelitian
dan Pengembangan dan masih memerlukan konversi ke dalam Prosedur
Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk yang divalidasi bagi tiap
ukuran bets untuk dapat digunakan memproduksi bets komersial.
c) Catatan Pengolahan Bets dan catatan pengemasan bets. Catatan Pengolahan Bets
hendaklah tersedia untuk tiap bets yang diolah. Dokumen ini hendaklah dibuat
berdasarkan bagian relevan dari Prosedur Pengolahan Induk yang berlaku. Metode
pembuatan catatan ini hendaklah didesain untuk menghindarkan kesalahan
transkripsi. Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets yang sedang dibuat.
Sebelum suatu proses dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan yang dicatat,
bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen
sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan untuk pengolahan yang
direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk penggunaannya. Sedangkan
Catatan Pengemasan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang dikemas.
Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur
Pengemasan Induk yang berlaku dan metode pembuatan catatan ini hendaklah
didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah
mencantumkan nomor bets dan jumlah produk jadi yang direncanakan akan
diperoleh. Sebelum suatu kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan
pemeriksaan yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari
produk dan dokumen sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan untuk
pengemasan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk
penggunaannya.
● Dokumen Induk Industri Farmasi / DIIF (Site Master File /SMF ), yang harus
disiapkan sesuai Pedoman Penyiapan Dokumen Induk Industri Farmasi
● Penanganan Penyimpangan
● Catatan Distribusi
Untuk Bahan Awal Biologi (misalnya Sel, Telur, Hewan, Virus, Bakteri)
● Spesifikasi
● Pemeliharaan Hewan
● Pengkajian Protokol
Untuk Sarana
● Pengoperasian Sistem, Pemeliharaan dan Kalibrasi (misalnya Pengaturan Udara/
HVAC*, Air, Uap Bersih)
● Pembersihan Sarana
● Pemantauan Lingkungan
● Alur Produk
● Alur Karyawan
● Aliran Udara
● Desinfektan / Fumigasi
● Pembasmian Hama
● Operasi
● Pemeliharaan Preventif
● Kalibrasi
● Pemantauan
Untuk Produksi
● Pengujian-dalam-pengolahan (Produksi)
● Spesifikasi
● Tanggal Daluwarsa
● Penetapan Kadar
● Uji Stabilitas
Hendaklah juga disiapkan untuk membuat Protap, yang meliputi antara lain format
Protap, siapa menyiapkan dan siapa memeriksa, cara merevisi, mengesahkan,
mendistribusikan, menarik kembali dan memusnahkan Protap yang tidak berlaku lagi. Format
Protap biasanya mencakup tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab, bahan dan alat (bila
perlu), prosedur, pelaporan (bila perlu), daftar lampiran (bila ada), dokumen rujukan (bila
ada), riwayat dan distribusi
Pada kontrak perlu disebutkan apakah kontrak pembuatan mencakup seluruh mata
rantai pembuatan (mencakup mulai dari pengadaan bahan sampai dengan pengemasan akhir
termasuk analisisnya) atau sebagian
PEMBERI KONTRAK
PENERIMA KONTRAK
Pengalihan pekerjaan kepada pihak ketiga berdasarkan kontrak harus mengacu kepada
Peraturan Kepala Badan POM tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat. Surat
perjanjian kontrak hendaklah mencakup pernyataan bahwa Penerima Kontrak wajib
melaporkan dan meminta persetujuan kepada Pemberi Kontrak apabila ada perubahan
aktivitas.
KONTRAK
Semua perangkat keras dan lunak yang digunakan dalam proses pembuatan obat
hendaklah dikualifikasi dan/atau divalidasi. Apabila suatu peralatan dilengkapi dengan sistem
komputerisasi, maka kualifikasi dapat dilakukan secara bersamaan dan kualifikasi perangkat
lunak hendaklah memerhatikan persyaratan. Kegiatan validasi meliputi kualifikasi (personil,
peralatan, sistem dan instrumen), kalibrasi alat ukur dan validasi (prosedur dan proses).
Komponen / proses yang memerlukan kualifikasi dan/atau validasi mencakup antara
lain:
sarana penunjang kritis mencakup antara lain sistem pengolahan air, sistem tata
udara dan sistem udara bertekanan
metode analisis;
instrumen laboratorium;
peralatan produksi;
konstruksi dan desain bangunan dan fasilitas;
personil;
prosedur pembersihan;
prosedur pengolahan dan prosedur pengemasan;
perubahan ukuran bets;
transfer proses produksi dan metode analisis*;
perubahan pemasok dan atau spesifikasi bahan awal dan bahan pengemas;
udara dan sistem udara bertekanan;
sistem komputerisasi.
PERENCANAAN VALIDASI
Hendaklah dibuat dokumen RIV yang menyajikan informasi mengenai program kerja
validasi perusahaan. Dokumen ini hendaklah juga memberi rincian jadwal kerja validasi yang
harus dilaksanakan dengan memerhatikan urutan pelaksanaan misal sebelum melaksanakan
validasi proses:
a. personil;
b. alat;
c. metode analisis;
d. sarana penunjang kritis; dan
e. bangunan; harus sudah terkualifikasi termasuk alat-alat ukur terkait.
Pemantauan pencapaian RIV yang sudah ditetapkan hendaklah dilakukan secara
berkala.
Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan
baru atau yang dimodifikasi. Penyusunan Data Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah
mempertimbangkan hasil Factory Acceptance Test (FAT) dan Site Acceptance Test (SAT);
FAT dan SAT dapat dijadikan sebagai dokumen penunjang Laporan KI.
Kualifikasi Operasional (KO)
VALIDASI PROSES
Bets hasil Validasi Prospektif (minimum 3 bets berturut-turut) hanya dapat diluluskan
untuk dijual berdasarkan hasil serangkaian uji Pengawasan Mutu yang intensif, pengkajian
kondisi pembuatan, hasil Uji Stabilitas dan persetujuan dari Pemastian Mutu.
Produk yang telah divalidasi secara prospektif, karena hal tertentu seperti:
a. perubahan parameter proses (misal perubahan RH, suhu, waktu, rpm dll.) sebagai
tindak lanjut dari adanya penyimpangan (misal granulasi ulang, pencetakan ulang,
dll.) atau rekomendasi dari Pengkajian Mutu Produk;
d. transfer pembuatan produk ke pabrik lain dengan syarat: tidak ada perubahan
formula, sumber bahan baku zat aktif dan zat tambahan, proses produksi,
spesifikasi obat, spesifikasi bahan pengemas, dan proses telah divalidasi di pabrik
asal, maka
Validasi Retrospektif adalah validasi proses pembuatan produk yang telah dipasarkan
yang dilaksanakan berdasarkan data pembuatan, pengujian dan pengawasan bets yang
dikumpulkan sesuai dengan Protokol yang telah disiapkan dan disetujui. Validasi
Retrospektif hendaklah mencakup analisis tren dengan menggunakan control chart dari data
riwayat pembuatan dan pengendalian mutu (misal hasil uji kadar, uji disolusi, pH dan bobot
jenis)
VALIDASI PEMBERSIHAN
Validasi prosedur pembersihan dilakukan untuk setiap peralatan / mesin yang kontak
langsung dengan produk (zat aktif). Kajian risiko dilakukan untuk mengkaji apakah suatu
prosedur pembersihan, setelah dipakai untuk membuat semua produk yang menggunakan alat
yang sama perlu divalidasi. Pembersihan Alat Baru atau Alat sesudah perawatan atau
perbaikan. Pertimbangan khusus diberikan dalam melakukan pencucian awal peralatan baru
dan pencucian setelah pembongkaran mesin untuk diperbaiki untuk memastikan sisa – sisa
debu maupun pelumas.
b) Dari kelompok produk sejenis dapat dipilih satu produk yang mewakili kelompok
tersebut; dan
Tujuan prosedur analisis hendaklah jelas dan dimengerti karena hal ini akan menentukan
karakteristik validasi yang perlu dievaluasi. Karakteristik validasi yang umumnya perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
akurasi;
presisi;
ripitabilitas;
intermediate precision;
spesivisitas;
batas deteksi;
batas kuantitasi;
linearitas; dan
rentang.
PENGENDALIAN PERUBAHAN
Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci langkah yang diambil jika ada usul
perubahan terhadap bahan awal, komponenprodu k, peralatan proses, lingkungan kerja (atau
pabrik), proses produksi atau pengujian ataupun perubahan yang berpengaruh terhadap mutu
atau reprodusibilitas proses. Prosedur pengendalian perubahan hendaklah memastikan bahwa
data pendukung cukup untuk menunjukkan bahwa proses perubahan yang diperbaiki akan
menghasilkan suatu produk sesuai mutu yang diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan.
Semua perubahan yang dapat memengaruhi mutu produk atau reprodusibilitas proses
hendaklah secara resmi diajukan, didokumentasikan dan disetujui. Kemungkinan dampak perubahan
fasilitas, sistem dan peralatan terhadap produk hendaklah dievaluasi, termasuk analisis risiko.
Hendaklah ditentukan kebutuhan dan cakupan untuk melakukan kualifikasi dan validasi ulang.
VALIDASI ULANG
Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan serta metode
analisis hendaklah dievaluasi secara berkala untuk konfirmasi keabsahannya. Jika tidak ada
perubahan yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan dengan bukti bahwa fasilitas,
sistem, peralatan, proses dan metode analisis memenuhi persyaratan yang ditetapkan akan
kebutuhan revalidasi.
Validasi ulang diperlukan juga pada kondisi:
Melibatkan bahan aktif obat baru / pemasok baru.
Melibatkan formulasi baru (bahan aktif obat sama namun terdapat penggantian
bahan lain yang menyebabkan bahan aktif obat sulit dibersihkan).
Perubahan prosedur analisis
Prosedur pembersihan diperbaharui melalui mekanisme perubahan (termasuk
pergantian cara pembersihan, perubahan pembersihan manual ke automatis,
pergantian bahan pembersih, dll.)
Melewati jangka waktu yang ditetapkan untuk melakukan validasi ulang
(PETUNJUK OPERASIONAL PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN
OBAT YANG BAIK, 2012)
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Pedoman
ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar pengembangan
aturan internal sesuai kebutuhan dalam pembuatan obat jadi, sesuai dengan keputusan
Menteri Kesehatan RI No.43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 13 tahun 2018
tentang perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.33.12.12.8195 tahun 2012 tentang penerapan pedoman Cara Pembuatan Obat Yang
Baik ada 12 aspek yang harus diperhatikan, yaitu: Sistem mutu industri farmasi, personalia,
bangunan-fasilitas, peralatan, produksi, cara penyimpanan dan pengiriman obat yang baik,
pengawasan mutu, inspeksi diri, keluhan dan penarikan produk, dokumentasi, kegiatan alih
daya, dan kualifikasi dan validasi.
1. Sistem Mutu Industri Farmasi
Sistem mutu industri farmasi bertanggung jawab untuk mencapai tujuan ini
melalui suatu kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua
jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor.
Tujuan mutu yang dicapai oleh industri farmasi itu agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayan dalam penggunaan obat.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan
manjemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.
Perhatian khusus perlu untuk diberikan dalam latihan bagi mereka yang
bekerja di daerah steril dan daerah bersih atau bagi mereka yang bekerja
menggunakan bahan yang mempunyai resiko tinggi, toksik atau yang menimbulkan
sensitisasi.
3. Bangunan-Fasilitas
Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan
baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain
ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan,
pelaksanaan kerja, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran
silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan
mutu obat.
Lokasi bangunan juga harus memilii letak geografis yang baik, seperti bukan
daerah rawan gempa, banjir, memiliki sumber air yang baik, iklim yang tidak
mempengaruhi kualitas produk serta kegiatan produksi tidak berpengaruh terhadap
lingkungan, tidak ada pencemaran dari lingkungan sekitarnya serta dari kegiatan
industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai maka diambil
tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut.
Peralatan hendaklah dirawat menurut jadwal yang tepat agar tetap berfungsi
dengan baik dan mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas,
mutu atau kemurnian produk. Catatan mengenai pelaksanaan pemeliharaan dan
pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicakup dalam log book yang
menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap bets atau lot yang
diolah dengan peralatan yang bersangkutan, serta menempelkan status kebersihan
pada alat. Tiap perlatan hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas yang jelas
untuk menunjukkan unit atau peralatan yang digunakan pada pembuatan bets tersebut
kecuali bila peralatan tersebut hanya digunakan untuk satu jenis produk saja. Jika
terdapat peraatan yang rusak maka harus dikeluarkan dari area produksi dan
pengawasan mutu atau setidaknya diberikan penandaan yang jelas bahwa peralatan
terkait rusak.
Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin
produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau
penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor
bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah menyebutkan tahapan proses produksi.
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan sehingga perlu ditempatkan pada kondisi seperti yang ditetapkan oleh
pabrik pembuat dan disimpan secara rapi dan teratur nutuk memudahkan segregasi
antar bets dan rotasi stok. Pencemaran silang bisa timbul akibat tidak terkendalinya
debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses,
dari sisa bahan yang tertinggal pada alat, dan pakaian kerja operator. Apabila bekerja
dengan bahan dan produk kering, untuk menghindari pencemaran silang dilakukan
pengendalian debu dengan menggunakan sistem penghisapan udara yang efektif.
Sistem distribusi didesain sedemikian rupa untuk memastikan produk yang pertama
masuk didistribusikan terlebih dahulu. Bahan dan produk hendaklah disimpan sesuai
dengan kondisi lingkungan yang sesuai. Penyerahan ke area penyimpanan termasuk
barang kembalian harus didokumentasikan.
Penggunaan label pada wadah, alat, atau ruangan harus jelas. Tidak boleh ada
2 label yang terpasang sekaligus, disesuaikan dengan no.batch sampel yang sedang
diproduksi dan dibuat dengan format yang telah ditetapkan. Untuk mempermudah
pengecekan labet, dapat dibuat label berwarna untuk menandakan status (seperti:
karantina, diluluskan, ditolak, dan lain-lain).
Obat hendaklah ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai untuk
mencegah kontaminasi, kecampurbauran dan kontaminasi silang. Area penyimpanan
hendaklah diberikan pencahayaan yang memadai sehingga semua kegiatan dapat
dilakukan secara akurat dan aman.
Bagian pengawasan mutu (QC) dan pemastian mutu (QA) harus bersifat
independen dengan bagian yang lain. Pengawasan mutu (QC) mencakup seleksi dan
evaluasi produsen resmi bahan awal, pengujian bahan awal dan bahan pengemas,
pengendalian proses produksi dan pengujian produk. Pemastian mutu (QA) meliputi
kalibrasi, validasi, pengendalian perubahan, penanganan keluhan mutu produk, dan
pelulusan produk jadi.
Keluhan suatu produk dapat berasal dari dalam dan luar perusahaan. Laporan
dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh kerusakan fisik, kimia atau
biologis dari produk, laporan dari reaksi yang merugikan seperti alergi dan toksisitas,
serta laporan mengenai efek terapeutik produk. Penarikan kembali produk adalah
suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk
tertentu dari rantai distribusi karena keputusan bahwa produk tidak layak lagi untuk
diedarkan. Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci tindakan yang diambil
setelah menerima keluhan. Semua keluhan hendaklah didokumentasikan dan dinilai
untuk menetapkan apakah terjadi cacat mutu atau masalah lain.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah keluar dari industri atau beredar,
yang kemudian dikembalikan ke industri karena kerusakan, kadaluwarsa, atau alasan
lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan
identitas, mutu, keamanan obat serta kesalahan administratif yang menyangkut jumlah
dan jenis. Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan,
penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah
produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan
evaluasi secara kritis. Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah
di dokumentasikan dan di laporkan.
Personel yang terlatih dan sumber daya yang memadai hendaklah tersedia
untuk penanganan, penilaian, investigasi, peninjauan keluhan dan cacat mutu serta
penerapan tindakan pengurangan-risiko.
10. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajeman yang
merupakan bagian yang penting dari pemastian mutu. Dokumentasi bermanfaat untuk
memastikan setiap petugas mendapat instruksi secara jelas dan rinci mengenai bidang
tugas yang harus dilaksanakan sehingga memperkecil resiko terjadinya kekeliruan
yang biasanya timbul hanya karena mengandalkan komunikasi lisan.
4. Penerima Kontrak tidak boleh melakukan perubahan apa pun, di luar kontrak,
yang dapat berpengaruh buruk pada mutu produk alih daya dari Pemberi
Kontrak.
KONTRAK
1. Kontrak tertulis hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima
Kontrak dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak dan jalur
komunikasi terkait dengan kegiatan alih daya. Aspek teknis dari kontrak
hendaklah dibuat oleh personel yang memiliki kompetensi dan pengetahuan
yang sesuai dengan kegiatan alih daya dan CPOB. Semua pengaturan kegiatan
alih daya harus sesuai dengan peraturan dan Izin Edar produk terkait dan
disetujui oleh kedua belah pihak.
3. Semua catatan terkait dengan kegiatan alih daya, misal catatan pengolahan,
analisis dan distribusi, serta sampel pembanding hendaklah disimpan oleh atau
disediakan untuk Pemberi Kontrak. Semua catatan yang relevan untuk penilaian
mutu produk, bila terjadi keluhan atau cacat produk atau penyelidikan kasus
dugaan pemalsuan, hendaklah dapat diakses dan ditetapkan dalam prosedur
yang dibuat oleh Pemberi Kontrak.