Industrial Affair (IA). Berdasarkan struktur organisasi, divisi Industrial Affairs (IA
Division) dikepalai oleh seorang Plant Director. Berikut ini adalah departemen
2. Production Department
6. Precurement Department
menyeluruh, dalam arti pengendalian mutu terhadap produk yang dihasilkan sejak
bahan awal, produk setengah jadi (termasuk In Process Control/ IPC), sampai
dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk didalamnya penilaian terhadap
pemasok dan distributor. Untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan serta
kalibrasi dari alat dan ruangan yang digunakan untuk memeriksa produk. IQC
langsung mutu obat yang telah beredar. Departemen ini dipimpin oleh seorang
Head of IQC yang membawahi dua unit kerja, yaitu Quality Assurance Unit (QA
Unit) dan Quality Control Unit (QC Unit). Struktur organisasi dari IQC
Head of IQC. Unit ini bertanggung jawab dalam menjamin mutu suatu produk
mulai dari pemesanan bahan baku dan kemasan obat sampai obat siap dikonsumsi
faktor yang dapat mempengaruhi mutu obat. Aspek-aspek yang ditangani oleh unit
ini adalah :
a. Pelatihan personil
dan mengevaluasi suatu program pelatihan yang telah disiapkan sesuai dengan
ketentuan CPOB maupun HSE yang berlaku. Menurut CPOB, seluruh karyawan
yang langsung ikut serta dalam kegiatan produksi obat dan yang karena tugasnya
prinsip CPOB. Sejalan dengan hal itu, standar Health, Safety, and Environment
1) Pelatihan dasar, meliputi teori dan praktek CPOB, HSE dan pelatihan lainnya
2) Pelatihan tambahan yaitu meliputi teori dan praktek CPOB, keselamatan kerja
cara keluar masuk di Cold Storage Room atau cara mengoperasikan mesin-
mesin produksi.
baru atau protap yang diubah atau direvisi karena suatu temuan pada saat inspeksi
Khusus untuk karyawan baru selain mengikuti pelatihan dasar mengenai teori
dan praktek dari CPOB atau HSE, pengenalan lokasi kerja, struktur organisasi
serta peraturan perusahaan. Mereka juga harus menerima pelatihan tambahan yang
b. Penanganan dokumen
Sistem dokumentasi merupakan bagian dari aspek CPOB yang sangat penting
pengendalian mutu. Dokumen adalah segala sesuatu berupa catatan tertulis atau
tercetak, seperti instruksi, raw data, formulir, panduan dan kebijakan yang
adalah General Manufacturing Instruction, Test method (produk, bahan baku dan
bahan pengemas), Validation Study, Global IQC Directive, Global HSE (Health
and Safety Enviroment), Drug Surveillance Action Plan (DSAP), dan dokumen
CPOB. Dokumen yang terkait dengan produk disimpan selama minimal 10 tahun
produk ruahan, obat jadi (termasuk kromatogramnya); raw data; test method,
Menurut CPOB dan ketentuan dari Global IQC Directives maupun Global
Health Safety and Environment (HSE) untuk setiap kegiatan yang dilakukan
hendaklah disiapkan suatu prosedur tertulis berupa Prosedur tetap (Protap). Protap
atau yang juga dikenal sebagai Standard Operating Procedure (SOP) adalah
prosedur tertulis yang telah disahkan oleh pejabat berwenang dan berisi instruksi
1) Memastikan bahwa semua proses setiap kali dilakukan dengan cara yang
HSE.
3) Memudahkan pengendalian proses baru atau perubahan dari proses yang telah
berlaku.
Tinjauan kembali setiap protap secara berkala setiap 3 tahun atau bila ada
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil
1) Validasi proses
Validasi terhadap proses produksi atau validasi proses adalah cara pemastian
menghasilkan produk sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat
i. Prospective
ii. Concurrent
iii. Retrospective
iv. Revalidasi
kualitas produk.
aktif dan deterjen serta mengurangi jumlah cemaran mikroba yang dapat
berikut :
(a) Pengkajian proses meliputi pengkajian terhadap lokasi sampling atau ruangan
yang akan dibersihkan, peralatan, jenis dan konsentrasi bahan pembersih, dan
(d) Penyusunan laporan validasi oleh QA unit, mencakup hasil analisa dan
Mutu obat tidak hanya dilihat dari serangkaian pengujian saja, tetapi salah
satu faktor penting dalam membangun mutu yaitu bahan awal, bahan penunjang
dan jasa service yang mempengaruhi mutu obat, untuk memastikan bahan awal
yang dikirim oleh pemasok memenuhi persyaratan yang ditetapkan secara terus-
mempunyai gudang, atau pemasok yang tidak mempunyai gudang (sale agent/
broker). Penilaian terhadap pemasok dilakukan oleh tim yang terdiri dari IQC,
Plant Logistic Department dan diketuai oleh QA Supervisor. Pada kasus tertentu
Medical and Regulatory, dan departemen lain yang terkait. Hal-hal yang perlu
harga, pemesanan dan pengiriman. Ada 3 bentuk penilaian terhadap pemasok dari
1) Accepted
2) Accepted additionally
Seluruh persyaratan audit dipenuhi tetapi masih ada temuan yang harus
3) Not accepted
daftar pemasok resmi yang disetujui (Approved Supplier List) oleh QA. Seluruh
barang kebutuhan hanya dapat dibeli dari pemasok yang sudah disetujui dan ada
dalam daftar pemasok resmi. Audit kembali (re-audit) akan dilaksanakan minimal
tiga tahun sekali terhadap approved supplier, sedangkan terhadap pemasok dengan
Inspeksi diri adalah cara meninjau kembali seluruh tata kerja diri sendiri dari
setiap segi yang mungkin berpengaruh terhadap produk, mengenali cacat dan
dari proses audit yaitu kritis, mayor dan minor. Tujuan dari inspeksi diri dan audit
ini adalah untuk menilai apakah seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu
selalu memenuhi CPOB dan HSE. Dalam melaksanakan inspeksi diri tidak cukup
hanya mengenali cacat dan kelemahan, melainkan harus pula dapat menetapkan
cara yang efektif untuk mencegah dan memperbaikinya. Inspeksi diri dan audit
meliputi :
Inspeksi ini dilakukan setiap 3 bulan sekali dilakukan pada bulan Januari,
Apri, Juli dan November. Tim ini terdiri atas anggota tetap QA
Supervisor QC, Supervisor dari TSD & HSE dan QA inspector. Pada
Inspeksi Diri Semester mencakup seperti Inspeksi diri triwulan hanya saja
Global quality / HSE audit mencakup seluruh aspek CPOB/ HSE yang ada di
seluruh site Jakarta. Tim inspeksi biasanya diketuai oleh Head of IQC
Department untuk Global Quality Audit atau Supervisor HSE untuk Global
Produksi, Manager Plant Logistic, Manager TS/ HSE dan Manager Quality
Assurance. Laporan audit akan diterima maksimal dalam waktu 15 hari kerja.
3) Audit dari badan otoritas (Badan POM, Badan Sertifikasi ISO, dan lain-lain)
Jadwal audit tergantung pada jadwal badan otoritas. Audit mencakup seluruh
aspek CPOB atau aspek yang terkait serta hasil temuan sebelumnya dari badan
Inspeksi yang diadakan 3 bulan sekali ini dilakukan untuk mengetahui apakah
yang terus-menerus, sehingga yang tidak benar menjadi benar, dan yang sudah
berkompeten dan berwenang di departemen tersebut dan wakil dari TSD. Hasil
Manager).
jadi, atau pemeriksaan dokumen catatan pengolahan dan pengemasan bets, serta
dokumen-dokumen lain jika ada, seperti Failure Investigation Report atau Out of
Supervisor dan disetujui oleh Head of IQC Department. Pemeriksaan yang harus
4) Hasil pemeriksaan terhadap produk jadi tersebut dicatat pada formulir “Daftar
Pelulusan/ penolakan obat jadi juga dilakukan pada sistem SAP (System
Application Product).
dilakukan dengan memeriksa GMP Conformance dan CoA dari produk yang
h. Penanganan keluhan
memproduksi obat tersebut. Keamanan obat erat kaitannya dengan masalah efek
samping obat dan masalah kualitas obat. Oleh karena itu, keluhan yang
menyangkut efek samping obat maupun keluhan kualitas obat harus diselidiki dan
dievaluasi serta diambil tindak lanjut yang sesuai guna mencari penyelesaian
Keluhan dapat dibagi menjadi dua, yaitu keluhan yang berhubungan dengan
jam setelah laporan diterima, sedangkan untuk kelas 3 dan 4 dilakukan investigasi
bersama maksimum 5 hari kerja setelah laporan diterima. Semua KTKO harus
diselesaikan dalam maksimum 30 hari kerja, bila melebihi batas waktu tersebut
produk atau penarikan produk (recall). Penarikan obat jadi dapat dilakukan karena
keinginan produsen atau keinginan Badan POM. Produk kembalian yang ditarik
dijadikan stok kembali bila masih memenuhi spesifikasi atau diolah kembali.
KTKO yang telah selesai ditangani akan dibuat tanggapan ke pihak pelapor yang
Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan dari
4) Kelainan dari segi kualitas (baik kualitas obat maupun kualitas bahan
pengemas)
dalam jumlah kecil (sampai satu master box). Jika dalam jumlah besar maka
j. Penarikan kembali
Penarikan kembali obat jadi harus dilakukan segera setelah evaluasi laporan
dan bila perlu hasil pemeriksaan contoh per tinggal (Retained Sample) di
jadi harus tuntas dalam arti semua obat yang telah terlanjur beredar di tingkat
distributor, sub distributor maupun pengecer (Toko Obat, Apotek) dan dari
pemakai langsung (Rumah Sakit, Dokter dsb) diusahakan untuk dapat ditarik
kembali. Prosedur penarikan kembali obat jadi juga berlaku untuk vaksin, alat
yang berasal dari pihak internal atau eksternal (dapat berupa keluhan, deviasi,
membentuk Alert Team bersama departemen lain yang terkait sesuai dengan jenis
peringatan yang diterima, yaitu Quality Alert Team, Product Alert Team, dan atau
Safety Alert Team. Distributor utama dan distributor regional diperintahkan untuk
memberikan informasi dalam waktu kurang dari 3 (tiga) jam kepada PL & MSC
Aventis Pharma, persediaan yang belum terjual/ tersisa, jumlah yang terjual, dan
OOS)
Mutu suatu produk ditentukan oleh yang membuat produk tersebut dalam arti
tahapan proses pembuatan suatu produk akan sangat mempengaruhi hasil akhir
dari mutu produk. Untuk menguji apakah produk yang dibuat memenuhi
fisika, maupun mikrobiologi. Ada kalanya hasil pemeriksaan suatu produk tidak
telah ditetapkan.
hasil di luar spesifikasi atau dapat juga dianggap sebagai atypical test result (ouf of
Cara kerja pada saat mempersiapkan contoh untuk pemeriksaan dan alat yang
digunakan harus diperiksa kembali. Bila hasilnya masih menyimpang baik itu
OOS dari pemeriksaan kimia, fisika atau mikrobiologi maka dibuat laporan
Tindak lanjut yang dapat diambil sesuai dengan hasil pemeriksaan yang
1) Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama dan produk yang
sudah released.
yang berbeda.
pemeriksaan normal.
serahkan hasil tersebut kepada Head of IQC untuk dievaluasi dan diambil
instruksi atau standar yang telah ditetapkan dalam proses pembuatan dan
1) Critical Deviation
Adalah kekurangan material, produk obat, alat kesehatan, sistem atau jasa
yang dapat mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi dari obat/ alat
adalah kekurangan apapun yang dapat menyebabkan terjadinya situasi yang dapat
penimbangan atau tercampur dengan bahan lain, hasil uji stabilitas diluar
spesifikasi.
2) Major Deviation
produk obat atau alat kesehatan. Contoh major deviation yaitu: “yield” produk
berlebih karena kesalahan penimbangan eksipien atau zat tambahan lain yang
tidak beresiko; kesalahan pencetakan nomor batch, tanggal daluarsa, tapi produk
belum diluluskan.
Deviasi yang tidak termasuk kritikal atau major, yang secara potensial
atau dokumentasi, tetapi tidak mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi dari
produk obat atau alat kesehatan. Contoh penyimpangan minor yaitu batas
imported finished good yang tidak memiliki penandaan batch pada proses re-
packing.
dua yaitu:
1) General failure : Semua penyimpangan yang terjadi di site dan hal tersebut
dan sebagainya.
atau pengemasan suatu produk, misalnya kegagalan salah satu tahapan proses,
Head of IQC yang akan memeriksa dan mengevaluasi serta mengambil keputusan
kegagalan.
penyimpangan terjadi pada proses pengolahan dan produk masih di dalam mesin
pengolah maka tutup/ lindungi produk tersebut dengan benar, bila penyimpangan
terjadi pada proses pengujian maka segera lakukan investigasi sesuai prosedur
penanganan hasil uji di luar spesifikasi. Tuliskan tindakan sementara yang telah
yang timbul. Hasil penilaian terhadap langkah yang telah/ akan dilakukan oleh
departemen produksi, departemen IQC, atau departemen lainnya yang terkait akan
diambil pada catatan pengolahan bets/ catatan pengemasan bets dari produk yang
harus segera membuat prosedur pengolahan ulang atau apabila produk tersebut
tersebut.
Review/ APR)
dilakukan terhadap produk baik unuk sediaan semisolid dan solid. Annual Product
Review bertujuan untuk meninjau dan memastikan konsistensi dari suatu proses,
kemungkinan revalidasi.
Penyiapan APR dilakukan selama satu tahun sekali. Penyiapan Annual Product
Review dibagi menjadi empat gelombang yaitu untuk sediaan tablet dilakukan
dalam interval Januari sampai Januari tahun selanjutnya, sediaan semi solid pada
bulan Maret sampai bulan Maret tahun selanjutnya, sediaan tablet salut pada bulan
Juni sampai bulan Juni tahun selanjutnya dan sediaan suppositoria pada bulan
September sampai bulan September tahun selanjutnya. Isi dari APR adalah:
dilakukan
– Jumlah dan persentase batch yang ditolak (di reject) beserta alasannya
– Jumlah dan persentase batch yang dan yang diproses ulang beserta
alasannya
6) Evaluasi dari semua batch yang tidak memenuhi syarat beserta investigasinya.
8) Penarikan produk
9) Produk kembalian
10) Trend analisis dari data pelulusan beserta analisa data secara statistik
12) Perubahan yang terjadi dari proses produksi, pengemasan, pemeriksaan dan
16) Formula
Seluruh data yang akan dirangkum menjadi satu dalam raw data APR dan
diolah secara statistik berasarkan perhitungan control limit, dibuat grafik trend
analisa dan dan akan dievaluasi konsistensi dari suatu proses untuk mengevaluasi
trend hasil produksi untuk akhirnya dapat memutuskan perlu tidaknya dilakukan
Production Manager dan disetujui oleh Head of IQC dan diketahui oleh IA Head.
penilaian. Sedangkan, semua proses harus selesai dalam waktu 90 hari dari waktu
akhir tahun penilaian. Ringkasan APR adalah bagian dari laporan tahunan IQC
Department.
dan pelaksanaan dari suatu perubahan yang berkaitan dengan segala aspek
dan regulatori.
proses, spesifikasi dll), proses, formula, spesifikasi dan test method dari
komponen, bulk & finished goods, primary packaging, penyimpanan & pelabelan,
alat kesehatan, peralatan, instrument, produk baru, utilitas dan fasilitas yang
ini mengatur alur perubahan mulai dari pengajuan, evaluasi hingga persetujuan
bahwa perubahan yang dilakukan terhadap proses produksi, jenis bahan baku yang
proses secara keseluruhan tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap mutu
dibuat oleh departemen yang bersangkutan yang akan mengadakan perubahan dan
departemen terkait akan merencanakan dan memutuskan tindakan apa yang harus
industri farmasi. Namun, untuk menjaga agar produk sampai ke tangan pasien
dalam kualitas yang baik, perlu dikendalikan cara penanganan produk selama
4) Penanganan keluhan
8) Pelatihan
dianggap segera perlu untuk dilakukan. Audit tersebut meliputi tata cara
produk.
Transfer proses produksi adalah suatu jenis proses alih teknologi dan
pembuatan dan atau pengemasan produk dari suatu pabrik ke pabrik lainnya.
beberapa negara/ region, tetapi tidak mempunyai pabrik induk. Misal: Avil
yang dilakukan antara Aventis Pharma ke Aventis Pharma lain, dari Aventis
lain.
Mei 2003 tentang Registrasi Obat Jadi disebutkan bahwa obat jadi harus
dari subbagian S (Substance) yang berisi informasi terkait spesifikasi bahan aktif
dan P (Product) yang berisi informasi terkait spesifikasi produk obat. Dokumen
Registrasi Obat Jadi dibuat rangkap 4 dimana 2 eksemplar untuk Badan POM, 1
eksemplar untuk Medical and Regulatory Division dan 1 eksemplar untuk IQC
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, 1 eksemplar untuk Medical and
cukup siapkan 2 eksemplar untuk ke badan pemerintah terkait dan ke Medical and
pemeriksaan contoh bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan dan produk jadi;
yang tertata baik untuk menjamin bahwa semua kegiatan dilakukan dengan baik
dan benar agar mendapatkan hasil kerja yang optimal dan terpercaya. Oleh karena
pemeriksaan yang disebut test method. Test method dapat mengacu pada
Perancis, atau prosedur dari mother site. Untuk pemeriksaan bahan baku, prosedur
dari farmakope tidak perlu divalidasi, tetapi cukup diverifikasi sesuai dengan
Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan bahan baku, produk ruahan,
Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak, yang
berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun
tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan. Setiap bahan
baku yang datang harus selalu disertai dengan sertifikat analisisnya. Sertifikat
analisis tersebut penting karena dipakai sebagai acuan pada pemeriksaan bahan
Slip/ GRS) yang kemudian akan dikirimkan ke bagian QC. Dan bahan baku
aktif dan bahan penolong harus disertai dengan lembar permintaan material
iii. Pengambilan contoh dilakukan di bawah LAF di dalam ruang sampling yang
terdapat di area gudang dengan kondisi udara yang terkendali yaitu suhu tidak
lebih dari 25°C, perbedaan tekanan diatas 7,5 Pa dan kelembaban antara 30-
dalam status “BERSIH”. Bahan yang telah diambil contohnya akan diberi
label “SAMPLE TAKEN”. Dan setelah proses sampling selesai, semua alat-
alat yang telah digunakan untuk sampling dibungkus dengan plastik dan
tempelkan label merah pada alat yang sudah digunakan untuk memberitahu
agar dibersihkan.
dengan test method dan sebagian lagi disimpan sebagai contoh pertinggal.
Logistics Department.
yang akan diuji ulang baik yang berasal dari Mother Company maupun dari
pemasok luar serta diberi catatan mengenai berapa kali bahan baku tersebut telah
diuji ulang sebagai informasi kepada bagian gudang-Plant Logistic. Jika dari hasil
dan bahan boleh digunakan untuk produksi. Jika tidak lulus maka bahan tersebut
harus dimusnahkan.
Produk ruahan adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk
ruahan hasil produksi PT Aventis Pharma sendiri dan produk ruahan impor.
Pengambilan contoh dilakukan pada saat pembuatan berlangsung yaitu pada awal,
tengah, dan akhir proses (oleh bagian produksi); setelah semi finished goods
diterima di gudang (untuk produk ruahan impor) oleh petugas QC. Cara
pengambilan contoh (sampling) sama dengan yang dilakukan pada bahan baku.
produk yang telah ditetapkan dan hasilnya dicatat dalam CHP. Jika dalam
Produk jadi adalah produk yang telah melewati seluruh tahapan produksi,
termasuk pengemasan dan telah siap untuk didistribusikan. Terdapat dua macam
dan produk jadi impor. Untuk produk jadi lokal, pengambilan contoh dilakukan
pada proses pengemasan yaitu pada awal, tengah dan akhir proses pengemasan.
produk, semi finished good, bahan pengemas, kelengkapan kemasan (jumlah isi,
Hasil pemeriksaan dicatat dalam CHP. Untuk obat jadi impor dilakukan
penandaan lainnya untuk obat jadi impor harus diparaf oleh QC Supervisor.
Tugas dari bagian ini adalah melakukan pemeriksaan bahan pengemas dan
contoh pertinggal. Bahan pengemas ialah bahan yang digunakan untuk mengemas
1) Bahan pengemas primer, yaitu bahan pengemas yang kontak langsung dengan
produk seperti PVC-foil untuk blister, alufoil untuk strip dan blister dan cold
forming foil.
2) Bahan pengemas sekunder, yaitu bahan pengemas yang tidak kontak langsung
artwork yang disetujui. Setelah dipesan dan diterima, bahan pengemas akan
dan bobot. Hasil pemeriksaan dicatat di CHP dan proses selanjutnya sama dengan
proses terhadap bahan baku. Sejumlah contoh bahan pengemas primer yang telah
lulus disimpan sebagai contoh pertinggal sesuai dengan ketentuan lengkap dengan
identitasnya.
Contoh pertinggal adalah contoh obat jadi, bahan baku, dan bahan pengemas
yang diambil secara acak dan disimpan sebanyak setidaknya dalam jumlah yang
cukup untuk 3 kali pemeriksaan full test (bila perlu tambahan 1 kali full test untuk
real-time stability study) setelah suatu waktu tertentu. Contoh pertinggal disimpan
dalam ruang penyimpanan yang terkendali selama 5 tahun atau 1 tahun setelah
c. Microbiological
Kondisi
Jenis pemeriksaan cemaran
Beroperasi Istirahat
≥ 0,5 µm/m 3
Tidak ditetapkan 3,5 x 106
Partikel
≥ 5,0 µm/m3 Tidak ditetapkan 2 x 104
Settle plates ≤ 500 kol/ 4 jam Tidak ditetapkan
Mikroba di
≤ 1300 kol/ m 3
ruang ganti Udara Tidak ditetapkan
udara
Kelas 3
pakaian
Contact plates ≤ 300 kol/ 25 cm2 Tidak ditetapkan
Mikroba di Settle plates ≤ 300 kol/4 jam Tidak ditetapkan
ruang Udara ≤ 900 kol/ m udara Tidak ditetapkan
3
mikrobiologi, umumnya bahan/ produk yang berasal dari alam, baik dari
adalah ruang produksi non steril yang diklasifikasikan menjadi ruang kelas 3,
kebersihan yang berbeda dalam hal jumlah partikel dan jumlah mikrobanya,
sedangkan untuk permukaan rata dapat menggunakan contact plate atau swab.
di laboratorium mikrobiologi.
Air merupakan bahan yang selalu digunakan dalam proses pengolahan, baik
sebagai salah satu komponen produk maupun sebagai pencuci. Air yang
digunakan tersebut harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan, antara lain
mutu air dilakukan terhadap semua jenis air yang digunakan meliputi air sumur,
air PAM, potable water, purified water dalam interval pemeriksaan yang berbeda
untuk tiap jenis air. Pemeriksaan ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa air yang
digunakan untuk proses pembuatan dan analisis obat sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Persyaratan air untuk tiap jenis air tersebut dapat dilihat pada Tabel
3.3.
Bila hasil pemeriksaan potable water, purified water melebihi limit yang
telah ditentukan, akan diterbitkan OOS dan FIR, dengan mengevaluasi secara
tersebut.
d. Stability
pemakaiannya, selama penyimpanan mutu obat dapat berubah menjadi keluar dari
spesifikasi awalnya sehingga menjadi tidak aman untuk digunakan. Uji stabilitas
Menurut Global Standard Aventis, dikenal beberapa jenis uji stabilitas yaitu:
2) Tipe I: Uji stabilitas terhadap bahan aktif dan produk atau campuran dari
bahan tambahan dan bahan aktif pada bets skala laboratorium. Pemeriksaan
3) Tipe II: Penyelidikan lanjutan atas stabilitas bahan aktif atau obat jadi setelah
4) Tipe III: Uji stabilitas dari bahan aktif atau obat jadi yang akan dipasarkan
5) Tipe IV: Uji stabilitas rutin terhadap produk yang telah dipasarkan (Post
marketing studies). Pemeriksaan dilakukan satu bets per tahun mulai dari 0
6) Tipe V: Uji stabilitas bahan aktif atau produk yang mengalami beberapa
perubahan proses.
Uji stabilitas yang dilakukan di Jakarta site ialah tipe IV dan V. Parameter uji
atau kondisi label; dan pemeriksaan sifat fisik dan kimia yang meliputi pemerian,
berat rata-rata obat, waktu hancur, kekerasan, kadar air, keseragaman kadar,
Bagian ini bertugas melakukan perawatan dan kalibrasi semua peralatan dan
keadaan baik agar siap digunakan sehingga dilakukan pada segala macam
peralatan termasuk peralatan pendukung, seperti vial untuk HPLC atau kuvet
yang diproduksi dengan mengacu pada standar nasional yang tertelusuri misalnya
dari BSN, LIPI, atau KAN. Interval kalibrasi ditentukan berdasarkan tingkat
ialah:
toleransi yang dapat diterima, identitas kalibrator, tanggal dan hasil tiap kalibrasi
disahkan oleh Head of IQC Department. Jika kalibrasi dilakukan oleh pihak
kalibrasi. Bila laporan kalibrasi belum diterima lebih dari 2 minggu, raw data
kalibrasi akan dievaluasi oleh user untuk memutuskan peralatan/ instrumen dapat
juga didesain untuk melindungi kegiatan dan produk dari pengaruh cuaca dan
1) Dinding: Hebel, yaitu batu bata putih ringan, anti api, diplester dengan
3) Lantai: beton bertulang dan cat epoksi mortar (anti gores, anti bakteri). Pada
area kelas 3 dilapisi dengan cat epoksi sedangkan pada area kelas 2 dilapisi
rembesan air tanah sehingga bila lantai tergores dan rusak dapat mengurangi
fungsinya dan dapat menjadi tempat akumulasi debu/ partikel. Upaya yang
produk solid (tablet dan tablet salut selaput) dan pengolahan produk semi-solid
memakai pakaian dan sepatu khusus kelas 3, serta penutup kepala. Ruangan
ruangan untuk ganti pakaian dan sepatu sebagai persiapan sebelum masuk ke
dan cemaran mikroba), suhu, RH, intensitas cahaya, serta perbedaan tekanan
udara.
Setiap ruangan yang telah dibersihkan diberi label “BERSIH”, dan jika telah
oleh cleaner, sedangkan alat, mesin, dan utilitasnya dibersihkan oleh operator
semisolid). Masa berlaku label “BERSIH“ adalah 1 bulan, jika waktu tersebut
terlampaui, maka ruangan tidak dapat digunakan dan perlu dibersihkan kembali.
Kegiatan pengolahan selalu mengikuti prosedur baku untuk tiap produk yang
disebut Prosedur Pengolahan Induk yang selalu diperbaharui secara berkala untuk
disesuaikan dengan standar GMP, disesuaikan dengan kondisi alat yang dimiliki,
dan untuk menjaga keseragaman serta kualitas produk yang dihasilkan antar bets.
diperiksa oleh Production Manager dan QA Supervisor serta disetujui oleh Head
of IQC. PPI berisi cara pembuatan atau pengolahan obat tahap demi tahap. Selain
PPI, juga ada pedoman yang disebut Protap yang harus diikuti oleh pihak yang
bersangkutan.
periksa yang dijadikan 1 berkas dengan PPI produk yang akan dibuat.
Pemeriksaan dilakukan oleh operator, staf QA, dan disetujui oleh foreman atau
Processing Supervisor.
Setiap kali hendak melakukan produksi, dibuat transfer order melalui SAP ke
gudang, berisi permintaan bahan yang diperlukan berdasarkan formula induk (bill
disiapkan dan dikirim ke material transit room. Dalam material transit room,
bahan yang dikirimkan diperiksa jumlah, jenis, tanggal daluwarsa, dan ada
SAP, bahwa material sudah diambil dari bets yang dikirim. Stock adjustment
dilakukan untuk memperbaharui jumlah stok bahan yang tersisa setelah diambil
untuk produksi. Setelah batch determination selesai, maka dibuat Good Issue.
nama produk, nomor bets, jenis dan jumlah bahan yang digunakan dan data-data
lain terkait proses pengolahan yang dilakukan. Setelah proses pengolahan selesai,
diproduksi dan siap dikemas. Setelah proses produksi selesai, maka diberi
kelas memiliki pakaian khusus masing-masing dan ruang ganti pakaian yang
berbeda.
terjadi kekeliruan dalam penggunaan produk ruahan dan atau bahan pengemas,
pengemasan meliputi:
Supervisor. Pastikan catatan pengolahan bets dan produk ruahan yang akan
(PPI) untuk bets yang bersangkutan. Dalam Catatan Pengemasan Bets berisi
order dari SAP yang mencantumkan nama bahan, nomor batch dan jumlah.
Alufoil, PVC foil, cold forming dan rotoplast dikeluarkan dari kardusnya,
Tiap bahan pengemas yang diterima akan diperiksa dan dipastikan cetakan
yang diterima telah sesuai dengan spesifikasi yang ada pada display bahan
pengemas yang berlaku. Pada tahap ini juga dipastikan dan diperiksa bahwa
pengemas yang telah dikirimkan oleh bagian gudang diletakkan pada ruang
box dan master box) ditunjukkan pada Supervisor dan dimintakan paraf serta
c) Produk ruahan
bagian terluar dibersihkan dan diperiksa batas waktu pengemasan yang tertera
pada produk ruahan. Produk ruahan disimpan di bulk staging pada ruang kelas
3 sebelum dikemas.
dalam ruang penyimpanan (storage room) dalam lemari yang terkunci. Kunci
Dilakukan pemeriksaan kebersihan alat dan mesin yang akan digunakan oleh
Jalur pengemasan dibersihkan dari sisa produk ruahan, bahan pengemas dan
dokumen bets sebelumnya. Label “BERSIH” yang melekat pada mesin dan
up antar produk jadi dalam proses pengemasan dan juga untuk memeriksa
a) Pengawasan yang pertama kali dilakukan adalah pada saat ganti pakaian di
ruang ganti.
Apabila dalam satu hari kerja jalur pengemasan dipakai untuk mengemas
selesai pengemasan.
hari kerja dan apabila terjadi penyimpangan proses segera dihentikan dan
f) Pengambilan contoh bahan pengemas (folding box dan packing insert yang
telah dicap) dan produknya di awal, tengah, dan akhir pada setiap hari
Jalur 1, 2 dan 3 untuk pengemasan primer (blistering) dan sekunder tablet secara
on-line, jalur 31/2 untuk pengemasan primer (bottling) dan sekunder tablet secara
sensor di line 1, 2 dan 3 dapat mendeteksi ada tidaknya keretakan pada tablet dan
ada tidaknya tablet di tiap kantung blister. Sedangkan, pada mesin pengemasan
sekunder dilengkapi sensor untuk mendeteksi ada tidaknya cetakan batch number
box berisi produk jadi disimpan di gudang dan dibuat GRS sebagai informasi
kualifikasi peralatan, fasilitas, dan sistem penunjang (utility); Air Handling Unit
(AHU); Purified Water Plant (PWP); perawatan fasilitas, peralatan, dan sarana
bekerja sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sehingga secara konsisten
hanya dilakukan sekali yaitu pada saat awal penggunaan alat, mesin maupun
Sistem tata udara di desain dengan tujuan agar persyaratan kondisi udara di
ruang kerja (temperatur, RH, pergantian udara, tekanan/ arah aliran) dapat
silang.
Aventis Pharma. AHU adalah sistem pengaturan udara yang diterapkan di pabrik
Setiap ruangan mempunyai return line dan supply line yang berbeda sehingga
selalu tersedia udara bersih dalam ruangan. Ruangan Processing dan primary
AHU yang ada merupakan AHU yang bertingkat dimana AHU yang pertama
mengambil udara segar dari luar yang disebut dengan AHU-FA (AHU-Fresh
Udara pada AHU mengalir dari intake module kemudian didinginkan oleh
cooling coil di dalam coil module. Sistem pendinginan pada cooling coil ini
berasal dari chilled water. Akan tetapi, ada juga AHU yang sumber dinginnya
berasal dari refrigerant, sering juga disebut dengan Direct Expantion AHU (DX
AHU). Tujuan pendinginan ini adalah untuk menurunkan suhu dan menurunkan
kelembaban dengan mengembunkan uap air yang ada di dalam udara. Sensor
suhu dipasang pada pipa suplai dan return chilled water, sehingga perubahan
kebutuhan.
Ada 18 total AHU yang berada di area gudang dan di area produksi baik
2).Udara dihisap melalui fan module, setelah didinginkan oleh cooling coil
disuplai. Sebelum keluar, udara disaring untuk mengurangi partikel dan bakteri
yang ada menggunakan filter. Udara yang masuk ke AHU akan mengalami
penyaringan berkali-kali. Ada 4 jenis filter dalam sistem AHU, yaitu pre filter
(efisiensi 30%), medium filter (efisiensi 80-85%), medium filter (efisiensi 90-
95%) dan HEPA filter (efisiensi 99,995%). Tidak semua AHU dilengkapi dengan
HEPA filter. AHU yang memiliki HEPA filter, yaitu AHU-002, AHU-03, AHU-
dipasang pada medium filter dan HEPA filter untuk mengetahui besarnya
filter tersebut.
Untuk uji laboratorium (kimia dan mikrobiologi) digunakan ultra purified water,
yaitu hasil pengolahan purified water dengan alat MilliQ-Plus. Sumber purified
water adalah potable water (air PAM yang telah melewati sand filter dan
mengalami klorinasi). Sumber purified water dapat juga dari air sumur (well
water). Purified water di area produksi disuplai dari water generation plant,
2) Water tank, yaitu tempat penampungan purified water setelah melalui RO.
3) Loopo, yaitu sistem sirkulasi dan distribusi purified water dari water tank ke
1) Air mengalir dari sumber air ke PWP system (letaknya disamping ruang
office di pharma factory dengan pintu khusus). Sumber air ada 2 yaitu air
PAM/ drinking water (akan diubah menjadi potable water) dan well water.
2) Air akan menuju multimedia filter yang berfungsi untuk menyaring partikel-
3) Kemudian air akan disaring lagi dalam backwash filter (proses pembersihan
diri terjadi secara otomatis dan kontinyu, diatur supaya air masuk dan kotoran
air belum diukur). Pada proses ini diinjeksikan NaCl sebagai pengikat ion, ion
positif akan diikat oleh Na+ dan sebaliknya oleh Cl-. Terdapat 2 tanki softener
adanya 2 tanki beban kerja itu dibagi). Ketika tanki 1 diregenerasi maka katup
pada tanki 1tertutup dan proses softening dilakukan oleh tanki yang lain. Air
tanki 1 dan tanki 2 adalah 3:1. Regenerasi dilakukan dengan mencuci ion-ion
yang ada pada resin (resin berumur kerja 5 tahun). Air yang telah melalui
hardness meter. Tingkat konduktivitas air sampai tahap ini adalah sekitar
1400 μs/cm. Konduktivitas air PAM berkisar antara 1600 μS/cm. Air yang
5) Soft water akan mengalir ke filter 5 μm. Disini terjadi penginjeksian sodium
bebas.
6) Selanjutnya, soft water akan mengalami proses RO. Disini terjadi proses
mengatur perbandingan soft water dan permeate menjadi 75%. Semua air
septron. Pada proses EDI terjadi pertukaran ion dengan bantuan stimulasi
menjadi ion-ion yang reaktif, selanjutnya air terstimulasi ini digunakan untuk
dipersyaratkan 1,3 μs/cm3), selanjutnya air akan ditampung dalam water tank.
8) Water tank dilengkapi dengan valve dan switch level. Jika water tank sudah
penuh akan mengaktifkan switch level untuk menutup valve, sehingga purified
water tidak masuk lagi ke dalam water tank. Air akan tersirkulasi kembali dan
bergabung dengan soft water untuk diolah kembali (WCF yang tadinya 75%
Purified water harus selalu mengalir dan kecepatan alirannya dijaga untuk
distribution system. Pada sistem ini terdapat heat and cooling exchanger yang
berguna untuk mengubah suhu air sehingga sesuai dengan parameter purified
water. Suhu setelah keluar dari water tank adalah 30°C, setelah dilewatkan
dalam exchanger dan terjadi penyeimbangan kalor (asas Black) suhu menjadi
10) Setelah beberapa waktu akan muncul lapisan biofilm di permukaan dalam
pipa, dibersihkan dengan loopo sanitation system. Air dari water tank
sehingga mode yang berjalan adalah sirkulasi seperti ketika water tank penuh,
chilled water valve tertutup otomatis, sementara di user points tidak boleh ada
karyawan untuk alasan HSE. Proses sanitasi di loopo system ini dilakukan 2
kali setahun.
softener, setelah air dibiarkan dalam keadaan diam selama 3 jam (ada waktu
Desember).
12) Tanki NaOH 5% hanya diinjeksikan jika sumber air yang dipakai adalah well
menerus selama well water dipakai. Dengan well water maka WCF yang
Semua fasilitas, peralatan dan utility yang digunakan dalam kegiatan produksi
untuk menyediakan sistem perawatan fasilitas, peralatan dan utility yang memadai
kesehatan dan keselamatan kerja. Pada dasarnya terdapat dua macam perawatan :
Preventive maintenance dilakukan pada alat yang kritis, yaitu alat yang
apabila terjadi kerusakan berdampak penting atau tinggi (T) terhadap paling tidak
2) Kualitas produk
priority 3 (high) dan 4 (very high). Sedangkan untuk BM priority nya adalah 1
Sasaran MMS adalah menjamin bahwa kinerja sistem, peralatan, dan utility
kualitas dan kemurnian produk ataupun timbulnya bahaya bagi kesehatan dan
keselamatan kerja.
dan efisien. Dasar yang digunakan oleh PT Aventis Pharma dalam melaksanakan
HSE adalah HSE Aventis Global, HSE key requirement, HSE Standards dan
3) Standard (Standard): menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan oleh site saat
Hierarki dari hubungan antara dokumen-dokumen ini dapat dilihat pada gambar
1) Secara aktif berusaha mencegah dampak yang merugikan terhadap udara, air
masyarakat sekitar.
dan pengembangan produk baru, serta mengelola resiko HSE dari semua
produk.
berkepentingan.
berkesinambungan.
karyawan.
disposal (insinerasi atau ditanam). Limbah yang dihasilkan ini harus dikelola
Pharma adalah limbah padat, limbah cair, limbah suara dan limbah gas. Alur
penanganan limbah dapat dilihat pada Lampiran 10. Limbah padat ada dua
macam, yaitu:
dengan bahan obat maupun obat jadi dan debu obat dari dust collector),
Limbah padat non B3 terbagi menjadi limbah padat yang dapat di daur
ulang dan yang tidak dapat di daur ulang. Limbah yang dapat di recycle
akan di ambil oleh pihak ketiga untuk di daur ulang. Sedangkan untuk
anorganik, alkohol, asam, garam, juga dari TSD seperti NaOH untuk
beratnya < 50 kg/hari boleh disimpan lebih dari 90 hari, tetapi jika
Limbah cair non B3 seperti limbah cair domestik (air cucian, septic
dibuang.
Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/ Baku Badan Air Serta Baku
Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur DKI Jakarta
Air Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta,
kali Sunter dimana peruntukannya adalah untuk pertanian dan usaha perkantoran.
WWTP (Waste Water Treatment Plant) yang digunakan untuk mengolah limbah
cair non B3 sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah cair ini berasal dari pabrik
dan harus diolah terlebih dahulu karena masih mengandung zat-zat yang
berbahaya yang dapat mencemari lingkungan. Pada intinya, prinsip dari WWTP
(a) Limbah dari office building 1 dan 2 akan masuk ke dalam septic tank,
kemudian airnya dialirkan masuk ke Collecting pit (CP) 1. Limbah dari Multi
Purpose Building (MPB), Quality control (QC), dan Workshop akan masuk
terdapat perforated screen/ penyaring kotoran seperti daun, plastik, dan lain-
lain).
equalization tank adalah 50 m3 dan aliran yang terjadi per harinya adalah 100
m3. Proses ini memakan waktu 8 jam, sementara total pengolahan air adalah
24 jam.
(c) Selanjutnya, air masuk ke dalam aeration tank dengan menggunakan switch
level dimana terjadi aerasi untuk memberikan udara (oksigen) yang cukup
bagi bakteri pengurai (sebagai syarat aerasi) dan menghilangkan bau. Dalam
(d) Selanjutnya aliran limbah menuju sedimentation tank. Bakteri yang mati,
berada di atas. Dari sedimentation tank, air akan dialirkan ke clean water tank
dilakukan pemeriksaan BOD, COD, pH, total nitrogen, TSS (Total Suspended
Solid), KMnO4, antibiotika dan kadar fenol terlebih dahulu setiap 24 jam
sesuai protap.
dalam sludge drying bed. Sludge kering selanjutnya dibawa ke PPLI untuk
(f) Khusus untuk limbah cair yang berasal dari sisa mencuci alat yang
pemasaran, terdiri dari 2 unit, yaitu Warehouse dan Production Planning. Plant
akan dipakai pada proses produksi obat, penyusunan jadwal proses produksi di
pabrik dan mengendalikan persediaan bahan baku dan produk jadi yang ada di
gudang.
Tugas Plant Logistic adalah menerima forecast yang telah dibuat oleh
Plant Cycle Time dan Track Record dari pemasaran, kemudian bersama bagian
gudang dibuat dengan dasar perkiraan (forecast) terhadap penjualan obat jadi atau
distribusi obat jadi ke supplier atau Pedagang Besar Farmasi (PBF). Rencana
gudang dan berdasarkan jadwal penggunaan mesin untuk produksi obat lain.
Forecast dari pemasaran tidak diterima begitu saja oleh Plant Logistic.
Pemasaran harus memberikan presentasi dan argumen yang kuat berkaitan dengan
untuk memasarkannya, perlu bagi Plant Logistic untuk menganalisis lebih lanjut.
pemasaran bulan itu misalnya sedang ada kegiatan sosial atau advertising dimana
dimungkinkan jumlah penjualan besar yang harus ditunjang oleh produksi. Tetapi
manufacturing Section.
S&OP level satu pada toll manufacturing tetap dilakukan oleh PT Aventis
Pharma Jakarta site baik forecasting maupun analisisnya, tetapi S&OP level
dua berbeda. Pada toll manufacturing, S&OP level dua tidak lagi dibicarakan
production planning tetapi delivery plan yang disebut Toll Strategic Meeting.
dilakukan setiap tiga bulan yang dihadiri pihak PT Aventis Pharma Indonesia
(yaitu Head of IA, Manager Plant Logistic dan wakilnya, penanggung jawab
Plant Logistic seksi External Manufacturing) dan dari pihak PT BII (Head of
2) Export Section
seksi ini dilihat dari Customer Service Level (CSL). Jika delivery date (yang
telah disepakati antara PT Aventis Pharma Jakarta site dan interco tujuan) di
salah satu negara tersebut tidak tepat/ terlambat akan berakibat menurunnya
nilai CSL (missed). Customer Level Service dari PT Aventis Pharma Indonesia
diukur oleh Aventis Global berdasarkan delivery date within minus 7 dalam
Jika keterlambatan terus terjadi, dapat mengakibatkan site Jakarta tidak lagi
3) Intercompany Section
materials yang dimaksud merupakan site rujukan yang telah ditetapkan oleh
produk yang dihasilkan. Untuk produk yang dibeli dari pihak luar (third party)
d. Aventis Pharma SA
g. Fison Pharmaceutical
h. HMR Interphar
3.5.2 Warehouse
berupa bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, obat jadi dan bahan lain
khusus agar barang yang disimpan tersebut senantiasa sesuai secara kuantitatif
antara stok secara fisik (aktual) dengan stok secara administratif (stok di SAP).
Mutu suatu produk sangat dipengaruhi oleh cara penanganan bahan awal, mulai
diatur sedemikian rupa sehingga berjalan satu arah. Barang masuk dan barang
keluar melalui pintu yang berbeda dan begitu barang masuk akan langsung berada
di area karantina. Setiap ada penerimaan barang dari supplier, selalu dilakukan
pengecekan fisik barang dan dokumen yang menyertainya termasuk ada tidaknya
label supplier pada master box. Demikian juga untuk distribusi barang, baik
Denah warehouse PT Aventis Pharma dapat dilihat pada Lampiran 12. Gudang PT
Aventis Pharma termasuk dalam area kelas 1 (setara dengan black area) yang
Ruangan ini mempunyai suhu antara 2°-8°C. Ruangan ini digunakan untuk
penyimpanan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi seperti vaksin
(produk Sanofi Pasteur). Pada ruangan ini terdapat alat kontrol khusus, dimana
jika suhu di bawah 2°C atau di atas 8°C maka alarm akan berbunyi secara
otomatis.
Ruangan ini merupakan ruangan dengan suhu terkendali yaitu antara 16°-25°
a. Starting material cool storage untuk menyimpan raw material (bahan baku
Ruangan ini mempunyai suhu sesuai dengan kondisi ruangan tanpa adanya
pengendalian suhu. Ruangan yang temasuk pada kategori ruangan dengan suhu
kamar adalah :
Ruangan ini dibatasi dari ruangan lain dengan teralis besi dengan warna
dikarantina.
e. Rak untuk pengemas sekunder, rak ini digunakan untuk menyimpan bahan-
bahan pengemas sekunder. Area ini dibagi menjadi area karantina dengan
batas garis berwarna kuning dan area released dengan batas garis berwarna
hijau.
dimasukkan dalam lemari terkunci agar tidak tertukar satu dengan yang lain.
g. Ruang transit 1 untuk mengirim bahan baku dari gudang ke bagian pengolahan
h. Ruang transit 2 untuk mengirim produk ruahan dan pengemas primer dari
box), packing insert, dan produk repacking dari gudang ke bagian pengemas di
kawasan kelas 2.
atau disebut ruang sampling. Ruangan ini merupakan ruangan dengan kategori
kelas 3, dimana suhu, tekanan, dan kelembabannya diatur sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan untuk ruang kelas 3 dan dilengkapi dengan LAF.
Bahan yang tidak terdapat dalam Purchase Order (PO) dari PT Aventis
Pharma hanya dapat diterima jika ada persetujuan dari Plant Logistic dan
purchasing. Bahan yang datang dicocokkan dengan PO, apakah sesuai dengan
jumlah dan waktu pemesanan. Bahan yang datang diperiksa keutuhan kemasan
dan kebenaran label yang melekat pada wadahnya, antara lain nama bahan,
nomor batch atau lot dari pabrik atau supplier, nama pembuat/ pemasok,
dibuat.
dengan ketentuan:
(a) Untuk raw material, semi finished goods import dan packaging material
(b) Untuk finished goods dan repacked semi finished goods, setiap pallet
ditutup dengan penutup atau jaring kemudian diberi satu label per pallet.
(c) Tempatkan bahan pada area karantina atau rak karantina dengan
jadi yang diserahkan harus ditutup dengan jaring untuk menghindari terjatuh
nomor bets, berat bersih/ jumlah satuan kemasan, label SAMPLE TAKEN dari
penyimpanan.
diperlukan QC.
disimpan pada area karantina, terpisah dari produk lain (dalam keranjang
dengan memperhatikan:
penyimpanan.
(c) Pisahkan pallet berisi bahan yang sedang ditahan (blocked) dan
(d) Tempatkan bahan yang ditolak (rejected) pada material rejected area.
5. Pengeluaran barang
yang akan diproses, harus ada label RELEASED yang disahkan dengan
Bahan yang lebih dulu waktu kadaluarsanya (First Expired First Out/
barang yang lebih dulu diterima (First In First Out/ FIFO) merupakan
pilihan kedua. Bilamana kedua hal di atas sama maka bahan dalam
packaging/ processing
bahan pengemas yang akan diproses, harus ada label RELEASED yang
produk. Surat jalan dibuat dan diparaf oleh foreman untuk menyerahkan
dibuat material request form yang disahkan oleh supervisor atau kepala
disiapkan sesuai informasi yang tertera pada label released. Barang ini
setelah diuji oleh QC dan memenuhi syarat maka akan menjadi bahan
released kembali dan jika tidak memenuhi syarat maka akan menjadi
bahan rejected.
dari gudang.
“RELEASED” lagi. Akan tetapi jika hasil retest menyatakan sudah tidak
“REJECTED”.
Aventis Pharma.
HEPA filter (untuk bahan padat kering) dan menggunakan lap kering
dimasukkan ke dalam wadah yang diberi label yang mencakup nama isi
dini penyimpangan akibat salah guna dan dalam proses kerja. Kegiatan
Warehouse unit.
alat berat, untuk itu saat bekerja di warehouse harus memakai helm dan
sepatu khusus.
Selain itu, untuk proteksi dari suhu dingin, maka personil yang masuk
terkait erat dengan divisi IA. Procurement department bertanggung jawab terhadap
pembelian (barang dan layanan) dan memastikan bahwa proses pembelian sesuai
party. Hal-hal yang berada dibawah tanggung jawab precurement adalah sebagai
berikut:
Stock item disebut juga inventory items atau COGS (cost of good sold). Yang
bahan baku dan bahan pengemas. Disebut stock items IA karena bahan-bahan
items ini proses pengadaan melalui vendor evaluation dan audit yang
Yang termasuk dalam kategori ini adalah barang atau jasa yang diperlukan
Barang dan jasa dalam kategori ini adalah barang-barang yang diperlukan
bukan hanya oleh divisi IA tetapi juga oleh semua divisi dalam PT Aventis
Pharma. Yang termasuk dalam kategori ini adalah barang dan jasa seperti
PEMBAHASAN
(Perancis) pada bulan Mei 2001. Pusat kegiatannya berpusat di Frankfurt yaitu
Aventis AG. PT Aventis Pharma Indonesia sejak tahun 1972 sampai sekarang ini
telah melalui 4 kali proses merger. Proses merger yang terakhir adalah antara PT
Sanofi-Aventis Group. Proses merger ini baru saja dilakukan pertengahan bulan
Maret 2005. Di tingkat global proses merger ini sudah resmi berlaku, namun di
bahwa produk obat yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan mutu yang telah
Agar mutu produk obat yang didapat selalu konsisten maka PT Aventis
Pharma selalu berpedoman kepada Global Quality Standard yaitu standar mutu
lebih ketat. PT Aventis Pharma telah mendapatkan Sertifikat CPOB untuk seluruh
produk atau bentuk sediaan yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh
aspek baik dari segi personalia, bangunan, peralatan, sanitasi, kesehatan karyawan,
penarikan kembali terhadap obat yang telah beredar, proses validasi maupun
Pharma Indonesia.
bahwa suatu industri farmasi telah memenuhi persyaratan CPOB, untuk melihat
suatu pabrik telah memenuhi persyaratan CPOB atau tidak dapat dilihat melalui
1. Specification
Merupakan suatu ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh bahan
awal, peralatan dan bangunan yang digunakan dalam proses pembuatan obat.
Prosedur tetap dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua proses
selalu dilakukan dengan cara yang sama oleh petugas, memastikan bahwa semua
karyawan bekerja sesuai dengan cara kerja yang sudah ditetapkan serta untuk
3. Validation system
senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, harus melewati proses
validasi. Sebelum divalidasi, setiap peralatan atau sistem harus dikualifikasi yang
meliputi DQ, IQ, OQ dan PQ. Untuk dapat dikualifikasi setiap peralatan harus
dikalibrasi.
rutin dan dilengkapi dengan laporan yang tertata rapi dan lengkap. Proses
5. Documentations
Semua hal yang dilaksanakan dalam proses produksi atau sarana penunjang
Pharma.
Suatu sistem penjaminan mutu menurut CPOB, harus meliputi seluruh aspek
menyeluruh terhadap setiap tahapan dari proses pembuatan obat mulai dari hulu
pembuatan obat terdapat suatu sistem penjaminan mutu sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh CPOB maka dapat dilihat secara garis besar melalui aspek
dapat dilihat melalui equipment (peralatan), facility (bangunan) dan utility (air,
listrik, AHU system), yang semuanya harus menunjukkan hasil sesuai dengan
syarat yang telah ditentukan dari waktu ke waktu dan telah tervalidasi dan
terkualifikasi. Hardware tidak bisa berjalan apabila tidak ada software. Oleh
karena itu, diperlukan adanya prosedur tetap, manual instruction, dll. Selain kedua
faktor diatas, terdapat wetware yaitu personil/ manusia yang juga harus
dikendalikan agar dapat menjamin kualitas produk tetap dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu, personil harus memenuhi kualifikasi tertentu, terlatih melalui
berikut ini.
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan
manajemen mutu dengan konsep dasar pemastian mutu, CPOB dan pengawasan
mutu.
4.2 Personalia
dengan tugasnya. Para karyawan tersebut juga harus memiliki kesehatan mental
dan fisik yang baik, sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara profesional
serta memiliki sikap dan kesadaran yang tinggi untuk mewujudkan CPOB. Pada
CPOB juga dicantumkan mengenai pelatihan bagi para karyawan. Terdapat dua
Pelatihan ini mencakup teori dan praktek CPOB secara umum, pengenalan
Pelatihan ini diberikan sesuai dengan tugas spesifik yang diberikan pada
personalia tersebut untuk dilaksanakan dalam area spesifik seperti area bersih, dan
luar negeri). Materi yang diberikan di antaranya teori dan praktek CPOB sehingga
sebuah sistem kerja yang baik tanpa pengawasan yang terlalu ketat namun tetap
berjalan sesuai prosedur karena tiap pekerjanya sudah berorientasi pada CPOB.
dan pelatihan khusus sesuai dengan bidang tugas masing-masing karyawan juga
diberikan.
orang yang berlainan, yang saling tidak bertanggung jawab satu terhadap yang
lain. Manajer Produksi dan Manajer Operasi Mutu adalah seorang apoteker yang
cakap, terlatih dan memiliki pengalaman praktis yang memadai di bidang industri
mutu dan Manajer Produksi sama-sama bertanggung jawab dalam penyusunan dan
pembuatan obat, kebersihan pabrik dan validasi proses, latihan personalia dan hal-
hal lainnya yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka.
Bagian produksi dan pengawasan mutu ditunjang oleh bagian lain yang
dilakukan oleh tenaga teknis. Untuk pelaksanaan kegiatan teknis terdapat tenaga
teknis yang memiliki keahlian khusus dibidangnya seperti operator atau analis.
rancang bangun, konstruksi serta tata letak yang memadai agar memudahkan
bangun dan tata letak ruang produksi dibangun sedemikian rupa yaitu dengan
sehingga seluruh karyawan dan arus kerja dapat berjalan lancar, komunikasi dan
hal-hal seperti :
a. Kesesuaian dengan kegiatan yang lain, yang mungkin dilakukan dalam sarana
tahap produksi.
metode pembersihan dan bahan pembersih, maka lantai dilapisi dengan cat epoksi.
Lantai epoksi yang digunakan dalam bangunan merupakan lantai kedap air dan
digunakan sebagai pencegahan dari rembesan air tanah. Lantai tersebut harus
dijaga supaya tidak tergores dan rusak karena dapat mengurangi fungsinya dan
dapat menjadi tempat akumulasi debu serta kotoran. Upaya yang dilakukan untuk
menghindari kerusakan pada lantai antara lain dengan penggunaan sepatu khusus
penyimpanan, administrasi.
b. Produksi yang terdiri dari area penimbangan, pengolahan yang terdiri dari
dengan Aventis Global Standard. Cara keluar masuk karyawan pabrik diatur untuk
ditentukan.
(dalam keadaan beroperasi dan tak beroperasi), jumlah mikroba dalam ruangan,
Perbedaan tekanan, temperatur dan RH ruangan diatur oleh fasilitas Air Handling
Unit (AHU). Pengaturan udara ini penting untuk mencegah terjadinya kontaminasi
silang serta menjaga supaya karyawan tidak terpapar zat-zat yang berbahaya
dan kelas 3. Pembagian kelas area ini mengikuti aturan Global Quality Standard
Aventis Pharma ditata sedemikian rupa sehingga area kelas 3 dan kelas 2 tidak
Sistem AHU didesain dan dikontrol oleh TSD untuk menjamin bahwa
AHU dapat selalu men-supply udara bersih dengan RH, temperatur dan tekanan
yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh PT Aventis Pharma.
Untuk itu, perlu dilakukan pengawasan secara rutin terutama pada beberapa
mencegah kontaminasi silang antar ruangan. Rancang bangun dan tata letak ruang
dalam CPOB daam rangka menghindari kontaminasi silang, antara lain adanya
udara yang tepat dalam daerah proses atau menggunaakan sistem penghisap udara
barang dari gudang ke area kelas 3 atau kelas 2, yang bertujuan untuk menghindari
penyebaran debu dari gudang ke area kelas 3 atau kelas 2. Selain itu, terdapat
Gowning area untuk meminimalkan terjadinya pengotoran oleh partikel debu yang
laboratorium, gudang, area perkantoran terawat dengan baik dan senantiasa dalam
keadaan rapi dan bersih. Seluruh bangunan dilengkapi dengan peralatan dan
lingkungan sekitar.
beberapa akses keluar masuk yang ketat dari gudang ke bangunan produksi.
dan tipe material (bahan baku, produk jadi, bahan pengemas). Setiap bangunan PT
Aventis Pharma dilengkapi dengan pintu emergency untuk keadaan darurat. Pintu
4.4 Peralatan
batch.
Untuk tiap proses, peralatan diletakkan dalam ruangan terpisah dengan alat
untuk proses lainnya dengan tujuan untuk mempermudah proses produksi. Dan
bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruang maka peralatan dibuat tidak
tiap kegiatan yang dapat menimbulkan debu (fines) terdapat dust collector seperti
dengan cara menempatkan alat pada tempat yang terpisah. Peralatan ditempatkan
dengan jarak yang cukup renggang dengan peralatan lain sehingga memberikan
Setiap peralatan diberi tanda yang jelas mengenai kode pengenal serta status
penggunaan alat. Pemeliharaan alat dilakukan secara rutin oleh bagian teknik dan
instalasi (IQ), kualifikasi operasional (OQ) dan kualifikasi kinerja (PQ). Cara
alat yang dirinci dalam prosedur tetap. Semua peralatan di PT Aventis Pharma
pemeliharaan, serta log book untuk kalibrasi dan pemakaian alat. Peralatan yang
ketelitiannya secara teratur dan dikalibrasi berdasarkan jadwal dan prosedur tetap
diakses “password” harus dalam keadaan terkunci ketika meninggalkan alat atau
komputer.
bahwa jadwal kalibrasi peralatan tersebut masih berlaku, sehingga hasil yang
terlebih dahulu bahwa alat tersebut telah dibersihkan sebelumnya dan telah
oleh produk yang dibuat sebelumnya. Untuk peralatan produksi juga terdapat
protap yang telah ditetapkan dapat menghilangkan residu bahan aktif dan deterjen
serta mengurangi jumlah cemaran mikroba sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan.
Ruang lingkup sanitasi dan higiene menurut CPOB meliputi higiene personal,
bangunan, fasilitas, peralatan dan setiap aspek yang mungkin dapat menjadi
sumber pencemaran produk. Selain itu juga perlu dilakukan validasi terhadap
prosedur pembersihan dan sanitasi. Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi dan setiap hal yang dapat
merupakan sumber pencemaran produk. Mutu produk harus dijaga agar terbebas
dari kontaminasi akibat pengaruh lingkungan maupun karyawan. Oleh karena itu,
pembuatan obat.
dan keselamatan kerja karyawan dan lingkungannya, agar terhindar dari paparan
karyawan.
Program sanitasi dan higiene personalia yang diterapkan antara lain program
maka karyawan menggunakan pakaian pelindung badan yang bersih dan juga alat
Tindakan nyata yang telah dilaksanakan oleh HSE adalah pelatihan yang
pelatihan protap yang diintegrasikan antara CPOB dan HSE. Di bidang kesehatan
tangan dalam jumlah yang cukup dan letaknya terjangkau dari tempat kerja
karyawan. Selain itu, di daerah produksi dan juga laboratorium disediakan loker
daerah produksi, laboratorium, gudang, gang dan daerah sekeliling gedung dirawat
digunakan akan dibersihkan menurut prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga
selalu diperiksa ulang untuk memastikan bahwa seluruh produk atau bahan di bets
kebersihan pakaian atau memakai jasa dari pihak yang bersertifikasi dalam
minimal dua minggu sekali. Operator dilarang bekerja apabila mengidap penyakit
infeksi, luka terbuka, gatal, bisul atau penyakit kulit lainnya. Tidak memakai
kosmetik yang berlebihan, cuci tangan atau mandi dengan cleaning agents atau
sabun antiseptik.
bahwa hasil penerapan prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan selalu
memenuhi persyaratan.
4.6 Produksi
diharapkan hasil setiap proses sesuai dengan persyaratan yang diminta. Mutu obat
yang dihasilkan tidak hanya ditentukan pada hasil akhir analisa obat tetapi juga
ditentukan sejak kedatangan material serta awal proses produksi dimulai. Untuk
bahan awal, bahan pengemas, produk ruahan maupun produk jadi. Selain
persyaratan terhadap bahan dan produk obat juga ada persyaratan yang
Semua bahan awal yang digunakan dalam kegiatan produksi, telah dinyatakan
lulus oleh unit QC. Di PT Aventis Pharma, pemindahan barang dari gudang ke
area kelas 3 dan kelas 2 melewati ruang transit material menggunakan sistem air
tekanan udara dan semua hasil pemeriksaan tersebut dicatat. Semua peralatan yang
peralatan dan ruangan diberi identitas yang jelas sehingga tidak menimbulkan
salah identifikasi.
Control (IPC) sebagai suatu bentuk pengawasan mutu produk. IPC dilaksanakan
keregasan, waktu hancur, disolusi dan keseragaman kadar zat aktif tablet.
aktif tablet dan uji disolusi dilakukan oleh QC. Proses pengemasan dilakukan di
pengemasan ini adalah pemeriksaan kebocoran blister dan strip yang dilakukan
merendam produk dalam pewarna makanan yang berwarna biru. Penandaan pada
label, dus ataupun komponen lain dengan nomor batch, tanggal daluarsa dan
informasi lain diawasi secara ketat pada setiap tahap pengemasan. Sisa produk
Keputusan apakah produk bersangkutan dapat dipasarkan atau tidak (released atau
Sebagai salah satu bagian penting dari CPOB, pengawasan mutu merupakan
bagian yang harus dapat memastikan bahwa setiap produk obat yang dibuat mulai
dari bahan baku, bahan kemasan, hingga produk jadi telah memenuhi persyaratan
mutu. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua
tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal
pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Terdapat dua departemen yang
paling bertanggung jawab terhadap mutu produk atau mutu secara keseluruhan,
(QC).
personil diwajibkan untuk memakai pakaian pelindung dan alat pengaman seperti
Peralatan dikalibrasi menurut jadwal yang telah ditetapkan. Tanggal kalibrasi dan
perawatan yang telah dilakukan serta tanggal kalibrasi dan perawatan berikutnya
tertera pada masing-masing instrumen. Alat-alat yang rusak atau sedang dalam
perbaikan diberi identitas yang jelas sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
bersangkutan.
Di laboratorium kimia, pereaksi yang dibuat diberi label yang sesuai, seperti
nama pereaksi, konsentrasi, waktu pembuatan, batas waktu penggunaan dan tanda
identitas seluruh pereaksi yang digunakan dapat diketahui dengan jelas guna
menjamin kebenaran hasil pengujian. Selain itu, terdapat pula baku pembanding
Mutu, dalam hal ini unit QC juga melakukan validasi metode analisis, kalibrasi
produk ruahan dan obat jadi serta penanganan dan penyimpanan contoh
dibuat form TT 775 untuk menetapkan status produk tersebut (released atau
Produk jadi yang telah diluluskan dipantau dengan uji stabilitas secara berkala
terhadap contoh petinggal. Tujuan uji stabilitas adalah untuk menentukan waktu
tercantum pada label, memenuhi syarat registrasi obat jadi, menentukan jenis
kemasan yang tepat, dan untuk mengetahui keseragaman cara pembuatan dari
yang dibuat dan dipasarkan telah memenuhi persyaratan CPOB, HSE dan standar
yang ditetapkan oleh PT Aventis Pharma (Global Quality Standard). Mutu produk
tidak hanya diperoleh dari serangkaian pengujian yang dilakukan terhadap produk
akhir tetapi mutu harus dibentuk ke dalam produk sejak awal. Oleh karena itu, QA
selalu mengontrol setiap langkah dalam proses produksi, melakukan analisa bila
terjadi kegagalan, serta melakukan audit terhadap supplier dan semua aspek yang
kesesuaian seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu dalam industri farmasi
tindakan apa yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi suatu
tercapinya kesesuaian secara kontinu. Inspeksi diri harus dilakukan oleh suatu tim
auditor yang kompeten serta memahami peraturan/ regulasi yang terkait secara
teoritis maupun praktis. Dengan adanya inspeksi diri, maka dapat dilakukan
berperan sebagai suatu sistem kontrol untuk perbaikan mutu. Inspeksi diri memacu
Inspeksi diri dilakukan untuk mengetahui cacat, baik yang kritis, berdampak
kecil maupun besar. Dalam melakukan inspeksi diri tidak cukup hanya mengenali
Pelaksanaan inspeksi diri ini dilakukan oleh Unit Quality Assurance. Temuan-
kebijakan baru, agar penyimpangan yang terjadi tidak terulang dimasa mendatang.
Kembalian
Efek Samping Obat (ESO) dan menyangkut Keluhan Teknis Kualitas Obat
tanggung jawab dan dikelola dengan cepat karena menyangkut nama baik
perusahaan. Semua keluhan harus diselidiki dan dievaluasi serta diambil tindak
lanjut yang sesuai dengan cara penyelesaian yang sebaik mungkin. Keluhan
terhadap obat dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Keluhan dari
dalam perusahaan dapat berasal semua pihak yang berhubungan dengan kegiatan
distributor, dokter, pasien, apoteker, rumah sakit/ klinik, pemerintah (BPOM) dan
media massa.
Tindak lanjut dari keluhan dapat berupa penggantian produk atau penarikan
produk. Penarikan kembali obat dilakukan bila ditemukan ada produk obat yang
tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya efek
samping obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Penarikan obat jadi ini
dapat dilakukan atas keinginan produsen (misalnya karena stabilitas obat tidak
baik) atau keinginan Badan POM (keluhan dari segi medis dan farmasi).
Penarikan kembali obat jadi harus dilakukan segera setelah evaluasi laporan dan
QC. Penarikan obat jadi harus cepat dan tuntas. Maksudnya, semua obat yang
(toko obat, apotek) dan pemakai langsung (RS, dokter) diusahakan untuk dapat
ditarik kembali.
tersebut ada pada jarigan distribusi dan hasil penyelidikan ini membuat tingkat
embargonya. Tingkat penarikan kembali obat jadi ditentukan berdasarkan luas dan
jauhnya obat jadi tersebut beredar di pasaran. Terdapat empat tingkat peredaran
c. Tingkat III : Bila obat sudah didistribusikan dan sudah mencapai sarana
pelayanan obat seperti apotek, rumah sakit, poliklinik dan took obat.
d. Tingkat IV : Bila obat sudah didistribusikan secara luas dan telah mencapai
dipilih. Hal ini dilakukan untuk menjaga mutu produk PT Aventis Pharma agar
setelah keluar dari pabrik dapat terjamin mutunya saat sampai ke konsumen.
mempunyai suatu sistem distribusi yang baik artinya mengetahui kemana saja
Tes ini merupakan simulasi penarikan obat jadi dimana PT Aventis Pharma secara
distributornya. Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang
lain yang dapat menimbulkan kerugian jika obat tersebut digunakan. Karena itu
serta menetapkan apakah obat tersebut dapat diolah kembali atau dimusnahkan.
Obat kembalian disimpan di gudang pada tempat khusus dan menunggu keputusan
QC, apakah akan dikemas ulang, di-rework, atau dimusnahkan. Obat kembalian
yang tidak dapat diolah kembali akan dimusnahkan dan dibuatlah Berita Acara
Pemusnahannya.
4.10 Dokumentasi
Salah satu hal yang sangat esensial dalam pengoperasian suatu perusahaan
yaitu menentukan, memantau atau mencatat mutu dari seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu.
mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus
dan digunakan untuk menentukan, memantau dan mencatat mutu dari seluruh
apabila diperlukan, dan dijaga agar selalu aktual untuk itu setiap dokumen ditinjau
ulang secara berkala atau dilakukan perbaikan bila diperlukan yang diatur dalam
Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat
Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk
diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manjemen Mutu
(Pemastian Mutu).
natrium), Orudise E 100 FCT, Toplexil Syrup 60ml, 120ml (oxomemazine base,
validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis
dari kegiatan yang dilakukan. Kualifikasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan
peralatan di Industri Farmasi. Kualifikasi terdiri atas empat tahap, yaitu Design
untuk peralatan dan sistem baru sedangkan untuk peralatan dan sistem yang
telah dilakukan validasi dan kualifikasi terhadap aspek fasilitas, sistem, proses dan
peralatan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PT Aventis Pharma dalam
5.1 Kesimpulan
1. PT Aventis Pharma telah menerapkan setiap aspek CPOB dengan baik dan
mengicu pada GMP internasional dan Aventis Global Standard dalam hal
dan pengarah dalam penerapan CPOB, serta yang berkaitan dengan mutu
5.2 Saran
dan efisien