KASUS
OLEH:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2019
PENGENALAM UMUM
(PMS).1,4 Pada tahun yan sama Green dan Dalton juga mengajukan ketidakseimbangan
antara estrogen dan progesterone selama fase luteal sebagai penyebab biologi, dan
progesterone digunakan sebagai pilihan therapeutic. Sindrom ini merupakan kondisi yang
kompleks dan mencakup hingga 200 gejala, tetapi yang paling sering antara lain adalah
iritabilitas, nyeri payudara dan disforik.
Pada tahun 1987 dalam DSM-IIIR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder) disebutlah istilah LLPDD (Late Luteal Phase Dysphoric Disorder atau gangguan
disforik fase luteal akhir), yang kemudian pada tahun 1994 dalam DSM-IV (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder), disebut sebagai Premenstrual Dysphoric Disorder
(PMDD) sebagai kondisi yang lebih berat dari PMS.
dijumpai pada wanita sekitar usia 30 – 45 tahun. Gangguan ini ditandai terutama dengan
adanya gejala pada periode pra-menstruasi, bukan hanya terbatas pada kualitas hidup tetapi
juga dapat mengganggu kegiatan mereka bekerja. Wanita yang menderita GDPM akan
mengalami gangguan mood yang parah, memiliki suatu keinginan yang lebih daripada
biasanya, menginginkan asupan makanan yang tertentu dan menunjukkan gangguan kinerja
kognitif selama fase luteal.
GDPM dinyatakan juga sebagai paradigma psikosomatis ginekologi, yang melibatkan
beberapa sistem seperti, sistem saraf, endokrin, pengaruh gizi dan faktor psikososial. Semua
keluhan ini akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja, serta dapat juga menyebabkan
masalah interpersonal, sosial dan hubungan keluarga
Pada PMDD, gejala-gejalanya akan makin berat, terutama gangguan psikologis atau
emosional. Perempuan yang menderita PMDD menjadi sangat emosional dan mudah
tersinggung, sulit berkonsentrasi dan cepat merasa frustasi dan depresi. The American
Psychiatric Association (1994) membuat daftar 11 gejala potensial dari PMDD, yaitu:
1. Merasa sedih, putus asa, atau mencela diri sendiri
2. Merasa tegang, cemas, atau gelisah
3. Suasana hati yang tidak stabil dan sering diselingi dengan tangisan
4. Kemarahan yang tak kunjung padam dan peningkatan konflik interpersonal
5. Menurunnya minat pada kegiatan yang biasa dilakukan, yang mungkin berhubungan
dengan penarikan diri dari hubungan sosial
6. Kesulitan berkonsentrasi
7. Merasa lelah, lesu, atau kurang energi
8. Perubahan nafsu makan, yang mungkin berhubungan dengan keinginan terhadap
makanan tertentu
9. Hipersomnia atau insomnia
10. Perasaan subjektif karena kewalahan atau kehilangan kendali
11. Gejala fisik lainnya, seperti nyeri atau pembengkakkan payudara, sakit kepala, nyeri
sendi atau otot, kembung, dan berat badan naik.
Epidemiologi
Etiologi
Gejala kognitif dan mood yang tersering adalah mood yang labil, irritabilitas,ansietas,
penurunan minat terhadap aktivitas, peningkatan mudahnya kelelahan, dan kesulitan
berkonsentrasi. Gejala perilaku sering meliputi perubahan nafsu makan dan pola tidur.
Keluhan somatic tersering adalah nyeri kepala, nyeri tekan payudara dan edema. Pada wanita
yang terkena , gejala muncul selama sebagian besar (jika tidak seluruh) siklus menstruasi,
meskipun biasanya gejala tersebut mereda sebelum akhir menstruasi, meskipun biasanya
gejala tersebut mereda sebelum akhir menstruasi tersebut. Wanita yang terkena bebas gejala
setidaknya 1 minggu selama setiap siklus menstruasi.
Diagnosis Banding
Jika gejala terjadi diseluruh siklus menstruasi tanpa meredanya gejala diantara siklus,
klinisi harus mempertimbangkan salah satu gangguan mood yang terkait siklus non
menstruasi serta gangguan ansietas. Adanya gejala berat, bahkan jadi siklik, harus mendorong
klinisi mempertimbangkan gangguan mood lain dan gangguan ansietas.
Perjalanan gangguan dan prognosis gangguan disforik pramenstruasi belum cukup dipelajari
untuk mencapai kesimpulan yang beralasan. Untuk mudahnya, gejala cenderung menjadi
kronis kecuali dimulai terapi yang efektif.
Kasus Farmakoterapi III
Jawab :
1. Identitas pasien
- Nama pasien : Ny SB
- Umur : 38 tahun
- Jenis kelamin : perempuan
2. Data Subjektif
- Keluhan : Merasa ketakutan karena setiap akan menstruasi rasanya ingin bunuh diri.
- Riwayat penyakit : Ny SB merasakan gejala premenstrual sindrom semakin berat
dengan bertambahnya umur dan setelah melahirkan anak kedua.
- Riwayat pengobatan : Untuk mengatasi sakit kepalanya Ny SB menggunakan
ibuprofen 400 mg.
- Riwayat sosial : Ny SB mengatakan bahwa sekitar 7-10 hari menjelang menstruasi
tidak bisa konsentrasi pada pekerjaannya, depresi, merasa lelah, cemas dan sakit
kepala.
- Riwayat keluarga : -
3. Data Objektif
- Tidak ada pemeriksaan lab yang menegakkan diagnosis.
4. Assesment
- Pasien mengalami Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) atau gangguan disforik
pramenstruasi
- Belum adanya pengobatan untuk mengatasi depresi dan gangguan disforik
pramenstruasi pasien Ny. SB
- Pasien mengeluh merasa lelah, susah berkonsentrasi dengan pekerjaannya dan cemas
jika menjelang menstruasi
- Tidak adanya pengobatan untuk kecemasan (ansietas) pada pasien Ny. SB
5. Planning
A.Terapi Farmakologi
- Pemilihan obat yang tepat golongan antidepresi yaitu fluoxetine Dosis awal 20 mg/
hari, yang dapat dibagi ke dalam 2 jadwal konsumsi. Dosis dapat ditingkatkan hingga
80mg/hari. Fluoxetine adalah obat antidepresan golongan selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) yang digunakan untuk mengatasi depresi, gangguan obsesif
kompulsif (OCD), gangguan disforik pramenstruasi, bulimia, dan serangan
panik. Obat ini bekerja dengan meningkatkan aktivitas zat alami serotonin dalam
otak. Serotonin sendiri merupakan zat yang dipercaya dapat menimbulkan perasaan
nyaman dan senang. Dengan meningkatnya aktivitas serotonin, maka gangguan pada
keadaan emosional, tidur, nafsu makan, energi, dan ketertarikan dengan aktivitas
sosial dapat teratasi.
- Pemberian obat alprazolam untuk mengatasi kecemasan pasien.
- Ibuprofen adalah obat dengan fungsi untuk meredakan nyeri berbagai kondisi
seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, nyeri otot, atau arthritis. Ibuprofen adalah
golongan nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID). Obat ini bekerja dengan
menghalangi produksi substansi alami tubuh yang menyebabkan peradangan. Dosis
ibuprofen untuk dewasa pengidap nyeri: Oral: Nyeri ringan hingga sedang:200-400
mg secara oral setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Dosis lebih dari 400 mg tidak terbukti
memiliki efikasi lebih besar. Dosis ibuprofen untuk dewasa pengidap nyeri haid: 200-
400 mg secara oral setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Jadi obat ibuprofen yang telah
digunakan dapat mengurangi sakit kepala dan nyeri haid pada pasien.
- Jika tidak mencapai tujuan terapi dengan obat yang diatas. Maka diperlukan agen
yang menekan ovulasi, termasuk analog GnRH dan danazolpil dan kontrasepsi oral
yang mengandung drospirenone dan etinil estradiol. Dengan penggunaan obat tersebut
pasien dapat menunda terjadinya haid atau menstruasi sehingga pasien tidak memiliki
niat untuk bunuh diri jika menjelang menstruasinya tetapi perlu adanya konsultasi
lebih lanjut dengan dokter.
2. Terapi non-farmakologi
Rehatta, M, N., Elizeus, H., dan Aida, R, T., dan Redjeki, I, S., 2019, Anestesiologi dan
Terapi Intensif ; Buku Teks Kati-Perdatin, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta.
Sinaga, E., Nonon, S., Suprihatin, Nailus, S., Salamah, U., dan Yulia, A, M., 2017,
Manajemen Kesehatan Menstruasi, Penerbit Universitas Nasional : IWWASH Global
One : Jakarta.