TENTANG
(CPOB)
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Studi Apoteker tentang
Tugas ini disusun sebagai tugas pembelajaran dengan tujuan yang lebih khusus untuk
menambah pengetahuan tentang “Cara Pembuatan Obat yang Baik” dan lebih mengenal
Harapan saya semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan pembaca.
Saya telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan tugas ini namun masih jauh dari
sempurna dan banyak kekurangan, maka saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I : Pendahuluan
B. Tujuan …………………………………………………………………………………. 1
BAB II : Pembahasan
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 9
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
untuk menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman dan berkhasiat yaitu dengan
mengharuskan setiap industri untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB).
Industri farmasi saat ini sudah berkembang pesat dalam rangka memenuhi obat-obatan
secara nasional. Perusahaan farmasi sebagai perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan
usaha yang meliputi proses menghasilkan barang yaitu obat-obatan. CPOB merupakan suatu
konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam
suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan
“Good Manufacturing Practices ” dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi
sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai
Ruang lingkup CPOB edisi 2006 meliputi Manajemen Mutu, Personalia, Bangunan dan
Fasilitas, Peralatan, Sanitasi dan Hygiene, Produksi, Pengawasan Mutu, Inspeksi Diri dan Audit
Mutu, Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk
Kembalian, Dokumentasi, Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak, serta Kualifikasi dan
Validasi.
B. Tujuan
CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi
C. Rumusan Masalah
3. Perkembangan CPOB
PEMBAHASAN
Apa itu CPOB? Bagi orang farmasi tentu tidak asing lagi mendengar istilah CPOB, namun
bagi masyarakat umum belum tentu tahu apa itu CPOB. CPOB sendiri kepanjangan dari Cara
Pembuatan Obat yang Baik. CPOB secara singkat dapat didefinisikan suatu ketentuan bagi
industri farmasi yang dibuat untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai
persyaratan yang ditetapkan dan tujuan penggunaannya. Pedoman CPOB disusun sebagai
petunjuk dan contoh bagi industri farmasi dalam menerapkan cara pembuatan obat yang baik
untuk seluruh aspek dan rangkaian proses pembuatan obat. CPOB mencakup seluruh aspek
Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan
tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah
atau tidak bertanggung jawab. Untuk pencapaian tujuan ini melalui ’Kebijakan Mutu”, yang
memerlukan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para
pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat
diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang di desain secara menyeluruh dan diterapkan
secara benar.
Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat penting untuk menjamin
bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan obat secara sembarangan tidak
dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelematkan jiwa, atau memulihkan atau
memelihara kesehatan.
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian
mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi
bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai
untuk melaksanakan tugas. Tiap personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan.
1. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas dikaji secara sistematis
2. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
4. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk intruksi dengan bahasa yang jelas, tidak
bermakana ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia
5. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar
menunjukkan bahwa langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang
ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan
sesuai dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan di
investigasi.
secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk yang mudah di akses
8. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil resiko terhadap mutu obat
10. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu di investigasi serta
dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan penangulangan yang tepat dan
C. Perkembangan CPOB
Perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi farmasi dewasa ini mengakibatkan
perubahan-perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta persyaratan CPOB. Konsep
CPOB yang bersifat dinamis memerlukan penyesuaian dari waktu ke waktu mengikuti
perkembangan atau teknologi dalam bidang farmasi. Demikian pula perkembangan penerapan
CPOB di Indonesia. Terkait dengan telah ditanda-tanganinya Harmonisasi pasar ASEAN 2008
oleh ke-11 pemimpin negara ASEAN, di mana kesehatan/produk farmasi, merupakan salah satu
komoditi yang ikut serta dalam harmonisasi pasar ASEAN. Sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas dan kemampuan industri farmasi nasional, Badan POM Republik Indonesia selaku
regulator industri farmasi nasional, telah mencanangkan penerapan CPOB edisi tahun 2006
(CPOB Terkini) bagi industri farmasi di Indonesia mulai 1 Januari 2007 dengan surat keputusan
Dalam Pedoman CPOB edisi tahun 2006, acuan yang digunakan antara lain
WHOTechnical Report Series yaitu TRS 902/2002 Aneks 6, TRS 908/2003 Aneks 4, TRS
929/2005 Aneks 2,3,4, TRS 937/2006 Aneks 2,4 GMP for Medical Products PIC/S 2006, dan
lain-lain.
Sistem Mutu,
Personalia
Peralatan,
Produksi,
Pengawasan Mutu,
Kembalian,
Dokumentasi,
Sistem Komputerisasi.
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang memastikan bahwa pengujian yang telah diperlukan dan relevan dilakukan dan bahwa
bahan yang belum dilakukan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual
Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Fungsi ini
hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk
memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat
diandalkan
Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga memunyai tugas lain, antara lain menetapkan,
memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengevaluasi, mengawasi dan
menyimpan baku pembandingan, memastikan kebenaraan label wadah bahan dan produk,
memastikan bahwa stabilitas dari zat aktif dan obat jadi dipantau, mengambil bagian investigasi
keluhan yang berkaitan dengan produk dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan
lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat
proses,kesesuaian dari spesifikasi bahan awal , bahhan pengemas dan obat jadi , untuk melihat
Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan
1. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemasan yang dibutuhkan digunakan untuk
2. Kajian terhadap pengawasaan selama proses yang kritis dan hasil pengujian obat jadi
3. Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan
4. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidak sesuaian yang signifikan, dan
5. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode Analisa
6. Kajian terhadap variasi yang diajukan disetujui, ditolak dari dokumen registrasi
7. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak
diinginkan
8. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang terkait
9. Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan yang
sebelumnya
10. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru
variasi
11. Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan missal sistem tata udara (HVAC),
Industri farmasi dan pemegang izin edar bila berbeda, hendaklah melakukan evaluasi
terhadap hasil kajian, dan melakukan suatu penilaian hendaklah dibuat untuk
menentukan apakah tindakan perbaikan atau pencegahan ataupun validasi ulang harus
perbaikan yang telah disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat waktu.
Hendaklah tersedia prosedur menejemen yang sedang berlangsung dan pengkajian aktivitas
serta efektif prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat inspeksi diri. Bila Dapat dibenarkan
secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokan menurut jenis produk, misal sediaan padat,
Bila pemilik persetujuan pendaftar bukan industri farmasi, maka perlu ada suatu
kesepakatan teknis dari semua pihak terkait yang menjabarkan siapa yang bertanggung jawab
untuk melakukan kajian mutu. Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), yang
bertanggung jawab untuk sertifikasi bets, bersama dengan pemilik persetujuan pendaftaran
hendaklah memastikan bahwa pengkajian mutu dilakukan tepat waktu dan hemat.
F. Inpeksi Diri
Inpeksi diri adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai semua aspek, mulai dari
pengadaan bahan sampai dengan produk jadi dan penetapan tindakan perbaikan yang akan
dilakukan sehingga seluruh aspek pembuatan Obat Tradisional dalam Industri Obat tersebut
selalu memenuhi CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan
tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari
luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
Tujuan inspeksi diri untuk mengetahui apakah seluruh aspek pembuatan produk dan
kekurangan-kekurangan yang bersifat kritis, baik yang memberikan dampak kecil atau besar
(minor or major impacts), meninjau adanya kebutuhan bagi tindakan koreksi dan pencegahan
terhadap hal-hal yang belum memenuhi ketentuan, dan memberikan usulan tindakan koreksi
( perbaikan ) atau pencegahan (bila perlu) secara berkesinambungan. Dengan kata lain tujuan
inspeksi diri ini untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu
untuk inspeksi diri dan tim inspeksi diri. Dalam aspek untuk inspeksi diri hendaklah dibuat daftar
periksa inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini
1. Personalia
5. Peralatan
7. Pengawasan mutu
8. Dokumentasi
Inspeksi diri dapat dilakukan per bagian sesuai dengan kebutuhan frekuensi inspeksi diri
hendaklah tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri. Sedangkan hal – hal yang
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan
sempel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukanaa dan relefan telah dilakukan daan bahwa
bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual
Tujuan pokok dari pengendaian mutu itu sendiri adaah untuk mengetahui sampai seberapa
jauh proses hasil produk dan jasa yang dibuat sesuai dengan standar yanag ditetapkan
perusahaan.
Inpeksi diri adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai semua aspek, mulai dari
pengadaan bahan sampai dengan produk jadi dan penetapan tindakan perbaikan yang akan
dilakukan sehingga seluruh aspek pembuatan Obat Tradisional dalam Industri Obat tersebut
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi kriteria CPOB. Program inspeksi diri hendaklah
dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan
tindakan perbaikan yang diperlukan. Tim inspeksi ditunjuk oleh manajemen perusahaan terdiri
dari sekurang-kurangnya 3 orang yang ahli di bidang pekerjaannya dan paham mengenai CPOB.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://fendhyuhamka.wordpress.com/2011/10/02/cpob/
http://valdisreinaldo.blogspot.co.id/2011/04/cara-pembuatan-obat-yang-baik-cpob.html
www.scribd.com/aspek/cpob
www.ilmufarmasi.com/aspek-aspek-cpob