Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
1.I Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri kesehatan Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010
tentang industri farmasi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehtan Nomor 16 tahun 2013, Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki
izin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat. Dimana obat adalah bahan atau paduan bahan,
termaksud produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia. Sementara bahan obat adalah bahan yang berkhasiat maupun tidak
berkhasiat yang digunakan dalam pengelolahan dengan standard dan mutu sebagai
bahan baku farmasi (BPOM, 2018)
Untuk menghasilkan produk obat yang berkualitas tidak hanya ditentukan dari
pemeriksaan bahan awal dan produk akhir namun harus dibangun dari semua aspek
produksi. Agar obat yang dihasilkan berkualitas, mempunyai efikasi yang baik,
bermutu, dan aman serta konsisten maka dibutuhkan suatu pedoman bagi industri
farmasi tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB adalah cara
pembuatan obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu
obat dan/atau bahan obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan
penggunaan.
CPOB merupakan pedoman bagi industri farmasi di Indonesia dalam
pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan.
Maintate 2,5 dengan kandungan Bisoprolol hemifumarate adalah obat
golongan beta blokers (β-blokers) yang digunakan untuk mengatasi gejala gagal
jantung, angina pektoris dan hipertensi. Bisoprolol fumarate sangat bebas larut dalam
air, dengan berat molekul 383,48 kDa. Bisoprolol diserap dengan baik setelah

1
pemberian oral dengan bioavailabilitas 90% dan memiliki protein plasma yang
rendah (30%). Asupan makanan tidak mengubah bioavabilitasnya. Bisoprolol
dimetabolisme di hati dalam metabolit tidak aktif (50%) dan dihilangkan (50%)
melalui ekskresi ginjal tanpa metabolisasi. Waktu paruh eliminasi plasma berkisar
antara 10 hingga 12 jam (Pascal de groote, 2007)
PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia memproduksi Obat Maintate 2,5
yang merupakan tablet salut selaput. Dalam kegiatan memproduksi obat, industri
farmasi harus memperhatikan pedoman CPOB dan aspek-aspeknya agar menjamin
produk akhir yang dihasilkan berkualitas dan aman untuk dikomsumsi.
Pedoman pembuatan obat maintate 2,5 bagi di industri farmasi bertujuan
untuk menjamin obat dibuat secara konsisten dapat memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Didalam CPOB terdapat banyak
aspek yang membahas tentang produksi dan pengendalian mutu. Aspek-aspek yang
berpengaruh dalam CPOB antara lain manajemen mutu, personalia, bangunan dan
fasilitas, peralatan, sanitasi dan hygiene, produksi, pengawasan mutu, dokumentasi
dan inspeksi diri yang meliputi penanganan keluhan terhadap obat, penarikan
kembali.
Harapan utama dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini yaitu untuk
menambah wawasan sebelum terjun langsung kedunia industri farmasian dan untuk
mengetahui apakah teori pada saat pembelajaran sudah sama seperti saat dilapangan.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktik kerja lapangan adalah :
1. Memahami penerapan CPOB di industri farmasi secara umum.
2. Memahami prosedur pembuatan Obat khususnya tablet

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

II.1 Sejarah PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia


PT. Tanabe Indonesia yang sebelumnya mempunyai nama PT Tanabe abadi
didirikan pada 25 juli 1970. Produksi komersial pertama dimulai pada bulan
November 1970 di pabrik sebelumnya yang berlokasi di Jl. Dr. setia budi 287,
Bandung. Pada tanggal 29 maret 1986 kantor pusat dan pabrik pindah ke Jl. Rumah
sakit104 Ujung beruk, bandung. Mulai dari 1 juni 2003 PT. Tanabe abadi telah
berubah menjadi PT. Tanabe Indonesia dan kantor pusat di pindahkan ke Jakarta.
Pada tanggal 1 oktober 2007 Tanabe seiyaku Co. Ltd melakukan merger
(penggabungan) dengan Mitsubishia Pharma corporation berubah nama menjadi PT.
Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation (MTPC). Pada Januari 2015 gedung produksi
1 didiran dan disetujui oleh BPOM.
II.2 Visi dan Misi
II.2.1 Visi
Visi PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia adalah Turut serta dalam pelayanan
pada kesehatan masyarakat di seluruh dunia dibidang obat-obatan yang terjamin
mutunya disertai dengan pelayanan terbaik.
II.2.2 Misi
Misi PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia adalah memproduksi obat yang
bermutu tinggi, menyajikan informasi produk kepada pasien dan rekan profesi
kesehatan dengan benar dan tepat waktu, mendapatkan produk-produk baru dan

3
meningkatkan penelitian-penelitian, selalu melakukan penyempurnaan agar
produknya bisa bersaing dipasar global dan agar lebih memberikan kepuasan kepada
pasien serta peduli terhadap masalah-masalah lingkungan hidup.
II.3 Produk
Adapun Produk-produk jadi yang dihasilkan oleh PT Mitsubishi Tanabe
Pharma Indonesia sebagai berikut :
1. Tablet: Herbesser®Herbesser®60, Tanapress®5,10, Adona®, Adona Forte®,
Inolin® Neo-Novapon Plus®, Pyronal®, Asvex® dan Maintate®
2. Tablet Salut gula : Neuro-Beston® dan Aspar®
3. Tablet salut film: Aspar-K® dan Maintate 2,5®
4. Kapsul lepas lambat : Herbesser 90 SR®, Herbesser 180 SR®, Herbesser CD
100®, dan Herbesser CD 200®
5. Kapsul : Sesden®
6. Sirup : Neo-Novapon®, Inolin Pediatric drops® dan Chlorpemin®
II.4 Sertifikat
Adapun sertifikat yang dimiliki oleh PT. TANABE INDONESIA adalah sebagai
berikut :
1. Sertifikat AMDAL (Environmental Impact Analysis Certificate)
Diberikan oleh Komisi AMDAL Pusat-Depkes RI pada 26 Mei 1992.
2. Sertifikt GMP (CPOB). Diterima pada 11 juni 1993. Direvisi pada 28 juli
2003 kakrena perubahan nama dan logo perusahaan. GMP Mapping diterma
pada 5 oktober 2005 dengan status Strata A.
3. Sertifikat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
(Occupational Safety and Health Certificate:
- Bendera Emas (Gold Flag) I diterima pada 18 Januari 2002.
- Bendera Emas (Gold Flag) I diterima pada 24 Februari 2005
- Bendera Emas (Gold Flag) I diterima pada 12 Maret 2008
4. Sertifikat ISO 14001 (Environmental Management Sistem) yang diaudit oleh
PT.TUV CERT Intenational Indonesia pada :

4
- I : ISO 14001 : 1996 pada 4 Maret 2004
- II : ISO : 14001 : 2004 pada 8 Maret 2006
- III : ISO :14001 : 2004 pada 16 April 2007
5. Evaluation Program of Company Performance Level on Enviromental
Management by Ministry of Enviroment
- Januari 2004 – Mei 2005 (Blue 3 Agustus 2005)
- Evaluasi dilaksanakan pada 21 Marer 2006 : untuk periode
2005-2006
II. 5 Penerapan aspek CPOB
Pedoman CPOB wajib menjadi acuan bagi industri farmasi dan sarana yang
melakukan kegiatan pembuatan obat dan bahan obat. CPOB bertujuan untuk
menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan
sesuai dengan tujuan penggunaannya.. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu. Terdapat 12 aspek CPOB, antara lain (BPOM, 2012) :
1. Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena
tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk
pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi
dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan
para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan,
diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan
secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah
didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya.
Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu yang
tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses serta sumber daya dan tindakan

5
sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan
yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Tambahan tanggung jawab legal
hendaklah diberikan kepada kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
- Pemastian mutu, adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara
tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang
dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan
tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya.
- Cara pembuatan obat yang baik (CPOB), CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu
yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk
mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan
dalam izin edar dan spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan
Mutu. Persyaratan dasar dari CPOB adalah:
a) Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis
berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan
obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan.
b) Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi.
c) Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk personil yang
terkualifikasi dan terlatih, bangunan dan sarana dengan luas yang memadai,
peralatan dan sarana penunjang yang sesuai, bahan, wadah dan label yang benar,
prosedur dan instruksi yang disetujui dan tempat penyimpanan dan transportasi
yang memadai.
d) Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas,
tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang
tersedia.
e) Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar.

6
f) Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan
yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur
dan instruksi yang ditetapkan benarbenar dilaksanakan dan jumlah serta mutu
produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan
dicatat secara lengkap dan diinvestigasi.
g) Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran riwayat
bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk yang
mudah diakses.
h) Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap mutu
obat.
i) Tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran.
j) Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu diinvestigasi
serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan pengulangan
kembali keluhan.
- Pengawasan mutu, pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan
dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahan yang belum diluluskan tidak
digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum
mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Persyaratan dasar dari Pengawasan
Mutu adalah bahwa:
a) Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan prosedur yang
disetujui tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan
awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila
perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB.
b) Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan
dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang disetujui oleh
Pengawasan Mutu.
c) Metode pengujian disiapkan dan divalidasi

7
d) Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan
yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur
pengambilan sampel, inspeksi dan pengujian benar-benar telah dilaksanakan Tiap
penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi.
e) Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif
sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian
yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label
yang benar.
f) Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan pengemas,
produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara formal dinilai dan
dibandingkan terhadap spesifikasi.
g) Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah yang
cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu. Sampel produk jadi disimpan
dalam kemasan akhir kecuali untuk kemasan yang besar.
- Pengkajian mutu produk, Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan
tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang
sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit:
a) Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk,
terutama yang dipasok dari sumber baru.
b) Kajian terhadap pengawasan selama-proses yang kritis dan hasil pengujian
produk jadi.
c) Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
dan investigasi yang dilakukan.
d) Kajian terhadap semua penyim-pangan atau ketidaksesuaian yang signifikan,
dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan.
e) Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode
analisis.
f) Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registrasi
yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk ekspor.

8
g) Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak
diinginkan.
h) Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang
terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan.
i) Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan yang
sebelumnya.
j) Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru
mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran.
k) Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata udara
(HVAC), air, gas bertekanan, dan lain-lain.
- Manajemen risiko mutu, adalah suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian,
pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Manajemen risiko
mutu hendaklah memastikan bahwa Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan
berdasarkan pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan proses dan pada
akhirnya terkait pada perlindungan pasien dan tingkat usaha, formalitas dan
dokumentasi dari proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
2. Personalia
Industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Seluruh
personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
- Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi,
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai
dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan
untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Produksi hendaklah
diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat termasuk:
a) Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.

9
b) Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat.
c) Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh
kepala bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu).
d) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
produksi.
e) Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan.
f) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
- Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker terkualifikasi dan
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya
secara profesional. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan
dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu, termasuk :
a) Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi.
b) Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan.
c) Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan sampel,
metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain.
d) Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak.
e) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu.
f) Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan.
g) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
- Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang apoteker yang
terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman
praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk

10
melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/ pemastian mutu,
termasuk:
a) Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu.
b) Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan.
c) Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala.
d) Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu.
e) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok).
f) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi.
g) Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan Pengawas Obat
dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi.
h) Mengevaluasi/mengkaji catatan bets.
i) Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait.
3. Bangunan-fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi
dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik
untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan
harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan,
pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan
perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu
atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Bangunan dan
fasilitas meliputi :
- Area penimbangan, penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk
dengan cara penimbangan dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain
khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan
atau area produksi.

11
- Ruang peroduksi, tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa
untuk:
a) Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling
berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap
produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan
b) Mencegah kesesakan dan ketidak-teraturan
c) Memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif terlaksana.
Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan sistem
pengendali udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah
pencemaran dan pencemaran silang, pengendali suhu dan, bila perlu, pengendali
kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang
dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik.
- Klasifikasi kebersihan ruang pembuatan obat, Tingkat kebersihan ruang/area untuk
pembuatan obat hendaklah diklasifikasikan sesuai dengan jumlah maksimum
partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas.

Dimana Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk
steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk nonsteril.
- Area Penyimpanan, hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan
dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan
bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status

12
karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak,produk yang
dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran. Apabila status karantina
dipastikan dengan cara penyimpanan di area terpisah, maka area tersebut hendaklah
diberi penandaan yang jelas dan akses ke area tersebut terbatas bagi personil yang
berwenang. Sistem lain untuk menggantikan sistem karantina barang secara fisik
hendaklah memberi pengamanan yang setara.
- Area pengawasan mutu, Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area
produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan
satu dengan yang lain. Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah
pencampurbauran dan pencemaran silang.Hendaklah disediakan tempat penyimpanan
dengan luas yang memadai untuk sampel, baku pembanding (bila perlu dengan
kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.
- Sarana Pendukung, Ruang istirahat dan kantin dipisahkan dari area produksi dan
laboratorium pengawasan mutu. Sarana untuk mengganti pakaian kerja,
membersihkan diri dan toilet disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah
diakses. Ruang ganti pakaian hendaklah berhubungan langsung dengan area produksi
namun letaknya terpisah.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang
tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar
mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk
memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang,
penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada
mutu produk.
- Pemasangan dan penempatan, peralatan satu sama lain ditempatkan pada jarak yang
cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan
kecampurbauran produk. Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain
dipasang sedemikian rupa agar mudah diakses pada tiap tahap proses.

13
- Perawatan, kegiatan perbaikan dan perawatan hendaklah tidak menimbulkan risiko
terhadap mutu produk. Peralatan dan alat bantu dibersihkan, disimpan, dan bila perlu
disanitasi dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses
sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk.
5. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek
pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan,
peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan
desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk.
- Higiene perorang, Prosedur higiene perorangan termasuk persyaratan untuk
mengenakan pakaian pelindung hendaklah diberlakukan bagi semua personil yang
memasuki area produksi. Semua personil menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat
direkrut. Sesudah pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan
kesehatan kerja dan kesehatan personil secara berkala.
- Sanitasi bangunan dan fasilitas, bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat
hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang
baik. Toilet dengan ventilasi baik tersedia dengan cukup dan mudah di akses. Sampah
tidak boleh dibiarkan menumpuk dan harus dikumpulkan di dalam wadah yang sesuai
untuk dipindahkan ke tempat penampungan di luar bangunan dan dibuang secara
teratur dan berkala dengan mengindahkan persyaratan saniter. Hendaklah ada
Prosedur tertulis yang disusun dan dipatuhi untuk mencegah pencemaran terhadap
peralatan, bahan awal, wadah obat, tutup wadah, bahan pengemas dan label atau
produk jadi. Rodentisida, insektisida dan fungisida hendaklah tidak digunakan
kecuali yang sudah terdaftar dan digunakan sesuai peraturan terkait.
- Pembersihan dan sanitasi peralatan, metode pembersihan dengan cara vakum atau
cara basah lebih dianjurkan.

14
- Validasi prosedur pembersihan dan sanitasi, prosedur tertulis ditetapkan untuk
pembersihan alat dan persetujuan untuk penggunaan bagi produksi obat, termasuk
produk antara. Prosedur hendaklah mencantumkan:
a. Penanggung jawab untuk pembersihan alat.
b. Jadwal pembersihan, termasuk sanitasi.
c. Deskripsi lengkap dari metode pembersihan dan bahan pembersih yang
digunakan termasuk pengenceran bahan pembersih yang digunakan.
d. Instruksi pembongkaran dan pemasangan kembali tiap bagian alat.
e. Instruksi untuk menghilangkan atau meniadakan identitas bets sebelumnya.
f. Instruksi untuk melindungi alat yang sudah bersih terhadap kontaminasi sebelum
digunakan.
g. Inspeksi kebersihan alat segera sebelum digunakan.
h. Menetapkan jangka waktu maksimum yang sesuai untuk pelaksanaan
pembersihan alat setelah selesai digunakan produksi.
6. Produksi
Produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan
memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin guna menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan
sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan
distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila
perlu dicatat.
- Bahan awal, pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah
disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung
dari produsen. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa dicatat.
Catatan berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan atau
penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal kadaluwarsa bila ada. Sebelum diluluskan
untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah memenuhi spesifikasi dan diberi label
dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Pada tiap penerimaan dilakukan

15
pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran
dan kemungkinan adanya kerusakan bahan, dan tentang kesesuaian catatan
pengiriman dengan label dari pemasok. Bahan awal yang diterima, dikarantina
sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian Pengawasan
Mutu. Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label
hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
a) nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan.
b) nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan; status bahan
(misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak).
c) tanggal kadaluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu.
- Validasi Proses, studi validasi memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Apabila suatu formula pembuatan atau
metode preparasi baru diadopsi, diambil langkah untuk membuktikan prosedur
tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah
ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan.
- Pencegahan pencemaran silang, risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat
tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk
yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator.
Di antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan
sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon tertentu,
bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling terpengaruh
oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis besar
dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang.
- Sistem penomoran bets/lot, hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci
penomoran bets/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk
antara, produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi.
- Penimbangan dan penyerahan, penimbangan atau penghitungan dan penyerahan
bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai

16
bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang
lengkap. Pengendalian terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut untuk
produksi, dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian produksi, adalah sangat
penting. Untuk menghindarkan terjadinya kecampurbauran, pencemaran silang,
hilangnya identitas dan keraguan, maka hanya bahan awal, produk antara dan produk
ruahan yang terkait dari satu bets saja yang boleh ditempatkan dalam area
penyerahan. Setelah penimbangan, penyerahan dan penandaan, bahan awal, produk
antara dan produk ruahan hendaklah diangkut dan disimpan dengan cara yang benar
sehingga keutuhannya tetap terjaga sampai saat pengolahan berikutnya.
- Pengembalian, Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan yang dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan
dengan benar dan direkonsiliasi.
- Operasi pengolahan produk antara dan produk ruahan, Sebelum kegiatan pengolahan
dimulai hendaklah diambil langkah untuk memastikan area pengolahan dan peralatan
bersih dan bebas dari bahan awal, produk atau dokumen yang tidak diperlukan untuk
kegiatan pengolahan yang akan dilakukan.
- Bahan dan produk kering, untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan
pencemaran-silang yang terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering,
perhatian khusus hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan serta penggunaan
sarana dan peralatan. Sistem penghisap udara yang efektif hendaklah dipasang
dengan letak lubang pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran
dari produk atau proses lain. Sistem penyaringan udara yang efektif atau sistem lain
yang sesuai dipasang untuk menyaring debu. Pemakaian alat penghisap debu pada
pembuatan tablet dan kapsul sangat dianjurkan.
- Pencampuran dan granulasi, parameter operasional yang kritis (misalnya waktu,
kecepatan dan suhu) untuk tiap proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan
hendaklah tercantum dalam dokumen produksi induk, dan dipantau selama proses
berlangsung serta dicatat dalam catatan bets.

17
- Pencetakan tablet, mesin pencetak tablet dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu
yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindarkan kecampurbauran
antar produk. Tiap mesin ditempatkan dalam ruangan terpisah. Kecuali mesin
tersebut digunakan untuk produk yang sama atau dilengkapi sistem pengendali udara
yang tertutup maka dapat ditempatkan dalam ruangan tanpa pemisah. Tablet yang
ditolak atau yang dising-kirkan hendaklah ditempatkan dalam wadah yang ditandai
dengan jelas mengenai status dan jumlahnya dicatat pada Catatan Pengolahan Bets.
Tiap kali sebelum dipakai, punch dan die hendaklah diperiksa keausan dan
kesesuaiannya terhadap spesifikasi. Catatan pemakaian hendaklah disimpan.
- Penyalutan, Larutan penyalut hendaklah dibuat dan digunakan dengan cara
sedemikian rupa untuk mengurangi risiko pertumbuhan mikroba. Pembuatan dan
pemakaian larutan penyalut hendaklah didokumentasikan.
- Pengisian kapsul keras, Cangkang kapsul hendaklah diperlakukan sebagai bahan
awal. Cangkang kapsul hendaklah disimpan dalam kondisi yang dapat mencegah
kekeringan dan kerapuhan atau efek lain yang disebabkan oleh kelembaban.
- Penandaan tablet salut dan kapsul, Tinta yang digunakan untuk penandaan hendaklah
yang memenuhi persyaratan untuk bahan makanan.
- Produk cair, krim dan salep (nonsteril), produk cair, krim dan salep mudah terkena
kontaminasi terutama terhadap mikroba atau cemaran lain selama proses pembuatan.
Oleh karena itu, tindakan khusus harus diambil untuk mencegah kontaminasi. Untuk
melindungi produk terhadap kontaminasi disarankan memakai sistem tertutup untuk
pengolahan dan transfer. Kualitas kimia dan mikrobiologi air yang digunakan
hendaklah ditetapkan dan selalu dipantau. Perawatan sistem air hendaklah
diperhatikan untuk menghindarkan perkembangbiakan mikroba. Sanitasi secara
kimiawi pada sistem air hendaklah diikuti pembilasan yang prosedurnya telah
divalidasi agar sisa bahan sanitasi dapat dihilangkan secara efektif.
- Bahan pengemas, pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer
dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang

18
sama seperti terhadap bahan awal. Bahan cetak tersebut hendaklah disimpan dengan
kondisi keamanan yang memadai dan orang yang tidak berkepentingan dilarang
masuk. Bahan pengemas diserahkan kepada personil yang berwenang sesuai prosedur
tertulis yang disetujui.
- Kegiatan pengemasan, berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi
produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat
untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas.
- Prakodifikasi bahan pengemas, proses prakodifikasi bahan pengemas dan bahan cetak
lain hendaklah dilakukan di area yang terpisah dari kegiatan pengemasan lain.
Khusus untuk proses prakodifikasi secara manual hendaklah diperhatikan untuk
melakukan pemeriksaan kembali dengan interval yang teratur.
- Kesiapan jalur, segera sebelum menempatkan bahan pengemas dan bahan cetak lain
pada jalur pengemasan, personil penanggung jawab yang ditunjuk dari bagian
pengemasan hendaklah melakukan pemeriksaan kesiapan jalur sesuai dengan
prosedur tertulis yang disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu), untuk memastikan bahwa semua bahan dan produk yang sudah dikemas dari
kegiatan pengemasan sebelumnya telah benar disingkirkan dari jalur pengemasan dan
area sekitarnya, memeriksa kebersihan jalur dan area sekitarnya dan memastikan
kebersihan peralatan yang akan dipakai.
- Praktik pengemasan, risiko kesalahan terjadi dalam pengemasan dapat diperkecil
dengan cara menggunakan label dalam gulungan, pemberian penandaan bets pada
jalur pemasangan label, dengan menggunaan alat pemindai dan penghitung label
elektronis, label dan bahan cetak lain didesain sedemikian rupa sehingga masing-
masing mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda, dan di samping
pemeriksaan secara visual selama pengemasan berlangsung, hendaklah dilakukan
pula pemeriksaan secara independen oleh bagian Pengawasan Mutu selama dan pada
akhir proses pengemasan.

19
- Penyelesaian kegiatan pengemaasan, Pada penyelesaian kegiatan pengemasan,
hendaklah kemasan terakhir diperiksa dengan cermat untuk memastikan bahwa
kemasan produk tersebut sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Pengemasan Induk.
- Pengawasan selama proses, Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat,
prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan
yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan
sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk
memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi
penyebab variasi karakteristik produk dalam proses.
- Bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan, bahan dan produk
yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan disimpan terpisah di “area
terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut hendaklah dikembalikan
kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah ulang atau dimusnahkan.
Langkah apa pun yang diambil hendaklah lebih dulu disetujui oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat. Pengolahan ulang produk yang
ditolak merupakan suatu kekecualian. Hal ini hanya diperbolehkan jika mutu produk
akhirnya tidak terpengaruh, bila spesifikasinya dipenuhi dan prosesnya dikerjakan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan disetujui setelah dilakukan evaluasi
terhadap risiko yang mungkin timbul. Pemulihan semua atau sebagian dari bets
sebelumnya, yang memenuhi persyaratan mutu, dengan cara penggabungan ke dalam
bets lain dari produk yang sama pada suatu tahap pembuatan obat, hendaklah
diotorisasi sebelumnya. Pemulihan ini dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan setelah dilakukan evaluasi terhadap risiko yang mungkin terjadi, termasuk
kemungkinan pengaruh terhadap masa edar produk.
- Karantina dan penyerahan produk jadi, Karantina produk jadi merupakan tahap akhir
pengendalian sebelum penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum
diluluskan untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah

20
dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi
semua spesifikasi yang ditentukan.
- Catatan pengendalian pengiriman obat, Sistem distribusi hendaklah menghasilkan
catatan sedemikian rupa sehingga distribusi tiap bets/lot obat dapat segera diketahui
untuk mempermudah penyelidikan atau penarikan kembali jika diperlukan.
Penyimpangan terhadap konsep first-in first-out (FIFO) atau first-expire first-out
(FEFO) hendaklah hanya diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya
atas persetujuan manajemen yang bertanggung jawab.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta
termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk
dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan
memenuhi persyaratan. Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga
mempunyai tanggung jawab, antara lain adalah membuat, memvalidasi dan
menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, menyimpan sampel pembanding dari
bahan dan produk, memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk,
memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk, ikut serta pada
investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk dll.
- Cara berlaboratorium pengawasan mutu yang baik, Personil, bangunan dan fasilitas
serta peralatan laboratorium hendaklah sesuai untuk jenis tugas yang ditentukan dan
skala kegiatan pembuatan obat.
- Dokumentasi, bagian penting dokumentasi yang berkaitan dengan Pengawasan Mutu
antara lain spesifikasi, prosedur pengambilan sampel, prosedur dan catatan pengujian
(termasuk lembar kerja analisis dan/atau buku catatan laboratorium), laporan dan/atau
sertifikat analisis, data pemantauan lingkungan, bila diperlukan, catatan validasi
metode analisis, bila diperlukan dan prosedur dan catatan kalibrasi instrumen serta
perawatan peralatan.

21
- Pengambilan sampel, pengambilan sampel hendaklah dilaksanakan sesuai dengan
prosedur tertulis yang telah disetujui yang menguraikan berupa metode pengambilan
sampel, peralatan yang digunakan, jumlah sampel yang harus diambil, instruksi untuk
semua pembagian sampel yang diperlukan, tipe dan kondisi wadah sampel yang
digunakan penandaan wadah yang disampling, semua tindakan khusus yang harus
diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan pengambilan sampel bahan steril atau
berbahaya, kondisi penyimpanan, instruksi pembersihan dan penyimpanan alat
pengambil sampel.
- Pengujian, Pengujian yang dilakukan hendaklah dicatat dan catatannya hendaklah
mencakup paling sedikit data sebagai berikut:
a) Nama bahan atau produk dan, di mana perlu, bentuk sediaan
b) Nomor bets dan, di mana relevan, pembuat dan/atau pemasok.
c) Rujukan spesifikasi dan prosedur pengujian yang relevan.
d) Hasil pengujian, termasuk pengamatan dan kalkulasi, dan acuan kepada semua
sertifikat analisis
e) Tanggal pengujian dan paraf orang yang melaksanakan pengujian
f) Paraf orang yang melakukan verifikasi terhadap pengujian dan kalkulasi, di mana
perlu
g) Pernyataan pelulusan atau penolakan (atau keputusan status lain) yang jelas dan
tanda tangan orang yang bertanggung jawab yang dilengkapi dengan tanggal.
- Persyaratan pengujian,
a) Bahan awal dan bahan pengemas, sebelum meluluskan bahan awal atau bahan
pengemas untuk digunakan, kepala bagian Pengawasan Mutu memastikan bahwa
bahan tersebut telah diuji kesesuaiannya terhadap spesifikasi untuk identitas,
kekuatan, kemurnian dan parameter mutu lain.
b) Produk jadi, untuk tiap bets produk jadi, hendaklah dilakukan pengujian (di
laboratorium) atas kesesuaian terhadap spesifikasi produk akhirnya, sebelum
diluluskan. Produk jadi yang tidak memenuhi spesifikasi dan kriteria mutu lain
yang ditetapkan hendaklah ditolak. Pengolahan ulang dapat dilakukan, apabila

22
laik, namun produk hasil pengolahan ulang memenuhi semua spesifikasi dan
kriteria mutu lain yang ditetapkan sebelum diluluskan untuk distribusi.
c) Pemantauan lingkungan, dilakukan pemantauan teratur mutu air, pemantauan
mikrobiologis secara berkala pada lingkungan produksi, pengujian berkala
terhadap lingkungan sekitar area produksi dan pemantauan cemaran udara.
d) Pengujian ulang bahan baku yang diluluskan, berupa bahan awal, produk antara,
dan produk ruahan. Setelah batas waktu ini bahan atau produk tersebut hendaklah
diuji ulang oleh bagian Pengawasan Mutu terhadap identitas, kekuatan,
kemurnian dan mutu.
- Program stbilitas on-going, Protokolnya ialah jumlah bets per kekuatan dan per
ukuran bets berbeda, metode pengujian fisis, kimiawi, mikrobiologis dan biologis
yang relevan, kriteria keberterimaan, rujukan metode pengujian, uraian sistem
tutup wadah, interval pengujian (titik waktu), uraian kondisi penyimpanan
(hendaklah menggunakan kondisi menurut standar ICH untuk pengujian jangka
panjang yang konsisten dengan penandaan produk) dan parameter lain yang
berlaku spesifik bagi produk.
8. Inspeksi Diri, Audit Mutu Dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi
dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi
diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan
untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri dilakukan secara
independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat
mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif. Hendaklah dibuat instruksi tertulis
untuk inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar
ini berisi pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara lain
Personalia, Bangunan termasuk fasilitas untuk personil, Perawatan bangunan dan
peralatan, Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, Peralatan,
Pengolahan dan pengawasan selama-proses, Pengawasan Mutu, Dokumentasi,
Sanitasi dan hygiene, Program validasi dan revalidasi, Kalibrasi alat atau sistem

23
pengukuran, Prosedur penarikan kembali obat jadi, Penanganan keluhan, Pengawasan
label dan Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.
- Audit Mutu, Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang
dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
- Audit dan persetujuan pemasok, Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan
pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Semua pemasok yang ditetapkan
dievaluasi secara teratur.
9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk Dan Penarikan
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk
menangani semua kasus yang mendesak, disusun suatu sistem, bila perlu mencakup
penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara
cepat dan efektif.
- Keluhan, hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani
keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang
memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami cara penanganan
seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk. Harus prosedur tertulis
yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak lanjut yang sesuai, termasuk
pertimbangan untuk penarikan kembali produk, dalam menanggapi keluhan terhadap
obat yang diduga cacat. Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap
laporan dan keluhan mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut.
Tindak lanjut ini mencakup tindakan perbaikan bila diperlukan, penarikan kembali
satu bets atau seluruh produk akhir yang bersang-kutan dan tindakan lain yang tepat

24
- Penarikan kembali produk, Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah
ditunjang oleh staf yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali
sesuai dengan tingkat urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen terhadap
bagian penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami segala operasi penarikan
kembali.
Pelaksanaan Penarikan Kembali
a) Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi
yang merugikan.
b) Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah dihentikan
dengan cara embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali dengan segera.
Penarikan kembali hendaklah menjangkau sampai tingkat konsumen.
c) Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi, hendaklah
menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara cepat,
efektif dan tuntas.
d) Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk hendaklah dibuat
untuk memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan dengan
cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi.
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi
yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang
jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian
tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah
tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi
lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode
dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara
tertulis. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk

25
atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini
merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk, Prosedur
Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi
Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan
pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan dan
pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya
pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian,
dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk
distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk
akhir.
- Dokumen yang diperlukan, berupa :
a) Spesifiksi bahan awal, nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk)
internal, rujukan monografi farmakope, pemasok yang disetujui, standar
mikrobiologis, petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur
rujukan, persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan, kondisi
penyimpanan dan tindakan pengamanan dan batas waktu penyimpanan sebelum
dilakukan pengujian kembali.
b) Spesifiasi bahan pengemas, Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup, di
mana diperlukan deskripsi bahan, petunjuk pengambilan sampel dan pengujian
atau prosedur rujukan, persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas
penerimaan, kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan dan batas waktu
penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
c) Spesifikasi produk anatara dan produk ruahan, apabila produk tersebut dibeli atau
dikirim, atau apabila data dari produk antara digunakan untuk mengevaluasi
produk jadi. Spesifikasi hendaklah mirip dengan spesifikasi bahan awal atau
produk jadi, sesuai keperluan.
d) Spesifikasi produk jadi, mencakup nama produk yang ditentukan dan kode
referen (kode produk), formula/komposisi atau rujukan, deskripsi bentuk sediaan
dan uraian mengenai kemasan, termasuk ukuran kemasan, petunjuk pengambilan

26
sampel dan pengujian atau prosedur rujukan, persyaratan kualitatif dan
kuantitatif dengan batas penerimaan, kondisi penyimpanan dan tindakan
pengamanan khusus, dan masa edar/simpan.
e) Dokumen produksi, Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:
 Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk
dalam bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets.
 Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan dan
prosedur pengemasan yang rinci untuk suatu produk dengan bentuk sediaan,
kekuatan dan ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi Induk dipersyaratkan
divalidasi sebelum mendapat pengesahan untuk digunakan.
 Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan
Pengemasan Bets, yang merupakan reproduksi dari masing-masing Prosedur
Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi semua data
dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets
produk.
f) Prosedur dan catatan, Catatan penerimaan hendaklah mencakup nama bahan
pada surat pengiriman dan wadah, nama “internal” dan/atau kode bahan, tanggal
penerimaan, nama pemasok dan, bila mungkin, nama pembuat, nomor bets atau
referen pembuat, jumlah total dan jumlah wadah yang diterima, nomor bets yang
diberikan setelah penerimaan, segala komentar yang relevan (misal, kondisi
wadah saat diterima).
11. Pembuatan Dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui
dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan
produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara
Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan
tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan

27
secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi
tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
- Pemberi kontrak, Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi
Penerima Kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan
dan memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti.
- Penerima kontrak, Penerima Kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang
cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan
pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi Kontrak dengan memuaskan. Pembuatan obat
berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki
sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh Badan POM.
- Kontrak, Kontrak hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak yang berhubungan dengan
produksi dan pengendalian mutu produk. ontrak hendaklah menyatakan secara jelas
prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan dan memastikan bahwa tiap bets
telah dibuat dan diperiksa pemenuhannya terhadap persyaratan izin edar yang
menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
12. Kualifikasi Dan Validasi
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat
memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko
hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
- Perencanaan validasi, nsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan
didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV
mencakup kebijakan validasi, struktur organisasi kegiatan validasi, ringkasan
fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi, format dokumen yaitu
format protokol dan laporan validasi, perenca naan dan jadwal pelaksanaan,
pengendalian perubahan dan acuan dokumen yang digunakan.

28
- Dokumentasi, Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi
dan validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan disetujui oleh kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Protokol validasi hendaklah merinci
langkah kritis dan kriteria penerimaan.
- Kualifikasi, antara lain kualifikasi desain (KD), Kualifikasi instalasi (KI), Kualifikasi
Opersional (KO), Kualifikasi Kinerja (KK), dan Kualifikasi fasilitas, peralatan dan
system terpasang yang telah operasional.
- Validasi proses, ada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan
(validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak memungkinkan,
validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi
konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi
retrospektif).
- Validasi pembersihan, Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi
efektivitas prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk,
bahan pembersih dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan
pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat
dicapai dan diverifikasi.
- Pengendalian peruahan, Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci langkah
yang diambil jika ada usul perubahan terhadap bahan awal, komponen produk,
peralatan proses, lingkungan kerja (atau pabrik), proses produksi atau pengujian
ataupun perubahan yang berpengaruh terhadap mutu atau reprodusibilitas proses.
- Validasi ulang, Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan
hendaklah dievaluasi secara berkala untuk konfirmasi keabsahannya. Jika tidak ada
perubahan yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan dengan bukti bahwa
fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan yang ditetapkan akan
kebutuhan revalidasi.
- Validasi metode analisis, Tujuan validasi metode analisis adalah untuk menunjukkan
bahwa metode analisis sesuai tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis

29
umumnya dilakukan terhadap 4 jenis yaitu uji identifikasi, uji kuantitatif kandungan
impuritas (impurity), uji batas impuritas dan uji kuantitatif zat aktif dalam sampel
bahan aktif obat atau obat atau komponen tertentu dalam obat. Tujuan prosedur
analisis hendaklah jelas dan dimengerti karena hal ini akan menentukan karakteristik
validasi yang perlu dievaluasi. Karakteristik validasi yang umumnya perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut: akurasi, presisi, ripitabilitas, intermediate
precision, spesivisitas batas deteksi, batas kuantitasi, linearitas, dan rentang.
II.6 Struktur Organisasi
Quality Affair PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia bertanggung jawab
terhadap pengawasan mutu obat. Pengawasan tersebut dilakukan mulai dari bahan
awal (bahan baku dan bahan pengemasan) dan produk akhir (obat jadi). Quality Affair
Department di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia terbagi atas 3 bagian, yaitu
Quality Assurance (QA), Quality Control (QC)-1 dan Quality Control (QC)-2
Quality Control(QC)-1 bertanggung jawab dalam melakukan uji analisa
(analyzed testing) terhadap produk jadi. Hal ini terutama untuk memastikan bahwa
suatu batch obat memenuhi persyaratan mutu selama peredaran yang telah ditetapkan
melalui program stabilitas.
Uji stabilitas yang dilakukan terhadap produk jadi hanya meliputi longterm
condition dan accelerated condition. Hal ini dilakukan karena kedua kondisi ini telah
teruji dalam mengidentifikasi degradasi produk, membuktikan stabilitas instrinsik
dari suatu molekul dan dalam pengembangannya untuk memvalidadi prosedur
analisis yang sesuai.
Kepala dapertemen bagian Quality Control adalah ibu Sri Hartati. Pengawasan yang
dilakukan selama proses produksi untuk sedian-sediaan obat yang di produksi PT.
Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia adalah :
1. Sediaan Tablet, meliputi penampilan umum, keseragaman kadar zat aktif,
keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, kecepatan pelarutan
(disolusi).

30
2. Sediaan Kapsul, meliputi organoleptik, uji kadar zat aktif dan homogenitas,
keseragaman bobot dan kecepatan disolusi.
3. Sediaan sirup, meliputi organoleptis, viskositas, kejernihan, kadar zat aktif, pH,
bobot jenis, keseragaman volume.
4. Sediaan injeks, meliputi pemeriksaan uji visual kejernihan, kadar zat aktif, pH,
uji pirogenitas, ui sterilitas serta dilakukan uji kebocoran terhadap ampul
menggunakan metilen biru.
Quality Control bertanggung jawab melakukan pemeriksaan awal dan analisa
terhadap bahan pengemas (Packaging material), bahan hasil sintesa dan bahan baku
(raw material). Pengambilan sampel untuk bahan baku dan bahan kemas dilakukan
berdasarkan rumus√𝑵 + 1 dimana N adalah jumlah barang.
Bahan pengemas (packaging material) melalui pemeriksaan analisis dengan
alat ukur meliputi panjang , lebar, bonding strenght; on the spot meliputi jumlah,
dimensi warna, penandaan (Labeling), bentuk kemasan sesuai apa tidak dengan
spesifikasi dan estetika.
Pemeriksaan terhadap bahan baku dan bahan hasil sintesa adalah secara visual
meliputi kesesuai label, nama supplier, kondisi wadah dan organoleptis yang di
dalamnya termasuk bau, rasa dan warna. Untuk melaksanakan tugasnya, departemen
Quality Control memiliki fasilitas berupa laboratorium untuk analisa fisika/kimia,
laboratorium instrument, dan laboratorim mikrobiologi.Hasil dari pemeriksaan
Quality Control (QC)-1 dan (QC)-2 section dilaporkan ke Quality Assurance (QA)
section.
Di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia kepala dapartemen Quality
Assurance adalah ibu Bonita Makarena. Quality Assurance (QA) merupakan bagian
yang melakukan pemasian terhadap sistem yang dijalankan dan mengaudit mutu agar
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan.

31
BAB III
GAMBARAN KHUSUS

III. 1 Tablet Maintate 2,5®

Komposisi :
Bisoprolol hemifumarat 2,5 mg/tablet.
Farmakologi
Beta Bloker (β-Bloker) menghambat pelepaasan renin sehingga menghambat aktivasi
sistem RAA (Renin Angiotensin Aldosterone). Akibatnya terjadi penurunan
hipertrofi miokard, apoptosis dan fibrosis miokard, dan remodeling miokard sehingga
progresi gagal jantung akan terhambat (Gan Gunawan, 2012).
Indikasi
Pengobatan ggagal jantung kronik stabil, sedang, hingga berat dengan penurunan
fungsi ventrikel sistolik (fraksi ejeksi ≤35% berdasarkan ekokardiografi) diberikan
bersama ACE inhibitor, diuretic dan glikosida jantung (salah satunya) (IAI, 2015)
Kontra Indikasi
Pasien dengan gagal jantung akut atau gagal jantung selama episode dekompensasi
memerlukan terapi inotropik intra vena, syok kardiogenik, blok AV derajat II dan III,
sick sinus syndrome, blok sinoartial, bradikardia (<60 denyut/mnt), hipotensi (TD
sistolik <100mmHg), asma bronkial berat atau penyakit paru obstruktif kronik berat,

32
penyakit oklusi reynaud, feokromositoma tanpa pengobatan, asidosis metabolic,
hipersensitif terhadap bisoprolol.
Dosis
- Gagal Jantung Kronik Stabil : 1 x 1,25 mg/hari pada minggu pertama, jika dapat
ditoleransi dengan baik, dosis dapat ditingkatkan secara bertahap. Dosis
pemeliharaan 1 x 10 mg/hari.
- Hipertensi dan angina pectoris : 1 x 5010 mg sehari pada pagi hari (Team
Medical Mini notes, 2017)
Perhatian
Hindari putus obat yang mendadak, blok AV derajat 1, diabetes, miastenia gravis.
Pada gagal jantung pantau status klinis selama 4 jam sesudah pemberian awal
(dengan dosis rendah) dan pastkn gagal jantung tidak berahaya sebelum
meningkatkan dosis; psoriasis; gangguan hati (Team Medical Mini notes. 2017)
Efek samping
Rasa dingin atau dingin pada esktremitas, mual, muntah, diare, konstipasi, lelah,
pusing, sakit kepala (terjadi pada saat dimulai pengobatan tetapi bisanya menghilang
setelah 1-2minggu) (Team Medical Mini notes. 2017)
III. 2 Pengujian Bahan Awal
III.2.1 Pengujian Bahan Baku
Pengujian ini mencakup identifikasi, deskripsi, kemurnian dan penetapan
kadar. Selama proses pengujian barang di karantina dan diberi label “KARANTINA”
yang berwarna kuning. Pengambilan sampel secara acak untuk setiap bets dengan
rumus : (N adalah jumlah barang).
a. Pola n (1 + N)
Pola ini digunakan jika bahan diperkirakan homogen dan diperoleh dari pemasok
yang disetujui.
b. Pola p (0,4 N)
Pola ini digunakan untuk tujuan identitas (bahan homogen).
c. Pola r (1,5 N)

33
Pola ini digunakan untuk bahan yang diperkirakan tidak homogen dan atau
berasal dari pemasok yang belum terkualifikasi.
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan alat stick sampler. Khusus untuk
metode sampling, baik bahan baku maupun bahan kemas tidak memiliki
ketentuan yang pasti, hanya dipersyaratkan sampling dilakukan atas dasar
statistika secara random dengan metode yang sesuai. Setiap pengujian bahan
baku dilengkapi dengan pengujian (testing order) atau catatan hasil pengujian
yang dtandatangani oleh QC manager. Bahan baku yang telah lulus seleksi diberi
label “DILULUSKAN” yang berwarna hijau dan jika tidak sesuai dengan
spesifikasi diberi label “DITOLAK” yang berwarna merah.
III.2.2 Pengujian Bahan Kemas
Pengujian bahan kemas dilakukan secara sampling dengan rumus N + 1,
dilakukan untuk label, brosur, karton, aluminium foil dan tutup botol. Pengawasan
dilakukan terhadap penampilan fisik wadah, kesesuaian bahan dan hasil cetakan
spesifikasi yang telah ditentukan (warna, penandaan, desain, dan bentuk). Sistem
pemberian label bahan kemas seperti bahan baku.
Jika pemeriksaan bahan baku dan bahan kemas selesai, maka QC membuat
disposisi yang berisi hasil pemeriksaan untuk disampaikan kebagian keuangan untuk
pembayaran dan ke bagian PPIC untuk memenuhi spesifikasi dipersyaratkan, maka
dikembalikan ke supplier dengan dokumen retur barang.
III.2.3 Pengujian Sebelum Proses Produksi Tablet
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memulai kegiatan produksi yaitu :
1. Pemeriksaan bahan baku yang dilakukan oleh Quality Assurance meliputi
pemeriksaan organoleptik (bentuk, warna, baud an rasa), pemeriksaan kimia
(kualitatif dan kuantitatif), dan pemeriksaan fisika (titik lebur, kelarutan dan
berat jenis)
2. Ruangan sudah disterilkan, diama ruang produksi harus tetap terjaga
kebersihannya.

34
3. Temperature dan kelembabantiap ruangan produksi diatur sedemikian rupa
menggunakan Air Handling System (AHS).
4. Peralatan yang digunakan harus dipastikan selalu dalam keadaan bersih sebelum
dan sesudah dilakukan kegiatan produksi.
5. Ruangan produksi harus mendapat penerangan dan pertukaran udara yang cukup
agar kegiatan produksi berjalan lancer.

Pengujian terhadap granul adalah sebagai berikut :


a) Ukuran dan bentuk partikel
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebalnya
tablet.
b) Kerapatan (density)
Ditimbang 100 gram granul, masukkan ke dalam gelas ukur dan catat
volumenya. Lalu granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji.
Catat volume uji sebelum dimampatkan. Kerapatan yang dipersyaratkan tidak
lebih dari 20 %.
c) Sifat alir
Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir, Penutup corong dibuka
sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar.
Waktu alir granul dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter
dan tinggi tumpukan granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir
dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih dari 30º.
d) Sudut diam
Dengan menuangkan sampel melalui corong kemudian mengukur sudut yang
terbentuk. Sudut diam yang dibentuk berkisar antara 20-40ºC dan semakin
rendah sudut diam maka serbuk semakin baik sifat alirnya.

35
Skema granulasi basah :
Penimbangan

Pencampuran awal

Pengayakan basah

Pengeringan granul

Pengayakan kering

Pencampuran akhir

Pencetakan tablet

III.2.4 Pengujian Selama Proses Produksi


a) Penampilan umum atau organoleptis
Tablet diamati secara visual meliputi warna (homogenitas zat warna), bentuk
(Bundar, permukaan rata atau cembung).
b) Keseragaman kadar zat aktif
Diambil 20 tablet dan digerus tablet hingga homogen. Kemudian di ekstraksi
untuk mendapatkan zat aktifnya. Lalu, pisahkan ekstrak hingga titik akhir titrasi
serta catat hasilnya.
c) Keseragaman bobot
Ditimbang 20 tablet dan dihitung rata-ratanya. Jika ditimbang satu per satu, tidak
boleh dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari %
penyimpangan yang ditetapkan.
d) Kekerasan
Tablet diambil sebanyak 20 tablet, lalu dimasukkan satu per satu ke dalam alat
hardness tester dan alat dinyalakan. Data hasil pengujian kekerasan tablet
dicatat.

36
e) Kerapuhan
Diambil 20 tablet kemudian dibersihkan dari deb unya ditimbang dengan
seksama. Lalu dimasukkan tablet ke dalam friabilator dan diputar sebanyak 100
putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah
selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan ditimbang dengan
saksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah
perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%.
f) Waktu hancur
Aquadest dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer, lalu dipanaskan hingga suhu
37ºC ± 2ºC sambil diukur dengan menggunakan termometer. Diambil 18 tablet
lalu masing-masing tablet dimasukkan ke dalam tabung kemudian cakram
dimasukkan ke dalam tabung. Tabung dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer
yang berisi aquadest yang telah dipanaskan, kemudian alat dinyalakan. Data hasil
pengujian waktu tablet dicatat.
g) Kecepatan pelarutan (disolusi)
Dimasukkan sejumlah volume media disolusi yang tertera pada masing-masing
monografi ke dalam wadah. Pasang alat, biarkan media disolusi hingga suhu
37ºC ± 0,5ºC dan angkat termometer. Dimasukkan satu tablet ke dalam alat,
hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan yang diuji dan jalankan alat
pada laju kecepatan seperti yang tertera pada monografi.

37
BAB IV
PEMBAHASAN
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasi
sebagai tablet atau tablet kompresi. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat
digolongkan sebagai tablet cetak atau tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan
memberika tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet
cetak dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab dengan tekanan rendah
kedalam lubang cetakan (Fatmawaty, 2012).
Salah satu hasil produksi obat dari PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia
adalah Tablet Maintate 2,5® yang mengandung zat aktif Bisoprolol Hemifumarate.
Obat Maintate 2,5 merupakan jenis obat golongan beta bloker (β-bloker) yang bekerja
mengatasi penyakit gagal jantung, angina pectoris dan hipertensi.
PT. Tanabe hanya memliki satu bahan baku yang diproduksi sendiri (diltiazem Hcl
yang biasa diproduksi dengan nama dagang Herbeze), sedangkan untuk bahan baku
lainnya PT. Tanabe menggunakan bahan baku dari luar yaitu bahan baku yang berasal
dari Jepang yang diproduksi dengan cara yang sama.
Saat bahan baku tiba di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia, bahan baku
tersebut ditempatkan diruang penyimpanan yang berada dekat dengan pintu masuk.
Saat bahan baku tiba, palet yang melekat pada kemasan bahan baku akan segara di
ganti sebelum disimpan diruangan penyimpanan guna pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan kemasan, jumlah, dan pemeriksaan fisik
(organoleptic) dan selanjutnya akan diberi label “KARANTINA”. Selanjutnya bahan
baku akan dipindahkan keruang khusus untuk disampling oleh bagian Quality
Assurance. Jika bahan baku lulus uji maka akan diberi label “HIJAU” dan jika di
tolak atau reject yang akan diberi label “MERAH”.

38
Jika ditemukan bahan baku yang cacat atau direject, akan dipisahkan/dipartisi
terlebih dahulu dan membuat buku laporan yang diisi oleh staf lapangan berupa
tanggal kejadian, jumlah, dan keadaan fisik.
Bahan baku atau material yang telah melewati tahap pemeriksaan dalam gudang akan
memasuki tahap produksi. Pada tahap produksi material akan melewati tahap
penimbangan terlebih dahulu dan tahap pengayakan yang dilanjuti dengan tahap
pencampuran.
Pada tahap pengayakan, agar ukuran partikel serbuk ini mempunyanyi standar
maka USP menggunakan suatu batasan yaitu (Fatmawaty, 2012):
- Serbuk kasar (ayakan no. 20), Semua partikel serbuk dapat melewati ayakan
no. 20 dan tidak lebih dari 60% yang melewati ayakan no. 40
- Serbuk cukup kasar (ayakan no. 40), semua partikel serbuk bias melwati
ayakan mo. 40 dan tidak lebih dari 60% melewati ayakan no. 60
- Serbuk halus ( ayakan no. 80), semua partikel serbuk dapat melewati ayakan
no. 80 dan tidak ada limitasi bagi yang lebih halus.
- Serbuk sangat hasul (ayakan no. 120), semua partikel serbuk melewati ayakan
no. 120 dan tidak ada limitasi bagi yang lebih halus.
Saat tahap pencampuran dilakukan beberapa uji atau evaluasi serbuk yaitu uji
porositas, uji kerapatan mampat, uji sifat alir, sudut diam, penampilan umum atau
organoleptis. Yang bertugas dalam hal pengujian atau evaluasi adalah Quality
Assurance.
Selanjutnya masuk ketahap pembuatan granul atau proses granulasi. Seperti
yang diketahui, tablet dapat dibuat dengan 3 metode yaitu granulasi basah, granulasi
kering dan Cetak langsung. Tetapi di PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia
mayoritas digunakan metode cetak langsung dan granulasi basah, seperti pada
pembuatan tablet Maintate 2,5 yang menggunakan metode granulasi basah yang
dilanjuti dengan proses penyalutan.

39
Digunakan metode granulasi basah karena hampir semua bahan
obat/kebanyakan dapat dicetak dengan metode ini dan memenuhi semua persyaratan
tablet dengan baik. Adapun keuntungan dari metode ini yaitu (Fatmawaty, 2012) :
- Kohesifitas dan keterkempaan serbuk ditingkatkan karena adanya tmbahan
pengikat.
- Granul basah mencegah terjadinya segregasi (pemisahan).
- Kecepatan disolusi bahan aktif hidrofobik dapat ditingkatkan.
- Obat dengan dosis besar yang menunjukan sifat aliran dan keterkempaan buruk
harus dipreparasi secara granulasi basah.
Selanjutnya ketahap pengeringan. Pada tahap pengeringan diatur suhunya sesuai
ketentuan. Setelahnya dilakukan pengecekan kadar air yang terkandung dalam granul.
Proses pengeringan diperlukan untuk menghilangkan pelarut yang digunakan pada
pembuatan gumpalan gumpalan pada saat proses granulasi dan untuk mengurangi
kelembaban sampai pada tingkat yang optimum. Selanjutnya dilakukan proses
pengayakan kembalih guna memperoleh ukuran partikel yang seragam.
Ditahap akhir adalah proses pentabletan/pengempaan. Tablet dibuat dengan
mengempa bahan atau campuran bahan obat pada mesin cetak yang disebut
pencetak/penekan (press). Komponen dasar dari mesin cetak :
- Hopper, yaitu sebagai tempat menyimpan granul yang akan dikempa.
- Die, yang menentukan ukuran dan bentuk tablet.
- Punch, untuk mengempa granul yang terdapat didalam die.
- Jalau Com,untuk mengantur gerakan punch.
- Pencetak tablet dibagi menjadi dua, pencetak tunggal (single punch) dan
pencetak ganda berputar (rotary multi punch).
Masalah – masalah yang biasa ditemukan dalam pencetakan tablet antara lain :
a. Binding, keadaan dimana bahan ditablet sebagian menempel pada die, atau
matris, sehingga sukar didorong keluar. Penyebabnya antara lain kurangnya

40
lubrikan atau lubrikan kurang efektif, granul terlalu dingin atau terlalu
panas/kering, die/matris sudah using atau perlu pemolesan.
b. Sticking, keadan dimana sebagian massa tablet melekat pada punch.
Penyebabnya antara lain granul terlalu basah (kurang kering) atau pemanasan
kurang sempurna, Punch sudah usang dan RH ruangan pencetakan terlalu tinggi.
c. Capping, keadaan dimana lapisan bawah tablet terbela sebagian atau seluruhnya.
Hal ini dapat terjadi segera setelah kelar dari cetakan atau setelah beberapa waktu
kemudian. Penyebabnya antara lain adanya udara yang ikut terkempa sehingga
setelah tablet keluar dari cetakan udara bereaksi mendesak keluar, terlalu banyak
fines, pengeringan granul kurang sempurna atau granul terlalu kering dan
lubrikan terlalu banyak atau terlalu sedikit.
d. Motting, kedaan dimana terjadi warna yang tidak merata pad permukaan table.
Disebabkan oleh obat atau hasil peruraian mempunyai warna yang berbeda
dengan bahan tambahan dan tidak tercampur homogen, terjadi migrasi warna
selama proses pengeringan granul, bahan tambahan yang berupa larutan
berwarna tidak terbagi merata, hal ini disebabkan karena larutan panas dicampur
dengan serbuk dingin.
e. Variasi berat, tablet yang dihasilkan tidak memenuhi syarat keseragaman bobot
yang disebabkan karena distribusi granul tidak merata, granul tidak bebs
mengalir dan lubrikan atau glidan tidak tercampur merata.
Setelah proses pentabletan selesai selanjutnya kembalih dilakukan evaluasi oleh
Quality Control guna mendapatkan tablet yang baik. Tablet Maintate 2,5mg yang
merupakan produk dari PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia adalah jenis tablet
salut selaput/film. Tablet salut selaput/film adalah tablet kempa yang disalut tipis,
berwarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat
didalam saluran cerna. Tujuan dari penyalutan antara lain :
- Untuk menutupi rasa dan bau yag tidak enak.
- Untuk melindungi zat berkhasiat terhadap pengaruh luar, misalnya kelembapan,
oksigen, cahaya dll.

41
- Untuk mengendalikan pelepasan obat.
- Untuk melindungi obat dari suasana asam lambung, menyalutnya dengan salut
enterik tahan asam
- Untuk meningkatkan nilai estetika dan membantu atau memudahkan identifikasi
sediaan.
- Untuk mencegah inkompatibilitas diantara zat bekhasiat yang terdapat didalam
tablet, menghindari kontak langsung zat berkhasiat dengan inkompatibel.
- Untuk menggabungkan obat lain dan membantu formula dalam penyalutan.
Setelah proses penyalutan obat selesai selanjutnya obat masuk ketahap pengujian
yang meliputi uji penampilan tablet, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji
penetapan kadar, dan uji keseragaman bobot.
Setelah dilakukan pengujian, produk melewati proses pengemasan, dalam hal ini
produk dikemas dengan menggunakan kemasan primer (blister) dan kemasan skunder
(box) sesuai peraturan CPOB yang berlaku yang selanjutnya diuji mutunya oleh
quality control.

42
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan Praktik kerja lapang di PT. Mitsubishi Tanabe
Pharma Indonesia antara lain:
1. PT. Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia telah menerapkan aspek-aspek CPOB
didalam setiap prosesnya seperti seperti aspek manajemen mutu, personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan
mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk,
penarikan kembali produk, dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan
analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
2. PT Mitsubishi Tanabe Pharma Indonesia telah memproduksi obat dalam bentuk
tablet sesuai aturan CPOB.
V.2 Saran
Sebaiknya hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan atau kunjungan PKL industri
lebih diperbanyak lagi sehingga wawasan mahasiswa tentang industri farmasi bias
lebih bertambah.

43
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. 2012. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan
Obat Yang Baik 2012. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Jakarta
Badan POM RI. 2018. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan
Obat Yang Baik 2018.. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Jakarta
Fatmawati,Aisyah, 2012. Teknologi Sediaan Farmasi. Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi;Makassar
Gan gunawan, Sulistia. 2016. Farmaologi dan Terapi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
IAI. 2015. Informasi Spesialite obat Indonesia. Jakarta; PT LSFI Penerbitan
Pascal, de groote. 2007. Bisoprolol In The Treatment Of Chronic Heart Failure.
Centre Hospitalier Regional et Universitaire de Lille, France.
Team Medical Mini notes. 2017. Basic Pharmacology & Drug Notes. Makassar.
MMN Publishing

44

Anda mungkin juga menyukai