BAB 1 Pendahuluan
1.3. Tujuan
1. Memahami penilaian kinerja SCM berdasarkan kegiatan E-Procurement di PT Pertamina EP
Asset 3 Cirebon.
2. Mengetahui besarnya pengaruh setiap indikator keberhasilan terhadap E-Procurement yang
digunakan.
3. Memberi rekomendasi kepada PT Pertamina EP Asset 3 Cirebon berupa prioritas penggunaan
jenis E-Procurement berdasarkan indikator keberhasilan kinerja.
1
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
1.6. Metodologi
1. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian secara garis besar dapat digambarkan ke dalam flowchart penelitian. Berikut
merupakan alur proses penelitian yang dilakukan pada fungsi SCM di PT Pertamina EP Asset 3
Cirebon.
2
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
3
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
4
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
5
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
6
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
Proses logistik dilakukan menggunakan software MySAP yang terintegrasi dengan berbagai
unit terkait PT Pertamina EP Asset 3. Software ini mengumpulkan data seluruh kegiatan melalui
Graphical User Interface (GUI) sehingga user dapat memasukkan data maupun membaca informasi
dari database. Secara umum, proses bisnis fungsi SCM PT Pertamina EP memiliki alur yang
digambarkan dalam flowchart berikut.
7
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
Fungsi SCM PT Pertamina EP Asset 3 memiliki beberapa unit terkait yang terintegrasi
seperti unit pengadaan pada gedung SCM, unit persediaan pada gudang, dan unit finansial pada
gedung kantor utama. Ketiga fungsi ini berada pada lokasi yang berbeda-beda namun tetap dapat
membaca informasi yang sama. Informasi yang ditampilkan mulai dari data pemesanan barang
hingga barang diterima di gudang.
8
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
9
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
10
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
11
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
1 Pemboran / Drilling Pemboran sumur minyak, gas, dan panas bumi sesuai
rencana pemboran yang dilakukan di darat maupun
perairan.
2 Pekerjaan Ulang Sumur/Workover Kerja ulang atau perawatan sumur yang telah ada (existing
dan Perawatan Sumur/Well Services wells).
3 Pemboran Berarah / Directional Menyediakan jasa dan alat pemboran sesuai target
Drilling reservoir yang ditetapkan
12
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
6 Mud Engineering Service Penyediaan jasa lumpur pemboran, rekayasa lumpur, serta
penyediaan material dan peralatan.
7 Electrical Logging & Perforating Pengambilan data pada sumur terbuka (open hole), sumur
terselubung (cased hole), serta tes produksi sumur untuk
keperluan Block Squeeze sebagai bagian dari isolasi antar
lapisan formasi.
10 Pengujian Atas dan Lapisan Bawah Pelaksanaan testing produksi setiap lapisan yang
Tanah / Drill Stem Test mengandung Hidrokarbon di sumur.
11 Well Completion and Slickline Penyelesaian tahap akhir serta jasa pemasangan peralatan
Service komplesi.
13 Well Stimulation, Hydraulic Perekahan formasi menggunakan tekanan tinggi dan reaksi
Fracturing and Coil Tubing kimia untuk meningkatkan produksi, terutama sumur yang
memiliki permeabilitas atau production index yang rendah.
14 Pekerjaan Pancing / Fishing Job Kegiatan "memancing" untuk mengambil material yang
tidak sengaja tertinggal atau terjatuh di sumur pemboran.
16 Pengelolaan Limbah Pemboran dan Pengelolaan limbah pemboran dan pekerjaan ulang di
Kerja Ulang/Drilling and Workover lingkungan sumur. Limbah meliputi lumpur pemboran ,
Waste Management serbuk/cutting, tumpahan minyak, minyak bekas.
17 H2S Service yang berhubungan Pendeteksian & penanganan gas beracun di lingkungan
dengan sumur pemboran sumur.
18 Under Balance Drilling dan atau Penyediaan alat dan jasa rekayasa pemboran dalam kondisi
Managed Pressure Drilling (MPD) under balanced atau equal pressure antara tekanan
hidrostatik lumpur dengan tekanan formasi.
13
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
Pemboran sumur merupakan proses pencarian cadangan minyak atau gas dengan membuat
lubang bertahap hingga mencapai kedalaman tertentu sesuai kondisi bawah tanah. Menurut
Rubiandini (2012), pemboran sumur migas dikenal sebagai proyek yang berisiko tinggi (high risk)
dan membutuhkan biaya yang sangat besar (high cost). Seringkali suatu sumur gagal dikerjakan dan
tidak dilanjutkan karena bersifat high risk dan unpredictable, atau biaya operasional sudah tidak
ekonomis untuk dilanjutkan. Berdasarkan Indonesia Safety Center, terdapat beberapa jenis bor yang
biasa digunakan dalam proses pemboran.
Selain jenis bor yang beragam, jenis rig yang diperlukan beragam pula. Berdasarkan
lokasinya, drill bit rig dibedakan menjadi rig darat (Land Rig) dan rig laut (Offshore Rig) (ISC, 2019).
1. Rig Darat (Land Rig)
Rig Darat dirancang portable sehingga memudahkan untuk mobilisasi menggunakan truk. Jika
wilayah yang sulit dijangkau memungkinkan untuk menggunakan helikopter.
2. Rig Laut (Offshore Rig)
Rig laut dioperasikan di daerah perairan, seperti laut, rawa, sungai, danau, delta, dan laut (Singh,
2016).
14
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
Widodo, & Adoe, 2013). Ketersediaan material dan jasa juga dipengaruhi oleh pengelolaan inventory
dengan perhitungan fisik dibandingkan dengan data.
Diperlukan keseimbangan ketersediaan material dengan permintaan untuk memenuhi
kebutuhan (Sholeh & Wibowo, 2015). Ketersediaan material dalam jumlah dan waktu yang tepat
merupakan tugas penting dalam logistik untuk perencanaan dan penjadwalan produksi (Zaroni,
2017). Menurut Ringkasan Eksekutif 2011 KemenPUPR RI, ketidaktersediaan material dan jasa
dapat mengganggu kelancaran pekerja.
15
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
TKDN didefinisikan sebagai suatu batasan atau nilai yang mereprentasikan berapa tingkat
kandungan lokal dalam negeri dalam suatu produk barang/jasa (Permen Perindustrian, 2011). Manfaat
dari meningkatkan TKDN menurut Abdullah (2011), yaitu:
1. Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri.
2. Meningkatkan penyerapan tenaga.
3. Penghematan devisa yang mengurangi biaya penyediaan komponen luar negeri.
TKDN barang dihitung berdasarkan perbandingan antara harga barang jadi dikurangi harga
komponen luar negeri terhadap harga barang jadi. Harga barang jadi merupakan biaya produksi yang
dikeluarkan untuk memproduksi barang (Kementerian Perindustrian, 2011).
Capaian TKDN pada kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi berpacu pada Peraturan
Menteri ESDM no. 15 tahun 2013. Berdasarkan data Kementerian ESDM, TKDN kegiatan usaha
migas tahun 2016 mencapai 49,90%, tahun 2017 menjadi 57,83%, tahun 2018 tercatat 63% dan
diharapkan pada tahun 2019 mencapai 70%. TKDN dihitung terhadap setiap jenis material. Produsen
dalam negeri dan penyedia barang/jasa wajib memaksimalkan rancang bangun dalam negeri sesuai
ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa. Aturan penggunaan produk dalam negeri bertujuan
menumbuhkembangkan produk dalam negeri, sehingga mampu mendukung kegiatan usaha migas.
Selain itu, diharapkan mampu memberi nilai tambah bagi perekonomian, menyerap tenaga kerja
serta berdaya saing secara nasional maupun internasional. Kebijakan ini juga diharapkan dapat
mendukung inovasi produk dalam negeri dengan tetap mempertimbangkan prinsip efektivitas dan
efisiensi (Kementerian ESDM, 2019).
16
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
beroperasi sesuai dengan rencana. Persediaan bisa muncul karena memang direncanakan atau
merupakan akibat dari ketidaktahuan terhadap suatu informasi. Jadi suatu perusahaan yang memiliki
persediaan karena akibat dari permintaan yang terlalu sedikit/banyak dibandingkan dengan perkiraan
awal. (Dudy, 2014).
17
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
18
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
19
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
TKDN. Terdapat 3 (tiga) sumber utama data dalam menentukan waktu penggunaan produk dalam
negeri, yaitu:
1. Buku APDN (Apresiasi Produk Dalam Negeri)
2. Daftar Invetarisasi Barang/Jasa
3. Approved Manufacturer Lists (AML) oleh SKK Migas.
Pengadaan barang dan jasa dalam industri migas wajib memiliki beberapa batas nilai TKDN:
1. Barang:
Jika memiliki nilai TKDN >25%, maka barang wajib mendapat referensi untuk
digunakan.
Jika memiliki nilai TKDN <10%, maka barang diperbolehkan untuk impor barang.
2. Jasa:
Nilai TKDN jasa yang digunakan minimal 35%
Secara umum, proses E-Procurement sama dengan proses pengadaan tradisional. Hanya saja,
dengan menggunakan E-Procurement vendor peserta tender wajib terdaftar pada database SKK
Migas. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) harus terdaftar dalam sistem Certralized Integrated
Vendor Database (CIVD). Tujuan pendaftaran CIVD adalah memotong waktu proses evaluasi dan
kualifikasi administrasi. Vendor yang terdaftar untuk mengikuti tender memiliki beberapa ketentuan,
diantaranya:
1. Berlandaskan hukum Indonesia.
2. Pabrik berada di dalam negeri dengan target TKDN terpenuhi.
3. Jika vendor gabungan (konsorsium) dengan perusahaan luar negeri, maka tetap harus
dipimpin oleh perusahaan dalam negeri ketika menjadi peserta tender.
Beberapa barang kebutuhan industri migas yang umumnya wajib memiliki nilai TKDN yang tinggi
yaitu produk yang sudah banyak diproduksi di dalam negeri, seperti pipa, casing, tubing, rig, dan
baut.
20
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
Berbagai indikator ini diperiksa secara berkala yang umumnya dilakukan setiap bulan, triwulan, dan
tahun. Berikut merupakan tabel yang memuat indikator operasional keberhasilan kinerja, bobot
kepentingan, serta target yang diharapkan.
21
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
Tabel 2 Key Performance Indicator (KPI) PT Pertamina EP Asset 3 Cirebon Periode 2019
Target
Frequency
No Indikator Bobot Satuan TW TW TW TW
Monitoring 2019 Min Max
I II III IV
Layanan Program
% Quarterly 98 98 98 98 98 98 100
1 Pengeboran 10
Ketersediaan
% Quarterly 98 98 98 98 98 98 100
2 Material dan Jasa 15
Procurement
% Quarterly 100 100 100 100 100 90 -
3 Processing Time 10
TOR Material
Ratio Quarterly 2 2 2 2 2 2 5
6 Persediaan 15
Optimalisasi Dead
% Annualy 5 - - - - 5 10
7 Stock 10
ICS/ECS Kinerja
Skor Annualy 3,75 - - - - 3,75 4,2
8 Asset 3 SCM 20
Delapan indikator keberhasilan dapat dilihat melalui sistem berbasis internet yang
terintegrasi. Sistem ini memungkinkan fungsi SCM PT Pertamina EP Cirebon memantau mulai dari
ketersediaan stok barang di gudang, proses pemesanan barang, barang yang diterima di gudang,
hingga informasi mengenai biaya. Sistem yang digunakan adalah MySAP. Sistem ini mampu
memonitor proses pengadaan barang hingga barang diterima di gudang. Berikut merupakan tampilan
data ketersediaan material dan jasa dalam software MySAP.
22
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
Berdasarkan gambar 9, dapat dilihat nama material dan jasa dalam PO dilengkapi dengan
tanggal, jumlah, deskripsi barang yang dipesan, serta nama creator. User dapat mengetahui berbagai
informasi secara detail mengenai ketersediaan setiap barang/jasa yang ada di gudang. Kegiatan
procurement juga memperhatikan cost dan processing time yang dibutuhkan. Software MySAP dapat
menampilkan informasi mengenai Purchasing document, PO Material, dan display purchase.
Berbagai informasi ini memberi data utama mengenai nama dan jumlah barang yang dipesan, harga,
serta vendor yang memenuhi kebutuhan perusahaan. Status pemesanan barang mulai dari order
released, delivered, dan invoiced material juga dapat diketahui lengkap dengan serta lokasi gudang
yang menerima barang. Barang dan jasa yang dipesan dalam proses procurement memiliki ketentuan
khusus mengenai capaian TKDN yang dihitung per-item. Pengecekan besar capaian TKDN dari
setiap material dapat diketahui dengan memasukkan kode dan vendor penyedia barang/jasa. Nilai
capaian TKDN akan diketahui diikuti informasi biaya dan harga penawaran awal dari setiap
barang/jasa.
Berdasarkan gambar 10, dapat diketahui kondisi tampak depan dari gudang indoor. Gudang
tertutup PT Pertamina EP Asset 3 Cirebon yaitu gudang 1 dan gudang 2 yang keduanya memiliki
fungsi sama, yaitu menyimpan barang-barang berukuran relatif kecil dan mudah dipindahkan.
Terdapat dua gudang indoor, yaitu untuk field Jatibarang pada gudang 1 dan field Tambun – Subang
pada gudang 2. Kedua gudang ini menyimpan barang yang sama hanya saja berbeda peruntukannya
berdasarkan lokasi kerja.
23
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
Gambar 11 menunjukkan bagian dalam gudang yang menyimpan berbagai alat produksi
minyak dan gas yang berukuran relatif lebih kecil. Barang yang disimpan banyak berupa komponen
yang belum dirakit menjadi alat yang utuh sebelum digunakan di rig. Beberapa alat yang disimpan
seperti drill bit atau bor dilengkapi alat penanganan material seperti palet dan crane. Alat penanganan
material yang digunakan adalah crane karena barang yang disimpan memiliki berat yang cukup besar.
Berdasarkan gambar 12, diketahui PT Pertamina EP Asset 3 memiliki gudang terbuka yang
menyimpan barang-barang berukuran besar dan sulit untuk dipindahkan. Barang yang disimpan di
gudang terbuka seperti pipa dan christmas tree. Material yang relatif tahan perubahan cuaca juga
disimpan di gudang terbuka, namun tetap diberi pelindung tambahan seperti plastik untuk
memperlambat kerusakan.
24
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
Gudang 4 PT Pertamina EP Asset 3 menyimpan alat proses produksi minyak yang berada
di gudang terbuka. Lokasi gudang ini berada di luar wilayah gudang 1, gudang 2, dan gudang 3.
Gudang ini menyimpan berbagai jenis pipa dan casing sebelum dibawa, dirakit, dan disatukan untuk
digunakan dalam proses produksi.
PT Pertamina EP Asset 3 juga menyimpan barang kimia di gudang. Barang kimia disimpan
di gudang 5 yang termasuk gudang jenis open set (gudang yang memiliki atap tanpa dinding). Gudang
jenis ini digunakan agar terdapat siklus udara yang baik. Beberapa bahan kimia yang disimpan seperti
Sodium Carbonate, Alumunium Sulfate, dan bahan-bahan lain yang bersifat korosif, reaktif, dan
beracun.
25
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
Alat transportasi yang digunakan untuk pengangkutan penumpang yaitu Kendaraan Ringan
Penumpang (KRB). KRB merupakan kendaraan bermotor khusus penumpang. Jenis kendaraan yang
digunakan meliputi kendaraan double cabin, single cabin, elf, bus, dan mobil lain seperti Innova,
Fortuner, dan lain sebagainya.
26
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
27
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
untuk menentukan tingkat kepentingan dimulai dari hierarki teratas kerangka AHP. Nilai dan definisi
pendapat kualitatif dapat dilihat dalam skala penilaian berikut.
BOBOT KRITERIA
Layanan Program Pemboran (0,245) Ketersediaan Material dan Jasa (0,274)
Procurement Processing Time (0,138) Cost Saving (0,169)
Capaian TKDN (0,052) TOR Material Persediaan (0,044)
Optimalisasi Dead Stock (0,047) ICS/ECS Kinerja (0,032)
5% 3%
4%
25%
5%
17%
27%
14%
Berdasarkan gambar 17, diketahui bahwa indikator yang menjadi prioritas yaitu
Ketersediaan Material dan Jasa. Diikuti indikator lain seperti Layanan Program Pemboran,, Cost
Saving, Procurement Processing Time, Nilai TKDN, Jumlah Dead Stock, Turnover Material, juga
Customer Survey yang harus terpenuhi.
Setelah diketahui bobot untuk setiap kriteria, maka perlu diketahui bobot untuk setiap sub-
kriteria dengan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Dengan melakukan perhitungan yang
28
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
sama menggunakan expert choice, maka diperoleh data hasil penentuan bobot kriteria dan sub kriteria
berikut.
Pada keadaan sebenarnya, nilai bobot dari setiap kriteria dan sub kriteria akan terdapat
beberapa penyimpangan. Hal ini dikarenakan kemungkinan ketidakkonsistenan dalam preferensi
seseorang sehingga penilaian tidak dapat konsisten sempurna. Dengan menggunakan expert choice,
rasio konsistensi dapat langsung dilihat ketika penilaian perbandingan berpasangan dilakukan. Jika
rasio konsistensi berada pada nilai ≤ 0,1 maka perhitungan dapat dianggap benar.
Setelah mengetahui bobot kriteria dan sub kriteria, dapat dihitung penilaian dengan output
berupa hasil akhir yang dapat dianalisis hingga diambil suatu keputusan. Angka yang telah diperoleh
dari expert choice diolah dalam microsoft excel dengan menghitung agregat dari masing-masing
alternatif. Nilai agregat diperoleh dengan mengalikan bobot sub kriteria dengan nilai dari setiap
alternatif jenis E-Procurement yang mungkin digunakan.
29
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
Dengan perhitungan ini, hasil akhir keseluruhan menunjukkan hasil urutan pemilihan jenis
E-Procurement yaitu E-Sourcing, E-Tendering, E-Informing, E-Reverse Auctions, dan E-MRO.
Maka, dapat disimpulkan E-Reverse Auctions adalah jenis E-Procurement yang paling sesuai untuk
diprioritaskan pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan penerapannya yang sesuai dengan KPI
perusahaan.
30
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
6.1. Kesimpulan
Kinerja SCM PT Pertamina EP Asset 3 Cirebon berfokus pada proses procurement yang saat
ini dilakukan dengan berbasis internet. Pengukuran kinerja procurement fungsi SCM PT
Pertamina EP Asset 3 berdasarkan Key Performance Indicator (KPI) yang ditetapkan
perusahaan. Kriteria yang diutamakan dalam pengambilan keputusan tentang memilih jenis
E-Procurement yaitu Ketersediaan Material dan Jasa.
Berdasarkan analisis dengan wawancara dan kuesioner, setiap indikator memiliki pengaruh
sebesar:
a. Ketersediaan Material dan Jasa (27%)
b. Layanan Program Pemboran (25%)
c. Cost Saving (17%)
d. Procurement Processing Time (14%)
e. Capaian TKDN (5%)
f. Optimalisasi Dead Stock (5%)
g. TOR Material Persediaan (4%)
h. ICS/ECS Kinerja (3%)
PT Pertamina EP Asset 3 Cirebon dapat menerapkan sistem jenis E-Reverse Auctions untuk
mendukung kinerja procurement pada fungsi SCM.
6.2. Saran
Indikator yang diperhitungkan tidak hanya indikator operasional sehingga dapat lebih akurat
dan maksimal.
Pengambilan dan pengumpulan sampel dilakukan lebih banyak agar lebih merepresentasikan
hasil sebenarnya.
31
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
DAFTAR PUSTAKA
PT Pertamina EP. (2018). Visi dan Misi Perusahaan. Diakses pada 12 Juni 2019, dari
https://pep.pertamina.com/visi-misi
Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (2017). Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Jakarta: SKK Migas.
Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (2017). Pedoman
Pelaksanaan Tender. Jakarta: SKK Migas.
Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (2015). Pedoman
Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor Kontrak Kerja Sama. Jakarta: SKK Migas.
Pramudito, J. (2013). Tantangan Logistik Operasi Lepas Pantai: Studi Kasus Pada Operasi
Pengeboran Migas di Lepas Pantai Indonesia. Diakses dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Situs Web Perpustakaan
http://mmt.its.ac.id/download/SEMNAS/SEMNAS%20XVIII/MI/36.%20Prosiding%20Jimmy%20Pra
mudito-OK.pdf
Irawan. G., & Wibawa. B. M. (2015). Analisis Peta Risiko Pengeboran di Wilayah Asset 5 PT
Pertamina EP. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 17, No. 2, 113-125.
http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.php/man/article/view/19346
Asosiasi Perusahaan Pemboran Minyak, Gas, dan Panas Bumi Indonesia. (2017). Bidang Usaha
Anggota APMI. Diakses 12 Juni 2019, dari http://apmi-online.org/bidang-usaha/
Indonesia Safety Center. (2019). Mengenal Rig Pengeboran Minyak. Diakses 12 Juni 2019, dari
https://www.indonesiasafetycenter.org/lifting-and-riging/mengenal-rig-pengeboran-minyak
Singh, B. (2016, 23 Juli). Different Types of Offshore Oil and Gas Production Structures. Tulisan pada
https://www.marineinsight.com/offshore/different-types-of-offshore-oil-and-gas-production-
structures/
Kementerian Pekerjaan Umum. (2011). Kajian Kebutuhan dan Ketersediaan Material dan Peralatan
Konstruksi (Nomor KU.02.08.-Ki.1/VII/559). Bandung: Penulis. Dari
http://docplayer.info/34202634-Kajian-kebutuhan-dan-ketersediaan-material-dan-peralatan-
konstruksi.html
Sholeh. M. N., & Wibowo. M. A. (2015). Aplikasi Rantai Pasok: Pengadaan Material Konstruksi Antar
Pulau. Seminar Nasional Multi Disiplin dan Call For Papers. Diakses dari Universitas Stikubank
Semarang, Situs web https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/sendi_u/article/view/3363
Messah. Y. A., Widodo. T., & Adoe. M. L. (2013). Kajian Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan
Proyek Konstruksi Gedung di Kota Kupang. Jurnal Teknik Sipil. Vol. II, No. 2.
32
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
https://www.academia.edu/7699465/KAJIAN_PENYEBAB_KETERLAMBATAN_PELAKSANAAN_PRO
YEK_KONSTUKSI_GEDUNG_DI_KOTA_KUPANG
Nurchana. A. R. A, Haryono. B. S., & Adiono. R. (2014). Efektivitas E-Procurement dalam Pengadaan
Barang/Jasa (Studi terhadap Penerapan E-Procurement dalam Pengadaan Barang/Jasa di
Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Administrasi Publik. Vol.2, No.2.
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/385
Arsana, I. P. J. (2016). Manajemen Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish.
Muktiadji, N. & Soemantri, S. (2009). Analisis Pengaruh Biaya Produksi dalam Peningkatan
Kemampulabaan Perusahaan (Studi Kasus di PT HM Sampoerna Tbk). Jurnal Ilmiah Kesatuan.
Vol.11, No.1.
https://www.researchgate.net/publication/325881864_ANALISIS_PENGARUH_BIAYA_PRODUKSI_
DALAM_PENINGKATAN_KEMAMPULABAAN_PERUSAHAAN_Studi_Kasus_di_PT_HM_Sampoerna_
Tbk
Gunawan, E. (2012). Tinjauan Teoritis Biaya Lingkungan Terhadap Kualitas Produk dan
Konsekuensinya Terhadap Keunggulan Kompetitif Perusahaan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi.
Vol. 1, No.2. https://www.e-jurnal.com/2013/12/tinjauan-teoritis-biaya-lingkungan.html
Malue, J. (2013). Analisis Penerapan Target Costing Sebagai Sistem Pengendali Biaya Produksi pada
PT Celebes Mina Pratama. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi.
Vol. 1, No. 3. https://www.e-jurnal.com/2013/12/tinjauan-teoritis-biaya-lingkungan.html
Argiyantari, B. (2015, 5 Maret). Strategi Meraih Cost Saving Melalui Proses Procurement yang
Efisien dan Efektif. Tulisan pada http://supplychainindonesia.com/new/strategi-meraih-cost-
saving-melalui-proses-procurement-yang-efisien-dan-efektif-2/
Hartono, G., & Santoso, E. (2013). Analisis Penetapan Strategi Peningkatan Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN) pada Industri Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus pada Komponen Kopling.
INASEA. Vol. 14, No.1. http://research-
dashboard.binus.ac.id/uploads/paper/document/publication/Journal/Inasea/Vol%2014%20No.%
201%20April%202013/07%20Gunawarman_OK.pdf
Budiansyah, O., Safitri. Y., & Cherrya, D. W. (2016). Pengaruh Perputaran Kas , Perputaran Piutang,
dan Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas. Diakses dari STIE MDP, Web
http://eprints.mdp.ac.id/1803/1/JURNAL%20SKRIPSI%20BUDIANSYAH%2C%20OKTARY%20%2820
16%29.pdf
Suparyo, H. V. (2017). Prototipe Prediksi Persediaan Suku Cadang Berdasarkan Pola Konsumsi dan
Dead Stock dengan Menggunakan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS). Faktor Exacta
(10). Vol. 10, No. 4, 290-299.
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Faktor_Exacta/article/view/1351/pdf
33
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
PeoplePulse. (2018). Internal Customer Satisfaction Surveys. Diakses pada 12 Juni 2019, dari
https://www.peoplepulse.com/resources/useful-articles/internal-customer-satisfaction-surveys/
Statistics Center Survey Independent. (2016). Pengertian Survei. Diakses pada 12 Juni 2019, dari
http://scsi.scundip.org/2016/08/08/pengertian-survei/
34
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
Lampiran
35
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
36
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
37
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
1. ICS
38
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
39
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
2. ECS
40
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
41
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
42
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
43
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
44
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
45
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
46
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
47
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
48
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
49
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
50
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
51
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
52
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK LOGISTIK
53