Anda di halaman 1dari 27

OPTIMASI RUTE PENDISTRIBUSIAN BANTUAN

LOGISTIK BENCANA DI KOTA PADANG DENGAN


METODE CAPACITATED VEHICLE PROBLEM
(CVRP)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh:
Gitiza Erwitie
102416005

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


PROGRAM STUDI TEKNIK LOGISTIK
UNIVERSITAS PERTAMINA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR TABEL ................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 6
1.6. Sistematika Penulisan ............................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 9
2.1. Manajemen Bencana ................................................................................ 9
2.2. Logistik Kemanusiaan ............................................................................ 10
2.3. Last Mile Distribution ............................................................................ 11
2.4. Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) ..................................... 12
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 14
3.1. Metodologi Penelitian ............................................................................ 14
3.2. Rancangan Penelitian ............................................................................. 17
3.2.1. Pendekatan Penelitian yang Digunakan .......................................... 17
3.2.2. Jenis Penelitian ................................................................................ 18
3.2.3. Sumber Data .................................................................................... 18
3.2.4. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 19
3.2.5. Teknik Pengolahan Data dan Analisis ............................................ 19
3.2.6. Kesimpulan ..................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

Universitas Pertamina - i
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Persentase Indeks Bencana Indonesia Tahun 2012 dan 2018 ....... 2

Universitas Pertamina - ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.1 Peta Indeks Risiko Bencana Wilayah Indonesia Tahun 2018 (BNPB
Inarisk, 2019) .......................................................................................................... 3
Gambar 2.1 Sistem Distribusi Dalam Penyaluran Bantuan Kemanusiaan (Balcik,
Beamon, & Smilowitz, 2008)................................................................................ 11
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian .................................................................. 14
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian (Lanjutan) ................................................. 15

Universitas Pertamina - iii


BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana menyebutkan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia,
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang
disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Indonesia merupakan wilayah kepulauan yang berada di pertemuan tiga
lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan lempeng
Pasifik. Zona pertemuan antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia
berada di lepas Pantai Sumatera, selatan Jawa, dan Nusa Tenggara, sedangkan
dengan lempeng Pasifik berada di wilayah Papua bagian utara dan Halmahera.
Pertemuan tiga lempeng besar ini menyebabkan Indonesia dikelilingi oleh dua jalur
gunung api besar dunia dan beberapa jalur pergunungan lipatan dunia. Zona ini
memberikan kontribusi sebesar hampir 90% dari kejadian gempa bumi dan hampir
semuanya termasuk dalam gempa besar di dunia. Gempa bumi sendiri merupakan
bencana yang dapat memicu bencana lain, yaitu tsunami. Bencana ini dipicu oleh
terjadinya gempa bumi di bawah laut yang menyebabkan pergeseran secara vertikal
di dasar laut (Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2016). Beberapa
kejadian gempa dan tsunami yang pernah terjadi di Indonesia adalah tsunami Aceh
pada tahun 2004, gempa Padang di tahun 2009, dan gempa di Palu dan Donggala
di tahun 2018.
Menurut World Risk Report tahun 2018 yang dikeluarkan oleh Bündnis
Entwicklung Hilft dan Ruhr University Bochum – Institute for International Law of
Peace and Armed Conflict (IFHV), Indonesia berada di peringkat 36 dari 172
negara yang rentan terkena bencana dengan persentase sebesar 10,36%. Hasil ini
menunjukkan penurunan dibandingkan di tahun 2012, di mana Indonesia berada di

Universitas Pertamina - 1
peringkat 33 dengan persentase 10,74%. Peringkat tersebut ditentukan berdasarkan
4 hal, yaitu paparan sebuah wilayah untuk terkena dampak dari bencana, kerentanan
sebuah wilayah untuk mengalami kondisi bahaya dalam sebuah bencana, kapasitas
kemampuan masyarakat dalam sebuah wilayah untuk meminimalkan dampak dari
bencana, dan kemampuan adaptasi sebuah wilayah untuk mengurangi dampak dari
bencana alam di masa depan. Tabel 1.1 menunjukkan persentase indeks bencana
Indonesia di tahun 2012 dan 2018.

Tabel 1.1 Persentase Indeks Bencana Indonesia Tahun 2012 dan 2018
Tahun
Faktor Perbedaan
2012 2018
World Risk Index 10,74% 10,35% -0,39%
Paparan 19,36% 20,57% 1,21%
Kerentanan 55,48% 50,38% -5,10%
Kelemahan 35,45% 27,20% -8,25%
Kurangnya kapasitas 82,16% 78,42% -3,74%
Kurangnya kapasitas
48,83% 45,41% -3,42%
adaptif
(World Risk Report 2018, 2019 dan Liperda, 2014)

Pada Tabel 1.1, diketahui bahwa pada tahun 2012 Indonesia memiliki
indeks bencana sebesar 10,74%, lebih tinggi daripada tahun 2018 dengan
persentase indeks bencana sebesar 10,35%. Faktor kerentanan mengalami
penurunan 5,10%, kelemahan mengalami penurunan sebesar 8,25%, kurangnya
kapasitas mengalami penurunan sebesar 3,74%, dan kurangnya kapasitas adaptif
turun 3,42%. Tetapi, persentase paparan Indonesia terhadap bencana naik sebesar
1,21% menjadi 20,57% di tahun 2018.
Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) telah membuat peta indeks
risiko bencana di wilayah Indonesia berdasarkan informasi kerentanan berupa
jumlah penduduk, jumlah rumah, jumlah fasilitas publik, jumlah fasilitas kritis, dan
lain-lain. Berdasarkan pada peta tersebut, sebagian besar wilayah Indonesia
ditandai dengan warna merah, yang menunjukkan bahwa wilayah tersebut berisiko
tinggi terkena bencana. Peta indeks risiko bencana di wilayah Indonesia dapat
dilihat pada Gambar 1.1. Warna merah menunjukkan bahwa indeks risiko bencana
di wilayah tersebut tinggi.

Universitas Pertamina - 2
Gambar 1.1.1 Peta Indeks Risiko Bencana Wilayah Indonesia Tahun 2018
(BNPB Inarisk, 2019)

Berdasarkan pada Gambar 1.1, wilayah pesisir barat Sumatera memiliki


indeks risiko bencana yang tinggi. Dikutip dari Buku Rencana Kontinjensi Tsunami
Sumatera Barat, Sieh dan dan McCaughey (2011) menyatakan daerah pesisir pantai
Sumatera diprediksi akan diterjang oleh tsunami yang diakibatkan oleh gempa
besar berkekuatan 8,8 SR. Gempa besar ini disebut dengan Sumatera Megathrust.
Hal ini disebabkan oleh wilayah pantai barat Sumatera (Kepulauan Mentawai)
terletak di zona tumbukan antara lempeng Samudera Hindia-Australia dan lempeng
Benua Eurasia yang sangat aktif. Tumbukan antar lempeng ini dapat menyebabkan
gempa bumi dengan intensitas tinggi dan berpotensi menimbulkan tsunami dalam
skala besar. Diperkirakan sumber gempa berjarak 150 km barat daya dari Kota
Padang. Tsunami akan menerjang wilayah pantai barat Sumatera dengan ketinggian
10 meter, dan kecepatan puluhan hingga ribuan kilometer per jam. Bencana ini akan
menimbulkan dampak pada manusia, infrastruktur, kerusakan material, dan
dampak jangka panjang terhadap lingkungan. Kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana ini diperkirakan hampir sama dengan kejadian tsunami Aceh di tahun 2004
silam.
Dengan besarnya potensi bencana di Indonesia, khususnya di wilayah
Sumatera Barat, maka diperlukan sebuah perencanaan yang tepat untuk mencegah,
menghadapi, dan menanggulangi bencana sehingga dampak akibat bencana dapat
diminimalisir. Menurut Ahmadi, Seifi, dan Tootoomi (2015), manajemen bencana
merupakan strategi fundamental untuk menyalurkan pertolongan yang layak dan
mencegah atau bahkan mengurangi cedera, kematian, kerusakan, hingga

Universitas Pertamina - 3
memfasilitasi para korban untuk pulih dari bencana. Manajemen bencana terdiri
dari beberapa proses, yaitu mitigasi (mitigation), kesiapsiagaan (preparedness),
tanggap darurat (response), dan pemulihan (recovery) (Barton, 2009).
Menurut Zaroni (2017), logistik memainkan peran yang penting dalam
manajemen bencana. Logistik memberikan layanan antara fase kesiapsiagaan
dengan fase tanggap darurat (response), antara pengadan dan distribusi, antara
BNPB dan BPBD. Selain itu, logistik juga berperan dalam efektivitas dalam hampir
semua bantuan bencana, seperti kesehatan, makanan, shelter, air, dan sanitasi.
Istilah logistik dalam penanggulangan bencana disebut dengan logistik
kemanusiaan.
Logistik kemanusiaan adalah proses perencanaan, implementasi, dan
pengendalian kegiatan penyimpanan dan aliran barang/material serta informasi
terkait secara efektif dan efisien, dari titik asal ke titik konsumsi, untuk
meringankan penderitaan korban bencana (Thomas & Kopczak, 2005). Aktivitas
logistik kemanusiaan memakan 80% dari total biaya penanggulangan bencana dan
65% dari 80% biaya logistik kemanusiaan digunakan untuk biaya pengadaan
barang dan peralatan. Sementara, 15% lainnya adalah biaya untuk transportasi dan
penyimpanan (Koseoglu & Yildirimli, 2015). Hal ini menjadikan logistik
kemanusiaan sebagai aktivitas dengan biaya tertinggi. Selain itu, logistik
kemanusiaan juga memerlukan koordinasi dari berbagai pihak serta harus dikelola
dengan baik (Cozzolino, 2012).Karena besarnya pengaruh kegiatan logistik
kemanusiaan dalam proses penanggulangan bencana, perancangan logistik
kemanusiaan harus dilakukan dengan tepat dan dikendalikan agar proses
penanggulangan bencana dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Efektivitas dan
efisiensi dari proses penanggulangan bencana dapat meminimasi biaya yang
dikeluarkan dengan hasil yang maksimal (Daud, et al., 2016).
Logistik kemanusiaan mencakup beberapa aktivitas yaitu, persiapan,
perencanaan, pengadaan, transportasi & distribusi, penyimpanan, tracking, dan
custom clearance. Pada masa tanggap darurat, transportasi dan distribusi akan
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi dari proses penanggulangan bencana.
Dalam masa tanggap darurat, perencanaan distribusi yang efektif dan efisien
dibutuhkan untuk memenuhan layanan dasar dan pengiriman bantuan bencana

Universitas Pertamina - 4
kepada korban yang harus dilakukan sesegera mungkin (Cozzolino & Rossi, 2012).
Namun, di awal masa tanggap darurat, pemangku kepentingan sering dihadapkan
dengan tidak tersedianya informasi yang cukup mengenai jumlah korban, lokasi,
akses jalan, atau jumlah bantuan yang harus disalurkan (Maghfiroh & Hanaoka,
2018). Sulitnya mendapatkan informasi akan terjadi di lima hari pertama masa
tanggap darurat (Girard, Wenzel, & Khazai, 2014).
Logistik kemanusiaan memiliki keunikan yang membedakannya dengan
logistik tradisional. Keunikan ini dilihat dari permintaan saat bencana, yang tidak
dapat diprediksi, baik dari segi jenis, jumlah, waktu, dan lokasi. Pendeknya waktu
tunggu pemesanan serta permintaan barang yang mendadak dan dalam jumlah besar
meningkatkan kompleksitas masalah dalam logistik kemanusiaan pasca bencana.
Faktor lain seperti terbatasnya sumber daya manusia, pasokan, teknologi, kapasitas,
dan keuangan juga menjadi alasan sulitnya menerapkan logistik kemanusiaan di
lapangan. Selain itu, kerusakan fasilitas umum dan infrastruktur akibat dampak dari
bencana juga mempengaruhi efektivitas dan efisiensi upaya penyaluran bantuan
kepada korban bencana (Victoriano, et al., 2013). Qin et al. (2017) menyebutkan
keunikan logistik kemanusiaan pada masa tanggap darurat. Pertama, informasi
terkait dengan permintaan terbatas dan tidak dapat diprediksi menggunakan data
historis, sehingga menyebabkan sulitnya untuk menentukan jumlah permintaan di
daerah yang terkena bencana. Kedua, kurangnya sumber daya yang dapat
digunakan pada waktu penyelamatan karena bencana tidak dapat diperkirakan
kapan akan terjadi.
Pada masa kritis pasca bencana, sumber daya yang tersedia untuk keadaan
darurat terbatas, termasuk di dalamnya kendaraan dan suplai. Oleh karena itu, perlu
dilakukannya perencanaan distribusi bantuan dan rute kendaraan dengan kondisi
ketidakpastian yang tinggi di masa kritis pasca bencana sebagai konsekuesi
terbatasnya informasi dan sumber daya yang dimiliki. Masa kritis merujuk pada 72
jam pertama pasca bencana.
Penelitian ini mengusulkan perencanaan rute kendaraan optimal untuk
mendistribusikan bantuan logistik kepada korban bencana sebagai upaya untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses penanggulangan bencana.
Penelitian akan menggunakan Kota Padang sebagai studi kasus, karena Kota

Universitas Pertamina - 5
Padang termasuk daerah Sumatera Barat yang berisiko terkena dampak gempa dan
tsunami Sumatera Megathrust. Kemudian, metode Capacitated Vehicle Routing
Problem (CVRP) digunakan untuk mencari rute distribusi bantuan logistik optimal
dengan mempertimbangkan ketidakpastian jumlah pemintaan di setiap titik
pengungsian dan kondisi akses jalan. Selanjutnya, dilakukan simulasi terhadap hasil
penelitian untuk mengetahui kevalidan model. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
membantu pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan yang berhubungan
dengan perencanaan rute distribusi bantuan logistik bencana di Kota Padang.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah perancangan rute distribusi barang
bantuan bencana di Kota Padang dengan menggunakan metode CVRP dan simulasi,
dengan mempertimbangkan ketidakpastian permintaan di setiap titik pengungsian
dan ketersediaan akses jalan.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam permasalahan ini adalah mengetahui rute
optimal dalam pendistribusian bantuan logistik kepada korban bencana di Kota
Padang menggunakan metode CVRP dan simulasi.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah rekomendasi solusi
dalam proses perencanaan distribusi bantuan logistik kepada korban bencana
gempa dan tsunami di Kota Padang dan sekitarnya, serta membantu pemangku
kepentingan dalam kemudahan pengambilan keputusan terkait dengan logistik
kemanusiaan di periode tanggap darurat pasca bencana.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Pada dasarnya, permasalahan terkait perencanaan rute distribusi bantuan
logistik sangat rumit dan kompleks. Oleh karena itu, ditentukan batasan masalah
guna mempermudah proses penelitian. Adapun batasan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.

Universitas Pertamina - 6
1. Objek amatan dan pengambilan data penelitian di lakukan di Kota
Padang dan sekitarnya yang berpotensi terkena gempa dan tsunami.
2. Rekomendasi rute distribusi optimal diterapkan untuk model last mile
distribution.
3. Pendistribusian bantuan logistik dilakukan selama tiga hari masa
tanggap darurat.
4. Titik local distribution center (LDC) dan jumlah titik evakuasi akhir
sebagai titik permintaan telah diketahui.
5. Kendaraan yang digunakan untuk pendistribusian berupa transportasi
darat.
6. Kecepatan kendaraan mobil ada 30 km/jam.
Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Tempat awal berangkat kendaraan adalah LDC.
2. Lokasi LDC dan TEA tidak mengalami kerusakan akibat bencana.
3. Jumlah permintaan di setiap titik TEA tidak diketahui dengan pasti.

1.6. Sistematika Penulisan


Penulisan laporan tugas akhir ini akan dibagi menjadi lima bab dengan
sistem penulisan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mendeskripsikan tentang latar belakang dari permasalahan yang
diteliti, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang
akan didapatkan, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan
penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan penjelasan tentang konsep dasar dan teori-teori yang
mendukung dilakukannya penelitian ini, serta penelitian terdahulu yang
terkait dengan permasalahan yang diteliti.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu metodologi penelitian dan
rancangan penelitian. Metodologi penelitian menjelaskan secara umum

Universitas Pertamina - 7
proses penelitian dan alur kerja penelitian. Sementara rancangan penelitian
menjelaskan lebih rinci mengenai pendekatan penelitian yang dilakukan,
jenis penelitian, data-data yang digunakan dan sumber data, teknik
pengambilan data, teknik pengolahan dan analisis data, serta pengambilan
kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu pengumpulan dan pengolahan data dan
analisis. Pada bab ini, data yang telah diperoleh kemudian diolah
menggunakan metode, algoritma, serta aplikasi pembantu untuk
mendapatkan hasil. Hasil pengolahan data tersebut dianalisis dengan
mempertimbangkan perubahan terhadap parameter.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan serta pemberian saran untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Pertamina - 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Bencana


Manajemen bencana atau penanggulangan bencana didefinisikan sebagai
pengetahuan dan kemampuan yang dikembangkan oleh pemerintah, komunitas,
atau individual untuk mengantisipasi, menanggapi, dan pulih dari bencana atau
situasi darurat. Tujuan dari manajemen bencana adalah untuk mengurangi dan
mencegah dampak yang diakibatkan dari bahaya, mempersiapkan dan menjamin
tanggap bencana yang tepat, serta dapat pulih dari bencana (Stikova, 2016).
Terdapat empat fase dalam managemen bencana, yaitu mitigasi (mitigation),
kesiapsiagaan (preparedness), tanggap (response), dan pemulihan (recovery)
(Barton, 2009)
a. Mitigasi (Mitigation)
Mitigas adalah proses berkelanjutan yang berfokus pada mengurangi
atau mengeliminasi risiko bencana. Proses mitigasi terdiri dari
identifikasi risiko, analisis, penilaian, dan minimasi risko dengan
melakukan perencanaan spasial, tindakan teknis, pemberian edukasi
bencana kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap
bencana (Poser & Dransch, 2010)
b. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan didefinisikan sebagai proses yang direncanakan sebelum
bencana untuk memastikan adanya penanggulangan bencana yang
memadai guna menghadapi dampak yang timbul akibat bencana,
penyaluran bantuan, dan pemulihan sebagai konsekuensi adanya
bencana (Coppola, Preparedness, 2015). Aktivitas kesiapsiagaan dapat
berupa pembangunan tempat pengungsian, alat peringatan bencana, dan
perencanaan evakuasi (Barton, 2009).
c. Tanggap (Response)
Pada masa tanggap darurat, segala tindakan yang diambil bertujuan
untuk mengurangi dan mencegah risiko cidera, kematian, dan kerusakan
infrastruktur dan lingkungan. Tindakan dilakukan pada saat sebelum

Universitas Pertamina - 9
bencana, ketika bencana, dan segera setelah bencana terjadi. Fase
tanggap darurat merupakan proses yang paling kompleks dan rumit
karena prosesnya berlangsung di bawah tekanan tinggi dan dalam waktu
yang sempit serta dengan akses informasi yang terbatas (Coppola, 2015)
d. Pemulihan (Recovery)
Tahap pemulihan terdiri dari keputusan dan tindakan jangka panjang
yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi daerah yang terkena
bencana seperti semula, termasuk di dalamnya pembangunan kembali
infrastruktur, fasilitas umum, dan memperkuat kembali keadaan
ekonomi dan bisnis daerah tersebut. Pemulihan juga dilakukan sebagai
bentuk upaya meminimasi risiko dan dampak dari bencana terulang
kembali di masa depan. (Coppola, 2015)

2.2. Logistik Kemanusiaan


Menurut Thomas & Kopczak (2005), logistik kemanusiaan adalah proses
perencanaan, implementasi, dan pengendalian kegiatan penyimpanan dan aliran
barang/material serta informasi terkait secara efektif dan efisien, dari titik asal ke
titik konsumsi untuk meringkankan penderitaan korban bencana. Logistik
kemanusiaan mencakup proses mengerahkan manusia, sumber daya, kemampuan,
dan pengetahuan untuk membantu korban bencana. Di dalam aktivitas bantuan
kemanusiaan, logistik berperan penting sebagai jembatan penghubung antara tahap
kesiapsiagaan dan tahap tanggap darurat, pengadaan dan distribusi, serta lapangan
(Daud, et al., 2016).
Logistik kemanusiaan memiliki karakteristik yang berbeda dari logistik
komersial. Dalam logistik kemanusiaan, kendaraan membutuhkan jarak tempuh
yang lebih jauh karena beberapa akses jalan hancur dan tidak dapat dilalui, serta
tingginya ketidakpastian dalam hal kondisi jalan dan jumlah permintaan bantuan
(Holguin-Veras, et al., 2012). Menurut Victoriano et al. (2013) karakter logistik
kemanusiaan adalah ketidakpastian dalam hal jenis permintaan, jumlah, waktu, dan
lokasi. Logistik kemanusiaan memiliki waktu tunggu pemesanan yang pendek dan
permintaan mendadak dalam jumlah banyak sering muncul. Pada pasca bencana
sumber daya, teknologi, kapasitas, dan keuangan menjadi terbatas, serta fasilitas

Universitas Pertamina - 10
dan infrastruktur juga ikut rusak akibat bencana. Faktor-faktor inilah yang
membedakan logistik kemanusiaan dengan logistik komersial.

2.3. Last Mile Distribution


Sistem distribusi kegiatan logistik kemanusiaan dipengaruhi oleh keadaan
di lapangan. Sistem distribusi yang umumnya dilakukan pada saat operasi
penyaluran bantuan kemanusiaan yang melibatkan aktor internasional dapat dilihat
pada Gambar XX.

Gambar 2.1 Sistem Distribusi Dalam Penyaluran Bantuan Kemanusiaan (Balcik,


Beamon, & Smilowitz, 2008)

Pertama, bantuan dari luar negeri akan masuk ke primary hub yang dapat
berupa pelabuhan atau bandara. Selanjutnya, bantuan akan dikirim menuju gudang
pusat (secondary hub). Gudang pusat adalah gudang permanen yang telah dibangun
sebelumnya dan biasanya ada di kota-kota besar. Di gudang pusat bantuan akan di
simpan, disortir, dan kemudian kirimkan ke local distribution center (LDC). LDC
merupakan pusat distribusi sementara yang dibangun dekat dengan lokasi bencana.
Selanjutnya, bantuan akan dikirimkan dari LDC menuju korban bencana di
pengungsian.
Last mile distribution merujuk pada proses distribusi yang dilakukan dari
LDC menuju tempat pengungsian korban. Dalam pelaksanaannya, terdapat
beberapa hambatan yang dihadapi dalam last mile distribution, di antaranya adalah

Universitas Pertamina - 11
terbatasnya bantuan, transportasi, dan kesulitan distribusi akibat infrastruktur yang
rusak, serta kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan. Keputusan
operasional yang berhubungan dengan last mile distribution adalah alokasi bantuan,
penjadwalan kendaraan pengirim, dan rute kendaraaan (Balcik, Beamon, &
Smilowitz, 2008).

2.4. Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP)


Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) merupakan permasalahan
optimisasi kombinasi yang digunakan dalam transportasi logistik dan sistem
distribusi. Permasalahn CVRP digunakan untuk menentukan rute optimal dengan
biaya minimum untuk kendaraan homogen yang telah ditetapkan kapasitas
angkutnya dan permintaan di titik permintaan telah diketahui. Beberapa batasan lain
dapat ditambahkan ke model formulasi CVRP, seperti time windows atau jangka
waktu pelanggan harus dilayani, panjang rute maksimum, waktu maksimum supir
dapat bekerja. (Faiz, Krichen, & Inoubli, 2014). Model matematis untuk CVRP
adalah sebagai berikut.

Parameter
n set pelanggan dan depot (0)
m jumlah kendaraan
C kapasitas masing-masing kendaraan
Di permintaan untuk pelanggan i
𝑘
𝑑𝑖𝑗 jarak dari pelanggan i ke pelanggan j oleh kendaraan k

Decision Variables
𝑘
𝑥𝑖𝑗 1 jika kendaraan k bergerak dari pelanggan i ke pelanggan j, 0 jika
Tidak
K jumlah kendaraan yang tersedia

Universitas Pertamina - 12
Formulasi Model
Objective Function
𝑛 𝑛 𝑛
𝑘
𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑖𝑧𝑒 𝑍 = ∑ ∑ ∑ 𝑑𝑖𝑗 𝑥𝑖𝑗 (2.1)
𝑖=1 𝑗=1 𝑘=1

s.t
𝑚 𝑛
𝑘
∑ ∑ 𝑥𝑖𝑗 =1 𝑗 = 0, … , 𝑖 − 1, 𝑖 + 1, … , 𝑛 (2.2)
𝑘=1 𝑖=0
𝑚 𝑛
𝑘
∑ ∑ 𝑥𝑖𝑗 =1 𝑖 = 0, … , 𝑗 − 1, 𝑗 + 1, … , 𝑛 (2.3)
𝑘=1 𝑗=0
𝑛 𝑛
𝑘 𝑘
∑ 𝑥𝑖𝑗 − ∑ 𝑥𝑖𝑗 =0 𝑘 = 1, … , 𝑚, 𝑖 ≠ 𝑗 𝑡 = 0, … , 𝑛 (2.4)
𝑖=0 𝑗=0
𝑛 𝑛
𝑘
∑ 𝐷𝑗 (∑ 𝑥𝑖𝑗 )≤𝐶 𝑘 = 1, … , 𝑚, 𝑖 ≠ 𝑗 (2.5)
𝑗=0 𝑖=0
𝑛
𝑘
∑ 𝑥0𝑗 ≤1 𝑘 = 1, … , 𝑚 (2.6)
𝑗=0
𝑛
𝑘
∑ 𝑥𝑖0 ≤1 𝑘 = 1, … , 𝑚 (2.7)
𝑖=0

𝑘
∑ 𝑥𝑖𝑗 ≤ |𝑆| − 1 𝑆 ⊆ {2, … , 𝑛}, 𝑘 = 1, … , 𝑚 (2.8)
𝑖,𝑗∈𝑆

Tujuan persamaan (2.1) untuk meminimasi total jarak yang ditempuh


kendaraan. Persamaan (2.2) menunjukkan bahwa satu pelanggan hanya dapat
dilayani oleh satu kendaraan. Kelangsungan jalur kendaraan dideskripsikan pada
persamaan (2.4). Sedangkan persamaan (2.5) merupakan batasan untuk kapasitas
kendaraan dan persamaan (2.6) dan (2.7) memastikan bahwa kendaraan akan
kembali ke depot setelah melayani pelanggan. Terakhir, persamaan (2.8) tidak
mengijinkan adanya sub-tour untuk setiap kendaraan.

Universitas Pertamina - 13
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian


Metodologi penelitian berisikan langkah-langkah yang dilakukan dalam
sebuah penelitian. Adapun metodologi pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian

Universitas Pertamina - 14
Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian (Lanjutan)

1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan tahapan awal yang dilakukan dalam
penelitian ini yang bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang
akan diangkat dalam penelitian. Studi pendahuluan meliputi peninjauan
sistem distribusi bantuan bencana logistik di Kota Padang dengan
survei, diiringi dengan studi literatur untuk mempelajari konsep dasar
serta teori-teori keilmuan yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan survei dan studi literatur ketidakpastian dalam informasi
terkait jumlah, waktu, jenis, dan lokasi menyebabkan sulitnya
penerapan logistik kemanusiaan di lapangan. Faktor-faktor tersebut
dapat menimbulkan kerugian berupa keterlambatan pengiriman,
sehingga timbul ketidakpuasan dari korban sebagai penerima bantuan.
Oleh karena itu, bagaimana merencanakan rute distribusi bantuan
logistik untuk korban bencana gempa dan tsunami akibat Sumatra
Megathrust dengan mempertimbangkan ketidakpastian informasi dan
ketersediaan akses jalan, menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini.

Universitas Pertamina - 15
3. Identifikasi Model
Dengan merujuk pada rumusan masalah, selanjutnya adalah
menentukan model penyelesaian yang sesuai dengan kondisi di
lapangan.
4. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Adapun data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut.
- Data daerah yang diprediksi akan terkena dampak dari gempa
dan tsunami akibat Sumatera Megathrust.
- Lokasi local distribution center dan titik pengungsian di masing-
masing wilayah.
- Data penduduk yang berisiko terkena bencana gempa dan
tsunami Sumatera Megathrust.
- Jenis dan dimensi bantuan logistik.
- Jumlah, jenis, kapasitas, kecepatan kendaraan.
5. Pengolahan Data
Menggunakan data yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan
pengolahan data, yaitu:
a. Identifikasi jenis bantuan tipe 1 dan tipe 2
Bantuan logistik dikelompokkan menjadi dua tipe. Tipe 1 adalah
bantuan yang dibutuhkan sesaat setelah bencana seperti tenda,
selimut, terpal, dan jirigen. Sementara tipe 2 adalah bantuan berupa
barang konsumsi seperti makanan.
b. Identifikasi jumlah permintaan di seluruh titik pengungsian.
Jumlah permintaan di seluruh titik pengungsian akan bergantung
dari jumlah jenis kebutuhan per orang/periode dan jumlah penduduk
yang berisiko terkena bencana.
c. Menentukan jarak dari LDC ke titik pengungsian (TEA).
Durasi rute perjalanan pendistribusian bantuan kepada korban akan
bergantung pada jarak dari LDC ke TEA dan jarak dari satu TEA ke
TEA lainnya.

Universitas Pertamina - 16
d. Optimissasi kombinasi titik pengungsian yang dapat dilayani dalam
satu rute perjalanan, serta waktu distribusi untuk setiap rute.
Rute pendistribusian bantuan ditentukan dengan
mempertimbangkan jarak dan waktu distribusi yang diperlukan satu
kendaraan untuk melayani seluruh titik pengungsian dalam satu rute
perjalanan dengan menggunakan metode CVRP. Selanjutnya, hasil
pengolahan data dengan CVRP dikembangkan dengan metode
simulasi untuk memvalidasi model.
6. Analisis
Analisis dilakukan terhadap hasil pengolahan data terkait optimisasi rute
pendistribusian bantuan logistik ke korban bencana. Selanjutnya,
dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui pengaruh dari
parameter terhadap solusi optimal yang diperoleh sebelumnya.
7. Kesimpulan
Kesimpulan didapatkan dari hasil analisis yang dilakukan. Kesimpulan
harus dapat menjawab tujuan dari penelitian. Saran yang diberikan akan
berhubungan dengan rekomendasi pemecahan masalah menggunakan
hasil penelitian, serta pengembangan penelitian lebih lanjut.

3.2. Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian berisi penjelasan mengenai perencanaan dan proses
penelitian secara keseluruhan untuk memperoleh hasil dan menjawab rumusan
masalah yang ada. Rancangan penelitian terdiri dari pendekatan penelitian, jenis
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis
datam dan penarikan kesimpulan.

3.2.1. Pendekatan Penelitian yang Digunakan


Metode kuantitatif secara umum sering digunakan untuk penelitian
operasional dalam operasi penanggulangan bencana untuk mengambil keputusan
terkait dengan pergudangan dan lokasi distribution center, pengadaan barang
bantuan bencana, penyimpanan, alokasi barang, trasnportasi, dan jaringan distribusi
bantuan bencana (Altay & Green, 2016). Penelitian ini termasuk dalam bagian
jaringan distribusi bantuan bencana, karena bertujuan untuk menentukan rute

Universitas Pertamina - 17
optimal untuk mendistribusikan bantuan logistik kepada korban bencana di Kota
Padang, dengan mempertimbangkan ketidakpastian jumlah permintaan di setiap
titik pengungsian dan ketersediaan akses jalan. Oleh karena itu, berdasarkan
pemaparan dari Altay & Green, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta visualisasi dari
hasil pengolahan data. Pada penelitian ini, hasil dari penelitian berupa rute distribusi
terbaik dengan waktu dan jarak tempuh terpendek. Selain itu, pengolahan data dan
analisis menggunakan bantuan aplikasi komputasi untuk menghitung waktu dan
jarak tempuh suatu set rute distribusi. Dengan alasan ini, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif.

3.2.2. Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk dalam penelitian analitis, empiris, dan applied,
karena penelitian dilakukan berdasarkan data, informasi dan fakta yang ada di
lapangan mengenai proses pendistribusian bantuan logistik kepada korban di masa
tanggap darurat bencana di Kota Padang. Data, informasi, dan fakta yang diperoleh
kemudian diolah menggunakan metode dan algoritma yang telah terpilih, guna
menemukan rute pendistribusian optimal. Selanjutnya, hasil dari pengolahan data
dapat dijadikan rekomendasi penyelesaian masalah penelitian.

3.2.3. Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh oleh Peneliti langsung dari
objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini berupa informasi mengenai
proses pendistribusian bantuan logistik untuk korban bencana, lokasi local
distribution center dan TEA untuk daerah Kota Padang, dan jenis, jumlah, serta
kapasitas kendaraan yang digunakan untuk pendistribusian bantuan logistik.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang ada. Sumber
tersebut dapat berupa artikel, jurnal, peraturan pemerintah atau studi literatur
lainnya. Dalam penelitian ini, yang merupakan data sekunder adalah perkiraan
daerah yang terkena dampak gempa dan tsunami Sumatera Megathrust, data

Universitas Pertamina - 18
penduduk yang terkena dampak bencana, jenis bantuan, dan identifikasi jaringan
jalan.

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Metode Observasi/Survei
Observasi atau survei dilakukan untuk mengamati objek penelitian,
sehingga Peneliti dapat mengetahui keadaan aktual dari objek
penelitian.
b. Metode Wawancara
Wawancara dilakukan guna mengetahui sistem pendistribusian bantuan
bencana yang telah diterapkan di Kota Padang, serta lokasi local
distribution center dan TEA yang telah ditetapkan oleh badan yang
berwenang. Wawancana dilakukan terhadap pihak terkait yang
sekiranya memegang peran penting dalam proses pengambilan
keputusan.
c. Studi Literatur
Metode ini merupakan metode untuk mengumpulkan konsep dasar serta
teori-teori terkait dengan pendistribusian bantuan bencana di masa
tanggap bencana. Data-data yang diperoleh dengan studi literatur adalah
data mengenai daerah yang terkena dampak gempa dan tsunami
Sumatera Megathrust, data penduduk yang terkena dampak bencana,
dan identifikasi jaringan jalan. Identifikasi jaringan jalan dapat
menggunakan aplikasi GIS.

3.2.5. Teknik Pengolahan Data dan Analisis


Data yang telah diperoleh kemudian digunakan untuk proses pengolahan
data. Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap
pertama, dilakukan pengelompokkan jenis bantuan menjadi 2 tipe, yaitu tipe 1 dan
tipe 2. Kemudian, data ini dikombinasikan untuk mengetahui jumlah perkiraan
permintaan bantuan untuk seluruh titik permintaan. Sedangkan data lokasi titik

Universitas Pertamina - 19
pengungsian berfungsi sebagai kandidat titik yang akan dilayani untuk
pendistribusian bantuan bencana.
Sementara itu, data lokasi local distribution center dan lokasi tempat
pengungsian akan menentukan jarak dari local distribution center ke tempat
pengungsian dan dari satu tempat pengungsian ke tempat pengungsian lain.
Kemudian, data jumlah perkiraan permintaan bantuan untuk seluruh titik
permintaan, lokasi LDC, jumlah tempat pengungsian, serta jarak LCD-TEA
digunakan untuk menentukan kandidat titik pengungsian yang akan dilayani oleh
kendaraaan dalam satu perjalanan dengan menggunakan metode CVRP. Rute
distribusi dikatakan optimal jika memenuhi kriteria waktu tempuh tersingkat,
dengan mempertimbangkan ketidakpastian jumlah permintaan di setiap titik
pengungsian dan ketersediaan akses jalan. Hasil pengolahan tahap pertama akan
disajikan dalam bentuk tabel, dengan menampilkan rute distribusi terpilih serta
waktu dan jarak tempuh. Pada tahap kedua, hasil dari penentuan rute distribusi yang
optimal akan dikembangkan dengan metode simulasi untuk memvalidasi model
yang telah digunakan. Simulasi akan menggunakan aplikasi ProModel.
Setelah pengolahan data, selanjutnya adalah menganalisis hasil dari
pengolahan data tersebut. Analisis dilakukan dengan mengubah nilai parameter
untuk melihat pengaruh parameter tersebut terhadap pemilihan rute distribusi
optimal.

3.2.6. Kesimpulan
Kesimpulan didapatkan dari hasil pengolahan dan analisis, berupa rute
optimal untuk distribusi bantuan logistik bencana korban pasca terjadinya gempa
dan tsunami Sumatera Megathrust di Kota Padang. Selain itu, diberikan pula saran
terkait dengan penelitian selanjutnya.

Universitas Pertamina - 20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, M., Seifi, A., & Tootooni, B. (2015). A humanitarial logistics model for
disaster relief operation considering network failure and standard relief time.
Transportation Research Part E, 75, 145-163.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2016). Risiko Bencana


Indonesia. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat. (t.thn.). Rencana


Kontinjensi Menghadapi Tsunami Provinsi Sumatera Barat. Sumatera
Barat: BPBD Sumatera Barat.

Balcik, B., Beamon, B. M., & Smilowitz, K. (2008). Last Mile Distribution in
Humanitarian Relief. Journal of Intelligent Transportation Systems, 12(2),
51-63.

Barton, C. C. (2009). Disaster Preparedness and Management. Information


Resources in Toxicology, 195-201.

Bündnis Entwicklung Hilft; Ruhr University Bochum – Institute for International


Law of Peace and Armed Conflict (IFHV). (2019). World Risk Report 2018.
Bündnis Entwicklung Hilft; Ruhr University Bochum – Institute for
International Law of Peace and Armed Conflict (IFHV).

Coppola, D. P. (2015). Preparedness. In Introduction to International Disaster


Management (pp. 275-320).

Coppola, D. P. (2015). Recovery. In D. P. Coppola, Introduction to International


Disaster Management (pp. 405-460).

Coppola, D. P. (2015). Response. In D. P. Coppola, Introduction to International


Disaster Management (pp. 321-404).

Cozzolino, A. (2012). Humanitarian Logistics: Cross-sector cooperation in disaster


relief management. SpringerBriefs in Business.

Universitas Pertamina - 21
Cozzolino, A., & Rossi, S. (2012). Agile and lean principles in the humanitarian
supply chain: The case of the united nations world food programme. Journal
of Humanitarian Logistics and Supply Chain Management, 2(1), 16-33.

Daud, M. S., Hussein, M. Z., Nasir, M. E., Abdullah, R., Kassim, R., Suliman, M.
S., & Saludin, M. R. (2016). Humanitarian Logistics and Its Challanges:
The Literature Review. 107-110.

Faiz, S., Krichen, S., & Inoubli, W. (2014). A DSS based on GIS and Tabu Search
for Solving the CVRP: The Tunisian Case. The Egyptian Journal of Remote
Sensing and Space Science, 17(1), 105-110.

Girard, T., Wenzel, F., & Khazai, B. (2014). Near-real-time Analysis of Publicly
Communicated Disaster Response Information. International Journal of
Disaster Risk Science, 5(3), 165-175.

Holguin-Veras, J., Jaller, M., Van Wassenhove, L. N., Perez, N., & Wachtendorf,
T. (2012). On the Unique Features of Post-Disaster Humanitarian Logistics.
Journal of Operation Management, 494-506.

Koseoglu, A. M., & Yildirimli, H. (2015). The Role of Logistics in Disaster


Management and Disaster Logistics Issues. Journal of Teaching and
Education, 377-387.

Liperda, R. I. (2014). Penerapan Model Last Mile Distribution dalam Optimisasi


Pendistribusian Bantuan Logistik Bencana di Kota Pariaman dan
Kabupaten Padang Pariaman.

Maghfiroh, M. F., & Hanaoka, S. (2018). Dynamic Truck and Trailer Routing
Problem for Last Mile Distribution in Disaster Response. Journal of
Humanitarian Logistics and Supply Chain Management.

Poser, K., & Dransch, D. (2010). Volunteered Geographic Information for Disaster
Management with Application to Rapid Flood Damage Estimation.
Geomatica, 64(1), 89-98.

Universitas Pertamina - 22
Qin, J., Ye, Y., Cheng, B.-r., Zhao, X., & Ni, L. (2017). The Emergency Vehicle
Routing Problem with Undertain Demand under Sustainability
Environments. Sustainability.

Thomas, A. S., & Kopczak, L. R. (2005). From Logistics to supply chain


management: The path forward in humanitarian sector. 15, 1-15.

Victoriano, B., Ortuno, M. T., Cristobal, P., Ferrer, M., Martin-Campo, F. J., Munoz,
S., & Tirado, G. (2013). Decision aid models for disaster management and
emergencies, atlantis computational intelligence system. Decision aid
models and systems for humanitarian logistics. a survey, 17-44.

Zaroni. (2017, Desember 13). Humanitarian Logistics, Sisi Lain Peran Logistik
dalam Penanggulangan Bencana. Diambil kembali dari
http://supplychainindonesia.com/new/humanitarian-logistics-sisi-lain-
peran-logistik-dalam-penanggulangan-bencana/

Universitas Pertamina - 23

Anda mungkin juga menyukai